Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI OBAT ANALGETIK

DOSEN PEMBIMGBING

SARJANA,S.Farm,Apt

DISUSUN OLEH :

RAHMA INTAN KARTIKA (19096024006)

D3 KEBIDANAN

AKADEMIK KEBIDANAN HAMPAR BAIDURI

KALIANDA LAMPUNG SELATAN

2021/2022
Kata Pengantar
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-
Nyalah akhirnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul obat anti
perdarahan.
Kami menyadari terselesainya penyusunan makalah ini adalah berkat adanya bantuan
dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang selalu kompak , sabar , dan
mendorong serta ikhlas membantu dalam terselesainya makalah ini.
Kami juga menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam
penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah. Dan semoga saja makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Kalianda, 1 Agustus
2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................


1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

2.1 Pengertian nyeri...........................................................................................................


2.2 Klasifikasi Nyeri..........................................................................................................
2.3 Intensitas nyeri.............................................................................................................
2.4 Mekanisme nyeri.........................................................................................................
2.5 Definisi Analgetik........................................................................................................
2.6 Golongan Analgetik.....................................................................................................
2. 7 Analgetik dalam manajemen nyeri..............................................................................
2.8 Efek samping analgetik...............................................................................................
2.9 Contoh Obat Analgesik Di Pasaran.............................................................................
2.10 Penggolongan obat......................................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1Kesimpulan.....................................................................................................................

3.2Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau meredakan nyeri.
Analgetik sering dikonsumsi untuk meredakan gejala seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit
saat menstruasi, nyeri otot, sakit perut, kelelahan dan lainnya.
Analgetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu golongan opioid (narkotik) dan non
opioid. Analgetik golongan opioid dalam penggunaan berulang dapat menimbulkan
ketergantungan dan toleransi. Sedangkan analgetik non-opioid adalah analgetik yang
tidak menimbulkan ketergantungan dan toleransi fisik.
Persepsi seseorang terhadap rasa sakit dapat menentukan kapan dan bagaimana orang
tersebut mengambil tindakan dalam pengobatan sendiri
(swamedikasi). Penjualan obat-obatan secara bebas khususnya analgetik dapat
dijadikan alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan
pengobatan, tetapi hal ini dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan karena
keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya.

Penelitian oleh Hallas dkk pada tahun 2009 di Denmark menyatakan 17 kasus pasien
masuk rumah sakit mengalami gangguan saluran cerna oleh karena penggunaan NSAID
(nonsteroidal anti-inflamatory drugs) dan 15 kasus diantaranya mengalami perdarahan
akut. Penelitian lain yang dilakukan di Republik Serbia pada tahun 2004-2006 oleh
Petric dkk juga menunjukkan peningkatan jumlah penggunaan NSAID (Ibuprofen dan
Diklofenak) secara swamedikasi yang menyebabkan peningkatan kejadian kasus pasien
masuk rumah sakit akibat gangguan pencernaan. Hal lain yang sering terjadi akibat
penggunaananalgetik tidak sesuai anjuran adalah penglihatan kabur, perubahan uji fungsi
hati, dan berkurangnya fungsi ginjal.

Penelitian terhadap pelajar di Inggris oleh French dan James pada tahun
2007 menyatakan bahwa dari 271 responden, 73% responden mengkonsumsi
analgetik saat gejala mulai dirasakan, 40% responden mengkonsumsi lebih dari satu jenis
analgetik. Berdasarkan frekuensi penggunaan analgetik untuk meredakan gejala nyeri,
French dan James mendapatkan bahwa mayoritas reponden (58%) “kadang”
mengkonsumsi analgetik, 35% responden “biasanya” mengkonsumsi analgetik, dan ada
7% responden yang “selalu” mengkonsumsi analgetik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian nyeri?


2. Apakah pengertian Klasifikasi Nyeri?
3. Apakah pengertian ?
4. Mengetahui Intensitas nyeri
5. Mengetahui macam-macam Mekanisme nyeri
6. Apakah pengertian Definisi Analgetik?
7. Mengetahui Golongan Analgetik
8. Mengetahui Analgetik dalam manajemen nyeri
9. Mengetahui Efek samping analgetik
10. Mengetahui Contoh Obat Analgesik Di Pasaran
11. Mengetahui Penggolongan obat

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian nyeri?


2. Untuk mengetahui Apakah pengertian Klasifikasi Nyeri?
3. Untuk mengetahui Apakah pengertian ?
4. UntuMengetahui Intensitas nyeri
5. UntuMengetahui macam-macam Mekanisme nyeri
6. Untuk mengetahui Apakah pengertian Definisi Analgetik?
7. UntuMengetahui Golongan Analgetik
8. UntuMengetahui Analgetik dalam manajemen nyeri
9. UntuMengetahui Efek samping analgetik
10. UntuMengetahui Contoh Obat Analgesik Di Pasaran
11. UntuMengetahui Penggolongan obat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian nyeri

Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan


bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. The International Association for the
Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan.

2.2 Klasifikasi Nyeri


Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi nyeri dan lokasi nyeri.
Berdasarkan durasi, nyeri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Berdasarkan lokasinya, nyeri dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu nyeri somatik
superfisial, nyeri somatik dalam dan nyeri viseral.

Nyeri yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan disebut nyeri akut.
Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu
individu untuk segera bertindak menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang
dari 6 bulan) dan menghilang apabila faktor internal atau eksternal yang merangsang reseptor
nyeri dihilangkan. Pasien pada nyeri akut memperlihatkan respon neurologik yang terukur
yang disebabkan oleh stimulasi simpatis yang disebut sebagai hiperaktivitas otonom.
Perubahan-perubahan ini mencakup takikardia, takipnea, meningkatnya aliran darah perifer,
meningkatnya tekanan darah dan dibebaskannya katekolamin. Prototipe untuk nyeri akut
adalah nyeri pasca operasi. Kualitas, intensitas, dan durasi nyeri berkaitan dengan prosedur
bedah.

Rasa takut dan cemas sering merupakan bagian dari aspek afektif-emosi
pada nyeri akut dan cenderung memperkuat satu sama lain. Dengan demikian,
tindakan-tindakan untuk mengurangi nyeri juga mengurangi rasa cemas, yang
cenderung mengurangi nyeri. Nyeri yang berlanjut walaupun pasien diberi pengobatan atau
penyakit tampak sembuh dan nyeri tidak memiliki makna biologik disebut nyeri kronik.
Nyeri kronik dapat berlangsung terus menerus akibat kausa keganasan dan nonkeganasan,
ataupun intermiten. Secara umum nyeri yang menetap selama 6 bulan atau lebih digolongkan
sebagai nyeri kronik. Pasien dengan nyeri kronik tidak memperlihatkan hiperaktivitas otonom
tetapi memperlihatkan gejala iritabilitas, kehilangan semangat dan gangguan kemampuan
konsentrasi.

Nyeri kronik sering mempengaruhi semua aspek kehidupan pengidapnya, menimbulkan


distres dan mengganggu fungsi fisik dan sosial. Banyak faktor terlibat dalam timbulnya nyeri
kronik termasuk faktor organik, psikologik, sosial dan lingkungan. Nyeri somatik superfisial
adalah nyeri yang berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis.
Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis,
suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering
dirasakan sebagai menyengat, tajam, meniris, atau seperti terbakar. Nyeri
somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum,
tulang, sendi, dan arteri, sedangkan nyeri viseral mengacu kepada nyeri yang berasal dari
organ-organ tubuh. Reseptor nyeri viseral lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri
somatik dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga

2.3 Intensitas nyeri


Intensitas nyeri dapat dinilai dengan secara sederhana, meminta pasien
untuk menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri. Alat bantu yang paling sering
digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri pasien adalah skala analog visual
(SAV), yang terdiri dari sebuah garis horizontal yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen
dengan nomor 0 sampai 10. Pasien diberitahu bahwa angka 0 menyatakan “tidak nyeri sama
sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling parah yang mereka dapat rasakan”. Pasien
kemudian diminta untuk menandai angka yang menurut mereka paling tepat dapat
menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada suatu waktu.

2.4 Mekanisme nyeri


Kapasitas jaringan untuk menimbulkan sensasi nyeri apabila jaringan
tersebut mendapat rangsangan yang mengganggu, bergantung pada keberadaan
nosiseptor (reseptor nyeri). Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan
menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai
reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu, listrik, atau kimiawi yang
menimbulkan nyeri. Terdapat tiga kategori nosiseptor yaitu nosiseptor mekanis, nosiseptor
suhu dan nosiseptor polimodal. Nosiseptor mekanis berespon terhadap kerusakan mekanis
misalnya tersayat, terpukul, atau cubitan. Nosiseptor suhu berespon terhadap suhu ekstrim,
terutama panas.

Nosiseptor polimodal berespon sama kuat terhadap semua jenis rangsangan yang
merusak, termasuk bahan kimia iritan yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera. Sensasi
nyeri melibatkan serangkaian proses kompleks yang disebut dengan
nosisepsi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat
proses tersendiri, yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi

2.5 Definisi Analgetik


Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Didalam lokasi jaringan yang
mengalami luka atau peradangan beberapa bahan algesiogenic kimia diproduksi dan
dilepaskan, didalamnya terkandung dalam prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri
adalah perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan prostaglandin ada 2 yang pertama
Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat menimbulkan
efek algesiogenic.
            Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh
dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika
telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk
menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
            Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri.  Pada umumnya (sekitar
90%) analgetik mempunyai efek antipiretik.
2.6 Golongan Analgetik

Macam- Macam Obat analgetik


Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif,
digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadara. Analgetik bekerja
dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.Berdasarkan mekanisme kerja pada
tingkat molekul, anagetika dibagi menjadi duagolongan yaitu analgetika narkotik dan
analgetika non narkotik.

