Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI

“ANALGETIK”
DOSEN PEMBIMBING:
apt., Dini Lina Agustanti., S.Far., MM

DI SUSUN OLEH:
Nenden Intan Febriani 2022190005
Annisa Rahmawati 2022190014
Silvi Novita Sari 2022190016

Prodi D3 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
Jl. Kyai Hasyim Asyari Mojotengah Wonosobo 56351
KATA PENGANTAR

Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


nikmatnya sehinga memberikan kita kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah pancasila yang diampu oleh Ibu Dini Lina Agustanti., S.Far., MM. Makalah
ini membahas mengenai “ANALGETIK”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi kami dan bagi pembaca.

Kami sebagai penulis tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dini Lina Agustanti., S.Far., MM selaku dosen pengampu dan tidak lupa juga teman
teman yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya


sempurna. Maka dari itu, kami terbuka terhadap kritikan dan saran yang dapat
membuat kami berkembang agar pada tugas berikutnya dapat membuat makalah
yang lebih baik

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wonosobo, 17 Juli 2023

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASA...............................................................................2
A. Pengertian analgetic.......................................................................2
B. Penggolongan obat analgetic.........................................................2
C. Penggunaan analgetik-antipiretik dalam kehamilan.................4
D. Efek samping obat analgetic-antipiretik......................................5
E. Jenis obat analgetic........................................................................6
F. Peringatan sebelum menggunakan obat analgetik-antipiretik. 8
BAB III PENUTUP....................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................9
B. Saran...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................10
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila


tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun
obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat
dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat sekaligus dalam
satu periode (polifarmasi ) digunakan bersama-sama. Interaksi obat berarti saling
pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami
berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-
proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan
eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara
bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat
berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan atau mengurangi
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik sering dikonsumsi untuk meredakan
gejala seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit saat menstruasi, nyeri otot, sakit perut,
kelelahan dan lainya. Analgetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu golongan opioid
(narkotik) dan non-opioid. Analgetik golongan opioid dalam penggunaan berulang
dapat menimbulkan ketergantungan dan toleransi. Sedangkan analgetik non-opioid
adalah analgetik yang tidak menimbulkan ketergantungan dan toleransi fisik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian analgetic?


2. Apa saja penggolongan obat analgetic?
3. Bagaimana penggunaan analgetik-antipiretik dalam kehamilan?
4. Apa efek samping obat analgetic-antipiretik?
5. Apa saja jenis obat analgetic?
6. Peringatan Sebelum Menggunakan Obat Analgetik-Antipiretik!

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian analgetic
b. Untuk mengetahui penggolongan obat analgetic
c. Untuk mengetahui penggunaan analgetik-antipiretik dalam kehamilan
d. Untuk mengetahui efek samping obat analgetik-antipiretik
e. Untuk mengetahui jenis obat analgetic
f. Untuk mengetahui peringatan sebelum menggunakan obat analgetik-antipiretik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analgetik

Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit
atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari
dua proses, yakni:
1. Penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan
individu terhadap perangsang ini.
2. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan
mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan
reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya
adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-
gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman
atau kejang-kejang otot.
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi
yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat
tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf
bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat
ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP)
melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam
otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri
yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan
prostaglandin-prostagladin, serta ion-ion kalium. Berdasarkan proses terjadinya
nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh
analgetika perifer atau anestetika lokal.
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan
anestetika local.
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika sentral
(narkotika) atau anestetika umum.

Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut berperan,
misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si pasien.

B. Penggolongan Obat Analgetik

Golongan obat analgesik dibagi menjadi dua yaitu analgesik opioid/narkotik dan
analgetik non - narkotik.
1. Analgetik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat
empat, yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal,
obat perifer bersama kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau
rectal, obat Opioid parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan
dengan co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau
prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat
kerja yang terletak di sistem saraf pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat
meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis
dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan
dihentikan. Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi
potensi. Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah,
konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta
depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai
untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia
tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan
sebagai pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan
nyeri, morfin dapat menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih digunakan
di Indonesia :
 Morfin HCL,
 Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
 Fentanil HCL,
 Petinidin, dan
 Tramadol.
Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong narkotika tetapi
menurut undang-undang tidak sebagai narkotik, karena kemungkinan
menimbulkan ketergantungan.

2. Analgetik Non-Narkotik
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi
Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan.
Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu
badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya
berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran
kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat
cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta
pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin
menstimulasi ujung staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS
dapat menghambat sintesis PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya
perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik
dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin
adalah penghambat sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
Salisilat merupakan protipe AINS yang sampai sekarang masih digunakan.
Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam asetil salisilat), salisid, dan
meril salisilat bersifat toksik jika tertelan oleh Karen itu, hanya dipakai topical
untuk menghangatkan kulit dan antigatal ( antpruritus). Golongan salisilat dapat
mengiritasi lapisan mukosa lambung. Organ yang peka pada efek ini akan
mengalami mual setelah minum aspirin. Dalam lambung . PG berperan serta
dalam mekanisme perlindungan mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG
berfungsi meningkatkan daya tahan membrane mukosa lambung. Aspirin selain
berefek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, daalam dosis kecil juga
berfungsi sebagai antitrombosis (antiplatelet). Pada dosis kecil, aspirin dapat
menghambat agreasi trombosit (antikoagulan) mencegah terbentuknya thrombus
pada penderita infark jantung sehingga ddapat mengurangi timbulnya stroke.

C. Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan


Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil
harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat
menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat
menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam
sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa
situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik,
maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat.
Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang
dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi
anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin.
Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh
obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase
berikut:
a. Fase Implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini
obat dapat member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali. Jika terjadi
pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya
kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8
minggu. Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan
organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya
malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan
bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ
dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda.
Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak
letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika
bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi
maka terjadi cacat (pembentukan salah)
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
 Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul
kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
 Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
 Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik
(struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri
berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
 Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini
terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa
asing bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik
terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan dengan
masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot dan sendi
karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak berkaitan
dengan proses radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam
jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses
radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian yang
seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis
obat yang paling tepat.
Pemakaian obat NSAID (Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya
dihindari pada wanita hamil. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin
dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus
arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan
tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID selama trimester akhir
kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa hari sebelum hari
perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah
diklofenac, diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam
mefenamat, nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat,
sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk
menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan,
NSAID dapat memperpanjang masa kehamilan.

D. Efek Samping Obat Analgetik dan Antipiretik

1. Gangguan saluran cerna


Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin berperan
melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam
lambung dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding
saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam lambung yang bisa merusak.
2. Gangguan Hati (Hepar)
Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol. Untuk
penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain
3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal. Karena
prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu, terjadi
gangguan homeostasis.
4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat berupa
rinitis vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.
E. Jenis – jenis Obat Analgetik

 Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat jenis analgetik dan antipiretik yang
dijual bebas atau bisa didapatkan tanpa resep dokter. Paracetamol diketahui bekerja
pada pusat pengaturan suhu yang ada di otak untuk menurunkan suhu tubuh. Obat ini
juga menghambat produksi zat penyebab peradangan, sehingga bisa meredakan
nyeri.
Bentuk obat: Tablet, kaplet, sirop, drop, infus, suppositoria
 Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat antiinflamasi nonsteroid
adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat zat penyebab peradangan, yaitu
prostaglandin. Perlu diketahui bahwa beberapa obat NSAIDs lebih banyak digunakan
sebagai analgetik dari pada antipiretik. Beberapa obat yang termasuk obat NSAIDs
adalah:

1. Aspirin
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Aspirin, Naspro, Nogren, Poldan Mig, Remasal
2. Ibuprofen
Bentuk obat: Tablet, kapsul, sirop, suntik
Merek dagang: Anafen, Arbupon, Arthrifen Plus, Axofen, Bodrex Extra, Bodrexin
IBP, Brufen, Hufagripp TMP, Ibuprofen, Intrafen, Ifen 400, Neo Rheumacyl,
Novaxifen, Oskadon SP, Paramex Nyeri Otot, Peinlos 400, Procold, Proris
3. Naproxen
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Alif 500, Xenifar
4. Ketoprofen
Bentuk obat: Tablet salut selaput, kapsul, suntik, suppositoria, gel
Merek dagang: Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges, Rhetoflam, Kaltrofen,
Nasaflam, Profenid
Ketoprofen lebih sering digunakan sebagai pereda nyeri daripada penurun demam.
5. Diclofenac
Bentuk obat: Tablet, kapsul, suntik, gel, tetes mata, suppositoria
Merek dagang: Aclonac, Cataflam, Clofecon, Diclofenac Potassium, Diclofenac
Sodium, Eflagen, Exaflam, Fenavel, Hotin DCL, Kaflam, Lafen, Scantaren,
Simflamfas, Voltadex, Voltaren, Zelona
Diclofenac lebih banyak digunakan sebagai pereda nyeri daripada penurun demam.
6. Piroxicam
Bentuk obat: Tablet, kapsul, gel
Merek dagang: Artimatic 10, Benoxicam, Counterpain PXM, Denicam 20, Faxiden,
Flaxicam, Infeld 20, Lanareuma, Genroxi, Lexicam, Miradene, Piroxicam, Pirocam,
Roxidene 20, Robilex-20, Rosic 20, Scandene Plus, Tropidene, Wiros, Yasiden
Piroxicam lebih umum digunakan sebagai pereda nyeri daripada pereda demam.
7. Meloxicam
Bentuk obat: Tablet, tablet salut selaput, suppositoria, suntik
Merek dagang: Flamoxi, Fri-Art, Hexcam, Mecox, Melocid, Meloxicam,Ostelox, X-
Cam.
Meloxicam lebih sering digunakan sebagai pereda nyeri daripada penurun demam.
8. Ketorolac
Bentuk obat: Tablet, suntik
Merek dagang: Dolac, Erphapain, Etofion, Farpain 30, Ketoflam, Ketorolac
Trometamol, Ketorolac Tromethamine, Ketosic, Ketrobat 30, Lactor, Lantipain,
Lantipain 30, Latorec, Matolac, Quapain, Rativol, Remopain 3%, Rindopain, Scelto
30
Ketorolac lebih sering digunakan sebagai pereda nyeri daripada pereda demam.
9. Asam mefenamat
Bentuk obat: Tablet, kapsul, suspensi
Merek dagang: Allogon, Asmef, Benostan, Bimastan, Corstanal, Costan, Datan
Forte, Dogesic, Dolorstan, Fargetix, Femisic, Freedol, Inastan, Lapistan, Mefenamic
Acid, Mefinal, Mefinter, Nemic 500, Novastan, Opistan, Omestan, Ponstan,Trifastan,
Tropistan
10. Metamizole
Bentuk obat: Tablet, kapsul, suspensi
Merek dagang: AntalginPIM, Antrain, Defalgin, Emmer, Infalgin, Licogin, Lexagin,
Mixalgin, Metamidon, Metamizole sodium, Metamizole Sodium Monohydrate,
Metzol, Novalgin, Norages, Pragesol, Pronto, Ramalgin, Santagesik, Trifalgin,
Unigin
F. Peringatan Sebelum Menggunakan Obat Analgetik-Antipiretik

 Jangan menggunakan obat ini apabila Anda alergi terhadap obat yang ada di
golongan ini.
 Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita tukak lambung, asma,
penyakit liver, hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif,
penyakit ginjal, stroke, defisiensi enzim G6PD, atau hemofilia.
 Konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan obat golongan analgetik dan
antipiretik kepada anak-anak atau lansia.
 Informasikan kepada dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi obat analgetik-
antipiretik jika Anda direncanakan untuk menjalani operasi atau prosedur medis
tertentu, termasuk operasi gigi.
 Beri tahu dokter jika sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan
kehamilan. Obat golongan NSAID tidak boleh digunakan pada kehamilan tanpa
arahan dari dokter, terutama di trimester ketiga kehamilan.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen
dan produk herbal, untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
 Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah
menggunakan obat analgetik-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Mekanisame kerja
menghambat sintase PGS ditempat yang sakit /trauma jaringan.
Karakteristik:
a) Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
b) Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
c) Tidak mempengaruhi pernapasan
d) Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi Macam - macam
Analgetik
1) Analgetik Opioid/analgetik narkotika
2) Obat Analgetik Non-narkotik
Efek samping obat antipiretik dan analgetik
a) Gangguan Saluran Cerna
b) Gangguan Hati ( hepar)
c) Gangguan Ginjal
d) Reaksi Alergi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/analgetik-antipiretik
Berman, Audrey., dkk. 2009. Buku Ajar Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC.
dr. Theodorus. _______. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.
Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology).
Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.
Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II.
Jakarta :
Salemba Medika.
Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan
Kuliah
Farmakologi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai