Anda di halaman 1dari 19

IMPLIKASI KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT

GOLONGAN ANALGETIK

Dosen Pembimbing:

Syaifuddin Kurniato S.kep.,Ners.,M.Kep.

Disusun Oleh :

Rika Ayunniawati 202303101085


Rohamnia Yulinda N 202303101032
Amirul Anwar 202303101040

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena segala limpahan
rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini mengenai “Implikasi
Keperawatan Pemberian Obat Golongan Analgetik ”. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Farmakologi.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.Oleh karena
itu, tim penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Syaifuddin Kurniato S.kep.,Ners.,M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing kelompok kami dan telah memberikan masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak sebagai bahan masukan bagi kami agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam peyusunan
makalah ini. Kami juga mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Lumajang, 15 September 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................3
1.2 Tujuan.................................................................................................3
1.3 Manfaat...............................................................................................5

BAB II KONSEP OBAT GOLONGAN ANALGETIK................................6

2.1 Deskripsi Obat....................................................................................6


2.2 Cara Kerja Obat..................................................................................6
2.3 Indikasi...............................................................................................8
2.4 Kontra Indikasi...................................................................................8
2.5 Efek Samping....................................................................................10
2.6 Peringatan.........................................................................................13
2.7 Dosis/Aturan Pakai...........................................................................13

BAB III IMPLIKASI KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT


GOLONGAN ANALGETIK........................................................................15

3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................15


3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................16
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................17
3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................17
3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................19

4.1 Kesimpulan.......................................................................................19
4.2 Saran.................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20

LAMPIRAN.................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan
sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al.,
2002). Pengobatan sendiri yang sesuai aturan adalah apabila cara menggunakan obat
sesuai dengan keterangan yang tercantum dalam kemasan. Selain mempunyai
keuntungan, pengobatan sendiri yang tidak sesuai aturan selain dapat membahayakan
kesehatan juga pemborosan waktu dan biaya karena harus melanjutkan upaya
pencarian pengobatan (Anonim, 1999).

Masyarakat saat ini sudah tidak pasif lagi dalam menanggapi situasi sakit maupun
gangguan ringan kesehatannya. Masyarakat sudah tidak segan lagi minum obat
pilihan sendiri untuk menangkal gangguan-gangguan tersebut. Obat yang paling
banyak digunakan untuk menyembuhkan atau mengurangi sakit kepala atau demam
adalah dari golongan analgetik- antipiretik (Anief, 1996). Di Indonesia obat analgetik
beredar sangat banyak, diantaranya sebanyak 110 merek obat analgetik yang termasuk
golongan bebas, 307 merek obat analgetik yang termasuk dalam golongan obat keras,
dan 29 merek obat analgetik yang termasuk obat bebas terbatas (Anonim, 2009b ).

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah tersebut adalah sebagai berikut.


1.2.1 Untuk mengetahui pengertian obat analgetik.
1.2.2 Untuk mengetahui cara kerja obat analgetik.
1.2.3 Untuk mengetahui indikasi obat analgetik.
1.2.4 Untuk mengetahui kontra Indikasi obat analgetik.
1.2.5 Untuk mengetahui efek samping obat analgetik.
1.2.6 Untuk mengetahui peringatan obat analgetik.
1.2.7 Untuk mengetahui dosis/aturan pakai obat analgetik.
1.2.8 Untuk mengetahui implikasi keperawatan pemberian obat analgetik.

1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah tersebut adalah sebagai berikut.
1.3.1 Dapat memahami pengertian obat analgetik.
1.3.2 Dapat memahami cara kerja obat analgetik.
1.3.3 Dapat memahami indikasi obat analgetik.
1.3.4 Dapat memahami kontra Indikasi obat analgetik.
1.3.5 Dapat memahami efek samping obat analgetik.
1.3.6 Dapat memahami peringatan obat analgetik.
1.3.7 Dapat memahami dosis/aturan pakai obat analgetik.
1.3.8 Dapat memahami implikasi keperawatan pemberian obat analgetik.
4
BAB II
KONSEP OBAT GOLONGAN ANALGETIK

5
2.1 Deskripsi Obat
Analgetik atau analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Obat analgesik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan
NSAID. Golongan opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan
NSAID bekerja di reseptor saraf perifer dan sistem saraf pusat (Ganiswara, 1995).
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi
yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai
rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti rasa terbakar, menyengat,
pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang timbul dan berbeda tempat nyeri.
Beberapa obat nyeri yang dapat digunakan pada swamedikasi merupakan obat
golongan NSAID atau analgesik-antipiretik, antara lain ibuprofen, asetosal, dan
parasetamol. Obat-obatan tersebut juga dapat digunakan untuk meredakan demam.
Ibuprofen memiliki efek terapi anti radang lebih tinggi dibandingkan dengan efek anti
demamnya, sedangkan asetosal dan parasetamol memiliki efek terapi anti demam
yang lebih tinggi dibandingkan efek anti nyeri atau anti radangnya (Brunton dkk,
2011).

2.2 Cara Kerja Obat


Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik),
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung
mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem
susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.
Obat analgetik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) merupakan
salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa
resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, serta
kimiawi. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan
Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
- Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Narkotik
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu
enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari
analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan
jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda
dengan NSAID dan COX-2 inhibitors
- Contoh  obat Analgetik Non-Narkotik
 Golongan salisilat = Aspirin
6
 Golongan para aminofenol = paracetamol, fenasetin
 Golongan pirazolon = Metampiron, dipiropon
 Golongan antranilat = Glafenin, asam mefenamat, asam
meklofenamat
 Golongan asam propionik = ibuprofen, ketoprofen, neproxen,
fenoprofen
 Golongan oxicam = piroxicam, meloxicam
 Golongan heteroaril acetic acid = Diklofenak, ketorolac, tolmetin
 Golongan obat pirai = colchicine, allopurinol

2.3 Indikasi dan Kontraidikasi


 Golongan Salisilat : Aspirin
- Indikasi :
Aspirin adalah obat yang diindikasikan untuk untuk meringankan rasa
sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta
menurunkan demam.
- Kontraindikasi :
Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat,
penderita asma, dan alergi. Penderita yang pernahatau sering mengalami
pendarahan bawah kulit, penderita yang sedang terapi dengan
antikoagulan, penderita hemofolia dan trombositopenia.
 Golongan para aminofenol : Paracetamol
- Indikasi :
Sanmol diindikasikan untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit
kepala, sakit gigi dan menurunkan demam
- Kontraindikasi :
Paracetamol tidak dapat digunakan pada pasien yang memiliki
hipersensitivitas terhadap paracetamol dan penyakit hepar aktif derajat
berat
 Golongan pirazolon : Metampiron
- Indikasi :
Sakit kepala, pusing, demam, myeri haid.
- Kontraindikasi :
Penderita hipersensitif, wanita hamil dan menyusui, penderita dengan
tekanan darah kurang dari 100 mmHg.
 Golongan antranilat : Asam Mefenamat
- Indikasi :
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala,
sakit gigi, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah
operasi. Sebagai anti inflamasi, asam mefenamat kurang efektif
dibandingkan aspirin.
- Kontraindikasi :

7
hipersensitivitas, riwayat ulkus peptikum atau perdarahan saluran cerna,
reaksi alergi, dan penggunaan pada pasien yang menjalani coronary artery
bypass graft (CABG)
 Golongan asam propionik : Ibuprofen
- Indikasi :
a) Nyeri dan demam pada anak
b) Nyeri ringan sampai berat pada dismenorhea, analgetik pacsa
bedah
c) Nyeri dan radang pada rematik
- Kontraindikasi :
Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus
duodenum dan lambung), hipersensitivitas, polip pada hidung,
angioedema, asma, rinitis, serta urtikaria ketika menggunakan asam
asetilsalisilat atau AINS lainnya.
 Golongan oxicam : Piroxicam
- Indikasi :
Terapi simtomatik pada rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing
spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
- Kontraindikasi :
Riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung, pasien yang mengalami
bronkospasme, polip hidung dan angioedema atau urtikaria apabila
diberikan asetosal atau obat-obatan AINS yang lain.
 Golongan heteroaril acetic acid : Diklofenak
- Indikasi :
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis
dan ankilosing spondilitis.
- Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita
asma, urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau AINS lain,
penderita tukak lambung
 Golongan obat pirai : Allopurinol
- Indikasi :
a) Hiperurisemia baik primer maupun sekunder, terutama pada
penyakit gout untuk mencegah serangan gout.
b) Produksi berlebihan asam urat antara lain pada pasien keganasan
yang mendapat imunoterapi, polisitemia vera, terapi sitostatik.
c) Pada populasi pasien pediatrik: keadaan maligna (contoh:
leukemia), kelainan enzim (contoh: sindroma Lesch-Nyhan).
d) Batu ginjal rekuren yang disebabkan oleh batu oksalat.
- Kontraindikasi :
Kontraindikasi absolut allopurinol adalah jika terdapat reaksi
hipersensitivitas terhadap allopurinol ataupun komponen formulasi
lainnya. Walaupun bukan kontraindikasi absolut, American College of

8
Rheumatology tidak menyarankan penggunaan allopurinol pada pasien
dengan genotip tertentu (HLA-B*5801) yang mengindikasikan sindrom
hipersensitivitas allopurinol.

2.4 Efek samping


Beberapa efek buruk dari penggunaan obat-obatan yang terkandung dalam
analgetik adalah bahaya kecanduan yang dialami oleh pasien jika mereka
mengkonsumsi obat-obatan ini secara terus menerus tanpa dosis yang tepat dari
dokter. Kecanduan dan risiko dosis tinggi harus dipertimbangkan pada pasien yang
membutuhkan analgetik. Karena obat ini memiliki sifat yang mirip dengan narkotika
dan mempengaruhi sistem saraf pada manusia.
Secara umum ada banyak kemungkinan efek samping dari penggunaan obat
ini. Hentikan penggunaan obat ini dan segera kunjungi dokter jika mengalami salah
satu efek samping berikut :
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Kulit memar
- Dering di telinga
- Mual
- Muntah
- Keletihan
- Urin berwarna gelap
- Menguningnya mata dan kulit
- Diare
- Sembelit

 Efek samping dalam sediaan obat analgetik


 Golongan Salisilat : Aspirin
Efek samping utama penggunaan aspirin (asam asetilsalisilat) adalah
perdarahan dan toksisitas saluran cerna. Perdarahan dapat terjadi di mana
saja karena obat ini memengaruhi agregasi platelet. Efek samping lain
yang cukup berbahaya adalah eksaserbasi penyakit saluran napas.
Intoksikasi salisilat akibat aspirin juga dapat terjadi, namun lebih jarang
dibandingkan pada kasus penggunaan asam salisilat.
 Golongan para aminofenol : Paracetamol
Paracetamol bisa menimbulkan beberapa efek samping berikut jika
digunakan secara berlebihan yaitu: Demam, muncul ruam kulit yang terasa
gatal, sakit tenggorokan, muncul sariawan, nyeri punggung, tubuh terasa
lemah, kulit atau mata berwarna kekuningan, timbul memar pada kulit.
 Golongan pirazolon : Metampiron
Beberapa efek samping yang umum terjadi adalah gangguan saluran
pencernaan seperti sembelit dan diare. Efek merugikan akibat penggunaan

9
obat ini biasa berhubungan dengan darah (diskrasia darah). Toksisitas akan
ginjal, kardiovaskuler, dan gastrointestinal lebih jarang ditemui
dibandingkan dengan golongan obat AINS yang lain.
Efek samping serius yang dapat terjadi antara lain:
a) Agranulositosis, kadang juga disebut agranulosis/granulopenia,
yakni kondisi langka di mana sumsum tulang tidak menghasilkan
cukup jenis sel darah putih tertentu, paling sering adalah neutrofil
b) Anemia aplastik
c) Trombositopenia
d) Reaksi hipotensi (tekanan darah rendah)
e) Pusing dan vertigo
f) Reaksi hipersensitivitas/alergi, seperti ruam pada kulit, kulit terasa
panas terbakar, gatal-gatal, sesak napas, dan bengkak
g) Selain itu, kemungkinan efek samping lain yang terjadi
berhubungan dengan gangguan ginjal dan kemih, seperti anuria.
 Golongan antranilat : Asam Mefenamat
Jika tidak digunakan sesuai aturan, asam mefenamat berpotensi
menimbulkan beberapa efek samping yaitu : hilang nafsu makan,
sariawan, mual dan muntah, sakit maag, diare, gangguan pencernaan, ruam
pada kulit, sakit kepala, kelelahan dan mengantuk
 Golongan asam propionik : Ibuprofen
Beberapa efek samping yang dapat terjadi saat menggunakan obat ini
adalah : Perut kembung, mual dan muntah, diare atau malah sembelit, sakit
maag, demam, sakit kepala.
 Golongan oxicam : Piroxicam
Efek samping penggunaan obat ini diantaranya yaitu : gangguan
gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia, epigastric distress, mual,
konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen, kembung, diare, nyeri
abdomen, perdarahan lambung, perforasi dan tukak lambung, edema,
pusing, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, somnolence, penurunan
hemoglobin dan hematokrit.
 Golongan heteroaril acetic acid : Diklofenak
Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/kram perut, sakit kepala,
retensi cairan, diare, konstipasi, tukak lambung, pusing, ruam.
 Golongan obat pirai : Allopurinol
Efek samping dari obat Allopurinol yaitu terdapat ruam, reaksi
hipersensitivitas, mual, muntah, asimtomatik peningkatan uji fungsi hati,
demam, gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.

2.5 Peringatan
Sebelum minum obat ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terlebih
dahulu sesuai anjuran dokter.

10
- Beri tahu dokter tentang obat yang di minum secara teratur, serta penyakit
yang sedang atau sudah pernah dialami sebelumnya.
- Beri tahu dokter jika memiliki reaksi alergi atau tidak biasa terhadap obat
ini, obat-obatan lain atau jenis alergi lainnya seperti makanan, pewarna,
pengawet dan alergi hewan.

2.6 Dosis/Aturan pakai analgetik


Aturan pakai obat analgesik ditelan lewat mulut (diminum) seperti yang
diarahkan oleh dokter atau sesuai dengan petunjuk pada paket. Penggunaan dosis dan
durasi penggunaan obat ditentukan berdasarkan kondisi medis dan respons tubuh
terhadap pengobatan. Jangan menggunakan obat ini terlalu banyak, sedikit lebih lama
dari yang direkomendasikan. Selalu pastikan dosis dari obat analgetik sesuai dengan
anjuran dokter. Beritahu dokter atau apoteker sebelum memulai pengobatan.
 Dosis Analgetik Untuk Dewasa
Aturan untuk meminum obat ini tergantung pada jenis kondisi penyakit dan
kesehatan. Menghormati saran dari petunjuk dokter atau konsumen pada label dari
paket obat yang terdaftar untuk menentukan aturan untuk penggunaan obat dalam
waktu 24 jam.
Jangan meminum lebih atau lebih lama dari obat-obatan yang direkomendasikan,
kecuali yang tidak diresepkan oleh dokter.
 Dosis Analgetik Untuk Anak-anak
Penggunaan obat ini pada anak-anak harus diberikan hanya di bawah pengawasan
dokter. Selalu berkonsultasi dengan dokter untuk informasi lebih lanjut dalam
pemberian obat analgetik kepada anak-anak.

 Dosis Aspirin
 Dosis Paracetamol
 Dosis Metampiron
 Dosis Asam Mefenamat
 Dosis Ibuprofen
 Dosis Piroxicam
 Dosis Diklofenak
 Dosis Allopurinol

11
BAB III
IMPLIKASI KEPERAWATANPEMBERIAN OBAT
GOLONGAN ANALGETIK

3.1 Pengkajian keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
pasien (Doenges, 2000). Untuk menetapkan kebutuhan terhadap terapi obat dan
respon potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor, Adapun data
hasil pengkajian dapat dikelompokkan ke dalam data subyektif dan data obyektif.
a) Data subyektif
1. Riwayat kesehatan sekarang
Perawat mengkaji tentang Gejala-gejalayang dirasakan klien.
2. Pengobatan sekarang
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja, tujuan, dosis
normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi keperawatan dalam
pemberian dan pengawasan obat. Beberapa sumber harus sering dikonsultasi
untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab
untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obat yang diberikan.
a. Dosis, rute, frekuensi, dokter yang meresepkan, jika ada
b. Pengetahuan klien mengenai obat dan efek sampingnya
c. Harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat
d. Kepatuhan klien terhadap aturan dan alasan ketidakpatuhan
e. Alergi dan reaksi terhadap obat
3. Riwayat kesehatan dahulu, meliputi :
a. Riwayat Penyakit dahulu yang pernah diderita pasien
b. Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau
c. Obat yang dibeli sendiri /OTC
4. Sikap dan Lingkungan klien
Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada obat. Klien
seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat,khususnya jika klien
mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu
mengobservasi perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan obat yaitu:
1. Anggota keluarga
2. Kemampuan menjalankan Activity of Daily Living (ADL)
3. Pola makan, pengaruh budaya klien
4. Sumber keuangan klien
b) Data Obyektif
Dapat diketahui dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium. Jangan lupa, anda
harus memusatkan perhatian pada gejala-gejala dan organ-organ yang
kemungkinan besar terpengaruh oleh obat.

3.2 Diagnosa keperawatan

12
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan hasil pengkajian. Dibawah ini beberapa
contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.
a. Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :
1) Kurang informasi dan pengalaman
2) Keterbatasan kognitif
3) Tidak mengenal sumber informasi
b. Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan :
1) Sumber ekonomi yang terbatas
2) Keyakinan tentang kesehatan
3) Pengaruh budaya
c. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
1) Penurunan kekuatan
2) Nyeri dan ketidaknyamanan
d. Ansietas yang berhubungan dengan
1) Status kesehatan yang berubah atau terancam
2) Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
3) Pola interaksi yang berubah atau terancam
e. Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
1) Kerusakan neuromuscular
2) Iritasi rongga mulut
3) Kesadaran yang terbatas.
f. Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif yang berhubungan dengan :
1) Terapi obat yang kompleks.
2) Pengetahuan yang kurang.
3.3 Intervensi keperawatan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang
diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini :
 Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan yang diharapkan.
 Dapat diterima (pasien dan perawat).
 Realistik dan dapat diukur.
 Dikerjakan bersama.
 Batas waktu jelas.
 Evaluasi jelas.

Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam memberikan
dosis insulin yang diresepkan pada akhir sesi ketiga dari pendidikan kesehatan yang
dilakukan perawat.

Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik


pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu
selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara
mandiri, perawat dapat merencanakan untuk menggunakan semua sumber pengajaran
yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi perawat untuk
tidak menunda pemberian instruksi sampai hari kepulangan klien.

13
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun
perawat yang bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :

- Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
- Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan.
- Klien dan keluarga memahami terapi obat.
- Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

Intervensi sesuai jenis obat

 Golongan Salisilat : Aspirin


1. Kaji apakah pasien sedang menyusui
2. Kaji apakah pasien memiliki penyakit asma atau yang berkaitan dengan penyakit
asma
3. Kaji apakah pasien mengalami perdarahan saluran pencernaan atau gangguan
pembekuan darah
4. Kaji apakah pasien mengalami gangguan pada ginjal
5. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat aspirin pada pasien
6. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan.
 Golongan Para Aminofenol : Paracetamol
1. Kaji apakah pasien memiliki riwayat penyakit hati aktif derajat berat.
2. Kaji apakah pasien pasien mengalami hipovolemia berat dan malnutrisi kronis.
3. Kaji apakah pasien peminum alkohol kronik
4. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat paracetamol pada pasien
5. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan.
 Golongan Pirazolon : Metampiron
1. Kaji apa pasein mengalami hipersensitif terhadap obat metampiron
2. Kaji apakah pasien sedang hamil, sedang program hamil atau menyusui
3. Kaji riwayat penyakit tukak lambung, asma, GERD, gangguan fungsi hati, ginjal, dan
penyakit jantung
4. Monitor tekanan darah pasien sebelum memberikan obat metapiron
5. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat metampiron
6. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan
 Golongan Antranilat : Asam mefenamat
1. Kaji apakah pasien memiliki riwayat penyakit tukak lambung atau perdarahan
saluran cerna.
2. Kaji apakah ada alergi penggunaan obat asam mefenamat
3. Jangan diberikan pada pasien CABGS
4. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat asam mefenamat pada pasien.
5. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan
 Golongan Asam Propionik : Ibuprofen
1. Kaji apakah pasien dengan hamil trimester akhir

14
2. Kaji apakah pasien miliki penyakit tukak lambung, polip pada hidung, rhinitis dan
asma.
3. Kaji apakah pasien memiliki faktor risiko kejadian kardiovaskular.
4. Jelaskan pada pasien untuk tidak merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol
selama menggunakan ibuprofen.
5. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat ibuprofen pada pasien
6. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan
 Golongan Oxicam : Piroxicam
1. Kaji riwayat penyakit tukak lambung atau perdarahan lambung
2. Kaji apakah pasien memiliki riwayat hipersensitivitas pada obat
3. Kaji apakah pasien yang mengalami bronkospasme, polip hidung, angioedema atau
urtikaria pada pemberian asetosal
4. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat piroxicam pada pasien
5. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan

 Golongan Heteroaril Acetic Acid : Diklofenak


1. Kaji apakah pasien mengalami gangguan gastrointestinal seperti perdarahan atau iritasi
lambung.
2. Kaji apakah pasien hipersensitif terhadap obat diklofenak
3. Kaji riwayat penyakit asma, urtikaria atau alergi pemberian aspirin atau AINS
lainnya
4. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat diklofenak pada pasien
5. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan
 Golongan Obat Pirai : Allopurinoal
1. Kaji apakah pasien mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap allopurinol atau
komponen obat lainnya.
2. Kaji apakah pasien memiliki penyakit gout atau gagal ginjal
3. Kaji apakah pasien sedang menggunakan obat lain
4. Jelaskan kemungkin efek samping pemberian obat diklofenak pada pasien
5. Berikan obat sesuai dosis yang ditentukan

3.4 Implementasi keperawatan


Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini merupakan
tanggungjawab perawat. Dalam beberapa ruang lingkup praktek, pemberian obat dan
pengkajian efek obat juga merupakan tanggung jawab keperawatan yang penting.
Selain itu dalam perawat harus mampu mencegah resiko kesalahan dalam pemberian
obat.
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien
menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat Kesalahan
pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep,
transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat. Perawat sebaiknya tidak

15
menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat
apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping
yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang
dilakukan untuk menetralkan obat.
Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat
insiden tersebut. Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau
menjadi dasar untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis
klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan
merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian
semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi
kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan

3.5 Evaluasi keperawatan


Efektivitas pendidikan kesehatan mengenai terapi obat dan pencapaian tujuan
dinyatakan dalam fase evaluasi. Jika tujuan tidak tercapai, perawat perlu menentukan
Penyebabnya dan mengkaji ulang sesuai sebabnya. Bila tujuan terpenuhi maka
rencana Keperawatan telah selesai. Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk
menentukan bahwa Ada komplikasi yang terkait dengan rute pemberian obat :
a. Mengobservasi adanya memar, implamasi, nyeri setempat atau perdarahan di tempat
Injeksi.
b. Menanyakan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi.
c. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada
Klien.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Obat analgetik golongan narkotika ketika dikonsumsi tidak sesuai dengan aturan
atau penempatan pemakaiaan mengakibatkan ketagihan dan merusak kesehatan
masyarakat, maka pemakaian obat ini diatur oleh undang – undang dan diawasi
ketat oleh pemerintah.
2. Obat analgetik golongan antipiretik penggunaanya harus sesuai petunjuk dokter
karena apabila dikonsumsi dengan dosis berlebih dapat mengakibatkan
gangguan fungsi hati dan ginjal
3. Obat golongan analgetik antispasmodik penggunaannya harus sesuai petunjuk
pemakaian,karena apabila disalahgunakan dapat mengakibatkan gangguan pada
saluran cerna dan efek sampinggnya dapat mengakibatkan ketidaknyamanan
abdominal, mual, diare, konstipasi, dan mengantuk.
4.2 Saran

Untuk menyempurnakan makalah ini penulis mengharapkan saran dan kritiknya


dari pembaca yang membangun, karena penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

FITRIANI, D. A. (2020). ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN


SERTA KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT PADA SWAMEDIKASI OBAT
ANALGESIK DI SALAH SATU APOTEK DI KOTA BANDUNG.

Sandrisius Dede, M. (2018). Profil Penggunaan Obat Analgetik Pada Pasien Kanker


Serviks Di RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang Periode Juli–Desember 2017 (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

NASUTION, N. F. (2019). IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT NATRIUM


DIKLOFENAK PADA JAMU PEGAL LINU SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
YANG DIJUAL DI JALAN AH NASUTION MEDAN JOHOR.

Asfihan, A. (2021). ANALGETIK ADALAH. Analgetik Adalah : Efek Samping,


Fungsi dan Dosis Analgetik.

18
LAMPIRAN

Nama Generik

Nomor NDC

Pemberian
Dosis Obat
obat
Nama dagang

Status resep
Informasi Pabrik obat
Penyimpanan

Tanggal
Kuantitas Obat Kadaluarsa

Peringatan
Nomor Lot

19

Anda mungkin juga menyukai