Anda di halaman 1dari 38

i

MODUL KIMIA FARMASI ANALGETIK

Oleh :

1. Rahayu Nur Hidayah (12212193103)


2. Ifadatul Khasanah (12212193063)
3. Desi Fitriawati (12212193117)

JURUSAN TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kimia Farmasi
berupa modul dengan judul “Antibiotik”. Modul ini diharapkan mampu membantu
mahasiswa jurusan tadris kimia UIN SATU Tulungagung dalam memahami materi
Kimia Farmasi yaitu Antibiotik.

Penulis membuat Modul Kimia Farmasi “Antibiotik” sebagai bahan pegangan


dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran Kimia Farmasi. Modul Kimia
Farmasi yang disusun bermuatan karakter religius dan menggunakan pendekatan
scientifik. Materi yang disajikan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan
setiap kajian dilengkapi dengan arahan tugas yang dapat dikerjakan oleh
mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Modul Kimia Farmasi ini dilengkapi dengan latihan soal guna untuk mengetahui
pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dipelajari.

Penulis mengucapkan terimakasih dan rasa penghargaan yang setinggi-


tingginya kepada dosen pengampu mata kuliah Kimia Farmasi dan mahasiswa
jurusan tadris kimia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN SATU
Tulungagung. Penulis menyadari bahwa modul ini belum sempurna. Kritik dan
saran yang membangun akan sangat membantu demi kesempurnaan modul ini.
Demikian, semoga modul yang penulis buat ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan topik-topik kimia serta penelitian yang berhubungan dengan Kimia
Farmasi.

Tulungagung, 15 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................... viii

BAB III. ANTIBIOTIK.................................................................................................. 1


A. PENGERTIAN ANALGETIK................................................................... 1
B. JENIS, PENGGOLONGAN, DAN STRUKTUR DARI
GOLONGAN ANALGETIK...................................................................... 2
C. FUNGSI ANALGETIK............................................................................. 12
D. CONTOH MEREK DAGANG ANALGETIK DI PASARAN.............. 16
E. KAJIAN ANALGETIK DALAM AL-QURAN DAN HADIST............ 22
RANGKUMAN............................................................................................................. 25
LATIHAN SOAL.......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 30

iii
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR GAMBAR

v
BAB IV
ANALGETIK

A. PENGERTIAN ANALGETIK

Pernah merasa nyeri di salah satu


anggota tubuh? Tentunya setiap orang
pernah merasakan nyeri.
Pernah atau tidak kalian merasakan
sakit gigi sampai terasa nyeri ke seluruh
tubuh?
Nah, jika kalian pernah merasakan rasa
nyeri di salah satu anggota tubuh maka perlu memperhatikan pembahasan kali
ini yang akan membahas mengenai obat anti nyeri
Rasa nyeri atau sakit pasti pernah diderita oleh hampir setiap orang.
Nyeri merupakan sensasi yang mengindikasikan bahwa tubuh sedang
mengalami kerusakan jaringan, inflamasi, atau kelainan yang lebih berat seperti
disfungsi sistem saraf. Oleh karena itu nyeri sering disebut sebagai alarm untuk
melindungi tubuh dari kerusakan jaringan yang lebih parah. Rasa nyeri
seringkali menyebabkan rasa tidak nyaman seperti rasa tertusuk, rasa terbakar,
rasa kesetrum, dan lainnya sehingga mengganggu kualitas hidup pasien atau
orang yang mengalami nyeri. Oleh karena itu, pasien yang merasa nyeri pada
anggota tubuhnya perlu diberi obat analgetik atau biasa disebut analgesik
(Wardoyo & Zakiah Oktarlina, 2019).
Analgentik pada umumnya disebut analgesik merupakan obat yang
selektif mengurangi rasa sakit dengan bertindak dalam sistem saraf pusat atau
pada mekanisme nyeri perifer, tanpa menghilangkan kesadaran. Analgesik
menghilangkan rasa sakit, tanpa mempengaruhi penyebabnya. Obat ini
digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu
komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau pereda
nyeri. Analgesik apabila digunakan dengan dosis yang berlebihan maka dapat
menimbulkan beberapa efek samping (Wardoyo & Zakiah Oktarlina, 2019).

1
Dalam hal ini, pengetahuan masyarakat mengenai obat-obatan sangatlah
bermanfaat besar, karena obat selain bisa sebagai penyembuh dari sakit juga
bisa berpotensi untuk mendatangkan malapetaka. Banyak kasus
penyalahgunaan obat analgetik yang terjadi di masyarakat, contohnya
methadone yang termasuk dalam golongan obat analgetik. Selain itu, obat
analgetik golongan narkotik seperti opium dan morfin juga sering digunakan
bukan untuk tujuan pengobatan, padahal obat-obat tersebut dapat
mengakibatkan ketergantungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan program
untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan
penggunaan obat analgesik yang benar dan rasional. (Mita & Husni, 2017)

Gambar 1. Obat Analgetik yaitu Methadone


Sumber : https://bit.ly/3MO8VRF
B. JENIS, PENGGOLONGAN, DAN STUKTUR DARI GOLONGAN
ANALGETIK
Atas dasar cara kerja farmakologisnya, analgetik dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yakni:
a. Analgetik perifer (non narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetik antiradang
termasuk dalam kelimpok ini.
b. Analgetik narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fraktur dan kanker (Tjay & Rahardja, 2007).
Analgetik Non Narkotik (Analgetik Perifer)
Obat analgetik antipiretik serta obat antiinflamasi nonstreroid (AINS)
merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan dan juga
digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat
yang heterogen, serta kimiawi.
a. Mekanisme Kerja

2
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat
menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang
berbeda.
b. Efek Farmakodinamik
Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgetik dan anti
inflamasi. Ada perbedaan aktivitas antara obat-obat tersebut. Sebagai
analgetik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan
intensitas rendah sampai sedang. Efek analgetiknya jauh lebih lemah
dari pada efek analgetik golongan narkotik. Tetapi berbeda dengan
narkotik, obat analgetik mirip aspirin tidak menimbulkan ketagihan dan
tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan.
Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu
badan hanya pada keadaan demam. Walaupun, kebanyakan obat ini
memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna
sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin
atau terlalu lama. Kebanyakan obat mirip aspirin, terutama yang baru,
lebih dimanfaatkan sebagai antiinflamasi pada pengobatan kelainan
muskolosketal. Tetapi harus diingat bahwa obat mirip aspirin ini hanya
meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan
penyakitnya secara simtomatik tidak menghetikannya, memperbaiki
atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskolokental.
c. Efek Samping
Menimbulkan efek terapi yang sama AINS juga memiliki efek
samping serupa karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis
prostaglandin. Secara umum, AINS berpotensi menybabkan efek
samping pada 3 sistem organ, yaitu saluran cerna, ginjal, dan hati. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak peptik
(deudenum dan lambung) yang kadang-kadang disertai dengan anemia
sekunder akibat pendarahan lambung. Pada beberapa orang dapat terjadi
reaksi hipersensitifitas terhadap aspirin dan obat mirip aspirin.
d. Contoh Obat Pada Analgetik Non Narkotik
1. Salisilat

