Anda di halaman 1dari 5

 Emulsi adalah dispersi cairan seperti gumpalan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur

dengan yang pertama.


 Dari dua cairan yang ikut serta dalam sistem dispersi satu adalah air dan lainnya adalah
minyak.
 Secara umum emulsi dari jenis berikut:
 Emulsi m/a, Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air,
sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (m/a).
 Emulsi a/m, Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal
sebagai produk air dalam minyak (a/m).
 Emulsi jenis m/a/m, Emulsi m/a/m, juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat
dengan mencampurkan suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser
dan perlahan-lahan menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak
dalam air.
 Emulsi m/a/m, juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mencampurkan
suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser dan perlahan-lahan
menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak dalam air.
 Karena kedua cairan tidak dapat bercampur satu sama lain, komponen ketiga ditambahkan
untuk menstabilkan sistem dan dikenal sebagai pengemulsi (emulgent / zat pengemulsi).
 Emulsi Parenteral, Definisi emulsi yang sama dapat diajukan untuk konteks parenteral
dengan ukuran tetesan diameter 0,1-5 μm, dengan kontrol sterilitas yang ketat.
 Emulsi parenteral juga tdd 2 jenis o/w dan w/o tetapi yang belakangan tidak banyak
digunakan.
 Awalnya PE dikembangkan untuk berfungsi sebagai sumber intravena dari kalori dan asam
lemak esensial.
 Kemudian berevolusi sebagai sistem pengiriman yang menjanjikan untuk zat lipofilik.
 Jenis Emulsi Parenteral : Emulsi W/O (S.C.), O/W Persiapan depot pelepasan berkelanjutan
(I.M.), & Emulsi nutrisi O/W.
 Teori Emulsifikasi
 Adsorpsi Monomolekuler, Teori ini berdasarkan anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu
mengarahkan dirinya disekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan gambaran
kelarutan-nya pada cairan tertentu.
 Adsorpsi Multimolekuler, Zat ini berbeda dari zat aktif permukaan sintetis dalam dua hal,
yaitu tidak menyebabkan penurunan tegangan antarmuka dan membentuk suatu lapisan
multimolekuler pada antarmuka dan bukan suatu lapisan monomolekuler.
 Adsorpsi Partikel Padat, Partikel-partikel padat yang terbagi halus yang dibasahi sampai
derajat tertentu oleh minyak dan air dapat bekerja sebagai zat pengemulsi. keadaannya
yang pekat antar-muka dimana dihasilkan suatu lapisan berpartikel sekitar tetesan dispers
sehingga dapat mencegah terjadinya penggabungan.
 Metode Penentuan Tipe Emulsi à Metode pewarnaan, Metode pengenceran fase, Metode
konduktivitas listrik, Metode fluoresensi
 Keuntungan :
 Pengurangan rasa sakit, iritasi, dan tromboflebitis cth Diazepam (Valium®), Emulsi
Diazepam (Diazemuls®)
 Mengurangi Toksisitas cth Siklosporin - memiliki dosis tergantung nefrotoksisitas dan
emulsi memiliki efek yang lebih kecil pada GFR
 Peningkatan Stabilitas dan Kelarutan cth Klaritromisin & Natrium Fenobarbital
 Pengiriman obat yang ditargetkan cth Pada tikus wistar, emulsi yang dimuat dengan rec-
apoE diambil hingga tingkat yang lebih besar (70% dari dosis yang disuntikkan)
dibandingkan oleh hati dengan formulasi yang dikontrol tanpa apoE (30% dari dosis yang
disuntikkan).
 Kekurangan :
 LCT dan MCT yang disetujui oleh badan pengatur belum tentu merupakan pelarut obat
lipofilik yang baik.
 Fase minyak dalam sistem emulsi umumnya tidak melebihi 30% yang menyebabkan
tantangan pada pembuatan obat dengan persyaratan dosis tinggi. Pengembangan minyak
baru dengan peningkatan kelarutan obat akan membutuhkan studi toksisitas yang luas.
 Obat-obatan yang dimasukkan dapat membuat emulsi secara fisik tidak stabil selama
penyimpanan sehingga membuat upaya perumusan menjadi sulit.
 Ada persyaratan peraturan yang ketat sehubungan dengan kontrol ukuran tetesan emulsi
yang dapat disuntikkan.
 Jumlah zat pengemulsi yang aman digunakan terbatas.
 Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Sediaan Emulsi Injeksi :
 Agar Isotonis : ditambahkan glukosa, sorbitol, dan gliserol.
 Fase minyak : minyak wijen, minyak ikan, kacang, zaitun, kapas, biji rami, dan kedelai.
 Untuk menambahkan viskositas : derivat gelatin dan selulosa.
 Emulgator : lecithine, pospolipids, pluronis F68 dan polisorbate.
 Fase Air à pengubah tonisitas-gliserin, sorbitol, atau Xylitol, Penyesuaian pH-NaOH ke
pH-8.
 Antioksidan à α-tokoferol, asam askorbat, dan deferoksamin mesilat.
 Antimikroba à Natrium benzoat dan benzil alkohol.
 Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh
emulsa yang stabil. Zat pengemulsi dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : Emulsifier alami
& Emulsifier buatan
 Formulasi :
 Bahan yang larut dalam air dan larut dalam minyak, secara umum masing-masing
dilarutkan dalam fase air dan fase minyak.
 Pengemulsi, seperti fosfatida, dapat didispersikan dalam fase minyak atau air.
 Fase lipid secara umum ditambahkan ke fase air di bawah kontrol suhu dan pengadukan
(menggunakan pencampur geser yang tinggi) untuk membentuk emulsi kasar yang
terdispersi secara homogen.
 Emulsi kasar kemudian dihomogenisasi (menggunakan homogenizer tekanan tinggi) pada
tekanan, suhu dan jumlah siklus yang dioptimalkan agar lebih mengurangi ukuran tetesan
dan membentuk emulsi halus.
 pH emulsi halus yang dihasilkan kemudian disesuaikan dengan nilai yang diinginkan dan
emulsi disaring melalui filter 1–5 μm.
 Contoh formula Emulsi Injeksi Infus minyak kapas

R/ Minyak kapas 15 %
Dekstrose 4%
Lechitithin (emulgator )4,2 %
Polimeroksietilneoksi-propilen (emulgator) 0,3 %
 Syarat emulsi untuk injeksi :
 Harus stabil pada autoklaf, karena suhu meningkat dapat menyebabkan pecahnya emulsi
sehingga harus memilih emulgator yang stabil contohnya gelatin, dekstran, metilselulosa
dan lesitin.
 Ketidakstabilan emulsi sering terjadi pada fase dalam/terdispersi pada saat pendiaman
sehingga membentuk agregat daripada membentuk droplet kemudian agregat naik ke
permukaan atau turun ke dasar emulsi sehingga membentuk lapisan yang berbeda pada
permukaan dasar.
 Dekstrosa tidak disarankan karena dapat berinteraksi dengan fosfolipid mengha-silkan
warna coklat pada proses sterilisasi menggunakan autoklaf dan selama penyimpanan.
 Ukuran partikel tidak boleh lebih dari ukuran eritrosit (12 µm).
 Tidak ada penambahan pengawet karena diberikan pada dosis tunggal.
 Pertimbangan Dalam Pengembangan Emulsi Parenteral :
 Ukuran globule, Ukuran globule maksimum harus kurang dari 2μm. Ukuran lebih dari
2μm memiliki efek langsung pada toksisitas dan stabilitas.
 Muatan permukaan (potensial zeta), Pengurangan muatan listrik diketahui meningkatkan
laju flokulasi dan karenanya pengukuran muatan permukaan berguna dalam penilaian
stabilitas.
 Minyak, Kemurnian sangat penting untuk setiap minyak yang digunakan dalam produk
parenteral. Pemurnian yang luas harus dilakukan untuk menghilangkan komponen yang
tidak diinginkan seperti peroksida, pigmen, produk dekomposisi termal dan oksidatif.
 pH
Zat penyangga biasanya tidak ditambahkan karena ada potensi untuk mengkatalisis buffer
hidrolisis lipid. Sebagai alternatif, pH disesuaikan dengan sejumlah kecil natrium
hidroksida.
pH optimum untuk emulsi jadi adalah 6-7
pH rendah (nilai lebih rendah dari 5) harus dihindari karena tolakan elektrostatik antara
gumpalan minyak dengan emulsi berkurang, sehingga menghasilkan peningkatan ukuran
globule dan peleburan
Manfaat dari kedua kisaran pH ini adalah untuk meminimalisir hidrolisis lesitin.
 Penggolongan Sediaan Emulsi Injeksi :
 Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, disebut injection (insulin injection)
 Bubuk kering atau larutan pekat, tidak me-ngandung dapar, pengencer atau zat tamba-han
lain dan bila di tambah pelarut lain yang sesuai dengan pemberian larutan yang meme-nuhi
semua aspek persyaratan untuk obat suntik disebut steril. (contoh : steril Ampicillin
Sodium).
 Sediaan-sediaan seperti yang dijelaskan di nomor 2 kecuali jika mengandung satu atau
lebih pendapar, pengencer atau zat tambahan lain disebut For Injection. (contoh:
methivillin Sodium For Injection).
 Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak untuk disuntikkan
intravena atau kedalam ruang spinal disebut Sterile Suspension. (Contoh : Steril Cortisol
Suspension).
 Padatan kering, bila ditambahkan pembawa yang sesuai menghasilkan sediaan yang
memenuhi semua aspek persyaratan untuk Sterile Suspension dan disebut dengan Steril for
Suspension. (Contoh: Steril Ampicillin For Suspension).
 Pemilihan Wadah dan Kompasibilitas Wadah Terhadap Sediaan Emulsi Injeksi :
 Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang
bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh :
ampul.
 Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang
tertinggal. Contoh : vial atau botol serum.
 Hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah :
 Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
 Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah.
 Penutup wadah harus bisa mencegah isi: Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan
isi wadah Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap
yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
 Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari Cahaya
 Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah
dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding
wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah.
 Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik.
 Wadah untuk Emulsi Perenteral
 Emulsi parenteral yang disediakan dalam volume 100-1000mL dikemas dalam botol kaca
USP tipe I & II.
 Botol silikon dengan permukaan bagian dalam hidrofobik juga dapat digunakan.
 Penutup karet paling sering digunakan.
 Penutup tidak boleh permeabel terhadap oksigen atau menjadi lunak bila kontak dengan
fase emulsi minyak.
 Evaluasi Fisika, Evaluasi Biologi, Evaluasi Kimia, Uji Sterilisasi
 Pembahasan : Seperti halnya obat apa pun, ada potensi reaksi alergi atau efek samping yang
berkaitan dengan pemberian. Selama infus awal, pasien harus dimoni-tor secara ketat untuk
reaksi alergi seperti dispnea, sianosis, atau demam. Pasien juga harus dinilai untuk reaksi
merugikan jangka panjang yang mungkin berkembang, seperti peningkatan trigliserida. Dosis
tinggi yang dikaitkan dengan peningkatan trigliserida, kemungkinan karena kejenuhan
mekanisme eliminasi.
 Kesimpulan : Emulsi lipid IV menawarkan banyak terapi berkelanjutan bagi banyak pasien.
Ketika produk baru yang datang ke pasaran, diharapkan pasien dapat memperoleh manfaat
lebih banyak dari terapi ini dan menderita lebih sedikit efek samping.

Anda mungkin juga menyukai