ANALGETIKA NARKOTIKA
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “MAKALAH ANALGETIKA NARKOTIKA”.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Kami menyadari
bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun selalu kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pengertian
analgetika narkotika.
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1
i
C. Tujuan ............................................................................................ 1
A. Kesimpulan ................................................................................... 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau meredakan nyeri.
Analgetik sering dikonsumsi untuk meredakan gejala seperti sakit kepala, sakit gigi,
sakit saat menstruasi, nyeri otot, sakit perut, kelelahan dan lainnya. Analgetik dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu golongan opioid (narkotik) dan non- opioid. Analgetik
golongan opioid dalam penggunaan berulang dapat menimbulkan ketergantungan dan
toleransi. Sedangkan analgetik non-opioid adalah analgetik yang tidak menimbulkan
ketergantungan dan toleransi fisik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Analgesik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf pusat secara
selektif, digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh penyakit kanker,
serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus atau ginjal. Aktivitas analgesik
narkotik jauh lebih besar dibandingkan aktivitas analgesik non narkotik sehingga
disebut juga analgesik kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan euforia
sehingga banyak disalahgunakan (Siswandono dan Soekardjo 2008).
Analgesik opioid (analgesik narkotik) adalah obat-obat yang daya kerjanya meniru
opioid endogen dengan memperpanjang aktivitas dari reseptor opioid. Tubuh dapat
mensintesis zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat-zat endorphin, yang juga bekerja
melalui reseptor opioid. Endorphin bekerja menduduki reseptor nyeri di sistem saraf
pusat, hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Apabila analgetika tersebut digunakan
terus-menerus, pembentukan reseptor-reseptor baru distimulasi dan produksi endorphin
di ujung saraf otak dikurangi, akibatnya terjadilah kebiasaan dan ketagihan (Tjay dan
Rahardja, 2007)
2
analgesik dibagi menjadi dua yaitu analgesik opioid/narkotik dan analgetik non-
narkotik. Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan
rasa nyeri seperti pada fraktur dan kanker. (Mita, S.R., Husni, 2017).
Salah satu jenis opioid alami adalah candu atau opium. Dari candu ini dihasilkan
morfin dan kodein. Opium atau candu adalah getah Papaver Somniferum yang telah
dikeringkan. Alkaloid asal opium secara kimia dibagi dalam dua golongan, yaitu
golongan fenantren yang terdiri dari morfin, kokain dan kodein serta golongan
benzilisokuinolin yang terdiri dari noskapin dan paperavin. Dari alkaloid golongan
fenantren yang alamiah telah dibuat berbagai derivat semisintetis. Kodein digunakan
sebagai bagian dari terapi utuk klien yang sedang dalam masa withdrawal (gejala putus
obat) yang sedang menjalani perawatan intoksifikasi (BNN, 2009).
2. Golongan semisintetis
Opioid golongan semisintesis adalah opioid yang di sintesis dari opioid alami
(opium). Yang termasuk opioid semisintesis adalah heroin (diacethylmorphine),
hidromorfon, etorfin, dan diprenorfin. Heroin adalah sintesa dari morfin. Heroin kira-
kira dua kali lebih kuat dari morfin dan opioid yang paling sering digunakan pada orang
dengan gangguan yang berhubungan dengan opioid. Heroin yang secara farmakologis
mirip dengan morfin, menyebabkan analgesia, mengantuk. Heroin lebih dikenal dengan
nama putaw (Depkes, 2006)
3. Golongan sintetis
Opioid sintesis adalah golongan opioid yang kerjanya menyerupai opiat tetapi
tidak didapatkan dari opium alias sintesis buatan. Narkotika sintetis pertama yang
3
dihasilkan mula-mula adalah meperidin. Meperidin secara kimia tidak sama dengan
morfin, tetapi menyerupai dalam kekuatan analgesik. Meperidin mungkin merupakan
yang digunakan secara luas untuk meringankan rasa sakit yang sedang dan sangat
parah. Diberikan melalui mulut atau injeksi. Toleransi dan ketagihan tumbuh dengan
penggunaan kronis, dan dosis besar dapat mengakibatkan kejang.Metadon secara
kimiawi termasuk keluarga opioid seperti heroin dan morfin, tetapi sejatinya metadon
bukanlah opioid karena metadon dihasilkan secara sintesis buatan bukan alami yang
berasal dari opium. Ia bekerja menekan fungsi susunan saraf pusat, mempunyai efek
analgesik kuat. Metadon yang diberikan secara intravena mempunyai potensi sama
dengan morfin. Pencapaian kadar puncak dalam cairan tubuh adalah 2-4 jam setelah
masuk dalam tubuh. Waktu paruh dosis berulang adalah 22 jam, tetapi sangat bervariasi
dari orang ke orang (Henry R.K & Domenic A.C, 2005)
Efek samping obat-obat analgetik golongan opioid atau narkotika memiliki pola
yang sangat mirip, termasuk depresi pernafasan, mual, dan muntah, sedasi dan
konstipasi. Selain itu, semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan
dan ketagihan. Toleransi adalah kebutuhan fisiologik untuk dosis yang lebih tinggi
untuk mempertahankan efek analgetik obat. Adiksi atau ketergantungan psikologik
mengacu kepada sindrom perilaku berupa hilangnya kekhawatiran berkaitan dengan
penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan perilaku menimbun obat dan
peningkatan dosis tanpa pengawasan.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., (2007), Obat - obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman:312-319