3
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal
atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang
luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Salisilat
khususnya asetosal merupakan obat yang banyak digunakan
sebagai analgesik,antipiretik dan antiinflamasi. Aspirin dosis
terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Efek salisilat
ditemukan terhadap pernafasan hati,ginjal dan saluran cerna.
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat
dalam bentuk utuh dilambung, tetapi sebagian besar di usus
halus bagian atas. Kadar tertinggi di capai kira-kira 2 jam setelah
pemberian.
Kecepatan absorbsinya tergantung pada kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan
waktu pengosongan lambung. Absorbsi pada pemberian secara
rektal,lebih lambat dan tidak sempurna sehingga Cara ini tidak
dianjurkan. Asam salisilat diabsorbsi secara cepat pada kulit
sehat,terutama bila dipakai sebagai obat gosok atau salep.
Setelah diabsorbsi, salisilat menyebar ke seluruh jaringan tubuh
dan cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinovial,
cairan spina, cairan peritonial, liur dan susu. Aspirin diserap
dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama
dihati. Dosis antipiretik salisilat untuk dewasa ialah 325- 650
mg, diberikan secara oral tiap 3-4 jam. Untuk anak 15-20
mg/kgBB diberikan tiap 4-6 jam. Salisilat juga bermanfaat untuk
mengobati nyeri tidak spesifik.

Gambar 2. Stuktur Salisilat

4
Sumber : https://bit.ly/3tUH49O
2. Para Amino Fenol

Efek analgesik Paracetamol serupa dengan salisilat yaitu


menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek
antiinflamasinya sangat rendah. Paracetamol diabsorbsi cepat
dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma di capai dalam waktu ½ jam dan t ½ plasma antara 1-3
jam. 25 % Paracetamol terikat protein plasma. Obat ini disekresi
melalui ginjal. Reaksi alergi terhadap derivat para amino fenol
jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritema, urtikaria dan
gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
Akibat dosis toksik yang paling serius adalah nekrosis hati.

Gambar 3. Stuktur Para Amino Fenol

Sumber : https://bit.ly/3i8W6TP
3. Analgentik Anti-Inflamasi Non Streroid Lainnya

Beberapa AINS umumnya bersifat anti inflamasi, analgesik, dan


antipiretik. Efek antipiretiknya baru terlihat pada dosis yang
lebih besar daripada efek analgesiknya. Respons individual
terhadap AINS bisa sangat bervariasi walaupun obatnya
tergolong dalam kelas atau derivat kimiawi yang sama.
Asam mefenamat

Digunakan sebagai analgesik, dan anti inflamasi. Asam


mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin. Efek samping
terhadap saluran cerna sering timbul. Dosis asam mefenamat
adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari.

5
Gambar 4. Stuktur Asam Mefenamat

Sumber : https://bit.ly/34CWCqj
Ketoprofen

Derivat asam propionat ini memiliki efektivitas seperti ibuprofen


dengan sifat antiinflamasi sedang. Absorbsi berlangsung baik
dari lambung dan waktu paruh plasma sekitar 2 jam. Efek
samping sama dengan AINS lain terutama menyebabkan
gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensitivitas. Dosis 2 kali
100 mg sehari, tetapi sebaliknya ditentukan secara individual.

Gambar 5. Stuktur Ketoprofen

Sumber : https://www.pharmawiki.ch/wiki/index.php?
wiki=Ketoprofen

Deksketoprofen Trometamol

Indikasi: nyeri muskuloskeletal akut, dismenore, sakit gigi &


nyeri pasca operasi. Dosis Tab 12,5 mg tiap 4-6 jam atau 25 mg
tiap 8 jam. Nyeri pasca op 25 mg tiap 8 jam. Max Dosis : 75 mg.
Amp 50 mg / mL tiap 8-12 jam. Max Dosis IV / IM :150 mg.
Diberikan 30 menit sebelum makan, terutama untuk meredakan
nyeri akut dengan cepat. Kontraindikasi: Riwayat serangan
asma, bronkospasme, rhinitis akut atau polip hidung, edema atau
urtikaria, tukak lambung, perdarahan lambung, gagal jantung
berat, sedang hingga disfungsi ginjal sedang- berat, disfungsi
hati berat, diatesis hemoragik, gangguan pembekuan darah &

6
terapi antikoagulan, hamil & laktasi.

Piroksikam Dan Meloksikam

Absorbsi peroksikam berlangsung cepat dilambung, terikat 99%


pada protein plasma. T ½ dalam plasma lebih dari 45 jam
sehingga diberikan sekali sehari. Obat ini menjalani siklus
enterohepatik. Frekuensi kejadian efek samping dengan
piroksikam mencapai 11-46 %, dan efek samping yang sering
terjadi adalah gangguan saluran cerna. Efek samping lain adalah
pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Dosis 10-20 mg
sehari diberikan pada pasien yang tidak memberikan respon
yang cukup dengan AINS yang lebih aman. Meloksikam
diberikan dengan dosis 7,5-15 mg sekali sehari. (Gunawan,
2012)

Gambar 6. Stuktur Pirosikam

Sumber : https://bit.ly/3IbELEl

Gambar 7. Stuktur Meloksikam

Sumber : http://fitmedios.info/images/meloxicam_2.gif
Analgesik Narkotik

Analgesik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem

7
saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang
moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit
Kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi atau penyakit ginjal. Analgesik
narkotik sering juga digunakan untuk pramedikasi anastesi, bersama-sama
digunakan dengan atropin, untuk mengontrol sekresi. (Siswandono, 2016)

Aktivitas analgesik narkotik jauh lebih besar dibandingkan dengan


golongan analgesik non narkotik, sehingga disebut pula analgesik kuat.
Golongan ini pada umumnya menimbulkan euforia sehingga banyak disalah
gunakan. Pemberian obat secara terus menerus dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara
cepat. Kelebihan dosisnya dapat menyebabkan kematian karena terjadinya
depresi pernafasan (Siswandono, 2016).
Penggolongan Analgesik Narkotik

Atas dasar cara kerjanya pada reseptor obat golongan narkotik (opiod) ini
dibagi menjadi: 1) Agonis penuh (kuat), 2) Agonis parsial (agonis lemah
sampai sedang), 3) Campuran agonis dan antagonis, 4) Antagonis. Klasifikasi
obat golongan opiod/ narkotik (Gunawan, 2012):

Tabel 1. Klasifikasi Obat Golongan Narkotik


Agonis lemah- Campuran agonis-
Agonis Kuat Antagonis
sedang Antagonis
Morfin Kodein Nalbufin Nalorfin
Hidromorfin Oksikodon Buprenorfin Nalokson
Oksimorfin Hidrokodon Butorfanol Nalrekson
Metadon Propoksifen Pentazosin
Meperidin Difenoksilat
Fentanil
Levorfanol

8
Tabel 2. Farmakologi Analgesik Narkotik
No Nama Obat Farmakologi
Farmakodinamik Farmakokinetik
Turunan Morfin
1. Morfin Mekanisme Kerja: Resorbsinya diusus baik, tetapi
bioavailibilitynya hanya kira-
Berikatan dengan reseptor opioid
kira 25% akibat first pass effect
pada SSP, menghambat jalur
yang besar. Mulai kerjanya
nyeri, mengubah persepsi dan
setelah 1-2 jam dan bertahan
respon terhadap rasa sakit
sampai 7 jam. Resorbsi
menghasilkan depresi umum SSP
suppositoria umumnya sedikit
Indikasi:
lebih baik , secara i.m atau s.c
Khusus pada nyeri hebat, akut dan
baik sekali (Persentase
kronis. Seperti pada fase terminal
pengikatannya pada protein
dari Kanker (Tjay & Rahardja,
:35% (Tjay dan Rahardja, 2010).
2007).
t1/2 eliminasinya: 2,9 jam ±0,5
ESO:
jam (Siswandono, 2016). Morfin
1. Alergi (seperti mual, muntah, dimetabolisme di dalam hati.
tremor, delirium, konvulsi, Ekskresinya melalui kemih,
insomnia, urtikaria, eksantem, empedu dangan siklus
dermatitis kontak, pruritus dan enterohepatis dan tinja (Tjay &
bersin. Rahardja, 2007).
Dosis:
2. Intoksikasi akut (seperti tidur,
Dewasa oral 3-6 dd 10-20 mg garam
koma, frekuensi napas lambat,
HCL, s.c / i.m .3-6 dd 5-20 mg
tekanan darah menurun, syok,
Anak-anak: oral 2 dd 0,1-0,2
pupil mengecil, suhu badan
mg/kg (Tjay & Rahardja, 2007).
rendah, kulit dingin,tonus otot
rangka rendah,depresi napas
dan kematian (Gunawan, 2012).
2. Kodein Mekanisme Kerja: Absorbsi dalam saluran cerna
Lihat mekanisme kerja cukup baik resorbsi rektal baik
hidromorfon (Tjay & Rahardja, 2007).

Indikasi: Obat terikat oleh protein plasma

9
Memiliki khasiat sama ± 7-25%. Kadar plasma tertinggi
seperti induknya, tetapi lebih 0,5-1,5 jam setelah pemberian
lemah, misalnya 6-7 kali oral (Siswandono, 2016).
kurang kuat (Tjay & Metabolisme di hati. Ekskresi
Rahardja, 2007). lewat kemih sebagai glukoronida
ESO: dan 10% secara utuh. t1/2
Pada dosis yang lebih tinggi plasmanya 3-4 jam (Tjay &
(>3 dd 20 mg) menimbulkan Rahardja, 2007).
obstipasi dan mual (Tjay & Dosis:
Rahardja, 2007). Nyeri, oral 3-6 dd 15-60 mg
garam HCl, anak-anak diatas 1
tahun 3-6 dd 0,5 mg/kg (Tjay &
Rahardja, 2007).
No Nama Obat Farmakologi
Farmakodinamik Farmakokinetik
Turunan Meperidin
1. Meperidin/ Durasi analgesinya pada Absorbsi pemberian apapun
Pethidin/ penggunaan klinis 3-5 jam baik. tetapi kecepatan absorbsi
Dolantin/ (Gunawan, 2012) mungkin tidak teratur setelah
isonipekain Mekanisme Kerja: suntikan IM. Kadar puncak
Lihat mekanisme kerja morfin plasma : 45 menit. Setelah
pemberian meperidin IV,
Indikasi:
kadarnya dalam plasma
Analgesik (Hardjosaputra
menurun secara cepat 1-2 jam
et.al.,2008) pertama, kemudian penurunan
berlangsung lebih lambat.
ESO:
Lebih 60% meperidin dalam
Pusing, mual, muntah, keringat
plasma terikat protein. t1/2 petidin
dingin, mulut kering. Pemberian
5 jam. Metabolisme meperidin di
secara suntikan dapat
dalam hati (Gunawan, 2012).
menyebabkan penurunan tekanan
darah (Hardjosaputra et.al., 2008).
Meperidin dapat menurunkan

10
aliran darah otak, kecepatan Dosis: (Hardjosaputra
metabolik otak, dan tekanan intra
et.al.,2008).
kranial, petidin tidak menunda
Tablet: 1-2 tablet (@tablet 50 mg
persalinan, akan tetapi dapat
pethidin HCL) 1-2 dd Injeksi:
masuk ke fetus dan menimbulkan
50-100 mg i.m/s.c
depresi respirasi pada kelahiran
(Gunawan, 2012).
2. Fentanil Mekanisme Kerja: Absorbsi dalam mukosa bukal
Berikatan dengan reseptor (transmukosa): cepat ~25%, 75%
stereospesifik opioid terhadap mengembang dengan saliva dan
banyak tempat dalam SSP, terabsorbsi lemah dalam saluran
meningkatkan ambang nyeri, cerna. Sangat lipofil,teredistibusi
mengubah presepsi nyeri, ke dalam otot dan lemak,dengan
menghambat jalur nyeri pengikatan protein 80%-85% .
(Taketomo, 2002-2003). >90% dimetabolisme dihati.
Indikasi : Diekskresikan didala urine
Penanganan nyeri dan sebagai metabolit dan <10%
penatalaksanaan nyeri kronik sebagai obat. (Taketomo,2002-
(Taketomo, 2002-2003). 2003)

ESO: Dosis:
Depresi pernafasan, kekakuan otot, Pramedikasi 100 mcg i.m. 30-60
hipotensi, bradikardia, menit sebelum operasi. Sebagai
laryngospasme, mual, muntah, tambahan pada anastesi regional
menggigil, kelelahan, halusinasi 50-100 mcg i.m/i.v pelan-pelan
pasca bedah (Hardjosaputra et.al., selama 1-2 menit bila diperlukan
2008). tambahan analgesia. Pasca bedah
(dalam ruang pulih) 50-100 mcg
i.m, dapat diulang dalan 1-2 jam
bila diperlukan (Hardjosaputra

11
et.al.,2008).
No Nama Obat Farmakologi
Farmakodinamik Farmakokinetik
Turunan Lain-Lain
1. Tramadol Mekanisme Kerja: Absorbsi didalam saluran cerna
Sebagian dari efek analgesiknya ± 90% , masa kerja 4-6 jam
dihasilkan oleh inhibisi intake Bioavalibility rata-rata 78% ,
serotonin dan norepinefrin persentase pengikatan pada
(Gunawan, 2012). proteinnya 20% (Siswandono,
Indikasi: 2016). Plasma t1/2 nya 6 jam.
nyeri yang tidak terlampau hebat Efeknya 1 jam bertahan selama
(Tjay & Rahardja, 2007). 6-8 jam mencapai puncak 2-3
ESO: jam . Metabolisme di hati
(Gunawan, 2012). Ekskresinya di
Termangu-mangu, berkeringat,
urin 10% secara utuh (Tjay &
pusing, mulut kering, mual dan
Rahardja, 2007).
muntah juga obstipasi, gatal-gatal,
Dosis:
rash nyeri kepala dan letih
ketergantungan fisik dan konvulsi Dosis anak-anak 1-14 tahun :
(Gunawan, 2012). 3-4 dd 1-2 mg/kg. Diatas 14
tahun 3-4 dd 50-100 mg,
maksimal 400 mg sehari (Tjay &
Rahardja, 2007).

C. FUNGSI ANALGETIK
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Wardoyo &
Zakiah Oktarlina, 2019). Obat ini berfungsi untuk membantu meredakan sakit, misalnya
ketika kita sakit kepala atau sakit gigi. Golongan obat analgesik dibagi menjadi dua yaitu
analgesik opioid/narkotik dan analgetik non-narkotik. Analgesik opioid merupakan
kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin (Mita & Husni, 2017).

12
Golongan obat ini berfungsi untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada
fraktur dan kanker. Obat Analgesik non-narkotik dalam ilmu farmakologi juga sering
dikenal dengan istilah analgetik/analgetika/analgesik perifer. Analgetika perifer (non-
narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Penggunaan obat analgetik non-narkotik atau obat analgesik perifer ini cenderung
mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem
susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.

D. CONTOH MEREK DAGANG ANALGETIK DI PASARAN


Ada beberapa obat analgesik opioid, yaitu metadon, fentanil, kodein,
hidromorfon, sufentanil, tramadol. Obat-obat golongan analgetik non-narkotik dibagi
dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol, salisilat, (asetosal, salisilamida, dan
benorilat), penghambat prostaglandin (NSAID) ibuprofen, derivate-derivat antranilat
(mefena- milat, asam niflumat glafenin, floktafenin, derivate-derivat pirazolinon
(aminofenazon, isopropil penazon, isopro- filaminofenazon), lainnya benzidamin
(Wardoyo & Zakiah Oktarlina, 2019). Obat golongan anti-inflamasi nonsteroid berupa
aspirin dan salisilat lain, derivate asam propionate, asam indolasetat, derivate oksikam,
fenamat, fenilbutazon (Mita & Husni, 2017).

1. Merek Dagang Kodein

Gambar 8. Obat codikaf


Sumber : https://www.mims.com/indonesia/drug/info/codikaf?type=brief&lang=id
Kodein merupakan obat antitusif dan analgesik yang sudah digunakan sejak tahun
1800-an (Lubis, N. M. D., & Ramadhania, 2018). Kodein adalah alkaloid terkandung
dalam opium sebesar 0,7-2,5%, selain itu alkaloid kodein juga ditemukan dalam opioid
sekitar 0,3-3,0%. Kodein merupakan obat analgesik golongan opium yang biasa

13
digunakan untuk penghilang rasa nyeri dari sedang hingga berat (Bahrir, 2019). Kodein
merupakan obat yang paling banyak digunakan dikalangan praktisi kesehatan. Kodein
yaitu sejenis obat batuk, namun dapat menyebabkan ketergantungan/efek adiksi sehingga
peredarannya dibatasi dan diawasi secara ketat. Merek dagang kodein antara lain, codeine
phosphate hemihydrate, codikaf 10, codikaf 15. codikaf 20, codipront, codipront cum
expectorant, dan coditam.
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang; diare; antitusif.
Peringatan:
Penggunaan antitusif yang mengandung kodein atau opioid analgesik sejenis tidak
direkomendasikan pada anak-anak dan sebaiknya dihindari seluruhnya pada anak di
bawah satu tahun.
Interaksi:
 Penurunan efek terapi dari domperidone, metoclopramide, atau cisapride.
 Peningkatan kadar codeine di dalam darah jika digunakan dengan cimetidine.
 Peningkatan risiko terjadinya konstipasi berat jika digunakan dengan obat
golongan antikolinergik atau obat antidiare.
 Peningkatan risiko terjadinya depresi sistem saraf pusat atau depresi saluran
pernapasan (hipoventilasi) jika digunakan dengan benzodiazepine, obat bius,
antihistamin, atau natrium oksibat.
 Peningkatan risiko terjadinya depresi sistem pusat atau justru sebaliknya jika
digunakan dengan monoamine oxidase inhibitor (MAOI).
Kontraindikasi:
Hindari pada depresi napas akut, alkoholisme akut, dan bila terdapat risiko ileus
paralitik; juga hindarkan pada peningkatan tekanan kranial atau cedera kepala
(mempengaruhi respon pupil yang penting untuk penilaian neurologis); hindari injeksi
pada feokromositoma (ada risiko tekanan darah naik sebagai respons terhadap pelepasan
histamin).

Efek Samping:

14
Mual dan muntah (khususnya pada permulaan), konstipasi, dan rasa mengantuk;
dosis lebih besar menyebabkan depresi napas, hipotensi, dan kekakuan otot; efek
samping lain termasuk kesulitan kencing, spasme bilier atau ureter, mulut kering,
berkeringat, sakit kepala, muka memerah, vertigo, bradikardia, takikardia, palpitasi,
hipotensi postural, hipotermia, halusinasi, disforia, perubahan suasana hati (mood),
kertergantungan, miosis, menurunnya libido atau potensi, ruam kulit, urtikaria, dan
pruritus.
Dosis:
Per oral, 30-60 mg setiap 4 jam ketika dibutuhkan, hingga maksimal 240 mg
sehari; anak 1-12 tahun, 3 mg/kg bb sehari dengan dosis terbagi. Melalui injeksi
intramuskular, 30-60 mg setiap 4 jam ketika dibutuhkan.

2. Merek Dagang Fentanil

Gambar 9. Fentanil
Sumber : https://aladokter.com/obat/fentanil/
Fentanil merupakan obat golongan opioid yang banyak digunakan sebagai
antinyeri. Ditemukan pertama kali pada tahun 1960 oleh Jansen, fentanil telah
diujicobakan pada hewan sebelum digunkan pada manusia (Rudi Hartono, Wiwi Jaya,
2013). Merek dagang fentanil antara lain durogesic, fentanyl citrate dan fentanyl.

Indikasi:
Nyeri tiba-tiba pada pasien yang sudah dalam terapi opioid untuk nyeri
kanker kronik; nyeri kronik yang sukar ditangani; indikasi lain.
Peringatan:

15
Lihat pada Garam Morfin dan keterangan di atas.
Interaksi:
 Peningkatan risiko terjadinya sindrom serotonin jika digunakan dengan obat
antidepresan.
 Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang fatal, seperti kejang, koma,
bahkan kematian jika digunakan bersama obat golongan opioid lainnya,
seperti morfin atau tramadol.
 Penurunan kadar fentanyl dalam darah jika digunakan dengan phenobarbital,
carbamazepine, phenytoin, amonium klorida, atau rifampicin.
 Peningkatan risiko terjadinya hipotensi jika digunakan dengan phenotiazine.
Kontraindikasi:
Hindari pada depresi napas akut, alkoholisme akut, dan bila terdapat risiko
ileus paralitik; juga hindarkan pada peningkatan tekanan kranial atau cedera kepala
(mempengaruhi respon pupil yang penting untuk penilaian neurologis); hindari
injeksi pada feokromositoma (ada risiko tekanan darah naik sebagai respons
terhadap pelepasan histamin).
Efek Samping:
Mual, muntah, konstipasi, dan rasa mengantuk. Dosis yang lebih besar
menimbulkan depresi napas dan hipotensi.
Penggunaan:
Durogesic (Janssen, Belgia/ Kimia Farma) 2,5 mg, 5 mg, 7,5 mg, 10
mg/cakram transdermal; self-adhesive; transparan; tapel fentanil; '25' (melepaskan
kira-kira 25 mcg/jam untuk 72 jam); '50' patch (melepaskan kira-kira 50 mcg/jam
untuk 72 jam); '75' patch (melepaskan kira-kira 75 mcg/jam untuk 72 jam); '100'
patch (melepaskan kira-kira 100 mcg/jam untuk 72 jam).

3. Merek Dagang Hidromorfon

16
Gambar 10. Jurnista
Sumber https://pharmafoto.ch/jurnista-cpr-ret-8-mg-14-pce/
Hidromorfon (hydromorphone) adalah obat antinyeri golongan opioid. Obat
ini digunakan untuk meredakan nyeri akut sedang hingga berat, serta nyeri kronis
yang parah seperti nyeri akibat kanker. Merek dagang hidromorfon hidroklorida
adalah jurnista.
Indikasi:
Nyeri sedang hingga berat pada pasien kanker.
Peringatan:
Tidak disarankan untuk remaja, hati-hati penggunaan pada lansia, risiko ileus
paralitik, depresi pernapasan, PPOK, pasien yang mendapat anestesi, pasien yang
mengalami cedera kepala dan peningkatan tekanan intrakranial, konstipasi kronik,
radang atau gangguan obstruktif usus besar, pankreatitis akut, penyakit saluran
empedu atau menjalani operasi saluran empedu, pasien dengan insufisiensi ginjal
atau hati ringan hingga sedang, insufisiensi adrenokortikal, miksedem,
hipotiroidisme, hipertrofi prostat atau striktur uretra, depresi SSP, kifoskoliosis,
psikosis toksik, alkoholisme akut, tremens delirium, gangguan konvulsi, penghentian
secara tiba-tiba dapat menyebabkan gejala putus obat, dapat mengganggu
kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin.
Interaksi:
Penggunaan bersama penghambat MAO dapat menyebabkan perangsangan atau
depresi SSP, meningkatkan atau menurunkan tekanan darah, agonis/antagonis
morfin (buprenorfin, nalbufin, atau pentazosin) dapat menurunkan efek analgesik

17
sehingga mengarah ke risiko gejala putus obat, obat penekan SSP, alkohol, dan
relaksan otot.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, nyeri akut dan setelah operasi, asma, anak, kehamilan, saat
proses melahirkan, menyusui, penurunan fungsi hati berat, insufisiensi pernapasan,
nyeri perut akut, dalam terapi penghambat MAO atau masih dalam 14 hari setelah
penggunaan penghambat MAO, terapi dengan buprenorfin, nalbufin, atau
pentazosin, pasien koma.
Efek Samping:
Konstipasi, mual dan muntah, mengantuk, sakit kepala dan pusing, diare,
pruritus, astenia, udem.
Dosis:
4 mg tiap 24 jam, dapat dinaikkan sesuai kebutuhan. Pada pasien yang belum
pernah menggunakan opioid, dosis awal tidak boleh lebih dari 8 mg per 24 jam.
Dosis dapat dinaikkan atau diturunkan tergantung respon, dan dosis tidak boleh
dititrasi kurang dari 2 hari. Hentikan penggunaan analgesik opioid around-the-clock
lainnya. Dapat digunakan bersamaan dengan analgesik non opioid.

4. Merek Dagang Parasetamol

Gambar 11. Panadol


Sumber : https://www.watsons.co.id/panadol-paracetamol-10-kaplet/p/BP_10339

Parasetamol digunakan untuk meredakan nyeri ringan atau sedang dan kondisi
demam ringan (Oktaviana et al., 2019). Parasetamol atau asetaminofen adalah
metabolit aktif fenasetin dan berperan menghasilkan efek analgesik. Parasetamol

18
termasuk obat bebas yang banyak digunakan masyarakat sebagai analgetik dan
antipiretik, karena relatif mudah didapatkan di apotek. Adapun merek dagang
paracetamol yang bisa dijumpai adalah Panadol, Naprex, Paramol, Mixagrip Flu,
Hufagesic, Paramex SK, Sanmol, Sumagesic, Termorex, dan Poro.

Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.

Peringatan:
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, ketergantungan alkohol.

Interaksi:
Paracetamol dapat menimbulkan interaksi jika digunakan dengan obat lainnya,
antara lain;
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan warfarin.

 Penurunan kadar paracetamol dalam darah jika digunakan dengan


carbamazepine, colestiramine, phenobarbital, phenytoin, atau primidone.

 Peningkatan risiko terjadinya efek samping obat busulfan.

 Peningkatan penyerapan paracetamol jika digunakan dengan


metoclopramide,domperidone, chloramphenicol, atau probenecid.

 Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati jika digunakan dengan isoniazid.

 Peningkatan risiko kerusakan fungsi hati pada pengunaan bersama alkohol.

Kontraindikasi:
Gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.

Efek Samping:
Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi hipersensitivitas,
ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia, neutropenia),
hipotensi juga dilaporkan pada infus,

Penting:

19
Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat
menyebabkan kerusakan hati, lihat pengobatan pada keadaan darurat karena
keracunan.

Dosis:
Oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari; anak–anak
umur 2 bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3
bulan (hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb jika jaundice), 3 bulan–
1 tahun 60 mg–120 mg, 1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500 mg, dosis ini
dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam),
infus intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih
dari 50 kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari, dewasa dan anak–
anak dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60
mg/kg bb per hari.

5. Merek Dagang Asetosal

Gambar12. Aspilets
Sumber : https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/aspilets-10-tablet

Asetosal atau asam asetil salisilat merupakan jenis obat turunan salisilat
(Kuntari, T. Aprianto, R. Hadiyati Noor, 2017). Asetosal yang sering dikenal sebagai
aspirin digunakan oleh masyarakat luas sebagai analgesik atau penahan rasa sakit
atau nyeri minor, antipiterik (penurun demam) dan anti-inflamasi (peradangan).
Merek dagang asetosal antara lain Acetylsalicylic Acid, Apstor, Ascardia, Aspilets,
Astika, Bodrexin, Cardio Aspirin, Cartylo, Contrexyn, Coplavix, Farmasal,
Gramasal, Inzana, Miniaspi 80, Naspro, Nogren, Nospirinal, Novosta, Thrombo
Aspilets

20
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang, demam
Peringatan:
Asma; penyakit alergi; gangguan fungsi ginjal ; menurunnya fungsi hati;
dehidrasi; sebaiknya hindarkan pengunaan pada demam atau infeksi virus pada
remaja (risiko Sindrom Reye); kehamilan; pasien lansia; defisiensi G6PD.
Interaksi:
Ada beberapa efek interaksi yang bisa terjadi jika aspirin digunakan bersama
obat lainnya, antara lain:
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan atau luka pada saluran pencernaan
jika digunakan dengan kortikosteroid atau OAINS lain, seperti ibuprofen.
 Peningkatan risiko terjadinya kerusakan sel darah jika digunakan bersama
methotrexate.
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama obat
pengencer darah yang lain, seperti heparin, warfarin, phenindione,
clopidogrel, atau dipyridamole.
 Peningkatan risiko terjadinya asidosis dan kerusakan pada sistem saraf pusat
jika digunakan bersama acetazolamide.
Kontraindikasi:
Anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu menyusui (Sindrom Reye;);
riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna; hemofilia; tidak untuk
pengobatan gout. hipersensitivitas. Asetosal dan AINS lainnya tidak boleh diberikan
kepada penderita dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lain;
termasuk pasien yang terserang asma; angioudema; urtikaria atau rinitis yang
ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain. Sindrom Reye. Karena hubungannya
dengan Sindrom Reye, maka sediaan yang mengandung asetosal tidak diberikan
pada anak dan remaja di bawah usia 16 tahun, kecuali ada indikasi yang spesifik
misalnya untuk pengobatan Sindrom Kawasaki.
Efek Samping:

21
Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk terjadinya
iritasi saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimptomatis; memanjangnya
bleeding time; bronkospasme; dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif.
Dosis:
Sebanyak 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan; maksimum 4 g per hari.
Anak dan remaja tidak dianjurkan.
6. Merek Dagang Ibuprofen
Bentuk obat: Tablet, kapsul, sirup, suntik
Merek dagang: Arbupon, Bodrex Extra, Bodrexin IBP, Ibuprofen, Intrafen, Neo
Rheumacyl, Novaxifen, Oskadon SP, Paramex Nyeri Otot, Procold Obat Sakit
Kepala, Proris.

Gambar13. Arbupon tablet dan sirup


Sumber : https://www.pyfa.co.id/id/produk/arbupon-2/

Ibuprofen adalah obat yang tergolong dalam kelompok obat anti-inflamasi nonsteroid
dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis. Ibuprofen diindikasikan
sebagai analgesik (pengurang rasa nyeri) dan antipiretik (penurun panas).
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau
pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala
osteoartritis, gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak.
Peringatan:
Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan, persalinan, menyusui, pasien dengan
perdarahan, ulkus, perforasi pada lambung, gangguan pernafasan, gangguan fungsi
jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi tidak terkontrol,

22
hiperlipidemia, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik,
penyakit serebrovaskular, penyakit arteri periferal, dehidrasi, meningitis aseptik.
Interaksi:
AINS dan penghambat selektif COX-2: berpotensi menimbulkan efek adiktif.
Glikosida jantung: menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan
konsentrasi plasma glikosida jantung. Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus atau
perdarahan lambung. Antikoagulan (warfarin): meningkatkan efek dari antikoagulan.
Antiplatelet dan golongan SSRI (klopidogrel, tiklopidin): meningkat risiko
perdarahan lambung. Asetosal: meningkatkan risiko efek samping. Anti hipertensi:
menurunkan efek anti hipertensi. Diuretik: meningkatkan risiko nefrotoksik. Litium:
mempercepat eliminasi litium. Metotreksat: mengurangi bersihan metotreksat.
Siklosporin dan takrolimus: meningkatkan risiko nefrotoksik. Zidovudin:
meningkatkan risiko gangguan hematologi. Kuinolon: meningkatkan risiko kejang.
Aminoglikosida: menurunkan eksresi aminoglikosida. Mifepriston: jangan gunakan
AINS selama 8 – 12 hari setelah terapi mifepriston karena dapat mengurangi efek
mifepriston. Ginkgo biloba: meningkatkan risiko perdarahan.
Kontraindikasi:
Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus duodenum dan
lambung), hipersensitivitas, polip pada hidung, angioedema, asma, rinitis, serta
urtikaria ketika menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.
Efek Samping:
Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen,
konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum: rinitis,
ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus
lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi hati, urtikaria, purpura, angioedema,
nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis aseptik, gangguan hematologi, reaksi
anafilaktik, depresi, kebingungan, neuritis optik, neuropati optik, edema. Sangat
jarang: pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform, sindroma Stevens –
Johnson, nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard, hipertensi.
Dosis:

23
Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50
mg 3-4 kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-
4 kali sehari. Tidak boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7
kg. Sebaiknya diminum setelah makan. Osteoartritis, artritis reumatoid. 1200 mg –
1800 mg 3 kali sehari. Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400 mg/hari, jika kondisi
sudah stabil selanjutnya dosis dikurangi hingga maksimum 1800 mg/hari.
7. Merek Dagang Asam Mefenamat

Gambar 14 . Omestan tablet dan sirup


Sumber : https://www.goapotik.com/produk/omestan-500-mg-box-100-kaplet
Asam mefenamat merupakan obat yang seringkali digunakan untuk pengobatan
nyeri radang (Harimurti et al., 2020). Asam mefenamat berfungsi untuk meredakan
nyeri seperti sakit gigi, sakit kepala, dan nyeri haid. Asam mefenamat tersedia dalam
bentuk tablet 250 mg, tablet 500 mg, dan sirup. Merek dagang asam mefenamat
antara lain, mefinal, anastan, opistan, lapistan, omestan, asmef, trifastan, ponstan,
novastan, mefinter.
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer,
termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca operasi.
Peringatan:
Risiko kardiovaskular; AINS dapat meningkatkan risiko kejadian trombotik
kardiovaskuler serius, infark miokard, dan stroke, yang dapat fatal. Risiko ini
bertambah dengan lamanya penggunaan. Pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau
faktor risiko untuk penyakit kardiovaskuler berada dalam risiko yang lebih tinggi.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien lansia, pengobatan jangka lama lakukan tes
darah.
Interaksi:

24
 Dapat meningkatkan risiko perdarahan jika diberikan bersamaan dengan obat
anti-inflamasi nonsteroid atau salisilat lainnya (misalnya aspirin),
antikoagulan (seperti warfarin), kortikosteroid, dan SSRI
 Meningkatkan kadar plasma dan penurunan pembersihan lithium pada ginjal
 Meningkatkan konsentrasi serum digoxin dan metotreksat
 Menurunkan efek natriuretik diuretik (misalnya furosemide,
hydrochlorothiazide)
 Meningkatkan risiko nefrotoksisitas siklosporin atau tacrolimus
 Dapat menurunkan kemanjuran agen antihipertensi (misalnya ACE inhibitor,
antagonis angiotensin II, dan ß-blocker)
Kontraindikasi:
Pengobatan nyeri peri operatif pada operasi CABG, peradangan usus besar.
Efek Samping:
Gangguan sistem darah dan limpatik berupa agranulositosis, anemia aplastika,
anemia hemolitika autoimun, hipoplasia sumsum tulang, penurunan hematokrit,
eosinofilia, leukopenia, pansitopenia, dan purpura trombositopenia.
Dapat terjadi reaksi anafilaksis. Pada sistem syaraf dapat mengakibatkan meningitis
aseptik, pandangan kabur; konvulsi, mengantuk. Diare, ruam kulit (hentikan
pengobatan), kejang pada overdosis.
Dosis:
500 mg 3 kali sehari sebaiknya setelah makan; selama tidak lebih dari 7 hari.
8. Merek Dagang Benzydamine

Gambar 15. Tantum Verde

25
Sumber : https://bit.ly/3tSX2kJ

Benzydamine adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang bekerja


secara lokal dengan sifat anestesi dan analgesik. Obat ini juga dikenal sebagai
benzydamine hydrochloride (HCL). Benzydamine HCl merupakan obat anti-inflamasi
yang dipergunakan secara luas untuk pengobatan daerah mulut yang termasuk ke
dalam golongan nonsteroid anti-inflamatory drug (NSAID) berbentuk topikal. Selain
sebagai anti-inflamasi, benzydamine HCl juga mempunyai efek analgesia sebagai
anestetik lokal yang tidak mengubah fungsi mukosa oral, bahkan dapat berperan
sebagai protektor mukosa sehingga akan mengurangi nyeri tenggorok akibat
kerusakan mukosa (Firza et al., 2017). Merek dagang benzyldamine di pasaran antara
lain, tanflex, tantum verde, pharixia, benficlam, Coolora Mouthwash, dan Pharixia
Alcohol Free.
Indikasi:
Kondisi inflamasi orofaring yang sakit.
Efek Samping:
Rasa menyengat atau kekakuan.
E. KAJIAN ANALGETIK DALAM AL-QURAN DAN HADIST

Analgetik adalah obat pereda nyeri untuk menghilangkan rasa sakit akibat radang
sendi, operasi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, kram menstruasi, dan nyeri otot. Obat
pereda nyeri analgesik ditelan lewat mulut (diminum) sesuai anjuran dokter atau sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan. Penggunaan dosis dan lama waktu konsumsi obat
ditentukan berdasarkan kondisi medis dan respon tubuh terhadap perawatan.

Ada penyakit lahir (fisik) yang bisa diobati dengan obat-obatan yang sesuai Al-Qur’an
dengan alqur’an
a. Mengobati dengan Madu
Firman Allah SWT yang berbunyi :

ٌ ِ‫ت فَا ْسلُ ِك ْ„ي ُسبُ َل َرب ِِّك ُذلُاًل ۗ يَ ْخ ُر ُج ِم ۢ ْن بُطُوْ نِهَا َش َرابٌ ُّم ْختَل‬
‫ف اَ ْل َوانُهٗ ۖفِ ْي ِه ِشفَ ۤا ٌء‬ ِ ‫ثُ َّم ُكلِ ْي ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم ٰر‬
َ ِ‫اس اِ َّن فِ ْي ٰذل‬
َ‫ك اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ ِ ۗ َّ‫لِّلن‬

26
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”

Madu merupakan makanan sekaligus obat yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-
Qur’an oleh karena itu, Rasullah SAW menyukai madu sebagai makanan bahkan sebagai
penyembuh penyakit bahkan, beliau suka meminum madu dipagi hari dengan dicampur air
dingin untuk menjaga atau mengobati penyakit khusus. Madu adalah bahan alami yang
memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh lebah dari nektar atau sari bunga atau
cairan yang berasal dari bagian-bagian tanaman hidup yang dikumpulkan, diubah
dan diikat dengan senyawa tertentu oleh lebah kemudian disimpan pada sarang
yang berbentuk heksagonal (Al Fady, 2015). Manfaat madu juga bisa untuk
pengganti gula, mudah dicerna, bisa sebagai sumber vitamin dan mineral , dan bisa
untuk penyembuhan luka.

b. Pengobatan dengan Bekam

Bekam nama lainya adalah hijamah.Berbekam adalah proses pengeluaran darah


kotor melalui kulit.Diantara manfaat berbekam adalah untuk membuang darah kotor
(tempat bersarangnya bibit penyakit, virus Aids HIV, TBC, tumor kanker ). Dengan
banyak darah kotor didalam tubuh akan membuat kita lemah, lesu kurang semangat
dalam hal positip, dan karena setan jin juga bersarang dalam darah kotor. Landasan
berbekam sebagaiman sabda Rasulullah SAW Yang berbunyi :

Artinya:

“Sebaik-baik pengobatan yang kalian gunakan adalah bekam”. (HR. Imam Ahmad )”.

27
Terapi bekam kerap dijadikan sebagai pelengkap perawatan beberapa penyakit atau
masalah kesehatan kronis, seperti :

 Migraine
 Nyeri otot di bagian leher, panggul, dan kaki
 Tekanan darah tinggi
 Kelainan darah, seperti hemofilia dan anemia
 Masalah kesuburan dan gangguan kandungan
 Penyakit rematik, seperti fibromyalgia dan radang sendi
 Masalah kulit, seperti jerawat dan eksim
 Kecemasan dan depresi
 Dll

Manfaat bekam sebagai metode pengobatan alternatif berbagai penyakit di atas


berasal dari efeknya yang dapat melancarkan pembuluh darah, merangsang kinerja
saraf, meningkatkan imunitas tubuh, dan membuat tubuh lebih rileks (Ihsan, 2016).
Usaha seseorang untuk melakukan pengobatan didasari oleh ayat al-Qur’an
sebagai berikut:

‫اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا„ َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم‬ 

Artinya :”Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S Ar-Ra’d : 11).

Ayat tersebut menjelaskan jika seseorang mengalami atau terserang penyakit


maka dibutuhkan usaha baginya untuk menyembuhkan penyakitnya dan membuat
tubuhnya sehat kembali. Salah satu usaha untuk mengatasi penyakitnya adalah dengan
cara pengobatan atau mengunjungi ahli kesehatan.

Salah satu penyakit penting dan sering menjadi penyebab terbanyak dan
mendorong seseorang untuk mancari pengobatan antara lain yaitu nyeri akibat
penyakit kanker, jantung, lambung dan lain-lain.

Hadis yang menerangkan tentang penyakit jantung diriwayatkan oleh H.R.


Bukhari Muslim yang artinya “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada

28
segumpah daging, bila ia baik maka akan sehatlah seluruh tubuh, dan jika ia rusak
maka sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah, sesungguhnya itu adalah al-Qolbu”.

Ada ayat al-Qur’an lain yang juga menerangkan tentang penyembuhan seluruh
penyakit yang sakit mula dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Dengan
membaca surah AlIkhlas, Al-Falaq dan surah An-Nas sebanyak tiga kali.

Hadist lain yang juga menjelaskan mengenai pengobatan penyakit adalah ُ

ُّ ‫ض فَ َما ِس َواهُ ِإاَّل َحطَّ هَّللا ُ بِ ِه َسيَِّئاتِ ِه َك َما تَح‬


‫ُط ال َّش َج َرةُ َو َرقَهَا‬ ٍ ‫ُصيبُهُ َأ ًذى ِم ْن َم َر‬
ِ ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم ي‬

Artinya: “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya,


melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang
menggugurkan daun-daunnya”. [HR. Bukhari dan Muslim]

ِ ‫صيبُ ْال ُمْؤ ِمنَ ِم ْن َشوْ َك ٍة فَ َما فَوْ قَهَا ِإاَّل َرفَ َعهُ هَّللا ُ بِهَا د ََر َجةً َأوْ َحطَّ َع ْنهُ بِهَا خ‬
ً‫َطيَئة‬ ِ ُ‫َما ي‬

Artinya: “Tidak ada satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim
berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah SWT akan mengangkat
derajatnya atau menghapus kesalahannya” [HR. Muslim] (Purba et al., 2021).

29
DAFTAR PUSTAKA

Bahrir, A. J. (2019). Penyalahgunaan Obat Kodein dan Tahapan Pembuktiannya: Tiga Laporan
Kasus. Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan Kimia, 20(2), 102.
https://doi.org/10.35580/chemica.v20i2.13631

Firza, T. A., Umar, N., & Ihsan, M. (2017). Perbandingan Obat Kumur Benzydamine
Hydrochloride 22,5 mg dan Ketamin 40 mg dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok dan Suara
Serak Akibat Intubasi Endotrakeal. Jurnal Anestesi Perioperatif, 5(1), 10–20.
https://doi.org/10.15851/jap.v5n1.997

Gunawan, S. G. (2012). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Badan Penerbit FKUI.

Harimurti, S., Ulandari, S., Widada, H., & Damarwati, V. L. (2020). Identifikasi Parasetamol dan
Asam Mefenamat pada Jamu Pegel Linu dan Asam Urat yang Beredar di Daerah Istimewa
Yogyakarta. JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 5(2), 179.
https://doi.org/10.20961/jpscr.v5i2.41929

Ihsan, M. (2016). Pengobatan Ala Rasulullah SAW Sebagai Pendekatan Antropologis Dalam
Islamiah Di Desa Rensing Kecamatan Sakra Barat. Jurnal Stusi Keislaman dan Ilmu
Pendidikan, 4.

Kuntari, T. Aprianto, R. Hadiyati Noor, B. (2017). OBAT SAKIT KEPALA DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV. 6(1), 31–40.

Lubis, N. M. D., & Ramadhania, Z. M. (2018). Efek Samping Penggunaan Kodein Pada
Pediatrik. Farmaka, 16(2), 64–70.

Mita, R. S., & Husni, P. (2017). Pemberian Pemahaman Mengenai Penggunaan Obat Analgesik
Secara Rasional Pada Masyarakat Di Arjasari Kabupaten Bandung. Aplikasi Ipteks untuk
Masyarakat, 6(3), 193–194.

Oktaviana, E., Hidayati, I. R., & Pristianty, L. (2019). Pengaruh Pengetahuan terhadap
Penggunaan Obat Parasetamol yang Rasional dalam Swamedikasi (Studi pada Ibu Rumah
Tangga di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo). Jurnal Farmasi
Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(2), 44. https://doi.org/10.20473/jfiki.v4i22017.44-50

30
Purba, R. A., Kesumadewi, T., & Inayati, A. (2021). Penerapan Terapi Murottal Al-Qur’an
Terhadap Nyeri Pada Pasien Kolik Abdomen Dan Dispepsia Di Rsud Jend. Ahmad Yani
Kota Metro. Jurnal Cendikia Muda, 2, 497–505.
https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/view/377/238

Rudi Hartono, Wiwi Jaya, D. R. B. (2013). Pengaruh Pemberian Fentanyl 1µg/Kgbb Sebagai
Ajuvan pada Bupivacaine 0,5% Pada Pasien yang Akan Dilakukan Epidural di Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang Terhadap Onset Blok Motorik dan Sensorik The. Jurnal anestesi,
5(2), 22–33.

Siswandono. (2016). KIMIA MEDISINAL 2, Edisi Kedua (Nomor October 2016). Airlangga
University Press.

Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya. PT Elex Media Komputindo.

Wardoyo, A. V., & Zakiah Oktarlina, R. (2019). LITERATURE REVIEW Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Terhadap Obat Analgesik Pada Swamedikasi Untuk Mengatasi Nyeri Akut.
Association Between the Level of Public Knowledge Regarding Analgesic Drugs And Self-
Medication in Acute Pain, 10(2), 156–160. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.138

31

Anda mungkin juga menyukai