Anda di halaman 1dari 26

DNA FINGERPRINT

SEBAGAI APLIKASI METABOLISME ASAM NUKLEAT

OLEH : Hamong Suharsono


NIP : 19631008 198903 1001

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah yang
berjudul “DNA Fingerprint Sebagai Aplikasi Metabolisme Asam Nukleat”.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik. Adapun
makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Veteriner II di
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Kami sebagai penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Kami yakin makalah ini masih jauh dari
nilai kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan oleh penulis demi menjadikan makalah ini bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah " DNA Fingerprint Sebagai Aplikasi Metabolisme Asam
Nukleat " memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat serta bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Denpasar, 10 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar……………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………..ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………....iii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………...1
Latar Belakang……………………………………………………………....1
Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
Tujuan……………………………………………………………………….2
Bab II Pembahasan………………………………………………………………...3
Metabolisme Asam Nukleat………………………………………………...3
DNA Fingerprint……………………………………………………………6
Fungsi DNA Fingerprint…………………………………………………....8
Metode DNA Fingerprint…………………………………………………..6
Bab III Penutup………………………………………………………………….19
Simpulan…………………………………………………………………..19
Saran………………………………………………………………………19
Daftar Pustaka…………………………………………………………………...20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Asam Nukleat .......................................................................................3


Gambar 2.2 Kromosom dari sepasang orang tua (atas) dan individu garis
keturunannya (bawah) ............................................................................................10
Gambar 2.3 Elektoforesis .......................................................................................11
Gambar 2.4 PCR ....................................................................................................12
Gambar 2.5 Analisa STR .......................................................................................13
Gambar 2.6 AmpFLP .............................................................................................14
Gambar 2.7 Analisa RFLP .....................................................................................15
Gambar 2.8 Tahapan Proses DNA fingerprint .......................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme,
termasuk yang terjadi di tingkat selular. Secara umum, metabolisme memiliki
dua arah lintasan reaksi kimia organik, yaitu anabolisme dan katabolisme.
Katabolisme itu sendiri yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik
untuk mendapatkan energi. Adapun anabolisme merupakan reaksi yang
merangkai senyawa organik dari molekul-molekul tertentu, untuk diserap
oleh sel tubuh.
Asam nukleat merupakan kelompok protein yang menyusun substansi
genetika pada organisme yaitu mencakup DNA dan RNA. Metabolisme asam
nukleat akan terjadi reaksi pemecahan dan pembentukan. Asam nukleat
merupakan senyawa kimia yang tersusun atas gugus gula pentosa, phospor,
dan basa nitrogen. Urutan basa nitrogen pada setiap individu akan berbeda
satu sama lain. Hal inilah yang membuat keragaman gen pada individu
sejenis. Terdapat dua jenis basa nitrogen dalam asam nukleat yaitu purin dan
pirimidin. Basa nitrogen purin terdiri atas adenin dan guanin, sementara basa
pirimidin terdiri atas timin (DNA) atau urasil (RNA) dan sitosin.
Aplikasi dari asam nukleat bukan hanya terdapat di dalam sistem
tubuh manusia melainkan juga pada rumpun kesehatan, teknologi, maupun
pangan. Salah satu dari aplikasi tersebut yaitu DNA fingerprint yang
digunakan untuk keperluan forensik yang akan dibahas pada paper ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu metabolismw asam nukleat?
2. Apa itu DNA fingerprint?
3. Apa fungsi dari DNA fingerprint?
4. Bagaimana metode dalam DNA fingerprint?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari paper ini :
1. Menjelaskan metabolism asam nukleat
2. Menjelaskan DNA fingerprint
3. Menjelaskan fungsi DNA fingerprint
4. Menjelaskan metode DNA fingerprint

