menyelesaikan makalah mengenai “obat Analgesik dan Obat NSAID” ini dengan
lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen matakuliah Interaksi Obat serta agar menambah ilmu pengetahuan
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan
Penulis harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan analgesic dan anti inflamasi non
steroid
2. Mengetahui kegunaan obat dari analgesic dan anti inflamasi non steroid
3. Mengetahui mekanisme dari kerja obat-obat tersebut
4. Mengetahui macam-macam obat dari analgesik dan anti inflamasi non
steroid
BAB II
Pembahasan
2.1 Analgesik
2.1.1 Pengertian Analgesik
Analgetik atau analgesik, merupakan obat untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman
pada orang yang menderita.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi
tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan,
infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis
atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat
ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di
kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan
melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum
tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak
besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:
1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh
analgetik perifer atau oleh anestetik lokal.
2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris,
misalnya dengan anestetik local.
3. Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral
(narkotik) atau dengan anestetik umum.
Umumnya cara kerja analgetik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Dengan
blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi
mendapatkan "sinyal" nyeri, sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur
menghilang.
2.1.2 Penggolongan Analgesik
Analgesik dibagi menjadi dua, yaitu analgesik narkotik dan analgesik non
narkotik.
1. Analgesik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu
skema bertingkat empat, yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau
rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama kodein atau
tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid
parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan
co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau
prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali
dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya
mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan
menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan
toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan
fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila
pengobatan dihentikan. Semua analgetik narkotik dapat mengurangi
nyeri yang hebat, teteapi potensi. Onzer, dan efek samping yang paling
sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang
besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling
banyak dipakai untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah.
Obat ini di Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih
merupakan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik
narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat
menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih
digunakan di Indonesia :
Morfin HCL,
Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
Fentanil HCL,
Petinidin, dan
Tramadol.
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
1. Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru
muncul kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
2. Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
3. Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi
anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata
teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
4. Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase
ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh
buruk senyawa asing bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan
pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi
organ-organ.
Dosis
Dosis analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang
secara umum dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral.
Dosis yang lebih besar mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa
tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan dosisi yang lebih kecil (0,3 g)
setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah 50-75 mg/kg/hari
dalam dosisi yang terbagi.
Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk
anak-anak 50-75 mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu
paro 12 jam. Biasanya dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan
2. Neuralgin
Indikasi:
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit kepala pada migrain,
nyeri otot, sakit gigi dan nyeri haid.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap paracetamol atau ibuprofen dan anti-inflamasi
non steroid (AINS) lainnya serta caffeine.penderita dengan ulkus
peptikum (tukak lambung dan usus 12jari) yang berat dan aktif.
Penderita dimana bila menggunakan acetosal atau obat-obat anti-
inflamasi non-steroid lainnya akan timbul gejala asma, rinitis(selesma)
atau urtikana. Wanita pada kehamilan tiga bulan terakhir.
Cara Kerja Obat:
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan ibuprofen merupakan
obat analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang
memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik
(menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses
peradangan).
Efek Samping:
Yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti mual, muntah,
nyeri ulu hati, kemerahan pada kulit, trobositopenia, limfopenia, dll.
Dapat terjadi reaksi hipersensitivitas, terutama pada penderita dengan
riwayat asma, atau reaksi alergi lain terhadap golongan anti-inflamasi
nonsteroid (AINS). Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat
menimbulkan krusakan fungsi hati. Penggunaan pada penderita yang
mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi
hati. Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan
warna dapat terjadi, tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila
penggunaan dihentikan.
3. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi
yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
Indikasi: analgesic dan anti inflamasai rheumatoid
Kontra indikasi : asma, tukak lambung, wanita hamil, hiersensivitas.
Efek : mual, muntah, diare, kostipasi, nyeri dan rasa panas di
epigastrum
Dosis :
Oral: Dewasa : 1200 – 1800 mg/ hr Dibagi 3 – 4 (maks 2.400
mg/hr
Anak > 30 Kg BB : 20 mg/ kg BB/ hr
Anak < 30 kg BB : maks 500 mg/ hr
PO : Berikan segera sesudah makan
4. Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat
sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap
mukosa lambung.
Indikasi : Sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang , nyeri karena luka,
nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, dismenore, nyeri
reumatik, nyeri tulang belakang, demam.
kontra indikasi : Ulserasi sampai inflamasi saluran cerna, peny. ginjal
atau hati, hipersensitif, tukak lambung.
Efek samping : Mual, muntah, diare, iritasi lambung, pusing-using dan
gangguan penglihatan.
5. Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah.
Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri
menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama.
Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum
dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter.
Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca op.
Ketergantungan obat dan opium, sensitif terhadap tramadol atau opiat,
mendapat terapi MAOI, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik,
analgesik, atau obat yang mempengaruhi system syaraf pusat dan yang
lainya.
Kontra indikasi : tidak dianjurkan pada wanita hami dan menyusui.
Efek samping : pusing, sedasi, lelah, sakit kepala pruritus, berkeringat,
kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dyspepsia, obstipas
Dosis : Dewasa & anak > 16 thn 50 mg dosis tunggal, dapat
ditingkatkan 50 mg ssdh selang waktu 4-6 jam. Maks : 400 mg /hr.
Diberikan bersama atau tanpa makanan.
6. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin.
Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk
pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding
dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah.
Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh
digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
7. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik
narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan
injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan
sakit yang disebabkan kanker. Menghilangkan periode sakit pada
kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh
dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat
Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan
analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat
untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga
disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian
yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering
terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara
mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu
dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu
sebelum pengobatan dihentikan.
8. Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid.
Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang
menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
a. Untuk obat analgesic dianjurkan jangan terlalu mengkonsumsi obat ini
secara berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan ketergantungan bagi
pemakainya.
b. Dan untuk obat anti inflamasi pengguna juga di harapkan tidak terlalu
berlebihan atau ketergantungan karena mekanisme kerja obat ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan kerja enzim.
Daftar Pustaka
Berman, Audrey., dkk. 2009. Buku Ajar Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta :
EGC.
dr. Theodorus. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.
Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy
Pharmacology). Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.
Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II.
Jakarta : Salemba Medika.
Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC. Staf
Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan
Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC.
Richard Harkness. 1989. Interaksi Obat. Buku. Bandung