1.    Analgetika Narkotik

       Analgetika opioid atau narkotik sering disebut analgetika sentral merupakan turunan


opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik
ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari
organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan
ketergantungan. Opioid memiliki daya penghalang  nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja
yang terletak di SSP. Umumnya dapat mengurangi kesadaran (mengantuk) dan memberikan
perasaan nyaman (euphoria). Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat
dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat.

       Dapat juga menyebabkan toleransi, kebiasaan (habituasi), ketergantungan fisik dan psikis
(adiksi) dan gejala-gejala abstinensia bila diputuskan pengobatan (gejala putus obat). Karena
bahaya dan gejala-gejala di atas maka pemakaian obat-obat ini diawasi dengan seksama oleh
Depkes  dan dimasukkan kedalam Undang-undang  Obat bius (Narkotika).

       Analgetika narkoti, kini disebut juga opioida (= mirip opiate) adalah zat yang bekerja
terhadap reseptor opioid khas di susunan saraf pusat, hingga persepsi nyeri dan respon
emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Minimal ada 4 jenis reseptor, pengikatan
padanya menimbulkan analgesia.Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, nyakni
zat –zat endorphin yang juga bekerja melalui reseptor opioid tersebut.

       Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama
dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri.
       Dengan sistem ini dapat dimengerti mengapa nyeri dalam situasi tertekan, misalnya luka
pada kecelakaan lalu lintas mula-mula tidak terasa dan baru disadari beberapa saat kemudian.
Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh sistem endogen ini disebut opioid endogen.
Beberapa senyawa yang termasuk dalam penghambat nyeri endogen antara lain: enkefalin,
endorfin, dan dinorfin.

       Endorphin (morfin endogen) adalah kelompok polipeptida endogen yang terdapat di CCS
dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin.Zat-zat ini dapat dibedakan antara
β-endorfin, dynorfin dan enkefalin (yun. Enkephalos = otak), yang menduduki reseptor-
reseptor berlainan.secara kimiawi za-zat ini berkaitan dengan kortikotrofin (ACTH),
menstimulasi pelepasanya juga dari somatotropin dan prolaktin. Sebaiknya pelepasan LH dan
FSH dihambat oleh zat ini.β-endorfin pada hewan berkhasiat menahan pernapasan,
menurunkan suhu tubuh dan menimbulkan ketagihan. Zat ini berdaya analgetis kuat, dalam
arti tidak merubah persepsi nyeri, melainkan memperbaiki ‘’penerimaannya”. Rangsangan
listrik dati bagian- bagian tertentu otak mengakibatkan peningkatan kadar endorphin dalam
CCS. Mungkin hal ini menjelaskan efek analgesia yang timbul (selama elektrostimulasi) pada
akupunktur, atau pada stress (misalnya pada cedera hebat).Peristiwa efek placebo juga
dihubungkan dengan endomorfin.

       Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh seperti fluktuasi
hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi stress dan kegelisahan, dan
pengembangan toleransi dan ketergantungan opioid. Opioid endogen mengatur homeostatis,
mengaplifikasi sinyal dari permukaan tubuh ke otak, dan bertindak juga sebagai
neuromodulator dari respon tubuh terhadap rangsang eksternal.

       Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid, berbeda dengan
analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.
       Ada beberapa jenis Reseptor opioid  yang telah diketahui dan diteliti, yaitu reseptor
opioid μ, κ, σ, δ, ε.  (dan yang terbaru ditemukan adalah N/OFQ receptor, initially called the
opioid-receptor-like 1 (ORL-1) receptor or “orphan” opioid receptor dan e-receptor, namum
belum jelas fungsinya).
a.Reseptor μ memediasi efek analgesik dan euforia dari opioid, dan ketergantungan fisik dari
opioid. Sedangkan reseptor μ 2 memediasi efek depresan pernafasan.
b. Reseptor δ yang sekurangnya memiliki 2 subtipe berperan dalam memediasi efek analgesik
dan berhubungan dengan toleransi terhadap μ  opioid.
c. Reseptor κ telah diketahui dan berperan dalam efek analgesik, miosis, sedatif, dan diuresis.
Reseptor opioid ini tersebar dalam otak dan sumsum tulang belakang.
d. Reseptor δ dan reseptor κ menunjukan selektifitas untuk ekekfalin dan dinorfin, sedangkan
reseptor  μ selektif untuk opioid analgesic.

2. Analgetik golongan non-opioid


Analgetik golongan non-opioid merupakan golongan obat yang bekerja di sistem saraf
perifer untuk menghasilkan efek analgesia. Golongan non-opioid sangat efektif dalam
mengatasi nyeri akut derajat ringan, dan penyakit radang kronik seperti artritis. Contoh jenis
analgetik non-opioid seperti Asetaminofen, obat-obat golongan OAINS (obat anti-inflamasi
nonsteroid) seperti Ibuprofen, Aspirin, Naproxen, Diklofenak, Asam mefenamat dan
Piroksikam.
Analgetik golongan non-opioid menghasilkan analgesia denganbekerja di tempat cedera
melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekusor asam arakidonat. Prostaglandin
mensensitasi dan bekerja secara sinergis dengan produk inflamatori lain di tempat cedera,
misalnya bradikinin dan histamin untuk menimbulkan hiperalgesia. Dengan dihambatnya
proses ini, prostaglandin tidak terbentuk untuk memberi stimulus terhadap nosiseptor.

2. 7 Analgetik dalam manajemen nyeri


Sesuai dengan ketetapan WHO, prinsip penggunaan analgetik memiliki tiga langkah, yaitu:
15
1. Tahap pertama dalam manajemen nyeri adalah menggunakan analgetik non opioid
2. Jika nyeri masih dirasakan setelah menggunakan analgetik non opioid, maka pada
penatalaksaan ditambahkan opioid lemah
3. Tahap terakhir jika nyeri yang dirasakan belum ada perbaikan adalah
memberi analgetik opioid kuat
2.8 Efek samping analgetik
Dalam penggunaan yang tidak rasional, analgetik non-opioid dapat menimbulkan efek
samping seperti gangguan saluran cerna, meningkatnya waktu perdarahan, penglihatan kabur,
perubahan minor uji fungsi hati. Penggunaan dengan dosis yang berlebihan mengakibatkan
berkurangnya fungsi ginjal.
Efek samping obat-obat analgetik golongan opioid memiliki pola yang sangat mirip,
termasuk depresi pernafasan, mual, dan muntah, sedasi dan konstipasi. Selain itu, semua
opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan dan ketagihan. Toleransi adalah
kebutuhan fisiologik untuk dosis yang lebih tinggi untuk mempertahankan efek analgetik
obat. Adiksi atau ketergantungan psikologik mengacu kepada sindrom perilaku berupa
hilangnya kekhawatiran berkaitan dengan penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan
perilaku menimbun obat dan peningkatan dosis tanpa pengawasan.

2.9 Contoh Obat Analgesik Di Pasaran

1. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika


Metadon: Mekanisme kerja: Kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
Indikasi:Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.
Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan, konstipasi, gangguan SSP, hipotensi ortostatik,
mual dan muntah pada dosis awal.

2. Analgetik Non Narkotik

Ibupropen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.


Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.
Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim
obat ini.

2.10 Penggolongan obat


Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol

Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM

Obat Keras dan Psikotropika


Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis
bukannarkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital

Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
BAB III
PENUTUP

3.3.  Kesimpulan

   Analgetik yaitu obat anti nyeri atau pereda sakit dan mekanisame kerjanya menghambat
sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
1. Obat golongan Analgetika ini adalah suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit
kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lainnya.
2.  Penggunaan obat Analgetika tergantung pada diagnosa penyakitnya seperti Non opioid,
opioid lemah, opioid kuat.
3.  Karakteristik dari Analgetika dibagi menjadi 4, yaitu :
a.    Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
b.    Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
c.    Tidak mempengaruhi pernapasan
d.   Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi
4.  Analgesik memiliki dua golongan yaitu, golongan narkotik dan Non Narkotik
5.  Masing-masing golongan memiliki cara kerja yang berbeda, Golongan Narkotik dalam
menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan
dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya dan Golongan Non narkotik menghambat
sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke
perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.

3.2.  Saran
   Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran dan
pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami
sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang  bersifat membangun kepada semua
pembaca. Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat tersebut
sesuai dengan diagnosa yang telah diperkirakan, jangan menggunakan obat kurang atau
melebihi batasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bagus Gde Agung Raditya Eka Putra. 2008. Indometasin Sebagai Terapi Gout Arthritis.
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Brunton, Laurence L., John S. Lazo, dan Keith L. Parker.  2006. Goodman and  Gilman’s The
Drs.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008.  Liskonfi. Jawa Bara Pharmacological Basis of
Therapeutics 11 th edition. United States of America: The McGraw Gunawan.G.Sulistia.
2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI.  Jakart Gilang. 2010. “Analgesik non-
opioid atau  NSAID/OAINS”. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai