Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOLOGI I

MAKALAH

“ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

1. DINDA WIJAYANINGSIH (1900009)


2. JANATUL ULFA SINTA (1900018)
3. NENDINI MAYADA (1900030)
4. REKY WAHYUDI (1900037)
5. RIDHATUL AZIZAH (1900038)
6. TIARA ANDJELIE (1900045)
7. VAYLIA ANTASYA (1900046)

DOSEN PENGAMPU:

Apt. MIRA FEBRINA,M.Sc

PROGRAM STUDI DIII 2A FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya


penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk
membahas tentang “ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK”. Disamping itu,
makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas kelompok Farmakologi I di
STIFAR Riau.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Baik dalam pembahasan maupun teknik penulisan,
maka dari itu penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya dan tanpa
mengurangi rasa hormat penulis menerima kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun, agar penyusunan dapat lebih baik lagi
dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
umumnya dan bagi penyusun khususnya. Atas perhatian, saran dan kritik
dari pembaca, penulis ucapkan terimakasih.

Pekanbaru,23 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II........................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Analgetik............................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Analgetik..................................................................................3
2.1.2 Mekanisme Obat golongan Analgetik........................................................4
2.1.3 Golongan Obat Analgetik...........................................................................4
2.1.4 Efek Farmakodinamik Obat Analgetik.....................................................18
2.2 Antipiretik........................................................................................................18
2.2.1 Pengertian Antipiretik..............................................................................18
2.2.2 Mekanisme Obat golongan Antipiretik.....................................................18
2.2.3 Golongan Obat Antipiretik.......................................................................19
2.2.4 Efek Farmakodinamik Obat Antipiretik...................................................22

BAB III....................................................................................................23

PENUTUP................................................................................................23
3.1 Kesimpulan......................................................................................................23
3.2 Saran................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya
interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa
makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan
efek suatu obat akibat pemakaian obat dengan bahan-bahan lain tersebut
termasuk obat tradisional dansenyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika duaatau lebih obat sekaligus dalam satu
periode (polifarmasi ) digunakanbersama-sama. Interaksi obat berarti
saling pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek.
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga
akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi,
absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam
proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan
dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal
luas seperti obat asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal
maupun kemasan kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong
sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotik toko obat maupun
warung pinggr jalan. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi
penyalahgunaan obat ini semakin besar. Di Amerika Serikat di laporkan
lebih dari 100.000 kasus per tahun yang menghubungi pusat informasi
keracunan, 56.000 kasus datang ke unit gawat darurat, 26.000 kasus
memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek
antipiretik. Bagi para pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam
mengkonsumsi obat yang sesuai dengan dosisi-dosis obat. Penggunaan
Obat Analgetik Narkotik atau Obat Analgesik  ini mampu menghilangkan
atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf
pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat

1
Analgetik atau Analgesik ini tidak mengakibatkan efek ketagihan
pada pengguna.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan obat Analgetik ?
2. Bagaimanakah mekanisme kerja obat Analgetik?
3. Apa saja golongan obat Analgetik?
4. Bagaimanakah Efek Farmakodinamik Obat Analgetik?
5. Apakah yang dimaksud dengan obat Antipiretik?
6. Bagaimanakah mekanisme kerja obat Antipiretik?
7. Apa saja golongan obat Antipiretik?
8. Bagaimanakah Efek Farmakodinamik Obat Antipiretik?
9.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari Analgetik dan Antipiretik.
2. Untuk mengetahui golongan obat dari analgetik dan atipiretik.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat analgetikdan antipiretik.
4. Untuk mengetahui efek farmakodinamika dari obat analgetik dan
obat antipiretik
5. Untuk mengetahui jenis golongan obat,dosis,sediaan dan hal-hal
yang dianggap penting dalam jenis obat analgetik dan antipiretik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analgetik

2.1.1 Pengertian Analgetik


Analgetik atau analgesik, adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa
nyaman pada orang yang menderita. 
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan
atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala Nyeri dapat
digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas
seperti rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri
yang hilang timbul dan berbeda tempat nyeri.
Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu:
a. Nyeri ringan
Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus,
nyeri haid, keseleo. Pada nyeri ringan dapat digunakan analgetik
perifer seperti parasetamol, asetosal dan glafenin.
b. Nyeri yang disertai pembengkakan
Contohnya : Jatuh, tendangan, dan tubrukan

Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik antiradang seperti


aminofenazon dan NSAID (ibu profen, mefenaminat, dll)
c. Nyeri hebat
Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu
empedu.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa morfin,
atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan).
d. Nyeri hebat menahun
Contoh : kanker, rematik, dan neuralgia berat. Pada nyeri ini dapat
digunakan analgetik berupa fentanil, dekstromoramida, dan
benzitramida.

3
2.1.2 Mekanisme Obat golongan Analgetik
Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau
listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat
yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri
yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan
lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan
syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus)
kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai
nyeri.

2.1.3 Golongan Obat Analgetik


1. Analgesik narkotika

Analgetik narkotik kini disebut juga dengan opioida yang merupakan


obat-obat yang daya kerja nya meniru opioid endogen dengan
memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid. Zat-zat ini bekerja
terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respon
emosional terhadap nyeri berubah.

Analgesik narkotika merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-


sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura dan
kanker. Efek samping yang paling sering muncul adalah mual, muntah,
konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan
hipotansi serta depresi pernafasan. Selain itu, juga dapat mengakibatkan
toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik
(ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan
dihentikan.

Endorfin adalah kelompok polipeptida yang terdapat di CCS dan


dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin.

Mekanisme kerja utamanya ialah endofrin bekerja dengan jalam


menduduki reseptor-reseptor SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir.
Khasiat analgetik opioida berdasarkan kemampuannya untuk menduduki
sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati endorphin. Tetapi bila
analgetik tersebut digunakan terus menerus, pembentukan reseptor-
reseptor baru distimulasi dan produksi endorphin diujung saraf otak
dirintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan ketagihan.

Contoh  zat Analgetik Narkotika yaitu morfin, kodein, fentanil,


metadon, tramadol, lokson, kanabis, dan pentazosin.

4
Narkotik Dosis Pemakaian dan pertimbangan pemakaian
Morfin IM, IV: 5-15 mg, setiap 4 jam, PRN Narkotik kuat untuk nyeri yang berat. Morfin IV diberikan untuk
meredakan nyeri jantung akibat infark miokardium. Dapat
menimbulkan depresi pernapasan, ketergantungan fisik, hipotensi
ortostatik, dan konstipasi. Dapat menyebabkan mual dan muntah
akibat stimulasi CTZ.
Kodein 15-60 mg, setiap 4-6 jam, PRN Efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Dapat dipakai bersama
nonnarkotik (asetaminofen) untuk meredakan nyeri. Mempunyai
efek antitussif. Dapat memperlambat pernapasan, dan
ketergantungan fisik serta konstipasi.
Hidromorfon PO, SK, IM, IV dan per-rektal: 2-4 Untuk nyeri yang berat Narkotik kuat, 5-10 kali lebih kuat daripada
(dilaudid) mg, setiap 4-6 jam, PRN morfin. Dapat memperlambat pernapasan, mungkin menimbulkan
konstipasi. Efektif dalam mengendalikan nyeri pada kanker terminal.
Oksikodon PO: 5 mg, setiap 4-6 jam, PRN Untuk nyeri yang sedang sampai berat.
Leforfanol PO, SK: 2 mg, setiap 6-8 jam Untuk nyeri yang sedang sampai berat. Mempunyai efek samping
,PRN yang serupa dengan morfin.
Meperidin PO, IM: 50-100 mg, setiap 3-4 Untuk nyeri yang sedang. Dapat menurunkan tekanan darah dan
(petidin) jam, PRN menimbulkan pusing. Pada cedera kepala dapat meningkatkan
tekanan intrakranial.
propoksifen 65 mg (berbeda-beda) Ind: nyeri yang ringan. Analgesik lemah. Tidak menimbulkan
konstipasi; sedikit efeknya dalam menimbulkan ketergantungan
fisik.

Metadon Nyeri: oral 4-6 dd 2,5-10 mg Ind: obat pengganti heroin dan morfin pada terapi substitusi bagi
garam HCl, maks. 150 mg/hari. para pencandu. Tidak menimbulkan euphoria sehingga
Terapi pemeliharaan pencandu: menghindari gejala abstinensi setelah penghentian obat narkotika
permulaan 20-30 mg, setelah 3-4 lain. Penggunaan lama juga menimbulkan adiksi yang lebih mudah
jam 20 mg, lalu 1 dd 50-100 mg disembuhkan.
selama 6 bulan
Tramadol 3-4 dd 50-100 mg Tidak termasuk daftar narkotika (Indonesia, AS, Belanda, Swiss,
Maksimum 400 mg/hari Swedia dan Jepang) karena tidak menyebabkan ketagihan,
merupakan agonis reseptor μ lemah, inhibisi ambilan
NE dan serotonin dan merangsang reseptor
α-2adrenergic (penghambatan)
Ind: Nyeri ringan sampai sedang, nyeri persalinan
Kunci: PRN: jika perlu, PO: per oral, , SK: subkutan.

*Semua dosis adalah dosis dewasa

1. Morfin
 Nama dagang: MST Continus,Morfina
 Indikasinya : Nyeri sedang hingga berat
 Kontra Indikasi:
 Hipersensitivitas terhadap morfin
 Pasien dengan depresi napas dan tidak tersedia alat
resusitasi
 Asma akut atau berat
 Keadaan hiperkarbia

5
 Mekanisme Kerja: Dalam mengatasi nyeri, morfin bekerja dengan
cara menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga tubuh tidak
merasakan sakit. Meskipun memiliki sejumlah manfaat, morfin
dapat menyebabkan kecanduan hingga mengakibatkan overdosis
yang bisa membahayakan nyawa.
 Golongan : golongan obat analgesik opioid.
 Sediaan : tablet dan suntik
 Dosis :
 Nyeri sedang hingga berat
 Intraspinal
Dosis inisiasi 5 mg. Satu jam kemudian dapat diberikan
dosis tambahan sebesar 1–2 mg (maksimal 10 mg/hari)
hingga nyeri hilang.
 Intratekal
0,2–1 mg satu kali sehari. Pada pasien yang mengalami
toleransi daat diberikan 1–10 mg (maksimal 20 mg/hari).
 Peroral
5-20 mg/12 jam (lepas lambat)
 Parenteral
5–20 mg (IM/SK) yang diberikan lambat selama 4–5
menit, 1–2 mg/jam melalui infus IV (maksimal 100
mg/hari atau 4 g/hari pada kasus kanker).
 Nyeri akibat infark miokard
 5–10 mg (IV) dengan kecepatan 1–2 mg/menit. Dapat
diberikan dosis tambahan sebanyak 5–10 mg jika
diperlukan.
 Lansia: setengah dosis dewasa.
 Edema paru akut
 Dewasa: 5–10 mg (IV) dengan kecepatan 2 mg/menit.
 Lansia: setengah dosis dewasa.
 Premedikasi sebelum operasi

6
 Dewasa: 10 mg (IM/SK) diberikan 60–90 menit sebelum
operasi.
 Pasien gagal hati
 Dimulai dari dosis rendah, lalu dititrasi dengan pengawasan
ketat
 Pasien gagal ginjal
 Dimulai dari dosis rendah, lalu dititrasi dengan pengawasan
ketat
 Efek samping : Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah
mengonsumsi morfin adalah:

 Mengantuk
 Gatal
 Berkeringat
 Ruam dan kulit kemerahan
 Pusing dan sakit kepala
 Mual dan muntah
 Konstipasi
 Sulit buang air kecil
 Gangguan tidur
 Mulut terasa kering
 Perubahan suasana hati
2. Kodein
 Nama dagang: codikaf,codipront,coditam
 Indikasinya : meredakan nyeri ringan hingga sedang pada pasien
dewasa dan batuk kering disertai nyeri pada dewasa pada dosis
terapeutik minimal yang aman. Namun, perlu diketahui bahwa
berbagai indikasi codeine tersebut masih perlu dikritisi lebih lanjut
sehubungan dengan kurangnya bukti yang kuat terkait manfaat dan
risiko penggunaan codeine sebagai pereda nyeri dan batuk kering.
 Kontraindikasi:
batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi.

7
 Peringatan: 
asma, gangguan fungsi hati dan ginjal, riwayat penyalahgunaan
obat.
 Golongan : golongan obat analgesik opioid.
 Kategori : obat resep
 Sediaan :tablet, kapsul dan sirup
 Dosis:
 Nyeri ringan dan sedang: untuk dewasa, 30-60 mg tiap 4
jam bila diperlukan; dosis maksimal 240 mg per hari.
 Diare akut: untuk dewasa, 15-60 mg tiap kali pemberian, 3-
4 kali per hari.
 Batuk kering disertai nyeri: Untuk dewasa, 15-30 mg tiap
kali pemberian, 3-4 kali per hari.
 Efek samping :
 Pusing dan limbung.
 Mulut kering.
 Mual dan muntah.
 Kehilangan nafsu makan.
 Mudah merasa lelah.
 Sembelit.
 Sakit perut.
 Ruam.
3. Methadon
 Nama dagang: methadol,diskets,dolophine
 Indikasinya : obat pengganti heroin dan morfin pada terapi
substitusi bagi para pencandu. Tidak menimbulkan euphoria
sehingga menghindari gejala abstinensi setelah penghentian obat
narkotika lain. Penggunaan lama juga menimbulkan adiksi yang
lebih mudah disembuhkan.
 Kontraindikasi:
 Gangguan liver berat: risiko menjadi esefalopati hepatik
 Alergi atau intoleransi terhadap methadone

8
 Depresi pernapasan akut
 Asma bronkial akut
 Intoksikasi alkohol
 Risiko ileus paralisis
 Peningkatan tekanan intrakranial atau trauma kepala
 Meknisme kerja:
Methadone merupakan opioid sintetis agonis yang bekerja pada
reseptor opioid μ (Miu Opioid Receptor / MOR), κ (Kappa Opioid
Receptor / KOR), dan δ (Delta Opioid Receptor / DOR) pada sistem
saraf pusat dan organ yang memiliki otot halus.  Efek terapi dari
methadone mayoritas dimediasi oleh reseptor MOR, seperti
analgesia untuk mengatasi nyeri hebat, terapi detoksifikasi pada
adiksi narkotika, dan terapi pemeliharaan adiksi narkotika.
 Golongan : analgesic opioid
 Sediaan : tablet , bubuk dan cairan
 Dosis :
 Analgesik (pereda nyeri)
Dewasa sebesar 2.5-10 mg, 3-4 kali per hari.
Anak sebesar 0.7 mg/kg/hari, 4-6 kali per hari, maksimal 10
mg/dosis. Untuk penggunaan jangka panjang, dosis dibatasi
hanya 2 kali per hari.
4. Tramadol
 Indikasi: nyeri sedang sampai berat.
 Kontraindikasi : timbulnya konvulsi, biasanya setelah injeksi
intravena yang cepat); hindari pada kehamilan (lampiran 4) dan
menyusui (lampiran 5); tidak sesuai sebagai terapi pengganti pada
pasien ketergantungan opiat.
Anestesi Umum: Tidak direkomendasikan sebagai analgesik pada
awal kerja anestesi umum (menyebabkan meningkatnya risiko
pembatalan pembedahan).

9
 Efek samping: perasaan tidak nyaman di perut, diare, hipotensi, dan
hipertensi okasional, dilaporkan juga terjadi paraestesia, anafilaksis,
dan kebingungan.
 Dosis: 
oral, 50-100 mg tidak boleh lebih sering dari 4 jam; total pemakaian
lebih dari 400 mg per hari tidak selalu dibutuhkan. Anak-anak tidak
direkomendasikan. Intramuskular atau intravena (lebih dari 2-3
menit) atau infus intravena, 50-100 mg setiap 4-6 jam.
Nyeri pasca bedah, dosis awal 100 mg kemudian 50 mg tiap 10-20
menit, jika diperlukan selama 1 jam pertama hingga total
maksimum 250 mg (termasuk dosis awal) pada 1 jam pertama,
kemudian 50-100 mg tiap 4-6 jam, maksimum 600 mg per hari.
Anak-anak tidak direkomendasikan.
 Sediaan: Tablet
5. Petidine
 Nama dagang: Clopedin,Pethidin HCl,meperidine
 Indikasi: nyeri sedang sampai berat; analgesia obstetrik; analgesia
perioperatif.
 Kontraindikasi : tidak cocok untuk nyeri berat yang
berkepanjangan, gangguan fungsi ginjal berat.
 Dosis: nyeri akut, oral 50-150 mg tiap 4 jam; anak: 0,5-2 mg/kg bb;
anak-anak 0,5-2 mg/kg bb.
Injeksi subkutan atau intramuskular, 25-100 mg, diulang setelah 4
jam; ANAK, injeksi intramuskular, 0,5-2 mg/kg bb.
Injeksi intravena perlahan, 25-50 mg, diulang setelah 4 jam.
Analgesia obstetrik, injeksi subkutan atau intramuskular, 50-100
mg, diulang 1-3 jam kemudian bila perlu; maksimum 400 mg dalam
24 jam. Pramedikasi, injeksi intramuskular, 25-100 mg 1 jam
sebelum pembedahan; anak 0,5-2 mg/kg bb.
Nyeri pasca bedah, injeksi subkutan atau intramuskular, 25-100 mg
setiap 2-3 jam jika diperlukan; anak, injeksi intramuskular, 0,5-2
mg/kg bb.

10
Catatan: selama pasca bedah, pasien sebaiknya dimonitor secara
saksama pada penghilangan rasa nyerinya juga efek samping yang
mungkin timbul, terutama penekanan pernapasan.
 Sediaan: tablet,sirup dan larutan IV dan Efek samping:
 Nyeri kepala ringan
 Puaing
 Mual
 Keringat berlebihan
 Mulut kering
 Konstipasi
 Retensi urin
 dll
6. Oksikodon
 Nama dagang: oxycontin
 Indikasi: nyeri sedang hingga berat pada pasien kanker, nyeri pasca
bedah; nyeri berat.
 Kontaindikasi: gangguan fungsi hati sedang hingga berat, gangguan
fungsi ginjal.
 Sediaan: imtablet,kapsul dan suntik
 Dosis: 
oral, awal, 5 mg setiap 4-6 jam, ditingkatkan jika perlu menurut
tingkat keparahan nyeri; maksimal 400 mg sehari, namun beberapa
pasien memerlukan dosis yang lebih tinggi. ANAK di bawah 18
tahun, tidak direkomendasikan. Injeksi intravena lambat, 1-10 mg
setiap 4 jam jika diperlukan. Injeksi subkutan, dosis awal 5 mg
setiap 4 jam jika diperlukan. Infus subkutan, dosis awal 7,5 mg/24
jam, disesuaikan menurut respon.
Catatan. 2 mg oksikodon oral setara dengan 1 mg oksikodon
parenteral.
 Efek samping:
 Kantuk ringan,sakit kepala,pusing,merasa lelah

11
 Sakit perut,mual,muntah muntah,sembelit,kehilangan nafsu
makan
 Mulut kering
 Gatal ringan
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering
dikenal dengan istilah Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-
narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat
Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-
Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat
Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada
daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator
nyeri.
Efek samping obat-obat analgesik perifer: kerusakan lambung,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit. Efek samping
biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis
besar.
Contoh  obat Analgetik Non-Narkotika yaitu Aminofenazon, asam
salisilat, fenilbtazon, glafenin, dan paracetamol.
Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan pemakaian
Salisilat PO: 325-650 mg, q.i.d. Ind: meredakan sakit kepala, nyeri otot, inflamasi dan nyeri pada arthritis
Aspirin (sakit kepala, pegal dan sebagai antikoagulan ringan. Batas terapeutik serum: sakit kepala 5
dan nyeri otot, 1 g, 4-6 mg/dL; inflamasi: 15-30 mg/dL. Dapat mengambil alih obat lain yang
X/hari (inflamasi) tinggi berikatan pada protein. Efek samping: tidak enak pada lambung,
d.c. tinnitus, vertigo, tuli (reversible), bertambahnya perdarahan.
Diflunisal Mula-mula 1g Ind: nyeri ringan sampai sedang, dianggap kurang toksik dibandingkan
PO: 500 mg, 3X/hari dengan aspirin
NSAIDs asam PO: 200-600 mg, Ind: pegal dan nyeri otot yang ringan sampai sedang. Menimbulkan tidak
propionate 3X/hari (pegal enak pada lambung, tetapi lebih ringan daripada aspirin. Harus dipakai
Ibuprofen dan nyeri) d.c. atau dengan banyak cairan.
Para-aminofenol PO: 325-650 mg, q.i.d. Ind: nyeri ringan sampai sedang. Batas terapeutik serum: 5-20

12
Asetaminofen mikrogram/mL. Aman untuk dipakai jika ada gejala flu. Tidak
menyebabkan rasa tidak enak pada lambung atau mengganggu
agregasi platelet. Takar layak atau pemakaian jangka lama, dosis tinggi
dapat
menyebabkan hepatotoksisitas hati.
Asam Mefenamat Pemula 500 mg lalu 3- Ind: analgetik danantiradang
Ponstan® 4 dd 250 mg p.c. ES: iritasi mukosa lambung, diare, eritem, bronkhokonstriksi
Di AS: maks pemakaian 7 hari, tidak boleh untuk 14 tahun kebawah
danibu hamil
Fenilbutazon Pada serangan reuma Ind: pirai (urikosurik), arthritis rematoid dengan penyakit sendi
dan encok oral atau lainnya F-din: Khasiat antiradang > analgetik
rektal: 2-3 dd 200 mg Sering dicampur dengan jamu dankortikosteroid dr cina
ES: terhadap darah (supresi sum-sum tulang) danlambung
maks pemakaian 7 hari
IO: Antikoagulan oral, hipoglikemik-oral, sulfonamid
KI: hipertensi, sakit jantung, sakit ginjal danggn fs hati (bersifat retensi air
danNa)
Kunci: PO: melalui mulut, q.i.d.: empat kali sehari, dd: kali per hari, d.c.:
durante coenam = waktu sedang makan, p.c.: sesudah makan, Ind: dipakai
untuk *Semua dosis adalah dosis dewasa.
1. Aspirin
 Nama dagang:
 Indikasi: untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit keala dan
pusing, sakit gigi dan nyeri otot serta menurunkan demam.
 Kontra indikasi : Penderita tukak lambung dan peka terhadap
derivat asam salisilat, penderita asma, dan alergi. Penderita yang
pernahatau sering mengalami pendarahan bawah kulit, penderita
yang sedang terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan
trombositopenia
 Mekanisme kerja:
 Dosis:
Dosis bersifat individual. Pastikan untuk selalu berkonsultasi
dengan dokter sebelum mengonsumsi obat.
 Pemasangan stent pembuluh darah
Dewasa: 325 mg, 2 jam sebelum prosedur dilanjutkan dengan
160-325 mg/hari.
 Demam ringan hingga sedang
Dewasa: 325-650 mg diulang setiap 4-6 jam sesuai dengan
respon. (Maksimal 4 gram/hari)
 Serangan jantung

13
Dewasa: 75-325 mg, sekali sehari.
 Rematoid artritis
Anak: 80-100 mg/kgBB/hari dibagi untuk 5 atau 6 kali
konsumsi.
 Nyeri dan radang sendi
Dewasa: Dosis awal 2,4-3,6 gram/hari dalam dosis terbagi.
Pemeliharaan biasa 3,6-5,4 gram/hari.
 Sediaan: Tablet, kapsul, bubuk, permen kare
 Efek samping:
 Gangguan saluran pencernaan
 Waktu perdarahan berkepanjangan
 Rinitis
 Ruam kulit
 Angioedema (pembengkakan pada area kulit)
2. Acetaminophen
 Nama dagang: panadol,pamol,parasetamol
 Indikasi: nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut
gigi, pireksia.
 Kontraindikasi: gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.
 Mekanisme kerja:
 Efek samping: jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi
reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk
trombositopenia, leukopenia, neutropenia),
 Sediaan : Tablet, kaplet, sirup, drop, infus, dan suppositoria.
 Dosis:
 Dewasa
325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
Paracetamol biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan
kandungan 500 mg. Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6
jam sekali untuk meredakan demam.

14
 Anak < 2 bulan
10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran
dokter.
 Anak 2 bulan–12 tahun
10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau sesuai anjuran dokter.
Dosis maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
 Anak > 12 tahun
325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
3. Asam mefenamat
 Nama dagang: ponstan,omestan,costan
 Indikasi: digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, nyeri akibat trauma, nyeri
pada otot dan nyeri sesudah operasi
 Kontraindikasi: Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Penderita yang dengan aspirin mengalami bronkospasme, alergi
rhinitis dan urtikaria. Penderita dengan tukak lambung dan usus.
Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
 Mekanisme kerja: Asam mefenamat sendiri bekerja dengan cara
yang unik, yakni dengan cara menghambat kerja enzim
siklooksigenase (COX), suatu enzim yang berfungsi sebagai
pembentukan prostaglandin.Prostaglandin itu sendiri adalah suatu
gejala yang terjadi akibat luka sehingga menyebabkan rasa sakit dan
peradangan.
 Sediaan: Tablet, kapsul, sirup
 Dosis:
 mengatasi nyeri
 Dewasa: 500 mg untuk dosis pertama, dilanjutkan dengan 250
mg tiap 6 jam selama 7 hari.
 Anak-anak 14 tahun ke atas: dosis ditentukan oleh dokter.

 meredakan nyeri haid

15
 Dewasa: 500 mg untuk dosis pertama, dilanjutkan
dengan 250 mg setiap 6 jam selama 2 sampai 3 hari.

 Anak-anak 14 tahun ke atas: dosis ditentukan oleh


dokter

 Efek samping:

 Hilang nafsu makan


 Sariawan
 ual dan muntah
 Sakit maag
 Diare
 Gangguan pencernaan
 Ruam pada kulit
 Sakit kepala
 Kelelahan dan mengantuk
 Tinnitus
4. Ibu profen
 Nama dagang: Paramex Nyeri Otot, Novaxifen, Arbupon,intrafen
 Indikasi: obat ini digunakan sebagai analgesik yaitu untuk
meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada sakit
kepala, nyeri haid, nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, dan
nyeri setelah operasi
 Kontraindikasi: Penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung
dan duodenum) yang berat dan aktif. Penderita dengan riwayat
hipersensitif terhadap Ibuprofen dan obat anti inflamasi non steroid
lain. Penderita sindroma polip hidung, angioedema dan penderita
dimana bila menggunakan aspirin atau obat anti inflamasi non
steroid akan timbul gejala asma, rinitis atau urtikaria. Kehamilan tiga
bulan terakhir.
 Mekanisme kerja: Ibuprofen bekerja dengan cara menghalangi tubuh
memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa yang menyebabkan
peradangan dan rasa sakit. Sebagai dampaknya, nyeri dan

16
peradangan menjadi berkurang. Selain mengatasi nyeri dan
peradangan, ibuprofen juga digunakan sebagai obat penurun panas.
 Efek samping:
 Gejala alergi obat, seperti gatal-gatal, wajah tampak bengkak,
dan sesak napas.
 Muntah darah atau BAB berdarah.
 Leher kaku.
 Gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan pembengkakan
di tungkai dan frekuensi BAK yang berkurang.
 Gangguan irama jantung.

 Sediaan : Tablet, kapsul, sirup, suntik


 Dosis:
 Dewasa:  200-800 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal per
hari adalah 3,2 gram.
 Anak-anak:
 Kondisi: nyeri dan demam.
Dosis anak usia 6 bulan ke atas: 4-10 mg/kgBB setiap 6-8 jam.
Dosis maksimal per hari: 40 mg/kgBB.

 Ibuprofen tidak dianjurkan untuk bayi usia di bawah 6 bulan.

 Kondisi: penyakit juvenile idiopathic arthritis (radang sendi


pada anak-anak).

Dosis: 30-50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 3 kali pemberian.

Dosis maksimal 2,4 gram per hari.

 Kondisi: penyakit patent ductus arteriosus.


Dosis awal 10 mg/kgBB yang diberikan melalui infus selama 15
menit, kemudian dilanjutkan dengan dosis 5 mg/kgBB setelah
24 jam dan 5 mg/kgBB setelah 48 jam.

17
2.1.4 Efek Farmakodinamik Obat Analgetik
Sebagai analgesic, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri
dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia,
antralgia dan nyeri lain yang berasal dari integument, terutama terhadap
nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgesik nya jauh lebih
lemah daripada efek analgesik opiad. Tetapi berbeda dengan opiad, obat
mirip aspirin tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek
samping sentral yang merugikan. Obat mirip aspirin hanya mengubah
persepsi modalitas, sensorik nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain.
Nyeri akibat terpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan obat mirip
aspirin. Sebaliknya nyeri kronis pasca bedah dapat diatasi oleh obat mirip
aspirin.

2.2 Antipiretik

2.2.1 Pengertian Antipiretik


Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan
suhu set point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan
pelepasan prostaglandin E2, yang distimulasi oleh pirogen endogen pada
hipotalamus (Sweetman, 2008). Obat ini menurunkan suhu tubuh hanya
pada keadaan demam namun pemakaian obat golongan ini tidak boleh
digunakan secara rutin karena bersifat toksik. Efek samping yang sering
ditimbulkan setelah penggunaan antipiretik adalah respon hemodinamik
seperti hipotensi, gangguan fungsi hepar dan ginjal, oliguria, serta retensi
garam dan air (Hammond and Boyle, 2011).

2.2.2 Mekanisme Obat golongan Antipiretik


Secara umum, Mekanisme obat nya bekerja dengan cara
menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).  

2.2.3 Golongan Obat Antipiretik


Macam-macam obat Antipiretik, yaitu :
Obat – obat antipiretik secara umum dapat digolongkan
dalam beberapa golongan yaitu golongan salisilat, (misalnya
aspirin, salisilamid), golongan para-aminofenol (misalnya

18
acetaminophen, fenasetin) dan golongan pirazolon (misalnya
fenilbutazon dan metamizol) (Wilmana, 2007). Acetaminophen,
Non Steroid Anti-inflammatory Drugs, dan cooling blanket biasa
digunakan untuk mencegah peningkatan suhu tubuh pada pasien
cedera otak agar tetap konstan pada kondisi suhu ≤ 37,5ºC (Dipiro,
2008). Pemberian obat melalui rute intravena atau intraperitonial
biasanya juga digunakan pada keadaan hipertermia, yaitu keadaan
dimana suhu tubuh lebih dari 41ºC. Suhu ini dapat membahayakan
kehidupan dan harus segera diturunkan (Sweetman, 2008).
Obat golongan salisilat yang paling banyak digunakan adalah
aspirin (asam asetil salisilat). Sampai saat ini, obat ini masih
merupakan analgesik‐antipiretik dan antiinflamasi yang paling
banyak diresepkan dan menjadi standar untuk pembanding atau
evaluasi antiinflamasi lain (Roberts& Morrow, 2001). Aspirin
berbeda dengan derivat asam salisilat lainnya karena mempunyai
gugus asetil. Gugus asetil inilah yang nantinya mampu
menginaktivasi enzim siklooksigenase, sehingga obat ini dikenal
sebagai AINS yang unik karena penghambatannya terhadap enzim
siklooksigenase bersifat ireversibel (Majeed et al., 2003),sementara
AINS lainnya menghambat enzim siklooksigenase secara
kompetitif sehingga bersifat reversibel (Roy, 2007).
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan
novalgin. Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan
penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan
efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah
putih), karena itu penggunaan analgesik yang mengandung
piralozon perlu disertai resep dokter.
1. Salisilamida
 Indikasi: pereda nyeri dan demam
 Kontraindikasi: gangguan ginjal dan hati

19
 Mekanisme kerja: Hampir sepenuhnya
dimetabolisme menjadi metabolit yang tidak aktif
selama penyerapan dan pertama kali melewati hati.
 Sediaan: tablet
 Dosis: Oral/Diminum:
⇔ Sakit dan demam
Dewasa:
→ 325-650 mg 3-4 kali sehari.
→ Interval Dosis Minimum: 3 kali sehari
→ Dosis sekali minum Maksimum: 650 mg
→ Dosis Maksimum: 600 mg, 4 kali sehari
 Efek samping:
 Gangguan SSP
 Gangguan GI
 Flushing
 Hiperventilasi
 Berkeringat
 mulut kering
 ruam kulit
2. metamizol
 Indikasi: untuk mengatasi nyeri, peradangan, dan demam.
 Kontraindikasi:
 Hipersensitivitas
 Supresi sumsum tulang atau gangguan hematopoietik
(misal. Anemia aplastik, agranulositosis, leukopenia)
 Gangguan hati dan ginjal berat (Intravena/
Intramuscular).
 Anak-anak
 Kehamilan dan menyusui.

 Efek samping:

20
 Gangguan darah dan sistem limfatik: Jarang,
rendahnya sel darah putih (leukopenia).
 Gangguan jantung: Nyeri dada, gangguan detak
jantung (aritmia).
 Gangguan pencernaan: Mual, muntah, pencernaan
yang terganggu, sakit perut.
 Gangguan umum dan kondisi tempat administrasi:
peradangan mukosa, demam, menggigil.
 Gangguan metabolisme dan nutrisi: Kelainan
genetik (Porfiria).
 Gangguan sistem saraf: Pusing, vertigo.
 Gangguan ginjal dan kemih: Urin berwarna merah;
jarang, ginjal tidak dapat memproduksi
urine(anuria), gagal ginjal akut,
 Gangguan pernapasan, toraks, dan mediastinum:
Sakit tenggorokan, sesak nafas (dyspnoea),
bronkospasme.
 Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Peradangan
kulit (Eritema), gatal (pruritus), ruam, sensasi
terbakar, edema lokal, biduran (urtikaria).

 Mekanisme kerja: Metamizole bekerja dengan cara


menghambat prostaglandin dalam menyebabkan reaksi
peradangan berupa rasa nyeri,pembengkakan dan demam.
 Sediaan: kaplet dan injeksi
 Dosis:
 Metamizole Kaplet
Dewasa: 1-2 kaplet, di minum 3-4 kali sehari.
Maksimal: 8 kaplet setiap hari. Durasi pengobatan
maksimal: 3-5 hari.
Anak usia ≥ 3 bulan: Dosis bervariasi berdasarkan
berat badan.

21
Dosis yang dianjurkan: 8-16 mg / kg berat badan
sebagai dosis tunggal, dapat diulangi jika perlu,
hingga 3 atau 4 kali seharin
 Metamizole Injeksi
Di berikan dosis 1 g hingga 4 kali sehari atau di
berikan dosis 2,5 g 2 kali sehari, di berikan melali
injeksi intravena (pembuluh darah) atau
ntramuskular (melalui otot). Sesuaikan berdasarkan
tingkat keparahan. Maksimal: 5 g / hari.

2.2.4 Efek Farmakodinamik Obat Antipiretik


Antipiretik menyebabkan hipotalamus untuk mengesampingkan
peningkatan interleukin yang kerjanya menginduksi suhu tubuh. Tubuh
kemudian akan bekerja untuk menurunkan suhu tubuh dan hasilnya adalah
pengurangan demam. Obat-obat antipiretik tidak menghambat
pembentukan panas. Hilangnya panas terjadi dengan meningkatnya aliran
darah ke perifer dan pembentukan keringat. Efeknya ini bersifat sentral,
tetapi tidak langsung pada neuron hipotalamus. Cara menurunkan demam
tinggi diduga dengan menghambat pembentukan prostaglandin E1.Lebih
singkatnya Memblokade produksi prostaglandin yang berperan sebagai
penginduksi suhu di termostat hipotalamus.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri
dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. NSAID (Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non
steroid (AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai
anti inflamasi, analgetik dan antipiretik. NSAID merupakan obat
yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara
kimiawi. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan peradangan.
Berdasarkan aksinya, Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
Analgesik narkotika dan Obat Analgetik Non-narkotik. Pada obat
Antipiretik secara umum dapat digolongkan dalam beberapa
golongan yaitu golongan salisilat, (misalnya aspirin, salisilamid),
golongan para-aminofenol (misalnya acetaminophen, fenasetin)
dan golongan pirazolon (misalnya fenilbutazon dan metamizol)
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan
menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat
menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan
"sinyal" nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur
menghilang.

3.2 Saran
Untuk dapat memahami tentang analgetik dan antipiretik,
selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber
keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat

23
mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-
hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat. ,
penulis menyarankan kita untuk selalu menggali ilmu. Ilmu akan
terus berkembang, termasuk juga ilmu kesehatan. Ilmu kesehatan,
termasuk juga tentang obat jenis analgetik atau pun antipiretik
yang sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari , ini
merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh kita, sebagai
mahasiswa Farmasi. Dengan terus mencari dan memahami ilmu
kesehatan, kita akan tahu bagaimana seharusnya bertindak dalam
menjaga kesehatan kita dan juga meningkatkan kesadaran akan
masyarakat agar tidak sembarangan mengkonsumsi obat-obatan
yang ada.
Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan untuk
kedepan agar bisa bermanfaat untuk referensi pelajaran dan bisa
lebih menyempurnakan makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan SG. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen


Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

Indijah,Sujati woro.2006. Farmakologi. Jakarta: Badan Pengembangan Dan


Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Keshatan.

Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta :


Salemba Medika.

Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D.1995. Farmakologi dan Terapi,


bagian farmakologi FK-UI. Jakarta : Universitas Indonesia

Tjay, Tan howan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi ke VI.
Jakarta : Elex Media Kompetindo

25

Anda mungkin juga menyukai