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metabolisme asam nukleat

Gambar 2.1 Asam Nukleat

Asam nukleat merupakan kelompok protein yang menyusun substansi


genetika pada organisme yaitu mencakup DNA dan RNA. Metabolisme asam
nukleat akan terjadi reaksi pemecahan dan pembentukan. Asam nukleat
merupakan senyawa kimia yang tersusun atas gugus gula pentosa, phospor,
dan basa nitrogen. Urutan basa nitrogen pada setiap individu akan berbeda
satu sama lain. Hal inilah yang membuat keragaman gen pada individu
sejenis. Terdapat dua jenis basa nitrogen dalam asam nukleat yaitu purin dan
pirimidin. Basa nitrogen purin terdiri atas adenin dan guanin, sementara basa
pirimidin terdiri atas timin (DNA) atau urasil (RNA) dan sitosin.
2.1.1. Katabolisme Asam Nukleat
Katabolisme asam nukleat merupakan jalur metabolisme
pemecahan yang menguraikan asam nukleat menjadi unsur – unsur
penyusunnya. Asam nukleat merupakan penyusun materi genetik pada

3
setiap sel makhluk hidup. Pencernaan asam nukleat terjadi setelah
makanan telah dicerna oleh enzim – enzim lain sehingga membentuk
ukuran yang lebih kecil. setelah makanan dicerna di dalam lambung,
makanan akan berubah teksturnya menjadi bubur yang disebut kim.
kemudian kim akan memasuki usus dua belas jari dan akan
mengalami pencernaan secara kimiawi. Kandungan asam nukleat yang
terdapat di dalam sel – sel makanan yang masuk ke dalam usus dua
belas jari akan dicerna secara enzimatis. Sekretin adalah hormon yang
dihasilkan oleh dinding sel usus dua belas jari. Hormon ini akan
merangsang sel – sel dinding usus dua belas jari untuk mensekresikan
enzim pencernaan. Nuklease adalah salah satu enzim yang dihasilkan
oleh dinding usus dua belas jari. Enzim ini berfungsi untuk
mengkatalisis perombakan asam nukleat menjadi unsur – unsur
penyusunnya. Nuklease tergolong kelompok enzim pemecah protein.
Aktivitas katalitik dari nuklease pertama – tama ialah akan memecah
ikatan hidrogen pada jenis asam nukleat rantai ganda seperti pada
DNA. Lalu akan memotong ikatan nukleotida kemudian nukleosida
sehingga akan dihasilkan unsur – unsur penyusun asam nukleat.
Basa nitrogen hasil pemecahan asam nukleat dan unsur lainnya
akan diserap di dalam tubuh bersama nutrisi lainnya melalui usus
illeum. Komponen – komponen hasil pemecahan asam nukleat akan
digunakan sebagai bahan sintesis asam nukleat dan asam amino di
dalam tubuh. Tubuh kita mampu mensintesis hanya beberapa jenis
asam amino (10 asam amino non essensial). Kelompok asam amino
yang mampu disintesis oleh tubuh tergolong non essensial (karena
mampu dibentuk / dihasilkan oleh tubuh). Sementara asam amino
yang tidak dihasilkan oleh tubuh namun sangat dibutuhkan dapat
diperoleh dari organisme lain dan tergolong asam amino essensial.
Adapun asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh antara lain:
serin, prolin, alanin, asam aspartam, asam glutamat, asparagin,
glutamin, tirosin, sistein, dan glisin. Sementara asam amino essensial

4
antara lain: metionin, tryptofan, histidin, isoleusin, leusin, fenilalanin,
arginin, valin, treonin, dan lisin.

2.1.2. Anabolisme Asam Nukleat


Seperti yang telah diterangkan pada poin sebelumnya, asam
nukleat merupakan komponen penting bagi tubuh, karena berfungsi
sebagai kode genetik dari suatu organisme. DNA dan RNA adalah dua
jenis materi genetik yang merupakan senyawa asam nukleat. Sintesis
asam nukleat akan berkaitan dengan sintesis DNA dan juga RNA serta
asam amino. DNA adalah materi genetik yang diperoleh dari induk
dan akan diwariskan kembali kepada keturunannya. Replikasi DNA
adalah jalur perbanyakan rantai DNA dengan pola cetakan yang sama.
Berkaitan dengan reproduksi sel baik sebagai regenerasi atau
perbanyakan keturunan, sel – sel akan mengalami fase dimana akan
mengalami penggandaan materi genetik. Pada saat itu, DNA akan
diperbanyak untuk diberikan kepada sel baru. Bahan – bahan untuk
memuat cetakan DNA yang baru diperoleh dari reaksi katabolisme
asam nukleat. Dalam reaksi replikasi DNA ini akan melibatkan
banyak enzim yang berkaitan dengan reaksi tersebut seperti helikase,
ligase, dan DNA polimerase.
Sintesis asam nukleat juga terjadi untuk sintesis RNA. Berbeda
dengan DNA yang merupakan rantai ganda, RNA merupakan rantai
tunggal. Terdapat tiga jenis RNA di dalam sel tubuh yang berfungsi
sebagai komponen sintesis protein. Tiga jenis RNA di dalam tubuh
yaitu mRNA yang membawa pesan dari DNA; tRNA yang berfungsi
membawa asam amino ke ribosom; dan rRNA yang merupakan
bagian struktural dari ribosom.
Seperti halnya replikasi DNA, pembentukan RNA akan melibatkan
DNA sebagai pola cetakan. RNA tersusun atas gula ribosa, phosphat,
dan basa nitrogen yang semua unsur tersebut diperoleh dari hasil
perombakan asam nukleat.

5
2.2 DNA fingerprint
DNA fingerprinting adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang
berdasarkan pada profil DNAnya. Ada 2 aspek DNA yang digunakan dalam
DNA fingerprinting, yaitu di dalam satu individu terdapat DNA yang
seragam dan variasi genetik terdapat diantara individu. Prosedur DNA
fingerprinting memiliki kesamaan dengan mencocokkan sidik jari seseorang
dengan orang lain. Hanya saja perbedanya adalah proses ini dilakukan tidak
menggunakan sidik jari, tetapi menggunakan DNA individu karena secara
individu DNA seseorang itu unik. Digunakan DNA karena DNA memiliki
materi hereditas yang berfungsi untuk menentukan suatu urutan keturunan
dalam suatu keluarga secara turun-menurun dengan pola yang acak (karena
berasal dari fusiinti ovum dan sperma) sehingga dapat digunakan untuk
identifikasi pelaku telah berganti wajah atau dalam kegiatan forensik.
Kata “forensik” berarti “berhubungan dengan ruang sidang”. Forensik
merupakan aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran maupun ilmu-ilmu lain
yang terkait dalam suatu penyelidikan untuk memperoleh data-data dalam
mengungkap kasus kriminal baik itu data post mortem berdasar pemeriksaan
mayat maupun data dari pemeriksaan kasus hidup seperti perkosaan,
pelecehan seksual dan/ atau kekerasan dalam rumah tangga. Ilmu forensik
merupakan terapan berbagai ranah keilmuan (multi disiplin) yang penting
untuk menentukan identitas korban maupun pelaku, tanda, sebab dan cara
kematian, serta perkiraan waktu kematian. Produk yang dihasilkan
merupakan bukti autentik dalam suatu proses peradilan hukum demi
menegakkan kebenaran. Produk tersebut dapat berupa laporan tertulis atau
dalam bentuk pengakuan lisan para ahli yang akan diberikan di
pengadilan pada tindak kriminal. Kasus non kriminal, aplikasi forensik sangat
diperlukan terutama untuk mengungkap identitas korban musibah masal
seperti bencana alam, jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal, kecelakaan
kereta dan kebakaran (Kartika Ratna Pertiwi dan Evy Yulianti, 2011)
Dahulu, para peneliti menyatakan bahwa materi genetik berada di dalam
struktur yang disebut kromosom dalam inti sel (nukleus). Pada tahun 1927,

6
Griffith dan Avery mengungkapkan bahwa bakteri memiliki suatu senyawa
mengekspresikan sifatsifat yang berbeda tetapi belum mengetahui dengan
jelas penyebabnya. Penelitian lebih lanjut oleh Avery, MacLeod, dan
McCarthy pada tahun 1944 menunjukkan bahwa perbedaan ekspresi sifat
tersebut karena struktur seperti tangga, terdiri dari dua pita yang berlawanan
arah, yang akhirnya dikenal dengan DNA. Penemuan struktur DNA oleh
James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953 merupakan temuan penting
dalam perkembangan genetika di dunia. Model struktur DNA hasil analisis
Watson dan Crick mampu menjelaskan bagaimana DNA membawa informasi
genetis sebagai cetak biru (blueprint) yang dapat dicopy dan diperbanyak saat
sel membelah sehingga sel-sel baru juga mengandung informasi genetis yang
sama. Inilah mengapa sifat dan ciri fisik seseorang berasal dari pewarisan
orang tua dan nantinya akan diturunkan ke anak cucunya.
Sepanjang pita DNA berisi struktur yang terdiri dari gula pentosa
(deoksiribosa), gugus fosfat dan basa nitrogen, bersusun membentuk rantai
panjang dan berpasangan. Struktur double helix DNA berbentuk dua pita
berlawanan arah seperti spiral. Semua kandungan DNA yang ada pada sel
dinamakan genom. Genom manusia terdiri dari genom inti sel (nukleus) dan
genom mitokondria. Genom mitokondria (ekstranuklear), mengandung lebih
banyak kromosom, sehingga jika pada kromosom inti, masing-masing hanya
terdiri dari 2 copy, maka kromosom mitokondria tersusun dari ribuan copy.
Penyakit yang disebabkan oleh mutasi pada gen di dalam mitokondria
biasanya diwariskan dari ibu ke anak karena mitokondria seorang manusia
adalah hasil pewarisan dari ibu. Hal ini disebabkan mitokondria lebih banyak
ditemukan di dalam sel telur daripada sperma. Setelah fertilisasi mitokondria
dari spermatozoa juga akan mati sehingga hanya meninggalkan mitokondria
dari sel telur (Griffiths dkk., 1996).
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA
inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel
tidak bisa berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena
berasal dari garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan

7
perkawinan keturunannya. Dalam kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua
tes DNA diatas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat
Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang
diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika
rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada yang tertinggal di puntung
rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang dapat dilacak. Untuk
kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama adalah
kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan
jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal
ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup
potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA
mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian
tubuh lainnya yang dapat diperiksa selain epitel bibir, sperma dan rambut
adalah darah, daging, tulang dan kuku.

2.3 Fungsi DNA fingerprint


Adapun fungsi DNA adalah:
1. Untuk mengidentifikasi gen
2. Untuk menentukan garis keturunan antara anak dengan ayahnya dan untuk
menyampaikan informasi dari generasi ke generasi berikutnya
3. Untuk mengatur perkembangan dan proses metabolisme individu
4. Sebagai zarah tersendiri dalam kromosom
Dengan demikian pemeriksaan DNA seluruh informasi genetik dan sifat-
sifat lahiriyah individu akan diketahui. DNA setiap individu pasti berbeda,
kecuali untuk orang yang kembar identik. DNA diwariskan orang tua kepada
keturunannya setengah dari seluruh DNA itu dari ayah dan setengah lainnya
dari ibu. Sumber DNA adalah sel apa saja antara lain: Sperma, Jaringan
tulang, Darah (bisa diambil dari ayah, ibu atau anak), Rambut atau bulu yang
memiliki akar. Dari keempat macam tersebut yang sering digunakan adalah
darah, dimana darah tersebut identik lebih mudah untuk menemukan garis
keturunan antara anak dengan orang tuanya tersebut.

8
2.4 Metode DNA fingerprint
DNA fingerprinting bergantung pada sebagian kecil dari genom. Setiap
DNA tersusun dari ekson yang merupakan daerah yang mengkode protein
dan intron yang berupa daerah non-coding, biasanya disebut junk DNA.
Dalam DNA kromosom terdapat sekuens berukuran 20-100 bp yang
berulang. Potongan pengulangan ini dikenal sebagai VNTRs (Variable
Number Tandem Repeats) yang dapat diisolasi dari DNA seseorang. Setiap
individu memiliki VNTRs yang diturunkan oleh ayah dan ibu sehingga tidak
ada individu yang memiliki VNTRs sama persis. Perbedaan VNTRs dari
setiap individu terletak dalam pada berapa kali sequence ini diulang dalam
daerah VNTRs. Perbedaan jumlah pengulangan ini akan menyebabkan setiap
individu memiliki Panjang VNTRs yang berbeda sehingga memungkin untuk
mengetahui indentitas seseorang melalui profil DNAnya.
Pada gambar dibawah menunjukkan kromosom dari sepasang orang tua
(atas) dan individu garis keturunannya (bawah). Orang tua pertama
(mis:bapak) mempunyai satu kromosom dengan 4 kali sequen ulangan dan
satu kromosom dengan 6 kali sequen ulangan. Orang tua lainnya (mis:ibu)
mempunyai satu kromosom dengan 3 kali sequen ulangan dan satu kromosom
dengan 5 kali sequen ulangan. Maka garis keturunannya pada gambar bawah
adalah 4 orang anakny yang mempunyai variasi ulangan sequen yang mirip
dengan kedua orang tuanya. DNA dari setiap anak setelah dianalisis pada
“VNTR repeat number” pada gel terlihat setiap individu memperlihatkan
genotype yang berbeda tetapi mempunyai padanan mirip dengan kedua orang
tuanya. Perlu diperhatikan bahwa setiap orang dari jumlah 6 orang tersebut (2
orang tua, 4 anak) masing-masing berbeda berdasarkan VNTR pada satu
locus genetik

9
Gambar 2.2 Kromosom dari sepasang orang tua (atas) dan individu garis
keturunannya (bawah)

2.4.1 Ada dua prinsip utama dalam menganalisa data VNTRs, yaitu :
1. Indentity Matching
Jika dua sampel memiliki pola alel VNTRs yang sama, maka
dapat disimpulkan kedua sampel tersebut berasal dari individu
yang sama.
2. Inheritance Matching
Alel VNTRs harus mengikuti pola keturunan. Seorang anak
harus memiliki sebuah alel yang cocok dengan salah satu dari
masing-masing orang tuanya.

10
2.4.2 Berikut ini adalah macam-macam metode untuk melakukan DNA
fingerprint. Yaitu:
1. Elektroforesis

Gambar 2.3 Elektoforesis

Teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan


berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam suatu matriks
yang dipengaruhi oleh medan listrik. Komponen atau molekul
tersebut dapat berupa DNA, RNA, maupun Protein dari pengotor
lain. Elektroforesis menyediakan informasi mengenai ukuran,
muatan, dan jenis komponen yang dielektroforesis (Fairbanks &
Andersen 1999: 280). Aplikasi elektroforesis yaitu untuk uji
paternitas dan identifikasi pelaku kejahatan (DNA fingerprinting).
Elektroforesis juga berperan dalam human genome project.
Terdapat lima jenis gel yang dapat digunakan dalam
elektroforesis DNA yaitu gel poliakrilamida, gel alkalin agarosa,
gel agarosa, pati, dan cellulose acetat. Gel poliakrilamida
berfungsi untuk menganalisis hasil ekstensi primer. Gel alkalin
agarosa berfungsi untuk memisahkan rantai DNA yang berukuran
besar. Gel agarosa berfungsi untuk menyediakan sistem
elektroforesis yang digunakan untuk fraksi RNA pada ukuran

11
standar, pati dan cellulose acetat digunakan untuk memisahkan
protein (Amersham biosciences 1999 : 6).

2. Analisa menggunakan PCR (polymerase chain reaction) atau dot


blot (slot bot)

Gambar 2.4 PCR

Merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi)


potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi
oleh dua buah primer oligonukleotida. Primer yang digunakan
sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai
tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya.
Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in
vivo yang bersifat semi konservatif. PCR mampu
mengamplifikasi sejumlah daerah spesifik yang terdapat pada
DNA menggunakan primer oligonukleotida dan DNA polymerase
yang termostabil. PCR memiliki kelebihan yaitu kemampuan
untuk membedakannya lebih akurat dan dapat digunakan untuk
menganalisa sampel yang tersedia dalam jumlah kecil maupun
yang telah terdegradasi oleh cahara matahari.

12
3. Analisa STR (Short Tandem Repeats)

Gambar 2.5 Analisa STR

STR merupakan polimorfisme DNA yang terjadi karena


adanya 2 atau lebih nukleotida yang berulang. Pola
pengulangannya adalah terdiri dari 2-10 bp dan terjadi pada
daerah intron dari DNA. Dengan menganalisa locus dari STR dan
menghitung berapa banyak perulangan dari sekuens STR yang
terjadi di setiap lokus, maka dapat terbaca profl genetic yang unik
dari setiap individu. Analisa STR memerlukan teknik PCR dan
elektoforesis gel agarose. Dengan PCR daerah polimorfik dari
DNA sehingga jumlah perulangan yang terjadi dapat dihitung
dengan membandingkan perbedaan ukuran dengan allelic ladder.
Analisa dengan STR ini tidak dapat dilakukan apabila 2 individu
merupakan kembar homozygote.

13
4. AmpFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism)

Gambar 2.6 AmpFLP

DNA profiling dengan menggunakan teknik AmpFLP


memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih cepat daripada Analisa
dengan RFLP dan biaya yang dibutuhkan lebih murah. Teknik ini
berdasarkan pada polimorfisme VNTR untuk membedakan alel
yang berbeda. Teknik ini menggunakan PCR untuk
mengamplifikasi daerah VNTR dan kemudian hasil amplifikasi
dipisahkan dengan gel poliakrilamid dan diwarnai dengan teknik
silver stained. Salah satu locus yang sering digunakan dalam
teknik ini adalah locus D1S80.

5. Analisa kromosom Y
DNA profiling dengan teknik Analisa kromosom Y
menggunakan primer spesifik yang akan mengamplifikasi daerah
polimorfisme pada kromosom Y (Y-STR). Pada kasus
pemerkosaan, teknik ini menghasilkan resolusi yang lebih baik
kerena biasanya DNA sampel yang didapat dalam keadaan
tercampur dengan DNA korban. Kromosom Y diturunkan oleh
ayah sehingga menganalisa kromosom Y juga dapat digunakan
untk mengidentifikasi hubungan parental seorang pria.

14
6. Analisa DNA mitokondria
DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak dalam sel,
tidak seperti DNA kromosom yang hanya terdapat 1 atau 2 dalam
setiap sel. Hal ini memungkinkan apabila sampel yang ada telah
rusak DNA kromosomnya, maka dengan DNA mitokondria,
bagian yang diamplifikasi adalah daerah HV1 dan HV2 dari DNA
mitokondria dimana sekuens hasil amplifikasi yang didapat dapat
dibandingkan dengan pola band referensi. DNA mitokondria ini
diturunkan ibu.

7. Analisa RFLP (Restriction Fragmen Length Polymorphism)

Gambar 2.7 Analisa RFLP

RFLP adalah ukuran fragmen DNA yang diperoleh oleh


pemotongan sequence VNTRs sampai 30 urutan dengan enzim
restriksi di situs spesifik. Prinsip dasar dari Analisa RFLP ini
adalah enzim restriksi dan situs pengenalan. Prinsip dasar dari
Analisa RFLP ini adalah enzim restriksi akan memotong DNA
pada sekuens yang spesifik dimana hasil pemotonga tersebut
kemudia dianalisa dengan elektrofises gel agrarosa.

15
2.4.3 Tahapan proses DNA fingerprint

Gambar 2.8 Tahapan Proses DNA fingerprint

1. Proses fingerprinting DNA dimulai dengan mengisolasi DNA dari


bagian tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, akar rambut,
gigi, tulang, dll.
2. Polymerase chain reaction (PCR) adalah langkah selanjutnya
dalam proses. Dalam banyak situasi, hanya ada sejumlah kecil
DNA yang tersedia untuk sidik jari DNA. Karenanya, dalam
tabung reaksi, replikasi DNA terjadi untuk membuat lebih banyak
DNA. DNA dan sel akan mengalami replikasi DNA untuk
membuat lebih banyak DNA yang akan diuji.
3. Setelah DNA diisolasi dan lebih banyak salinan DNA telah
dibuat, DNA akan diuji. Ilmuwan akan memperlakukan DNA
dengan enzim restriksi (enzim yang memotong DNA dekat urutan
nukleotida pengenalan spesifik yang dikenal sebagai situs
pembatasan).

16
A Ini akan menghasilkan fragmen berukuran berbeda yang
dikenal sebagai polimorfisme fragmen panjang restriksi
(RFLPs).
B Fragmen ini kemudian dapat diamati dengan melakukan
percobaan yang disebut elektroforesis gel yang memisahkan
DNA berdasarkan ukuran fragmen.
4. Elektroforesis gel adalah langkah selanjutnya dalam proses sidik
jari DNA ini. Selama elektroforesis gel, arus listrik diterapkan
pada campuran gel, yang meliputi sampel DNA.
A Arus listrik menyebabkan untaian DNA bergerak melalui gel.
Ini memisahkan molekul dengan ukuran berbeda.
B Pecahan DNA terpisah disaring keluar dari gel menggunakan
membran nilon (diperlakukan dengan bahan kimia yang
memungkinkan untuk memecahkan ikatan hidrogen DNA
sehingga ada untaian sing).
5. DNA (single stranded) adalah cross-linked terhadap nilon
menggunakan panas atau sinar UV.
6. Probe muncul di film fotografi karena untaian DNA membusuk
dan mengeluarkan cahaya. Pada akhirnya itu meninggalkan
bintik-bintik hitam pada film yang juga dikenal sebagai pita DNA
seseorang. Apa yang membentuk sidik jari adalah pola pita yang
unik. Pola band berbeda karena kita semua berbeda dan unik
(selain kembar identik).
7. Setelah filter terpapar pada film x-ray, urutan DNA radioaktif
ditampilkan dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Ini
menciptakan pola pita atau apa yang kita kenal sebagai sidik jari
DNA. Teknik ini disebut southern blotting.

Sidik jari DNA anak-anak harus serupa dengan sidik jari orang tua
mereka, meskipun mereka mungkin tidak sama. Beberapa pita akan
cocok dengan salah satu orang tua dan pita lain dapat cocok dengan

17
orang tua lainnya. Dengan pita kedua orang tua itu, mereka membuat
pita dan identitas anak.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DNA Fingerprinting adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang
berdasarkan pada profil DNAnya. DNA Fingerprint merupakan suatu langkah
maju dalam proses pengungkapan kejahatan di Indonesia. Ada 2 aspek yang
digunakan dalam DNA Fingerprinting, yaitu di dalam satu individu terdapat
DNA yang seragam dan variasi genetik terdapat diantara individu.
Keakuratan hasil yang hampir mencapai 100% menjadikan metode DNA
fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan proses biometri (identifikasi
menggunakan sidik jari, retina mata, susunan gigi, bentuk tengkorak kepala
serta bagian tubuh lainnya) yang telah digunakan kepolisian untuk
identifikasi.

3.2 SARAN
Diharapkan dengan makalah ini dapat membantu untuk mengetahui
mengenai DNA Fingerprint yang digunakan untuk keperluan forensik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Sinly Evan Putra. 2015. DNA Fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada
forensik. Diakses dari : http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/seputar-
p2biotek/315-dna-fingerprint-metode-analisis-kejahatan-pada-forensik.
Diakses tanggal 10 Mei 2018.
Anonim. 2015. DNA Fingerprinting. Diakses dari :
https://allaboutdnafingerprinting.weebly.com/steps-of-dna-
fingerprinting.html. (Diakses tanggal 10 Mei 2018)
Anonim. 2016. Pengertian dan Proses Metabolisme Asam Nukleat di Dalam
Tubuh. Diakses dari : http://kakakpintar.com/pengertian-dan-proses-
metabolisme-asam-nukleat-di-dalam-tubuh/. (Diakses tanggal 10 Mei
2018)
Kartika Ratna Pertiwi dan EvyYulianti. 2011. Pengembangan Modul Pengayaan
OSN SMP Materi Forensik. Laporan Penelitian. FMIPA UNY
Griffiths, Miller, Suzuki, Leontin, Gelbart. 1996. An Introduction To Genetic
Analysis. USA: W. H. Freeman and Company

20

Anda mungkin juga menyukai