Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANALISIS KUALITATIF OBAT GOLONGAN

ANALGETIK

KIMIA FARMASI KUALITATIF

OLEH:
KELOMPOK II (DUA)
FATIMAH (J0B11201)
YULIANTI DWI PUSPITA (J0B112205)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah ”Golongan Obat Analgetik” untuk
memenuhi tugas Kimia Farmasi Kualitatif. Dalam penyusunan makalah ini,
kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada semua teman yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami.

Pada penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin


namun mengingat kodrat manusia sebagai manusia biasa tidak menutup
kemungkinan adanya kekurangan-kekurangan yang membutuhkan koreksi dan
penyempurnaan dari berbagai pihak, saran dan kritik sangat kami harapkan
demi perbaikan dalam pembuatan makalah baik yang sekarang maupun untuk
yang akan datang. Semoga dalam penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Banjarbaru, November 2013

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Batasan Masalah................................................................................................5
1.4 Tujuan Masalah..................................................................................................5
BAB II ISI
2.1 Pengartian Analgetik.........................................................................................6
2.2 Pengertian Analgetik Narkotik..........................................................................8
2.3 Pengertian Analgetik Perifer non-Antipiretik...................................................9
2.4 Pengertian Analgetika Antipiretik....................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat
penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.untuk
itu obat sangat diperlukan. Terkadang Obat tidak selamanya baik, kadang obat
justru berbahaya, karena takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek
tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit. Obat ialah semua bahan
tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam
maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.
Menurut undang – undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-
bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah , mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan,
untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (Hidayat, 2006).

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ada
yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah melalui
proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir
inilah yang lazim dikenal sebagai obat.Obat harus sesuai dosis agar efek terapi
atau khasiatnya bisa kita dapatkan. Analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan
atau obat yang sering digunakan dalam bidang farmasi dimaksudkan untuk
menentukan kadar dan mutu dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia
seperti yang telah tercantum dalam farmakope dan buku resmi lainnya. Analisa
kuantitatif dapat dibagi menjadi empat, yaitu secara volumetri, gravimetri,
gasometri dan instrument. Metode volumetri ada yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung (Hidayat, 2006).

Salah satu sumbangan nyata ilmu kimia kepada ilmu farmasi ialah
bidang pengobatan. Salah satu obat yang sangat sering digunakan dalam
masyarakat adalah obat-obatan golongan analgesik antipiretik. Obat analgesik
antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu
kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara
kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan
dalam efek terapi maupun efek samping. Analgetik adalah obat yang
mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang
tingi. Jadi, analgetik-antipiretik merupakan obat yang mengurangi rasa nyeri
dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi (Hidayat, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Analgetik?
2. Golongan apa saja yang terdapat dalam Analgetik?
3. Apa yang dimaksud dengan Analgetik Narkotik?
4. Apa yang dimaksud dengan Perifer non-Narkotik?
5. Apa yang dimaksud dengan Analgetika Antipiretik?
1.3 Batasan Masalah
1. Menjelaskan tentang Analgetik
2. Menyebutkan golongan dari Analgetik
3. Menjelaskan tentang Analgetik Narkotik
4. Menjelaskan tentang Perifer non-Narkotik
5. Menjelaskan tentang Analgetika Antipiretik
1.4 Tujuan Masalah
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah  Memahami dengan benar
apa itu obat Analgetik dan Antipiretik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analgetik


           Analgetik adalah zat-zat yang pada dosis terapeutik menghilangkan atau
menekan nyeri. Berdasarkan pada kekuatan efek, mekanisme kerja dan efek
samping, obat-obat yang mempunyai efek analgetik dibagi dalam 3 golongan
yaitu :

1. Analgetik mirip opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja sentral
sama dengan analgesik narkotik atau hipnoanalgetik. Contohnya semua
opiat atau derivat (semi) sintetiknya.
2. Analgetik yang berefek lemah hingga sedang yang terutama bekerja
perifer. Golongan ini juga mempunyai efek antipiretik dan antiflogistik
atau antirematik. Untuk senyawa yang bekerja analgetik, antipiretik dan
antiflogisik contohnya : derivat asam salisilat (Asam asetilsalisilat),
derivat asam aritasetat (Diklofenak, indometasin), derivat arilpropionat
(ibuprofen). Untuk senyawa bukan asam, yang hanya bekerja analgetik
dan antipiretik contohnya: anilida (paracetamol), pirazolon yang tidak
asam (Metamizol).
3. Obat Analgetik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering
dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer.
Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik
Non-Narkotik atau Obat Analgesik ini cenderung mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer juga
tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (Sudjadi, 2008).
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran
akan perasaan sakit penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan
reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang
nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang
kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi
psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit. Rasa nyeri dalam kebanyakan
hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan
memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh,
seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang
otot. Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau
kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan
melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya
pada ujung-ujung saraf  bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan-jaringan
(organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf
sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke
thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan
dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah
histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin,
serta ion-ion kalium (Sudjadi, 2008).

Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut


berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si pasien.
Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgeti non-
narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesic (misalnya
asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau
visceral analgesic (misalnya morfin).
2.2 Analgetik Narkotik
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan
tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi
kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan
nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi)
serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala
abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka
kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-
Undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM.
Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok Alkaloid
candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin, hidromorfon,
hidrokodon, dan dionin (Tim penyusun, 2013).
Antagonis-antagonis morfin adalah zat-zat yang dapat melawan efek-
efek samping dari analgetik narkotik tanpa mengurangi kerja analgesiknya dan
terutama digunakan pada overdosis atau intoksiaksi dengan obat-obat ini. Zat-
zat ini sendiri juga berkhasiat sebagai analgetik, tetapi tidak dapat digunakan
dalam terapi, karena dia sendiri menimbulkan efek-efek samping yang mirip
dengan mrfin, antara lain depresi pernafasan dan reaksi-reaksi psikotis.
Efek-efek samping dari morfin dan analgetika sentral lainnya pada dosis biasa
adalah gangguan-gangguan lambung, usus (mual, muntah, obstipasi), juga efek-
efek pusat lainnya seperti kegelisahan, sedasi, rasa kantuk, dan perubahan
suasana jiwa dengan euforia. Pada dosis yang lebih tinggi terjadi efek-efek yang
lebih berbahaya yaitu depresi pernafasan, tekanan darah turun, dan sirkulasi
darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi koma dan pernafasan terhenti.
Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat berupa analgesia dan narkosis.
Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum penderita tidur dan
seringkali analgesia terjadi tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg)
menimbulkan euforia pada penderita yang sedang menderita nyeri, sedih dan
gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada orang normal seringkali
menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai dengan mual,
dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi,
sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman penglihatan
berkurang, ektremitas tersa berat, badan terasa panas, muka gatal dan mulut
terasa kering, depresi nafas dan miosis. Bila nyeri sudah dialami beberapa
waktu sebelum pemberian morfin, efek analgetik obat ini tidak begitu besar.
Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbulkan setelah efek analgetik mencapai
maksimum, dosis morfin yang diperlukan untuk meniadakan nyeri itu jauh
lebih kecil. Penderita yang sedang mengalami nyeri hebat dan memerlukan
mofin dengan dosis besar untuk menghilangkan rasa nyerinya, dapat tahan
terhadap depresi nafas morfin. Tetapi bila nyeri itu tiba-tiba hilang, maka
kemungkinan besar timbul gejala depresi nafas oleh morfin.
(Tim penyusun, 2013).
2.3 Analgetik Perifer (non-narkotik)
Obat obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau
mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja
antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut
juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap
pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer
(di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya
banyak keringat.
Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan-gangguan
lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal dan juga reaksi-
reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan
lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya janganlah menggunakan analgetika
ini secara terus-menerus (Tim penyusun, 2013).
2.4 Analgetika-Antipiretik
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat
menurunkan suhu tubuh yang tingi. Jadi, analgetik-antipiretik dalah obat yang
mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang melampaui
suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi
akibat terlepasnya mediator-mediator nyeri (misalnya bradikinin, prostaglandin)
dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung
saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya rangsang
nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris melalui
sumsum tulang belakang dan thalamus (Tim penyusun, 2013).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Analgetik dan antipiretik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan


untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri dan serentak menurunkan
suhu tubuh yang tinggi.
2. Golongan dari analgetik adalah analgetik narkotik, analgetik perifer, dan
analgetika antipiretik.
3. Analgetik-antipiretik dalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
4. Analgetik Narkotik memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali
dengan tingkat kerja yang terletak di sistem saraf pusat.
5. Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat
penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam
tubuh.

3.2 Saran

Agar dapat memahami dengan benar apa itu obat Analgetik, Antipiretik
serta dapat memahami golongan dari Analgetik.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Tim penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. STIFA: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai