Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FARMAKOLOGI

KLASIFIKASI OBAT ANALGETIKA DAN


ANTIPARETIKA DALAM KEBIDANAN

Dosen Pengampu :
Kusumaningtyas Siwi A S. Farm., Apt., MSc

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Afwa Nur Azizah Rozaqi (SB19001)


2. Alya Olifa Zunairobbi (SB19002)
3. Amanda Amalia (SB19003)
4. Angela Clara (SB19004)
5. Aqaz Rohqiati (SB19005)
6. Auliya Rahmawati (SB19006)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PRODI SARJANA DAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Klasifikasi
Obat Analgetika dan Antiparetika dalam Kebidanan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Kusumaningtyas Siwi A S. Farm., Apt., MSc pada mata kuliah
Farmakologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Obat Analgetika dan Antiparetika secara lebih rinci serta untuk menjadi bekal
jika kelak kami menjadi seorang bidan dan juga dapat menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

4 Juni 2020
 

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………...ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………………..iii
BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang…………………………………………………………………...........1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..............1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………2
D. Manfaat………………………………………………………………………………..2

BAB II Tinjauan Teori


A. Pengertian Obat……………………………………………………………………….3
B. Macam - Macam Obat………………………………………………………………...6
C. Cara Kerja / Khasiat Obat…………………………………………………………….8
D. Indikasi Obat………………………………………………………………………….9
E. Kontraindikasi Obat…………………………………………………………………..9
F. Dosis Yang Digunakan……………………………………………………………….11
G. Efek Samping Pada Obat……………………………………………………………..12
H. Cara Mengatasi………………………………………………………………………..15

BAB III Penutup


A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..16
B. Saran…………………………………………………………………………………16

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat dengan
seluruh aspeknya. Secara umum obat dapat diartikan sebagai semua bahan
tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk hidup untuk
bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun
menyembuhkan penyakit. Sedangkan menurut UU yang dimaksud obat
ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk
memperelok badan atau bagian badan manusia. 
Analgesik atau analgetik adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Obat ini digunakan untuk membantu
meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya
ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita
minum biasanya mengandung analgesik atau pereda nyeri.
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh atau
obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur tubuh saat
panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena
dapat menghambat prostatglandin pada CNS (Central Nervous System).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan analgetika dan antipiretika?
2. Apa saja golongan atau macam-macam obat dari analgetik dan
atipiretik?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetikdan antipiretik?
4. Bagaimana efek farmakodinamika dari obat analgetik dan antipiretik?

1
5. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi obat analgetika dan
antiparetika?
6. Bagaimana dengan dosis,efek samping serta cara mengatasi efek
samping dari obat analgetika, antiparetika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analgetika dan
antipiretika.
2. Untuk mengetahui apa saja golongan atau macam-macam obat dari
analgetik dan atipiretik.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat analgetikdan antipiretik.
4. Untuk mengetahui efek farmakodinamika dari obat analgetik dan
antipiretik.
5. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat analgetika dan
antiparetika.
6. Untuk mengetahui dengan dosis,efek samping serta cara mengatasi efek
samping dari obat analgetika, antiparetika.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk
menambah ilmu wawasan kami dan para pembaca untuk mengetahui
tentang Obat Analgetika dan Antiparetika secara lebih rinci serta untuk
menjadi bekal jika kelak kami menjadi seorang bidan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN OBAT
1. Pengertian Analgetik
Analgetik atau analgesik, adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan
rasa nyaman pada orang yang menderita. 
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan
atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala
Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk,
pusing, panas seperti rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang
merambat, rasa nyeri yang hilang timbul dan berbeda tempat nyeri.
a. Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu:
1) Nyeri ringan
Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus,
nyeri haid, keseleo. Pada nyeri ringan dapat digunakan analgetik
perifer seperti parasetamol, asetosal dan glafenin.
2) Nyeri yang disertai pembengkakan
Contohnya : Jatuh, tendangan, dan tubrukan.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik antiradang seperti
aminofenazon dan NSAID (ibu profen, mefenaminat, dll)
3) Nyeri hebat
Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu
empedu.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa morfin,
atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan).
4) Nyeri hebat menahun

3
Contoh : kanker, rematik, dan neuralgia berat. Pada nyeri ini dapat
digunakan analgetik berupa fentanil, dekstromoramida, dan
benzitramida.
b. Berdasarkan aksinya, Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
1) Analgetik Narkotika / Analgetik Opioid
Analgetik narkotik kini disebut juga dengan opioida yang
merupakan obat-obat yang daya kerja nya meniru opioid endogen
dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid. Zat-
zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga
persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah.
Analgesik narkotika merupakan kelompok obat yang
memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti
pada fractura dan kanker. Efek samping yang paling sering muncul
adalah mual, muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar
dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan. Selain itu,
juga dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta
ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-
gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
Contoh  zat Analgetik Narkotika yaitu morfin, kodein,
fentanil, netadon, tramadol, lokson, kanabis, dan pentazosin.
2) Analgetik Non-narkotik / Analgetik Perifer
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga
sering dikenal dengan istilah Analgesik Perifer. Analgetika perifer
(non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik
Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek
menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik /
Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek

4
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan
Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX
pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi
pembentukan mediator nyeri. Efek samping obat-obat analgesik
perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan
ginjal, kerusakan kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh
penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.
Contoh  obat Analgetik Non-Narkotik yaitu Aminofenazon,
asam salisilat, fenilbtazon, glafenin, dan paracetamol.

2. Pengertian Antipiretik
Antipiretik adalah golongan obat-obatan untuk demam. Demam
sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman
infeksi. Saat terjadi infeksi, otak kita akan menaikkan standar suhu
tubuh di atas nilai normal sehingga tubuh menjadi demam. Obat
antipiretik bekerja dengan cara menurunkan standar suhu tersebut ke
nilai normal.
Obat antipiretik diindikasikan untuk segala penyakit yang
menghasilkan gejala demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa
obat antipiretik sebaiknya diberikan jika demam lebih dari 38,5 oC.
Demam yang kurang dari 38,50C sebaiknya jangan cepat-cepat diberi
obat. Selain untuk menurunkan demam, sebagian besar obat-obat
antipiretik tersebut juga memiliki khasiat untuk mengurangi nyeri.
Contoh Obat Antipiretik, yaitu parasetamol, panadol, paracetol, paraco,
praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan mig,  acetaminophen,
asetosal atau asam salisilat, salisilamida. 

5
B. Macam – Macam Obat
1. Analgetik
a. Analgetik Opioid
1) Metadon
Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih
lemah.
Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada
pasien yang di rumah sakit. Efek tak diinginkan: Depresi
pernapasan, konstipasi, gangguan SSP, hipotensi ortostatik, mual
dan muntah pada dosis awal.
2) Fentanil
Mekanisme kerja: lebih poten dari pada morfin. Depresi
pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Indikasi: Medikasi
praoperasi yang digunakan dalan anastesi. Efek tak diinginkan:
Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya, rigiditas otot,
bradikardi ringan.
3) Kodein
Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi
morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan
antitusif (menekan batuk)
Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor. Efek tak diinginkan:
Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat
morfin.
b. Analgetik Perifer
1) Ibupropen
Ibupropen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya
antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin.
Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminum obat ini.

6
2) Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya
tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih
besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan
dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa
perlu meningkatkan dosisnya.
3) Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat
sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan
obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap
saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi
lain terhadap mukosa lambung.

2. Antipiretik
Macam-macam obat Antipiretik, yaitu :
a. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin.
Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk
pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding
dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah.
Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh
digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
b. Fentanyl
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan
rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di
dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat
menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila

7
pemakaiannya sesuai dengan aturan. Ketergantungan biasa terjadi
jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk
mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis
secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan
dihentikan.
c. Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan
novalgin. Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan
penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan
efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih),
karena itu penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu
disertai resep dokter.

C. Cara Kerja / Khasiat Obat


1. Analgetik
Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau
listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat
yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor
nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan
jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris
ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke
talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana
rangsang terasa sebagai nyeri.

2. Antiparetik
Dengan cara kerjanya obat antipiretik dapat menurunkan standar
suhu tubuh ke nilai normal, sehingga terjadi penurunan demam dengan
cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2. Hambatan
sintesa dan pelepasan ini distimulasi oleh pirogen endogen pada
hipotalamus.

8
Prostaglandin ini juga merupakan zat kimia yang berperan dalam
terjadinya reaksi timbulnya nyeri dan peradangan, sehingga kebanyakan
obat antipiretik juga memiliki efek analgetik dan efek anti inflamasi.
Oleh karena itu, selain untuk menurunkan demam, sebagian besar obat -
obat ini juga memiliki khasiat untuk mengurangi nyeri.

D. Indikasi Obat
1. Analgetik
Obat Analgetika diindikasikan untuk meredakan sakit nyeri ringan
maupun hebat.

2. Antiparetik
Obat antipiretik diindikasikan untuk segala penyakit yang menghasilkan
gejala demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik
sebaiknya diberikan jika demam lebih dari 38,5 oC. Demam yang
kurang dari 38,5oC sebaiknya jangan cepat-cepat diberi obat. sebagian
besar obat-obat antipiretik tersebut juga memiliki khasiat untuk
meredakan nyeri.

E. Kontraindikasi Obat
1. Analgetik
Berikut beberapa contoh obat analgetik di bawah ini:
a. Tramadol
Kontraindikasi tramadol yaitu keracuan akut oleh alcohol, hipnotik
atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya, Penderita yang
mendapat pengobatan penghambat oksidase (MAO), Penderita yang
hipersensitif terhadap tramadol
b. Fentanil
Kontraindikasi fentanil yaitu depresi pernapasan, cidera kepala,
alkoholisme akut, serangan asma akut, intoleransi, hamil, laktasi.
c. Kodein

9
Pada pasien yang hipersensitif terhadap kodein, penyakit hati,
gangguan ventilator, wanita hamil.

2. Antiparetik
Obat-obatan antipiretik memiliki kontraindikasi yang berbeda-beda
tergantung pada jenis obat antipiretik yang digunakan. Berikut beberapa
contoh obat antipiretik di bawah ini:
a. Parasetamol
Obat antipiretik yang mengandung parasetamol tidak boleh
digunakan oleh pasien yang menderita gangguan fungsi hati berat.
Pasien juga tidak bisa menggunakan parasetamol bila memiliki
riwayat alergi terhadap obat yang mengandung parasetamol.
b. Ibuprofen
Ibuprofen adalah kandungan obat yang juga memiliki sifat
antipiretik. Penderita hipersensitivitas dan ibu hamil trimester akhir
tidak bisa menggunakan ibuprofen untuk meredakan demam. Selain
itu, orang-orang yang menderita asma, alergi, urtikaria, dan ulkus
peptikum juga tidak bisa menggunakan ibuprofen.
c. Asetosal (asam asetilsalisilat)
Anak dan remaja yang berusia di bawah 16 tahun tidak bisa
menggunakan obat antipiretik yang mengandung asetosal. Obat
antipiretik yang mengandung asetosal juga tidak boleh digunakan
pada ibu menyusui, penderita hemofilia. penderita asma, dan
sindrom Reye.
d. Asam mefenamat
Obat antipiretik yang mengandung asam mefenamat tidak boleh
digunakan sembarangan karena juga memiliki beberapa
kontraindikasi. Pasien yang mengalami nyeri akibat operasi CABG
tidak boleh menggunakan obat antipiretik yang mengandung asam
mefenamat. Selain itu, jika Anda mengalami peradangan usus besar
juga tidak bisa menggunakan asam mefenamat. Tidak hanya obat

10
antipiretik yang mengandung asam mefenamat, obat antipiretik
lainnya juga tidak boleh digunakan secara rutin karena bersifat
toksik.

F. Dosis Yang Digunakan


1. Analgetik
Berikut ini adalah beberapa contoh dosis obat antipiretik:
a. Tramadol
Dosis umum : dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup
untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat
ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 4-6 jam. Dosis sangat
tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita. Dosis maksimum
400 mg sehari.
b. Fentanil
Premedikasi : 100 mcg IM 30-60 menit sebelum operasi. Tambahan
pada anestesi regional 50-100 mcg IM/IV lambat selama 1- 2 menit
bila tambahan analgesia diperlukan. Pasca operasi : 50-100 mcg IM,
dapat diulangi dalam 1-2 jam bila perlu. Sebagai zat anestesi : 50-
100 mcg/kg BB.
c. Kodein
Dewasa : 30 – 60 mg, tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan. Anak-anak :
0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari

2. Antiparetik
Berikut ini adalah beberapa contoh dosis obat antipiretik:
a. Parasetamol
Dosis obat antipiretik yang mengandung parasetamol untuk anak
usia 3 bulan–1 tahun adalah 60 mg–120 mg, anak 1-5 tahun dosisnya
120–250 mg, dan anak 6–12 tahun 250– 500 mg. Pada orang

11
dewasa, dosisnya adalah 0,5–1 gram setiap 4–6 jam (maksimal 4
gram per hari).
b. Ibuprofen
Obat antipiretik yang mengandung ibuprofen memiliki dosis sekitar
200-250 mg sebanyak3-4 kali sehari bagi orang dewasa. Pada anak
usia 1-2 tahun, dosisnya adalah 50 mg sebanyak 3-4 kali sehari.
Antipiretik dengan kandungan ibuprofen adalah 100-125 mg
sebanyak 3-4 kali sehari bagi anak usia 3-7 tahun, dan 200-250 mg
untuk anak 8-12 tahun dengan frekuensi 3-4 kali sehari.
c. Asetosal (asam asetilsalisilat)
Dosis antipiretik yang mengandung asetosal atau asam asetilsalisilat
hanya diperuntukkan bagi orang dewasa. Orang dewasa memerlukan
dosis asetosal sebanyak 300-900 mg tiap 4-6 jam tetapi tidak boleh
lebih dari 4 g per hari.
d. Asam mefenamat
Obat antipiretik yang mengandung asam mefenamat membutuhkan
dosis sebanyak 500 mg dengan frekuensi 3 kali sehari. Dosis tersebut
sebaiknya diberikan setelah makan. Jangan menggunakan asam
mefenamat lebih dari 7 hari.

G. Efek Samping Pada Obat


Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO 1970) efek samping suatu obat adalah segala sesuatu
khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada
dosis yang dianjurkan.
Sebagai analgesic, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri
dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia,
antralgia dan nyeri lain yang berasal dari integument, terutama terhadap
nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgesik nya jauh lebih
lemah daripada efek analgesik opiad. Tetapi berbeda dengan opiad, obat
mirip aspirin tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek

12
samping sentral yang merugikan. Obat mirip aspirin hanya mengubah
persepsi modalitas, sensorik nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain.
Nyeri akibat terpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan obat mirip
aspirin. Sebaliknya nyeri kronis pasca bedah dapat diatasi oleh obat mirip
aspirin.
1. Analgetik
a. Paracetamol
Efek samping paracetamol, antara lain:
1) Reaksi alergi berupa ruam dan bengkak pada kulit.
2) Wajah tampak memerah, denyut jantung dan tekanan darah
menurun pada pemberian paracetamol melalui suntikan.
3) Penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit.
4) Pada kasus overdosis dapat menimbulkan kerusakan hati dan
ginjal sehingga berakibat fatal.
b. Obat antiinflamasi nonsteroid/Non-Steorid Anti-Inflammation Drugs
(NSAID) NSAID aman dikonsumsi dalam dosis kecil atau
jangka waktu pendek. Efek samping biasanya muncul jika obat
pereda nyeri (analgetik) ini dikonsumsi dalam dosis yang besar dan
berkepanjangan. Contoh NSAID, antara lain ibuprofen, naproxen,
aspirin, diklofenak, dan asam mefenamat.
Berikut adalah efek samping yang perlu Anda waspadai:
1) Sakit perut, luka pada lambung, dan rasa perih pada perut bagian
atas akibat naiknya asam lambung (heartburn).
2) Reaksi alergi seperti ruam, batuk, dan pembengkakan pada
tenggorokan.
3) Kepala berkunang-kunang.
4) Telinga pengang.
5) Tekanan darah meningkat.
6) Pada pengguna aspirin dapat menghambat pembekuan darah.

13
c. Kortikosteroid/steroid
Obat pereda nyeri steroid (prednisone, dexamethasone, dan
triamcinolone) juga dapat menimbulkan  efek samping. Berikut
adalah beberapa keluhan yang mungkin akan Anda alami:
1) Gangguan penglihatan
2) Masalah tidur hingga insomnia
3) Mudah memar
4) Tekanan darah meningkat
5) Rentan mengalami infeksi
6) Nafsu makan meningkat
7) Iritasi lambung
d. Opioid
Obat-obatan opioid (codeine, morfin, tramadol, dan oxycodone)
harus dikonsumsi berdasarkan anjuran ketat dari dokter.
Pasalnya, penyalahgunaan obat pereda nyeri dari golongan opioid
dapat menyebabkan efek samping berupa kecanduan. 
Jika Anda meminumnya sesuai instruksi dokter, efek samping
yang muncul biasanya tidaklah parah. Anda mungkin hanya akan
mengalami mual atau muntah, sembelit, pusing, mulut terasa kering,
serta mengantuk.

2. Antiparetik
Pada dasarnya obat antipiretik aman untuk dikonsumsi. Namun
yang sering menimbulkan masalah ialah pasien mengonsumsi dalam
dosis yang terlalu banyak dan dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Efek samping antipiretik yang sering terjadi adalah tekanan darah
rendah dan adanya gangguan pada fungsi hati dan ginjal. Efek samping
antipiretik yang juga sering terjadi adalah oliguria dan retensi garam
dan air. Di samping itu, penggunaan obat antipiretik juga bisa
menimbulkan efek samping berupa gangguan saluran cerna. Fungsi hati
dan ginjal bisa terganggu pada beberapa kasus pengguna obat

14
antipiretik. Inilah salah satu alasan mengapa orang yang memiliki
gangguan fungsi hati dan ginjal tidak bisa menggunakan obat
antipiretik.Orang-orang yang memiliki riwayat alergi terhadap
kandungan bahan aktif dari obat-obatan antipiretik bisa mengalami
reaksi alergi. Adapun beberapa tanda reaksi alergi yang bisa muncul
seperti gatal-gatal, ruam, pusing, mual muntah, sesak napas, dan nyeri
ulu hati.

H. Cara Mengatasi
1. Antigenetik
Setiap jenis obat pereda nyeri akan memberikan manfaat apabila
digunakan dengan bijak dan juga dapat berperan aktif untuk mencegah
munculnya efek samping, yakni dengan meminum obat pereda nyeri
sesuai dosisnya.
Jangan menambah ataupun mengurangi dosis obat tanpa
berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter. Apabila obat yang
dikonsumsi tidak memberikan perubahan, sampaikan masalah ini
kepada dokter agar bisa mendapatkan alternatifnya.

2. Antiparetik
Menghentikan penggunaan obat antipiretik jika mengalami efek
samping yang telah disebutkan dan segera mencari bantuan medis agar
efek samping antipiretik dapat diatasi sehingga tidak berkembang
menjadi lebih parah.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat
yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang
tinggi.
Berdasarkan aksinya, Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu: Analgesik
narkotika dan Obat Analgetik Non-narkotik. Pada obat Antipiretik
penggolongan obatnya, yaitu  Benorylate, Fentanyl, dan Piralozon.
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan
menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa
nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka
otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga rasa nyerinya
berangsur-angsur menghilang.

B. Saran
Untuk dapat memahami tentang analgetik, antipiretik, selain
membaca dan memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada
(buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi
tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham
dan akan selalu diingat. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan
untuk kedepan agar bisa bermanfaat untuk referensi pelajaran dan bisa lebih
menyempurnakan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2011. Analgesic dan obat-obatnya .


Tan H.T dan Kirana Rahardja.. 2010. Obat-obat Penting: Khasiat.
Penggunaan, dan Efek-efek Samping. edisi ke-6. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Katzung.G. Bertram.2012. Farmkologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian
ke II. Jakarta : Salemba Medika.
Schmitz, Gery, dkk. 2010. Farmakologi. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai