Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BIOLOGI SEL MOLEKULER

ASAM NUKLEAT DAN PROTEIN

OLEH:

KELOMPOK 1

Kelas : S1-1A

Dosen Pengampu : apt. Melzi Octaviani, M. Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT berkat rahmat, nikmat, karunia dan

hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Asam Nukleat dan Protein” dalam mata pelajaran Biologi Sel Molekuler ini tepat

pada waktunya.

Shalawat beriringkan salam tidak lupa pula penulis hanturkan kepada baginda

Nabi kita yakni Nabi besar Muhammad SAW yang beliau telah membawa kita dari

alam kebodohan hingga kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, seperti yang

kita rasakan pada saat ini.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen bidang studi Biologi

Sel Molekuler yaitu Ibu apt. Melzi Octaviani, M. Farm yang telah memberikan

bimbingan, petunjuk, motivasi serta berbagai kemudahan lainnya yang beliau berikan

kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki

kekurangan atau kesalahan, baik dari segi isi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu

kritik dan saran yang membangun dari pembaca penulis terima dengan senang hati

dan kemudian penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 11 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4

2.1 Asam Nukleat.................................................................................................4


2.2 Struktur Kimia Asam Nukleat........................................................................4
2.3 Nukleosida dan Nukleotida............................................................................6
2.4 Ikatan fosfodiester..........................................................................................7
2.5 Sekuens asam nukleat....................................................................................8
2.6 Struktur tangga berpilin (double helix) DNA dan Modifikasi struktur
molekul RNA................................................................................................9
2.7 Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat........................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia tersusun atas berbagai macam senyawa organik salah satunya

adalah apa yang kita kenal sebagai Asam Nukleat. Asam Nukleat terdapat didalam

inti sel, hal ini mengindikasikan pentingnya Asam Nukleat dalam menopang seluruh

proses kehidupan dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang

tesimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan

seberapa banyak.

Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang peranan

sangat penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya tersimpan informasi

genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari

sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap nukleotida mempunyai

struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa

nukleotida (basa N). Friedrich Miescher (1844-1895) adalah orang yang mengawali 

pengetahuan mengenai kimia dan inti sel. Pada tahun 1868, dilaboratorium Hoppe-

Syler di Tubingen, beliau memilih sel yang terdapat pada nanah bekas pembalut luka,

kemudian sel-sel tersebut dilarutkan dalam asam encer dan dengan cara ini diperoleh

inti sel yang masih terikat pada sejumlah protein. Dengan menambahkan enzim

pemecah protein ia dapat memperoleh inti sel saja dan dengan cara ekstraksi terhadap

inti sel diperoleh suatu zat yang larut dalam basa tetapi tidak larut dalam asam.

kemudian zat ini dinamakan  “nuclein”  sekarang dikenal dengan nama

1
nucleoprotein. Selanjutnya dibuktikan bahwa asam nukleat merupakan salah satu

senyawa pembentuk sel dan jaringan normal. Oleh karena itu maka penulis sangat

tertarik untuk menelaah lebih mendalam apa sebenarnya Asam Nukleat yang

merupakan suatu bagian penting dari mahkluk hidup di dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas. Maka penulis dapat merumuskan beberapa

masalah yang akan dibahas selanjutnya. Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

1. Apa pengertian Asam Nukleat ?

2. Bagaimana struktur Kimia Asam Nukleat ?

3. Apa yang dimaksud Nukleosida dan nukleotida ?

4. Apa yang dimaksud Ikatan fosfodiester ?

5. Bagaimana Sekuens asam nukleat ?

6. Bagaimana Struktur tangga berpilin (double helix) DNA dan Modifikasi struktur

molekul RNA ?

7. Apa saja Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat ?

1.3 Tujuan

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang

ingin dicapai adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian Asam Nukleat

2. Untuk mengetahui bagaimana struktur kimia Asam Nukleat.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Nukleosida dan nukleotida.

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ikatan fosfodiester.

5. Untuk mengetahui bagaimana sekuens dari Asam Nukleat.

2
6. Untuk mengetahui bagaimana Struktur tangga berpilin (double helix) DNA dan

Modifikasi struktur molekul RNA.

7. Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat kimia dari Asam Nukleat.

1.4 Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca agar

mengetahui dan memperdalam pengetahuan tentang asam nukleat itu sendiri.

Penulisan makalah ini juga bermanfaat bagi penulis karena dengan menulis makalah

ini penulis dapat menambah wawasan tentang penerapan konsep Biokimia dalam

bidang kelautan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asam Nukleat

Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang peranan

sangat penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya tersimpan informasi

genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari

sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap nukleotida mempunyai

struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa

nukleotida (basa N). Beberapa fungsi penting asam nukleat adalah menyimpan,

menstransmisi, dan mentranslasi informasi genetik; metabolisme antara(intermediary

metabolism) dan reaksi-reaksi informasi energi; koenzim pembawa energi; koenzim

pemindah asam asetat, zat gula, senyawa amino dan biomolekul lainnya; koenzim

reaksi oksidasi reduksi.

2.2 Struktur Kimia Asam Nukleat

Ada dua macam asam nukleat, yaitu asam deoksiribonukleat atau

deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA).

Dilihat dari strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama

terletak pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa,

sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada

posisi C nomor 2’ sehingga dinamakan gula 2’-deoksiribosa (Gambar 2.1.b).

Perbedaan struktur lainnya antara DNA dan RNA adalah pada basa N-nya.

Basa N, baik pada DNA maupun pada RNA, mempunyai struktur berupa cincin

aromatic heterosiklik (mengandung C dan N) dan dapat dikelompokkan menjadi dua

4
golongan, yaitu purin dan pirimidin. Basa purin mempunyai dua buah cincin

(bisiklik), sedangkan basa pirimidin hanya mempunyai satu cincin (monosiklik). Pada

DNA, dan juga RNA, purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G). Akan tetapi, untuk

pirimidin ada perbedaan antara DNA dan RNA. Kalau pada DNA basa pirimidin

terdiri atas sitosin (C) dan timin (T), pada RNA tidak ada timin dan sebagai gantinya

terdapat urasil (U). Timin berbeda dengan urasil hanya karena adanya gugus metil

pada posisi nomor 5 sehingga timin dapat juga dikatakan sebagai 5-metilurasil.

Gambar 2.1. Komponen-komponen asam nukleat

a) gugus fosfat

b) gula pentosa

c) basa N

Di antara ketiga komponen monomer asam nukleat tersebut di atas, hanya

basa N lah yang memungkinkan terjadinya variasi. Pada kenyataannya memang

5
urutan (sekuens) basa N pada suatu molekul asam nukleat merupakan penentu bagi

spesifisitasnya. Dengan perkataan lain, identifikasi asam nukleat dilakukan

berdasarkan atas urutan basa N-nya sehingga secara skema kita bisa menggambarkan

suatu molekul asam nukleat hanya dengan menuliskan urutan basanya saja.

2.3 Nukleosida dan Nukleotida

Penomoran posisi atom C pada cincin gula dilakukan menggunakan tanda

aksen (1’, 2’, dan seterusnya), sekedar untuk membedakannya dengan penomoran

posisi pada cincin basa. Posisi 1’ pada gula akan berikatan dengan posisi 9 (N-9) pada

basa purin atau posisi 1 (N-1) pada basa pirimidin melalui ikatan glikosidik atau

glikosilik (Gambar 2.2). Kompleks gula-basa ini dinamakan nukleosida. Di atas telah

disinggung bahwa asam nukleat tersusun dari monomer-monomer berupa nukleotida,

yang masing-masing terdiri atas sebuah gugus fosfat, sebuah gula pentosa, dan

sebuah basa N. Dengan demikian, setiap nukleotida pada asam nukleat dapat dilihat

sebagai nukleosida monofosfat. Namun, pengertian nukleotida secara umum

sebenarnya adalah nukleosida dengan sebuah atau lebih gugus fosfat. Sebagai contoh,

molekul ATP (adenosin trifosfat) adalah nukleotida yang merupakan nukleosida

dengan tiga gugus fosfat.

Jika gula pentosanya adalah ribosa seperti halnya pada RNA, maka

nukleosidanya dapat berupa adenosin, guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula,

nukleotidanya akan ada empat macam, yaitu adenosin monofosfat, guanosin

monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat. Sementara itu, jika gula

pentosanya adalah deoksiribosa seperti halnya pada DNA, maka (2’-

6
deoksiribo)nukleosidanya terdiri atas deoksiadenosin, deoksiguanosin, deoksisitidin,

dan deoksitimidin.

2.4 Ikatan fosfodiester

Selain ikatan glikosidik yang menghubungkan gula pentosa dengan basa N,

pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui gugus fosfat yang

menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5’ gula pentosa dan gugus

hidroksil pada posisi 3’ gula pentosa nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan

ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus fosfat berada dalam bentuk diester

(Gambar 2.2).

Oleh karena ikatan fosfodiester menghubungkan gula pada suatu nukleotida

dengan gula pada nukleotida berikutnya, maka ikatan ini sekaligus menghubungkan

kedua nukleotida yang berurutan tersebut. Dengan demikian, akan terbentuk suatu

rantai polinukleotida yang masing-masing nukleotidanya satu sama lain dihubungkan

oleh ikatan fosfodiester. Kecuali yang berbentuk sirkuler, seperti halnya pada

kromosom dan plasmid bakteri, rantai polinukleotida memiliki dua ujung. Salah satu

ujungnya berupa gugus fosfat yang terikat pada posisi 5’ gula pentosa. Oleh karena

7
itu, ujung ini dinamakan ujung P atau ujung 5’. Ujung yang lainnya berupa gugus

hidroksil yang terikat pada posisi 3’ gula pentosa sehingga ujung ini dinamakan ujung

OH atau ujung 3’. Adanya ujung-ujung tersebut menjadikan rantai polinukleotida

linier mempunyai arah tertentu. Pada pH netral adanya gugus fosfat akan

menyebabkan asam nukleat bermuatan negatif. Inilah alasan pemberian nama ’asam’

kepada molekul polinukleotida meskipun di dalamnya juga terdapat banyak basa N.

Kenyataannya, asam nukleat memang merupakan anion asam kuat atau merupakan

polimer yang sangat bermuatan negatif.

2.5 Sekuens asam nukleat

Telah dikatakan di atas bahwa urutan basa N akan menentukan spesifisitas

suatu molekul asam nukleat sehingga biasanya kita menggambarkan suatu molekul

asam nukleat cukup dengan menuliskan urutan basa (sekuens)-nya saja. Selanjutnya,

dalam penulisan sekuens asam nukleat ada kebiasaan untuk menempatkan ujung 5’ di

sebelah kiri atau ujung 3’ di sebelah kanan. Sebagai contoh, suatu sekuens DNA

dapat dituliskan 5’-ATGACCTGAAAC-3’ atau suatu sekuens RNA dituliskan 5’-

GGUCUGAAUG-3’. Jadi, spesifisitas suatu asam nukleat selain ditentukan oleh

sekuens basanya, juga harus dilihat dari arah pembacaannya. Dua asam nukleat yang

memiliki sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika pembacaan sekuens tersebut

dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5’→ 3’, sedangkan yang lain 3’→

5’).

8
2.6 Struktur tangga berpilin (double helix) DNA dan Modifikasi struktur

molekul RNA

Dua orang ilmuwan, J.D.Watson dan F.H.C.Crick, mengajukan model struktur

molekul DNA yang hingga kini sangat diyakini kebenarannya dan dijadikan dasar

dalam berbagai teknik yang berkaitan dengan manipulasi DNA. Model tersebut

dikenal sebagai tangga berplilin (double helix). Secara alami DNA pada umumnya

mempunyai struktur molekul tangga berpilin ini.

Model tangga berpilin menggambarkan struktur molekul DNA sebagai dua

rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk spiral dengan arah pilinan ke

kanan. Fosfat dan gula pada masing-masing rantai menghadap ke arah luar sumbu

pilinan, sedangkan basa N menghadap ke arah dalam sumbu pilinan dengan susunan

yang sangat khas sebagai pasangan - pasangan basa antara kedua rantai. Dalam hal

ini, basa A pada satu rantai akan berpasangan dengan basa T pada rantai lainnya,

sedangkan basa G berpasangan dengan basa C. Pasangan-pasangan basa ini

dihubungkan oleh ikatan hidrogen yang lemah (nonkovalen). Basa A dan T

dihubungkan oleh ikatan hydrogen rangkap dua, sedangkan basa G dan C

dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut

menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan saling

komplementer. Artinya, begitu sekuens basa pada salah satu rantai diketahui, maka

sekuens pada rantai yang lainnya dapat ditentukan. 19 Oleh karena basa bisiklik

selalu berpasangan dengan basa monosiklik, maka jarak antara kedua rantai

polinukleotida di sepanjang molekul DNA akan selalu tetap. Dengan perkataan lain,

kedua rantai tersebut sejajar. Akan tetapi, jika rantai yang satu dibaca dari arah 5’ ke

9
3’, maka rantai pasangannya dibaca dari arah 3’ ke 5’. Jadi, kedua rantai tersebut

sejajar tetapi berlawanan arah (antiparalel).

Jarak antara dua pasangan basa yang berurutan adalah 0,34 nm. Sementara itu,

di dalam setiap putaran spiral terdapat 10 pasangan basa sehingga jarak antara dua

basa yang tegak lurus di dalam masing-masing rantai menjadi 3,4 nm. Namun,

kondisi semacam ini hanya dijumpai apabila DNA berada dalam medium larutan

fisiologis dengan kadar garam rendah seperti halnya yang terdapat di dalam

protoplasma sel hidup. DNA semacam ini dikatakan berada dalam bentuk B atau

bentuk yang sesuai dengan model asli Watson-Crick. Bentuk yang lain, misalnya

bentuk A, akan dijumpai jika DNA berada dalam medium dengan kadar garam tinggi.

Pada bentuk A terdapat 11 pasangan basa dalam setiap putaran spiral. Selain itu, ada

pula bentuk Z, yaitu bentuk molekul DNA yang mempunyai arah pilinan spiral ke

10
kiri. Bermacam-macam bentuk DNA ini sifatnya fleksibel, artinya dapat berubah dari

yang satu ke yang lain bergantung kepada kondisi lingkungannya.

Tidak seperti DNA, molekul RNA pada umumnya berupa untai tunggal

sehingga tidak memiliki struktur tangga berpilin. Namun, modifikasi struktur juga

terjadi akibat terbentuknya ikatan hidrogen di dalam untai tunggal itu sendiri

(intramolekuler). Dengan adanya modifikasi struktur molekul RNA, kita mengenal

tiga macam RNA, yaitu RNA duta atau messenger RNA (mRNA), RNA pemindah

atau transfer RNA (tRNA), dan RNA ribosomal (rRNA). Struktur mRNA dikatakan

sebagai struktur primer, sedangkan struktur tRNA dan rRNA dikatakan sebagai

struktur sekunder. Perbedaan di antara ketiga struktur molekul RNA tersebut

berkaitan dengan perbedaan fungsinya masing-masing.

2.7 Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat

Beberapa sifat fisika-kimia asam nukleat :

a. Stabilitas asam nukleat

Ketika kita melihat struktur tangga berpilin molekul DNA atau pun

struktursekunder RNA, sepintas akan nampak bahwa struktur tersebut menjadi stabil

akibatadanya ikatan hidrogen di antara basa-basa yang berpasangan. Padahal,

sebenarnyatidaklah demikian. Ikatan hidrogen di antara pasangan-pasangan basa

hanya akan samakuatnya dengan ikatan hidrogen antara basa dan molekul air apabila

DNA berada dalambentuk rantai tunggal. Jadi, ikatan hidrogen jelas tidak

berpengaruh terhadap stabilitasstruktur asam nukleat, tetapi sekedar menentukan

spesifitas perpasangan basa.Penentu stabilitas struktur asam nukleat terletak pada

interaksi penempatan(stacking interactions) antara pasangan-pasangan basa.

11
Permukaan basa yang bersifathidrofobik menyebabkan molekul-molekul air

dikeluarkan dari sela-sela perpasangan basa sehingga perpasangan tersebut menjadi

kuat.

b. Pengaruh asam

Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih dari

100ºC, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi komponen 21

komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer, hanya ikatan

glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga asam nukleat

dikatakan bersifat apurinik.

c. Pengaruh alkali

Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya perubahan

status tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan menyebabkan

perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk enolat karena molekul

tersebut kehilangan sebuah proton. Selanjutnya, perubahan ini akan menyebabkan

terputusnya sejumlah ikatan hidrogen sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA

mengalami denaturasi. Hal yang sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral

sekalipun, RNA jauh lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA

karena adanya gugus OH pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya.

d. Denaturasi kimia

Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat

pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH2)2) dan formamid

(COHNH2). Pada konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-senyawa tersebut dapat

12
merusak ikatan hidrogen. Artinya, stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi

berkurang dan rantai ganda mengalami denaturasi.

e. Viskositas

DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi

karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai beberapa

sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis memanjang. Selain itu,

DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga larutan DNA akan mempunyai

viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi sangat rentan

terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri ketika kita

hendak melakukan isolasi DNA yang utuh.

f. Kerapatan apung

Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai dengan kerapatan apung

(bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang mengandung garam pekat dengan berat

22 molekul tinggi, misalnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA mempunyai kerapatan

yang sama dengan larutan tersebut, yakni sekitar 1,7 g/cm3. Jika larutan ini

disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka garam CsCl yang pekat

akan bermigrasi ke dasar tabung dengan membentuk gradien kerapatan. Begitu juga,

sampel DNA akan bermigrasi menuju posisi gradien yang sesuai dengan

kerapatannya. Teknik ini dikenal sebagai sentrifugasi seimbang dalam tingkat

kerapatan (equilibrium density gradient centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik.

Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut pelet RNA akan berada di dasar

tabung dan protein akan mengapung, maka DNA dapat dimurnikan baik dari RNA

maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk keperluan analisis

13
DNA karena kerapatan apung DNA (ρ) merupakan fungsi linier bagi kandungan GC-

nya. Dalam hal ini, ρ = 1,66 + 0,098% (G + C).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang peranan

sangat penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya tersimpan informasi

genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari

sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap nukleotida mempunyai

struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa

nukleotida (basa N).

Ada dua macam asam nukleat, yaitu asam deoksiribonukleat atau

deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA).

Dilihat dari strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama

terletak pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa,

sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada

posisi C nomor 2’ sehingga dinamakan gula 2’-deoksiribosa.

Nukleosida adalah kompleks gula-basa pada basa pirimidin melalui ikatan

glikosidik atau glikosilik. Sedangkan Nukleotida secara umum sebenarnya adalah

nukleosida dengan sebuah atau lebih gugus fosfat.

Selain ikatan glikosidik yang menghubungkan gula pentosa dengan basa N,

pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui gugus fosfat yang

menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5’ gula pentosa dan gugus

hidroksil pada posisi 3’ gula pentosa nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan

ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus fosfat berada dalam bentuk diester.

15
Sekuens asam nukleat atau pengurutan asam nukleat adalah proses penentuan urutan

nukleotida pada suatu fragmen DNA atau RNA. Sebagai contoh, suatu sekuens DNA

dapat dituliskan 5’-ATGACCTGAAAC-3’ atau suatu sekuens RNA dituliskan 5’-

GGUCUGAAUG-3’. Jadi, spesifisitas suatu asam nukleat selain ditentukan oleh

sekuens basanya, juga harus dilihat dari arah pembacaannya. Dua asam nukleat yang

memiliki sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika pembacaan sekuens tersebut

dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5’→ 3’, sedangkan yang lain 3’→

5’).

Model tangga berpilin menggambarkan struktur molekul DNA sebagai dua

rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk spiral dengan arah pilinan ke

kanan. Fosfat dan gula pada masing-masing rantai menghadap ke arah luar sumbu

pilinan, sedangkan basa N menghadap ke arah dalam sumbu pilinan dengan susunan

yang sangat khas sebagai pasangan - pasangan basa antara kedua rantai. Dalam hal

ini, basa A pada satu rantai akan berpasangan dengan basa T pada rantai lainnya,

sedangkan basa G berpasangan dengan basa C. Pasangan-pasangan basa ini

dihubungkan oleh ikatan hidrogen yang lemah (nonkovalen). Basa A dan T

dihubungkan oleh ikatan hydrogen rangkap dua, sedangkan basa G dan C

dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut

menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan saling

komplementer.

Asam Nukleat memiliki sifat fisika dan kimia antara lain Stabilitas asam

nukleat, Pengaruh Asam, Pengaruh Alkali, Denaturasi kimia, Viskositas dan

kerapatan Apung.

16
3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar pembaca dapat

menambahkan pengetahuan mengenai Asam Nukleat dari literatur-literatur yang ada.

Selain itu kita juga dapat mengkomposisikan berbagai macam konsep Asam Nukleat

yang ada untuk membantu kita mahasiswa budidaya kelautan dalam melakukan

aktvitas di laboratorium kelak yang tentunya masih memiliki hubungan dengan

bidang kelautan itu sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai