OLEH:
KELOMPOK 1
Kelas : S1-1A
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT berkat rahmat, nikmat, karunia dan
“Asam Nukleat dan Protein” dalam mata pelajaran Biologi Sel Molekuler ini tepat
pada waktunya.
Shalawat beriringkan salam tidak lupa pula penulis hanturkan kepada baginda
Nabi kita yakni Nabi besar Muhammad SAW yang beliau telah membawa kita dari
alam kebodohan hingga kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, seperti yang
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen bidang studi Biologi
Sel Molekuler yaitu Ibu apt. Melzi Octaviani, M. Farm yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, motivasi serta berbagai kemudahan lainnya yang beliau berikan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
kekurangan atau kesalahan, baik dari segi isi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca penulis terima dengan senang hati
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh manusia tersusun atas berbagai macam senyawa organik salah satunya
adalah apa yang kita kenal sebagai Asam Nukleat. Asam Nukleat terdapat didalam
inti sel, hal ini mengindikasikan pentingnya Asam Nukleat dalam menopang seluruh
proses kehidupan dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang
tesimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan
seberapa banyak.
genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari
struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa
nukleotida (basa N). Friedrich Miescher (1844-1895) adalah orang yang mengawali
pengetahuan mengenai kimia dan inti sel. Pada tahun 1868, dilaboratorium Hoppe-
Syler di Tubingen, beliau memilih sel yang terdapat pada nanah bekas pembalut luka,
kemudian sel-sel tersebut dilarutkan dalam asam encer dan dengan cara ini diperoleh
inti sel yang masih terikat pada sejumlah protein. Dengan menambahkan enzim
pemecah protein ia dapat memperoleh inti sel saja dan dengan cara ekstraksi terhadap
inti sel diperoleh suatu zat yang larut dalam basa tetapi tidak larut dalam asam.
1
nucleoprotein. Selanjutnya dibuktikan bahwa asam nukleat merupakan salah satu
senyawa pembentuk sel dan jaringan normal. Oleh karena itu maka penulis sangat
tertarik untuk menelaah lebih mendalam apa sebenarnya Asam Nukleat yang
merupakan suatu bagian penting dari mahkluk hidup di dalam makalah ini.
masalah yang akan dibahas selanjutnya. Adapun rumusan masalah tersebut adalah:
6. Bagaimana Struktur tangga berpilin (double helix) DNA dan Modifikasi struktur
molekul RNA ?
1.3 Tujuan
Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang
2
6. Untuk mengetahui bagaimana Struktur tangga berpilin (double helix) DNA dan
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini juga bermanfaat bagi penulis karena dengan menulis makalah
ini penulis dapat menambah wawasan tentang penerapan konsep Biokimia dalam
bidang kelautan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari
struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa
nukleotida (basa N). Beberapa fungsi penting asam nukleat adalah menyimpan,
pemindah asam asetat, zat gula, senyawa amino dan biomolekul lainnya; koenzim
deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA).
Dilihat dari strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama
terletak pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa,
sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada
Perbedaan struktur lainnya antara DNA dan RNA adalah pada basa N-nya.
Basa N, baik pada DNA maupun pada RNA, mempunyai struktur berupa cincin
4
golongan, yaitu purin dan pirimidin. Basa purin mempunyai dua buah cincin
(bisiklik), sedangkan basa pirimidin hanya mempunyai satu cincin (monosiklik). Pada
DNA, dan juga RNA, purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G). Akan tetapi, untuk
pirimidin ada perbedaan antara DNA dan RNA. Kalau pada DNA basa pirimidin
terdiri atas sitosin (C) dan timin (T), pada RNA tidak ada timin dan sebagai gantinya
terdapat urasil (U). Timin berbeda dengan urasil hanya karena adanya gugus metil
pada posisi nomor 5 sehingga timin dapat juga dikatakan sebagai 5-metilurasil.
a) gugus fosfat
b) gula pentosa
c) basa N
5
urutan (sekuens) basa N pada suatu molekul asam nukleat merupakan penentu bagi
berdasarkan atas urutan basa N-nya sehingga secara skema kita bisa menggambarkan
suatu molekul asam nukleat hanya dengan menuliskan urutan basanya saja.
aksen (1’, 2’, dan seterusnya), sekedar untuk membedakannya dengan penomoran
posisi pada cincin basa. Posisi 1’ pada gula akan berikatan dengan posisi 9 (N-9) pada
basa purin atau posisi 1 (N-1) pada basa pirimidin melalui ikatan glikosidik atau
glikosilik (Gambar 2.2). Kompleks gula-basa ini dinamakan nukleosida. Di atas telah
yang masing-masing terdiri atas sebuah gugus fosfat, sebuah gula pentosa, dan
sebuah basa N. Dengan demikian, setiap nukleotida pada asam nukleat dapat dilihat
sebenarnya adalah nukleosida dengan sebuah atau lebih gugus fosfat. Sebagai contoh,
Jika gula pentosanya adalah ribosa seperti halnya pada RNA, maka
nukleosidanya dapat berupa adenosin, guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula,
monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat. Sementara itu, jika gula
6
deoksiribo)nukleosidanya terdiri atas deoksiadenosin, deoksiguanosin, deoksisitidin,
dan deoksitimidin.
pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui gugus fosfat yang
menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5’ gula pentosa dan gugus
hidroksil pada posisi 3’ gula pentosa nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan
ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus fosfat berada dalam bentuk diester
(Gambar 2.2).
dengan gula pada nukleotida berikutnya, maka ikatan ini sekaligus menghubungkan
kedua nukleotida yang berurutan tersebut. Dengan demikian, akan terbentuk suatu
oleh ikatan fosfodiester. Kecuali yang berbentuk sirkuler, seperti halnya pada
kromosom dan plasmid bakteri, rantai polinukleotida memiliki dua ujung. Salah satu
ujungnya berupa gugus fosfat yang terikat pada posisi 5’ gula pentosa. Oleh karena
7
itu, ujung ini dinamakan ujung P atau ujung 5’. Ujung yang lainnya berupa gugus
hidroksil yang terikat pada posisi 3’ gula pentosa sehingga ujung ini dinamakan ujung
linier mempunyai arah tertentu. Pada pH netral adanya gugus fosfat akan
menyebabkan asam nukleat bermuatan negatif. Inilah alasan pemberian nama ’asam’
Kenyataannya, asam nukleat memang merupakan anion asam kuat atau merupakan
suatu molekul asam nukleat sehingga biasanya kita menggambarkan suatu molekul
asam nukleat cukup dengan menuliskan urutan basa (sekuens)-nya saja. Selanjutnya,
dalam penulisan sekuens asam nukleat ada kebiasaan untuk menempatkan ujung 5’ di
sebelah kiri atau ujung 3’ di sebelah kanan. Sebagai contoh, suatu sekuens DNA
sekuens basanya, juga harus dilihat dari arah pembacaannya. Dua asam nukleat yang
memiliki sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika pembacaan sekuens tersebut
dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5’→ 3’, sedangkan yang lain 3’→
5’).
8
2.6 Struktur tangga berpilin (double helix) DNA dan Modifikasi struktur
molekul RNA
molekul DNA yang hingga kini sangat diyakini kebenarannya dan dijadikan dasar
dalam berbagai teknik yang berkaitan dengan manipulasi DNA. Model tersebut
dikenal sebagai tangga berplilin (double helix). Secara alami DNA pada umumnya
rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk spiral dengan arah pilinan ke
kanan. Fosfat dan gula pada masing-masing rantai menghadap ke arah luar sumbu
pilinan, sedangkan basa N menghadap ke arah dalam sumbu pilinan dengan susunan
yang sangat khas sebagai pasangan - pasangan basa antara kedua rantai. Dalam hal
ini, basa A pada satu rantai akan berpasangan dengan basa T pada rantai lainnya,
dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut
menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan saling
komplementer. Artinya, begitu sekuens basa pada salah satu rantai diketahui, maka
sekuens pada rantai yang lainnya dapat ditentukan. 19 Oleh karena basa bisiklik
selalu berpasangan dengan basa monosiklik, maka jarak antara kedua rantai
polinukleotida di sepanjang molekul DNA akan selalu tetap. Dengan perkataan lain,
kedua rantai tersebut sejajar. Akan tetapi, jika rantai yang satu dibaca dari arah 5’ ke
9
3’, maka rantai pasangannya dibaca dari arah 3’ ke 5’. Jadi, kedua rantai tersebut
Jarak antara dua pasangan basa yang berurutan adalah 0,34 nm. Sementara itu,
di dalam setiap putaran spiral terdapat 10 pasangan basa sehingga jarak antara dua
basa yang tegak lurus di dalam masing-masing rantai menjadi 3,4 nm. Namun,
kondisi semacam ini hanya dijumpai apabila DNA berada dalam medium larutan
fisiologis dengan kadar garam rendah seperti halnya yang terdapat di dalam
protoplasma sel hidup. DNA semacam ini dikatakan berada dalam bentuk B atau
bentuk yang sesuai dengan model asli Watson-Crick. Bentuk yang lain, misalnya
bentuk A, akan dijumpai jika DNA berada dalam medium dengan kadar garam tinggi.
Pada bentuk A terdapat 11 pasangan basa dalam setiap putaran spiral. Selain itu, ada
pula bentuk Z, yaitu bentuk molekul DNA yang mempunyai arah pilinan spiral ke
10
kiri. Bermacam-macam bentuk DNA ini sifatnya fleksibel, artinya dapat berubah dari
Tidak seperti DNA, molekul RNA pada umumnya berupa untai tunggal
sehingga tidak memiliki struktur tangga berpilin. Namun, modifikasi struktur juga
terjadi akibat terbentuknya ikatan hidrogen di dalam untai tunggal itu sendiri
tiga macam RNA, yaitu RNA duta atau messenger RNA (mRNA), RNA pemindah
atau transfer RNA (tRNA), dan RNA ribosomal (rRNA). Struktur mRNA dikatakan
sebagai struktur primer, sedangkan struktur tRNA dan rRNA dikatakan sebagai
Ketika kita melihat struktur tangga berpilin molekul DNA atau pun
struktursekunder RNA, sepintas akan nampak bahwa struktur tersebut menjadi stabil
hanya akan samakuatnya dengan ikatan hidrogen antara basa dan molekul air apabila
DNA berada dalambentuk rantai tunggal. Jadi, ikatan hidrogen jelas tidak
11
Permukaan basa yang bersifathidrofobik menyebabkan molekul-molekul air
kuat.
b. Pengaruh asam
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih dari
komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer, hanya ikatan
glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga asam nukleat
c. Pengaruh alkali
perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk enolat karena molekul
terputusnya sejumlah ikatan hidrogen sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA
mengalami denaturasi. Hal yang sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral
sekalipun, RNA jauh lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA
d. Denaturasi kimia
pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH2)2) dan formamid
12
merusak ikatan hidrogen. Artinya, stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi
e. Viskositas
karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai beberapa
sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis memanjang. Selain itu,
DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga larutan DNA akan mempunyai
viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi sangat rentan
terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri ketika kita
f. Kerapatan apung
Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai dengan kerapatan apung
(bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang mengandung garam pekat dengan berat
22 molekul tinggi, misalnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA mempunyai kerapatan
yang sama dengan larutan tersebut, yakni sekitar 1,7 g/cm3. Jika larutan ini
disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka garam CsCl yang pekat
akan bermigrasi ke dasar tabung dengan membentuk gradien kerapatan. Begitu juga,
sampel DNA akan bermigrasi menuju posisi gradien yang sesuai dengan
Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut pelet RNA akan berada di dasar
tabung dan protein akan mengapung, maka DNA dapat dimurnikan baik dari RNA
maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk keperluan analisis
13
DNA karena kerapatan apung DNA (ρ) merupakan fungsi linier bagi kandungan GC-
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari
struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa
deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA).
Dilihat dari strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama
terletak pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa,
sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada
pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui gugus fosfat yang
menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5’ gula pentosa dan gugus
hidroksil pada posisi 3’ gula pentosa nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan
ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus fosfat berada dalam bentuk diester.
15
Sekuens asam nukleat atau pengurutan asam nukleat adalah proses penentuan urutan
nukleotida pada suatu fragmen DNA atau RNA. Sebagai contoh, suatu sekuens DNA
sekuens basanya, juga harus dilihat dari arah pembacaannya. Dua asam nukleat yang
memiliki sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika pembacaan sekuens tersebut
dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5’→ 3’, sedangkan yang lain 3’→
5’).
rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk spiral dengan arah pilinan ke
kanan. Fosfat dan gula pada masing-masing rantai menghadap ke arah luar sumbu
pilinan, sedangkan basa N menghadap ke arah dalam sumbu pilinan dengan susunan
yang sangat khas sebagai pasangan - pasangan basa antara kedua rantai. Dalam hal
ini, basa A pada satu rantai akan berpasangan dengan basa T pada rantai lainnya,
dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut
menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan saling
komplementer.
Asam Nukleat memiliki sifat fisika dan kimia antara lain Stabilitas asam
kerapatan Apung.
16
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar pembaca dapat
Selain itu kita juga dapat mengkomposisikan berbagai macam konsep Asam Nukleat
yang ada untuk membantu kita mahasiswa budidaya kelautan dalam melakukan
17
DAFTAR PUSTAKA
18