MAKALAH
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
DOSEN PENGAMPU:
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II........................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Analgetik............................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Analgetik..................................................................................3
2.1.2 Mekanisme Obat golongan Analgetik........................................................4
2.1.3 Golongan Obat Analgetik...........................................................................4
2.1.4 Efek Farmakodinamik Obat Analgetik.....................................................18
2.2 Antipiretik........................................................................................................18
2.2.1 Pengertian Antipiretik..............................................................................18
2.2.2 Mekanisme Obat golongan Antipiretik.....................................................18
2.2.3 Golongan Obat Antipiretik.......................................................................19
2.2.4 Efek Farmakodinamik Obat Antipiretik...................................................22
BAB III....................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................23
3.1 Kesimpulan......................................................................................................23
3.2 Saran................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Analgetik atau Analgesik ini tidak mengakibatkan efek ketagihan
pada pengguna.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analgetik
3
2.1.2 Mekanisme Obat golongan Analgetik
Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau
listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat
yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri
yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan
lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan
syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus)
kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai
nyeri.
4
Narkotik Dosis Pemakaian dan pertimbangan pemakaian
Morfin IM, IV: 5-15 mg, setiap 4 jam, PRN Narkotik kuat untuk nyeri yang berat. Morfin IV diberikan untuk
meredakan nyeri jantung akibat infark miokardium. Dapat
menimbulkan depresi pernapasan, ketergantungan fisik, hipotensi
ortostatik, dan konstipasi. Dapat menyebabkan mual dan muntah
akibat stimulasi CTZ.
Kodein 15-60 mg, setiap 4-6 jam, PRN Efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Dapat dipakai bersama
nonnarkotik (asetaminofen) untuk meredakan nyeri. Mempunyai
efek antitussif. Dapat memperlambat pernapasan, dan
ketergantungan fisik serta konstipasi.
Hidromorfon PO, SK, IM, IV dan per-rektal: 2-4 Untuk nyeri yang berat Narkotik kuat, 5-10 kali lebih kuat daripada
(dilaudid) mg, setiap 4-6 jam, PRN morfin. Dapat memperlambat pernapasan, mungkin menimbulkan
konstipasi. Efektif dalam mengendalikan nyeri pada kanker terminal.
Oksikodon PO: 5 mg, setiap 4-6 jam, PRN Untuk nyeri yang sedang sampai berat.
Leforfanol PO, SK: 2 mg, setiap 6-8 jam Untuk nyeri yang sedang sampai berat. Mempunyai efek samping
,PRN yang serupa dengan morfin.
Meperidin PO, IM: 50-100 mg, setiap 3-4 Untuk nyeri yang sedang. Dapat menurunkan tekanan darah dan
(petidin) jam, PRN menimbulkan pusing. Pada cedera kepala dapat meningkatkan
tekanan intrakranial.
propoksifen 65 mg (berbeda-beda) Ind: nyeri yang ringan. Analgesik lemah. Tidak menimbulkan
konstipasi; sedikit efeknya dalam menimbulkan ketergantungan
fisik.
Metadon Nyeri: oral 4-6 dd 2,5-10 mg Ind: obat pengganti heroin dan morfin pada terapi substitusi bagi
garam HCl, maks. 150 mg/hari. para pencandu. Tidak menimbulkan euphoria sehingga
Terapi pemeliharaan pencandu: menghindari gejala abstinensi setelah penghentian obat narkotika
permulaan 20-30 mg, setelah 3-4 lain. Penggunaan lama juga menimbulkan adiksi yang lebih mudah
jam 20 mg, lalu 1 dd 50-100 mg disembuhkan.
selama 6 bulan
Tramadol 3-4 dd 50-100 mg Tidak termasuk daftar narkotika (Indonesia, AS, Belanda, Swiss,
Maksimum 400 mg/hari Swedia dan Jepang) karena tidak menyebabkan ketagihan,
merupakan agonis reseptor μ lemah, inhibisi ambilan
NE dan serotonin dan merangsang reseptor
α-2adrenergic (penghambatan)
Ind: Nyeri ringan sampai sedang, nyeri persalinan
Kunci: PRN: jika perlu, PO: per oral, , SK: subkutan.
1. Morfin
Nama dagang: MST Continus,Morfina
Indikasinya : Nyeri sedang hingga berat
Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap morfin
Pasien dengan depresi napas dan tidak tersedia alat
resusitasi
Asma akut atau berat
Keadaan hiperkarbia
5
Mekanisme Kerja: Dalam mengatasi nyeri, morfin bekerja dengan
cara menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga tubuh tidak
merasakan sakit. Meskipun memiliki sejumlah manfaat, morfin
dapat menyebabkan kecanduan hingga mengakibatkan overdosis
yang bisa membahayakan nyawa.
Golongan : golongan obat analgesik opioid.
Sediaan : tablet dan suntik
Dosis :
Nyeri sedang hingga berat
Intraspinal
Dosis inisiasi 5 mg. Satu jam kemudian dapat diberikan
dosis tambahan sebesar 1–2 mg (maksimal 10 mg/hari)
hingga nyeri hilang.
Intratekal
0,2–1 mg satu kali sehari. Pada pasien yang mengalami
toleransi daat diberikan 1–10 mg (maksimal 20 mg/hari).
Peroral
5-20 mg/12 jam (lepas lambat)
Parenteral
5–20 mg (IM/SK) yang diberikan lambat selama 4–5
menit, 1–2 mg/jam melalui infus IV (maksimal 100
mg/hari atau 4 g/hari pada kasus kanker).
Nyeri akibat infark miokard
5–10 mg (IV) dengan kecepatan 1–2 mg/menit. Dapat
diberikan dosis tambahan sebanyak 5–10 mg jika
diperlukan.
Lansia: setengah dosis dewasa.
Edema paru akut
Dewasa: 5–10 mg (IV) dengan kecepatan 2 mg/menit.
Lansia: setengah dosis dewasa.
Premedikasi sebelum operasi
6
Dewasa: 10 mg (IM/SK) diberikan 60–90 menit sebelum
operasi.
Pasien gagal hati
Dimulai dari dosis rendah, lalu dititrasi dengan pengawasan
ketat
Pasien gagal ginjal
Dimulai dari dosis rendah, lalu dititrasi dengan pengawasan
ketat
Efek samping : Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah
mengonsumsi morfin adalah:
Mengantuk
Gatal
Berkeringat
Ruam dan kulit kemerahan
Pusing dan sakit kepala
Mual dan muntah
Konstipasi
Sulit buang air kecil
Gangguan tidur
Mulut terasa kering
Perubahan suasana hati
2. Kodein
Nama dagang: codikaf,codipront,coditam
Indikasinya : meredakan nyeri ringan hingga sedang pada pasien
dewasa dan batuk kering disertai nyeri pada dewasa pada dosis
terapeutik minimal yang aman. Namun, perlu diketahui bahwa
berbagai indikasi codeine tersebut masih perlu dikritisi lebih lanjut
sehubungan dengan kurangnya bukti yang kuat terkait manfaat dan
risiko penggunaan codeine sebagai pereda nyeri dan batuk kering.
Kontraindikasi:
batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi.
7
Peringatan:
asma, gangguan fungsi hati dan ginjal, riwayat penyalahgunaan
obat.
Golongan : golongan obat analgesik opioid.
Kategori : obat resep
Sediaan :tablet, kapsul dan sirup
Dosis:
Nyeri ringan dan sedang: untuk dewasa, 30-60 mg tiap 4
jam bila diperlukan; dosis maksimal 240 mg per hari.
Diare akut: untuk dewasa, 15-60 mg tiap kali pemberian, 3-
4 kali per hari.
Batuk kering disertai nyeri: Untuk dewasa, 15-30 mg tiap
kali pemberian, 3-4 kali per hari.
Efek samping :
Pusing dan limbung.
Mulut kering.
Mual dan muntah.
Kehilangan nafsu makan.
Mudah merasa lelah.
Sembelit.
Sakit perut.
Ruam.
3. Methadon
Nama dagang: methadol,diskets,dolophine
Indikasinya : obat pengganti heroin dan morfin pada terapi
substitusi bagi para pencandu. Tidak menimbulkan euphoria
sehingga menghindari gejala abstinensi setelah penghentian obat
narkotika lain. Penggunaan lama juga menimbulkan adiksi yang
lebih mudah disembuhkan.
Kontraindikasi:
Gangguan liver berat: risiko menjadi esefalopati hepatik
Alergi atau intoleransi terhadap methadone
8
Depresi pernapasan akut
Asma bronkial akut
Intoksikasi alkohol
Risiko ileus paralisis
Peningkatan tekanan intrakranial atau trauma kepala
Meknisme kerja:
Methadone merupakan opioid sintetis agonis yang bekerja pada
reseptor opioid μ (Miu Opioid Receptor / MOR), κ (Kappa Opioid
Receptor / KOR), dan δ (Delta Opioid Receptor / DOR) pada sistem
saraf pusat dan organ yang memiliki otot halus. Efek terapi dari
methadone mayoritas dimediasi oleh reseptor MOR, seperti
analgesia untuk mengatasi nyeri hebat, terapi detoksifikasi pada
adiksi narkotika, dan terapi pemeliharaan adiksi narkotika.
Golongan : analgesic opioid
Sediaan : tablet , bubuk dan cairan
Dosis :
Analgesik (pereda nyeri)
Dewasa sebesar 2.5-10 mg, 3-4 kali per hari.
Anak sebesar 0.7 mg/kg/hari, 4-6 kali per hari, maksimal 10
mg/dosis. Untuk penggunaan jangka panjang, dosis dibatasi
hanya 2 kali per hari.
4. Tramadol
Indikasi: nyeri sedang sampai berat.
Kontraindikasi : timbulnya konvulsi, biasanya setelah injeksi
intravena yang cepat); hindari pada kehamilan (lampiran 4) dan
menyusui (lampiran 5); tidak sesuai sebagai terapi pengganti pada
pasien ketergantungan opiat.
Anestesi Umum: Tidak direkomendasikan sebagai analgesik pada
awal kerja anestesi umum (menyebabkan meningkatnya risiko
pembatalan pembedahan).
9
Efek samping: perasaan tidak nyaman di perut, diare, hipotensi, dan
hipertensi okasional, dilaporkan juga terjadi paraestesia, anafilaksis,
dan kebingungan.
Dosis:
oral, 50-100 mg tidak boleh lebih sering dari 4 jam; total pemakaian
lebih dari 400 mg per hari tidak selalu dibutuhkan. Anak-anak tidak
direkomendasikan. Intramuskular atau intravena (lebih dari 2-3
menit) atau infus intravena, 50-100 mg setiap 4-6 jam.
Nyeri pasca bedah, dosis awal 100 mg kemudian 50 mg tiap 10-20
menit, jika diperlukan selama 1 jam pertama hingga total
maksimum 250 mg (termasuk dosis awal) pada 1 jam pertama,
kemudian 50-100 mg tiap 4-6 jam, maksimum 600 mg per hari.
Anak-anak tidak direkomendasikan.
Sediaan: Tablet
5. Petidine
Nama dagang: Clopedin,Pethidin HCl,meperidine
Indikasi: nyeri sedang sampai berat; analgesia obstetrik; analgesia
perioperatif.
Kontraindikasi : tidak cocok untuk nyeri berat yang
berkepanjangan, gangguan fungsi ginjal berat.
Dosis: nyeri akut, oral 50-150 mg tiap 4 jam; anak: 0,5-2 mg/kg bb;
anak-anak 0,5-2 mg/kg bb.
Injeksi subkutan atau intramuskular, 25-100 mg, diulang setelah 4
jam; ANAK, injeksi intramuskular, 0,5-2 mg/kg bb.
Injeksi intravena perlahan, 25-50 mg, diulang setelah 4 jam.
Analgesia obstetrik, injeksi subkutan atau intramuskular, 50-100
mg, diulang 1-3 jam kemudian bila perlu; maksimum 400 mg dalam
24 jam. Pramedikasi, injeksi intramuskular, 25-100 mg 1 jam
sebelum pembedahan; anak 0,5-2 mg/kg bb.
Nyeri pasca bedah, injeksi subkutan atau intramuskular, 25-100 mg
setiap 2-3 jam jika diperlukan; anak, injeksi intramuskular, 0,5-2
mg/kg bb.
10
Catatan: selama pasca bedah, pasien sebaiknya dimonitor secara
saksama pada penghilangan rasa nyerinya juga efek samping yang
mungkin timbul, terutama penekanan pernapasan.
Sediaan: tablet,sirup dan larutan IV dan Efek samping:
Nyeri kepala ringan
Puaing
Mual
Keringat berlebihan
Mulut kering
Konstipasi
Retensi urin
dll
6. Oksikodon
Nama dagang: oxycontin
Indikasi: nyeri sedang hingga berat pada pasien kanker, nyeri pasca
bedah; nyeri berat.
Kontaindikasi: gangguan fungsi hati sedang hingga berat, gangguan
fungsi ginjal.
Sediaan: imtablet,kapsul dan suntik
Dosis:
oral, awal, 5 mg setiap 4-6 jam, ditingkatkan jika perlu menurut
tingkat keparahan nyeri; maksimal 400 mg sehari, namun beberapa
pasien memerlukan dosis yang lebih tinggi. ANAK di bawah 18
tahun, tidak direkomendasikan. Injeksi intravena lambat, 1-10 mg
setiap 4 jam jika diperlukan. Injeksi subkutan, dosis awal 5 mg
setiap 4 jam jika diperlukan. Infus subkutan, dosis awal 7,5 mg/24
jam, disesuaikan menurut respon.
Catatan. 2 mg oksikodon oral setara dengan 1 mg oksikodon
parenteral.
Efek samping:
Kantuk ringan,sakit kepala,pusing,merasa lelah
11
Sakit perut,mual,muntah muntah,sembelit,kehilangan nafsu
makan
Mulut kering
Gatal ringan
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering
dikenal dengan istilah Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-
narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat
Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-
Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat
Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada
daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator
nyeri.
Efek samping obat-obat analgesik perifer: kerusakan lambung,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit. Efek samping
biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis
besar.
Contoh obat Analgetik Non-Narkotika yaitu Aminofenazon, asam
salisilat, fenilbtazon, glafenin, dan paracetamol.
Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan pemakaian
Salisilat PO: 325-650 mg, q.i.d. Ind: meredakan sakit kepala, nyeri otot, inflamasi dan nyeri pada arthritis
Aspirin (sakit kepala, pegal dan sebagai antikoagulan ringan. Batas terapeutik serum: sakit kepala 5
dan nyeri otot, 1 g, 4-6 mg/dL; inflamasi: 15-30 mg/dL. Dapat mengambil alih obat lain yang
X/hari (inflamasi) tinggi berikatan pada protein. Efek samping: tidak enak pada lambung,
d.c. tinnitus, vertigo, tuli (reversible), bertambahnya perdarahan.
Diflunisal Mula-mula 1g Ind: nyeri ringan sampai sedang, dianggap kurang toksik dibandingkan
PO: 500 mg, 3X/hari dengan aspirin
NSAIDs asam PO: 200-600 mg, Ind: pegal dan nyeri otot yang ringan sampai sedang. Menimbulkan tidak
propionate 3X/hari (pegal enak pada lambung, tetapi lebih ringan daripada aspirin. Harus dipakai
Ibuprofen dan nyeri) d.c. atau dengan banyak cairan.
Para-aminofenol PO: 325-650 mg, q.i.d. Ind: nyeri ringan sampai sedang. Batas terapeutik serum: 5-20
12
Asetaminofen mikrogram/mL. Aman untuk dipakai jika ada gejala flu. Tidak
menyebabkan rasa tidak enak pada lambung atau mengganggu
agregasi platelet. Takar layak atau pemakaian jangka lama, dosis tinggi
dapat
menyebabkan hepatotoksisitas hati.
Asam Mefenamat Pemula 500 mg lalu 3- Ind: analgetik danantiradang
Ponstan® 4 dd 250 mg p.c. ES: iritasi mukosa lambung, diare, eritem, bronkhokonstriksi
Di AS: maks pemakaian 7 hari, tidak boleh untuk 14 tahun kebawah
danibu hamil
Fenilbutazon Pada serangan reuma Ind: pirai (urikosurik), arthritis rematoid dengan penyakit sendi
dan encok oral atau lainnya F-din: Khasiat antiradang > analgetik
rektal: 2-3 dd 200 mg Sering dicampur dengan jamu dankortikosteroid dr cina
ES: terhadap darah (supresi sum-sum tulang) danlambung
maks pemakaian 7 hari
IO: Antikoagulan oral, hipoglikemik-oral, sulfonamid
KI: hipertensi, sakit jantung, sakit ginjal danggn fs hati (bersifat retensi air
danNa)
Kunci: PO: melalui mulut, q.i.d.: empat kali sehari, dd: kali per hari, d.c.:
durante coenam = waktu sedang makan, p.c.: sesudah makan, Ind: dipakai
untuk *Semua dosis adalah dosis dewasa.
1. Aspirin
Nama dagang:
Indikasi: untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit keala dan
pusing, sakit gigi dan nyeri otot serta menurunkan demam.
Kontra indikasi : Penderita tukak lambung dan peka terhadap
derivat asam salisilat, penderita asma, dan alergi. Penderita yang
pernahatau sering mengalami pendarahan bawah kulit, penderita
yang sedang terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan
trombositopenia
Mekanisme kerja:
Dosis:
Dosis bersifat individual. Pastikan untuk selalu berkonsultasi
dengan dokter sebelum mengonsumsi obat.
Pemasangan stent pembuluh darah
Dewasa: 325 mg, 2 jam sebelum prosedur dilanjutkan dengan
160-325 mg/hari.
Demam ringan hingga sedang
Dewasa: 325-650 mg diulang setiap 4-6 jam sesuai dengan
respon. (Maksimal 4 gram/hari)
Serangan jantung
13
Dewasa: 75-325 mg, sekali sehari.
Rematoid artritis
Anak: 80-100 mg/kgBB/hari dibagi untuk 5 atau 6 kali
konsumsi.
Nyeri dan radang sendi
Dewasa: Dosis awal 2,4-3,6 gram/hari dalam dosis terbagi.
Pemeliharaan biasa 3,6-5,4 gram/hari.
Sediaan: Tablet, kapsul, bubuk, permen kare
Efek samping:
Gangguan saluran pencernaan
Waktu perdarahan berkepanjangan
Rinitis
Ruam kulit
Angioedema (pembengkakan pada area kulit)
2. Acetaminophen
Nama dagang: panadol,pamol,parasetamol
Indikasi: nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut
gigi, pireksia.
Kontraindikasi: gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.
Mekanisme kerja:
Efek samping: jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi
reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk
trombositopenia, leukopenia, neutropenia),
Sediaan : Tablet, kaplet, sirup, drop, infus, dan suppositoria.
Dosis:
Dewasa
325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
Paracetamol biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan
kandungan 500 mg. Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6
jam sekali untuk meredakan demam.
14
Anak < 2 bulan
10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran
dokter.
Anak 2 bulan–12 tahun
10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau sesuai anjuran dokter.
Dosis maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
Anak > 12 tahun
325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
3. Asam mefenamat
Nama dagang: ponstan,omestan,costan
Indikasi: digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, nyeri akibat trauma, nyeri
pada otot dan nyeri sesudah operasi
Kontraindikasi: Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Penderita yang dengan aspirin mengalami bronkospasme, alergi
rhinitis dan urtikaria. Penderita dengan tukak lambung dan usus.
Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
Mekanisme kerja: Asam mefenamat sendiri bekerja dengan cara
yang unik, yakni dengan cara menghambat kerja enzim
siklooksigenase (COX), suatu enzim yang berfungsi sebagai
pembentukan prostaglandin.Prostaglandin itu sendiri adalah suatu
gejala yang terjadi akibat luka sehingga menyebabkan rasa sakit dan
peradangan.
Sediaan: Tablet, kapsul, sirup
Dosis:
mengatasi nyeri
Dewasa: 500 mg untuk dosis pertama, dilanjutkan dengan 250
mg tiap 6 jam selama 7 hari.
Anak-anak 14 tahun ke atas: dosis ditentukan oleh dokter.
meredakan nyeri haid
15
Dewasa: 500 mg untuk dosis pertama, dilanjutkan
dengan 250 mg setiap 6 jam selama 2 sampai 3 hari.
Efek samping:
16
peradangan menjadi berkurang. Selain mengatasi nyeri dan
peradangan, ibuprofen juga digunakan sebagai obat penurun panas.
Efek samping:
Gejala alergi obat, seperti gatal-gatal, wajah tampak bengkak,
dan sesak napas.
Muntah darah atau BAB berdarah.
Leher kaku.
Gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan pembengkakan
di tungkai dan frekuensi BAK yang berkurang.
Gangguan irama jantung.
17
2.1.4 Efek Farmakodinamik Obat Analgetik
Sebagai analgesic, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri
dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia,
antralgia dan nyeri lain yang berasal dari integument, terutama terhadap
nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgesik nya jauh lebih
lemah daripada efek analgesik opiad. Tetapi berbeda dengan opiad, obat
mirip aspirin tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek
samping sentral yang merugikan. Obat mirip aspirin hanya mengubah
persepsi modalitas, sensorik nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain.
Nyeri akibat terpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan obat mirip
aspirin. Sebaliknya nyeri kronis pasca bedah dapat diatasi oleh obat mirip
aspirin.
2.2 Antipiretik
18
acetaminophen, fenasetin) dan golongan pirazolon (misalnya
fenilbutazon dan metamizol) (Wilmana, 2007). Acetaminophen,
Non Steroid Anti-inflammatory Drugs, dan cooling blanket biasa
digunakan untuk mencegah peningkatan suhu tubuh pada pasien
cedera otak agar tetap konstan pada kondisi suhu ≤ 37,5ºC (Dipiro,
2008). Pemberian obat melalui rute intravena atau intraperitonial
biasanya juga digunakan pada keadaan hipertermia, yaitu keadaan
dimana suhu tubuh lebih dari 41ºC. Suhu ini dapat membahayakan
kehidupan dan harus segera diturunkan (Sweetman, 2008).
Obat golongan salisilat yang paling banyak digunakan adalah
aspirin (asam asetil salisilat). Sampai saat ini, obat ini masih
merupakan analgesik‐antipiretik dan antiinflamasi yang paling
banyak diresepkan dan menjadi standar untuk pembanding atau
evaluasi antiinflamasi lain (Roberts& Morrow, 2001). Aspirin
berbeda dengan derivat asam salisilat lainnya karena mempunyai
gugus asetil. Gugus asetil inilah yang nantinya mampu
menginaktivasi enzim siklooksigenase, sehingga obat ini dikenal
sebagai AINS yang unik karena penghambatannya terhadap enzim
siklooksigenase bersifat ireversibel (Majeed et al., 2003),sementara
AINS lainnya menghambat enzim siklooksigenase secara
kompetitif sehingga bersifat reversibel (Roy, 2007).
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan
novalgin. Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan
penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan
efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah
putih), karena itu penggunaan analgesik yang mengandung
piralozon perlu disertai resep dokter.
1. Salisilamida
Indikasi: pereda nyeri dan demam
Kontraindikasi: gangguan ginjal dan hati
19
Mekanisme kerja: Hampir sepenuhnya
dimetabolisme menjadi metabolit yang tidak aktif
selama penyerapan dan pertama kali melewati hati.
Sediaan: tablet
Dosis: Oral/Diminum:
⇔ Sakit dan demam
Dewasa:
→ 325-650 mg 3-4 kali sehari.
→ Interval Dosis Minimum: 3 kali sehari
→ Dosis sekali minum Maksimum: 650 mg
→ Dosis Maksimum: 600 mg, 4 kali sehari
Efek samping:
Gangguan SSP
Gangguan GI
Flushing
Hiperventilasi
Berkeringat
mulut kering
ruam kulit
2. metamizol
Indikasi: untuk mengatasi nyeri, peradangan, dan demam.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas
Supresi sumsum tulang atau gangguan hematopoietik
(misal. Anemia aplastik, agranulositosis, leukopenia)
Gangguan hati dan ginjal berat (Intravena/
Intramuscular).
Anak-anak
Kehamilan dan menyusui.
Efek samping:
20
Gangguan darah dan sistem limfatik: Jarang,
rendahnya sel darah putih (leukopenia).
Gangguan jantung: Nyeri dada, gangguan detak
jantung (aritmia).
Gangguan pencernaan: Mual, muntah, pencernaan
yang terganggu, sakit perut.
Gangguan umum dan kondisi tempat administrasi:
peradangan mukosa, demam, menggigil.
Gangguan metabolisme dan nutrisi: Kelainan
genetik (Porfiria).
Gangguan sistem saraf: Pusing, vertigo.
Gangguan ginjal dan kemih: Urin berwarna merah;
jarang, ginjal tidak dapat memproduksi
urine(anuria), gagal ginjal akut,
Gangguan pernapasan, toraks, dan mediastinum:
Sakit tenggorokan, sesak nafas (dyspnoea),
bronkospasme.
Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Peradangan
kulit (Eritema), gatal (pruritus), ruam, sensasi
terbakar, edema lokal, biduran (urtikaria).
21
Dosis yang dianjurkan: 8-16 mg / kg berat badan
sebagai dosis tunggal, dapat diulangi jika perlu,
hingga 3 atau 4 kali seharin
Metamizole Injeksi
Di berikan dosis 1 g hingga 4 kali sehari atau di
berikan dosis 2,5 g 2 kali sehari, di berikan melali
injeksi intravena (pembuluh darah) atau
ntramuskular (melalui otot). Sesuaikan berdasarkan
tingkat keparahan. Maksimal: 5 g / hari.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri
dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. NSAID (Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non
steroid (AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai
anti inflamasi, analgetik dan antipiretik. NSAID merupakan obat
yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara
kimiawi. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan peradangan.
Berdasarkan aksinya, Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
Analgesik narkotika dan Obat Analgetik Non-narkotik. Pada obat
Antipiretik secara umum dapat digolongkan dalam beberapa
golongan yaitu golongan salisilat, (misalnya aspirin, salisilamid),
golongan para-aminofenol (misalnya acetaminophen, fenasetin)
dan golongan pirazolon (misalnya fenilbutazon dan metamizol)
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan
menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat
menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan
"sinyal" nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur
menghilang.
3.2 Saran
Untuk dapat memahami tentang analgetik dan antipiretik,
selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber
keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat
23
mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-
hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat. ,
penulis menyarankan kita untuk selalu menggali ilmu. Ilmu akan
terus berkembang, termasuk juga ilmu kesehatan. Ilmu kesehatan,
termasuk juga tentang obat jenis analgetik atau pun antipiretik
yang sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari , ini
merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh kita, sebagai
mahasiswa Farmasi. Dengan terus mencari dan memahami ilmu
kesehatan, kita akan tahu bagaimana seharusnya bertindak dalam
menjaga kesehatan kita dan juga meningkatkan kesadaran akan
masyarakat agar tidak sembarangan mengkonsumsi obat-obatan
yang ada.
Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan untuk
kedepan agar bisa bermanfaat untuk referensi pelajaran dan bisa
lebih menyempurnakan makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan howan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi ke VI.
Jakarta : Elex Media Kompetindo
25