Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTIASMATIK
Dosen Pengampu : Zamharira muslim, M.Farm.,Apt

Kelompok 4 :

1. AHMAD ADDINUL AKBAR P05150221051


2. DINA TRIANA P05150221063
3. MUHAMMAD DIAN RIZKY P05150221074
4. SINCE MARILES P05150221085
5. VINTA APRILIA P05150221092

PRODI DIPLOMA TIGA FARMASI


JURUSAN ANALIS KESSEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadiran tuhan yang Maha esa karena atas
rahmat,karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“antiasmatik” dengan sebaik mungkin.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi, tidak lupa
pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Zamharira Muslim M.Farm,.Apt selaku dosen
mata kuliah Farmakologi. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliaruan yang berkenan dengan materi pembahasan maupun terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca. Kami sangat
berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca.

Bengkulu, 11 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

A. Definisi Antiasmatik
B. Mekanisme kerja antiasmatik
C. Penggolongan obat antiasmatik (Indikasi,Kontra Indikasi,Efek samping,dosis dan
cara pakai)
D. Indikasi,Kontra Indikasi,Efek samping dan Dosis Antiasmatik
E. Contoh obat generik dan generik bermerek Antiasmatik
F. Peringatan Obat Antiasmatik

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 5

A. Kesimpulan.................................................................................................... 5
B. Saran............................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 6

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan
kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat memengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat
menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetap dapat pula menghindarkan
sensai rangsangan nyeri.

Rasa nyeri dalam kebannyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi
sebagai osyarat bahaua tentang adanya gangguan dijaringan, seperti peradangan
(rema, encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh
rangsangan tersebut memicu pelepasan zat tertentu yang disebut mediator nyeri
(histamin, bradikin, leukotrien dan prostaglandin).

Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyrei (nociceptor) di ujung ujung saraf
bebas di kulit, mukosa serta jaringan laun dan demikian menimbulkan reaksi
radang.Nociceptor ini juga terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali SSP.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan antiasmatik?
b. Bagaimana mekanisme kerja antiasmatik?
c. Apa saja golongan antiasmatik?
d. Apa saja indikasi antiasmatik?
e. Bagaimana kontra indikasi dari antiasmatik?
f. Apa saja efek samping dari antiasmatik?
g. Bagaimana aturan dosis dari antiasmatik?
h. Sebutkan contoh obat generik dari antiasmatik?
i. Sebutkan contoh obat generik bermerek dari antiasmatik?
j. Bagaimana Cara pemakaian obat?
k. Apa saja peringatan yang harus dipatuhi?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi obat antiasmatik
b. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari antiasmatik
c. Untuk mengetahui golongan dari antiasmatik
d. Untuk mengetahui indikasi dari antiasmatik
e. Untuk mengetahui kontra indikasi dari antiasmatik
f. Untuk mengetahui efek samping dari antiasmatik
g. Untuk mengetahui aturan dosis dari antiasmatik
h. Untuk mengetahui contoh obat generik dari antiasmatik
i. Untuk mengetahui contoh obat generik bermerek dari antiasmatik
j. Untuk mengetahui cara pemakaian antiasmatik
k. Untuk mengetahui peringatan dari antiasmatik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik berdasarkan dasar kerja
farmakologisnya dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni analgetik perifer non
narkotik dan analgetik narkotik serta terdapat juga analgetik antiradang.

B. Mekanisme Kerja Analgetik

Analgetik perifer non narkotik bekerja pada reseptor nyeri yang berada di daerah yang
sekitar nyeri atau merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer
sedangkan analgetik narkotik bekerja dengan memblokir pusat nyeri di SSP dengan
anestesi umum.

C. Penggolongan Analgetik

1. Parasetamol

 Indikasi :  Nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
 KontraIndikasi : Gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.
 Efek samping : Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia,
neutropenia), hipotensi juga dilaporkan pada infus, PENTING: Penggunaan jangka
panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati, lihat
pengobatan pada keadaan darurat karena keracunan.
 Dosis : Oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari; anak–
anak umur 2 bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3
bulan (hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb jika jaundice), 3 bulan–1
tahun 60 mg–120 mg, 1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500 mg, dosis ini
dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam),
infus intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih
dari 50 kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari, dewasa dan anak–anak
dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb
per hari.

2. Salisilat (Asetosal dan Benorilat)

2.1 Asetosal
 Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang; demam
 Kontraindikasi : Anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu menyusui
(Sindrom Reye; lihat bawah); riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna;
hemofilia; tidak untuk pengobatan gout. HIPERSENSITIVITAS. Asetosal dan AINS
lainnya tidak boleh diberikan kepada penderita dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap asetosal atau AINS lain; termasuk mereka yang terserang asma; angioudema;
urtikaria atau rinitis yang ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain. SINDROM
REYE. Karena hubungannya dengan Sindrom Reye, maka sediaan yang mengandung
asetosal tidak diberikan pada anak dan remaja di bawah usia 16 tahun, kecuali ada
indikasi yang spesifik misalnya untuk pengobatan Sindrom Kawasaki.
 Efek Samping : Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk
terjadinya iritasi saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimptomatis;
memanjangnya bleeding time; bronkospasme; dan reaksi kulit pada pasien
hipersensitif. Overdosis: lihat Pengobatan Darurat pada Keracunan.
 Dosis : 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan; maksimum 4 g per hari. Anak dan
remaja tidak dianjurkan (lihat keterangan di atas).
2.2 Benorilat
 Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang; demam
 Kontraindikasi : Anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu menyusui
(Sindrom Reye; lihat bawah); riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna;
hemofilia; tidak untuk pengobatan gout. HIPERSENSITIVITAS. Asetosal dan AINS
lainnya tidak boleh diberikan kepada penderita dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap asetosal atau AINS lain; termasuk mereka yang terserang asma; angioudema;
urtikaria atau rinitis yang ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain. SINDROM
REYE. Karena hubungannya dengan Sindrom Reye, maka sediaan yang mengandung
asetosal tidak diberikan pada anak dan remaja di bawah usia 16 tahun, kecuali ada
indikasi yang spesifik misalnya untuk pengobatan Sindrom Kawasaki.
 Efek Samping : Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk
terjadinya iritasi saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimptomatis;
memanjangnya bleeding time; bronkospasme; dan reaksi kulit pada pasien
hipersensitif. Overdosis: lihat Pengobatan Darurat pada Keracunan.
 Dosis : 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan; maksimum 4 g per hari. Anak dan
remaja tidak dianjurkan (lihat keterangan di atas).

3. Penghambat Prostaglandin/NSAID (Ibuprofen, Naproxen, Diclofenac, Celecoxib,


Indometachin, Asam Mefenamat, Piroxicam, Meloxicam, dll.)

3.1 Ibuprofen
 Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau
pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala
osteoartritis, gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak.
 KontraIndikasi : Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus
duodenum dan lambung), hipersensitivitas, polip pada hidung, angioedema, asma,
rinitis, serta urtikaria ketika menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.
 Efek samping : Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri
abdomen, konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum:
rinitis, ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus
lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi hati, urtikaria, purpura, angioedema,
nefrotoksik, gagal ginjal.
 Dosis : Dewasa : dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari.
Anak 1-2 tahun : 50 mg 3-4 kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari.
Anak 8-12 tahun : 200-250 mg 3-4 kali sehari.

3.2. Naproxen

 Indikasi : nyeri dan radang pada reumatoid artritis (termasuk juvenil arthritis) dan
gangguan otot skelet lainnya; dismenorea; gout akut.
 Kontraindikasi : Riwayat hipersensitivitas dengan pemberian naproxen. Riwayat
asma, urtikaria, atau reaksi alergi setelah pemberian aspirin atau OAINS lain, karena
dapat menyebabkan reaksi anafilaksis silang. 
 Efek samping :  supositoria dapat menyebabkan iritasi dan kadang perdarahan.
 Dosis : oral : 0,5-1 g sehari dalam dua dosis terbagi atau 1 g sekali sehari; ANAK
(usia di atas 5 tahun) : juvenil artritis, 10 mg/kg bb/hari dalam 2 dosis terbagi.
Gangguan otot skelet akut dan dismenorea : dosis awal 500 mg, kemudian 250 mg
setiap 6-8 jam; dosis maksimum setelah hari pertama 1,25 g sehari; ANAK berusia di
bawah 16 tahun tidak dianjurkan.
Rektal dalam bentuk supositoria, 500 mg sebelum tidur; jika perlu berikan juga 500
mg di pagi hari; ANAK berusia di bawah 16 tahun tidak dianjurkan.

3.3. Diclofenac

 Indikasi : untuk meredakan gejala osteoarthritis, rheumatoid arthritis, ankylosing


spondylitis, cedera muskuloskeletal minor, nyeri pasca operatif dan nyeri menstruasi.
 Kontraindikasi : pada seseorang dengan riwaya
hipersensitivitas dengan obat ini, dan peringatan pemberian obat ini pada pasien yang
mengalami gangguan gastrointestinal seperti perdarahan atau iritasi lambung.
 Efek Samping : Gangguan gastrointestinal, misalnya nyeri ulu hati, perdarahan, atau
perforasi gastrointestinal. Interaksi obat ini dengan alkohol atau obat golongan
antiinflamasi nonsteroid lainnya berupa peningkatan risiko efek samping ulkus
peptikum dan perdarahan saluran cerna.
 Dosis : oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan.
Anak 1-12 tahun, juvenil artritis, oral atau rektal, 1-3 mg/kg bb/hari dalam
dosis terbagi (25 mg tablet salut enterik, hanya supositoria 12,5 mg dan 25 mg). 

3.4. Celecoxib

 Indikasi : menghilangkan gejala dan tanda-tanda osteoartritis dan artritis reumatoid


pada pasien dewasa.
 Kontraindikasi :  sensitif terhadap sulfonamid, inflammatory bowel disease.
 Efek samping : flatulen, insomnia, faringitis, sinusitis; agak jarang stomatis,
konstipasi, palpitasi, lelah, paraestesia, kram otot; jarang terjadi perubahan terhadap
indera perasa, alopesia; sangat jarang terjadi epilepsi yang memburuk.
 Dosis : dosis yang terendah Osteoartritis, 200 mg per hari sebagai dosis tunggal atau
100 mg dua kali sehari Artritis reumatoid, 100-200 mg dua kali sehari

3.5 Indometachin

 Indikasi : nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada kasus reumatik dan
gangguan muskuloskeletal akut lainnya; gout akut; dismenorea, penutupan duktus
arteriosus.
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas yang diketahui terhadap indometasin, aspirin, atau
analgetik lain. 
 Efek Samping :  sering terjadi gangguan cerna (termasuk diare), sakit kepala, pusing
dan kepala terasa ringan; tukak dan pendarahan pada lambung dan usus; mengantuk
(jarang), bingung, insomnia, kejang, goncangan kejiwaan, depresi, gangguan darah
sinkop (terutama trombositopenia), hipertensi, hiperglikemia, pandangan kabur,
deposit kornea, neuropati periferal, dan penyempitan usus; supositoria bisa
menyebabkan iritasi rektum dan kadang terjadi perdarahan.
 Dosis : oral, penyakit reumatik, 50-200 mg sehari dalam dosis terbagi, bersama
makanan;
ANAK: tidak dianjurkanGout akut, 150-200 mg sehari dalam dosis
terbagiDismenorea, hingga 75 mg sehari.
Rektal dalam bentuk supositoria, 100 mg pada malam hari dan pagi hari jika
diperlukan;
ANAK: tidak dianjurkan. Menggabungkan pengobatan oral dan rektal, maksimum
dosis total sehari 150-200 mg.

3.6. Asam Mafenamat

 Indikasi : nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca operasi.
 Kontraindikasi : pengobatan nyeri peri operatif pada operasi CABG, peradangan
usus besar.
 Efek Samping : gangguan sistem darah dan limpatik berupa agranulositosis, anemia
aplastika, anemia hemolitika autoimun, hipoplasia sumsum tulang, penurunan
hematokrit, eosinofilia, leukopenia, pansitopenia, dan purpura trombositopenia. Dapat
terjadi reaksi anafilaksis.
 Dosis : 500 mg 3 kali sehari sebaiknya setelah makan; selama tidak lebih dari 7 hari.

3.7. Piroxicam

 Indikasi : terapi simtomatik pada rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing


spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
 Kontraindikasin : riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung, pasien yang
mengalami bronkospasme, polip hidung dan angioedema atau urtikaria apabila
diberikan asetosal atau obat-obatan AINS yang lain.
 Efek Samping : gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia, epigastric
distress, mual, konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen, kembung, diare, nyeri
abdomen, perdarahan lambung, perforasi dan tukak lambung, edema, pusing, sakit
kepala, ruam kulit, pruritus, somnolence, penurunan hemoglobin dan hematokrit.
 Dosis : Dewasa: Rematoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis: Dosis awal
20 mg sebagai dosis tunggal. Dosis pemeliharaan pada umumnya 20 mg sehari atau
jika diperlukan dapat diberikan 10 mg - 30 mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Dosis
lebih dari 20 mg sehari meningkatkan efek samping gastrointestinal.
Gout akut, mula-mula 40 mg sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya
40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi. Gangguan muskuloskeletal akut, awal 40 mg
sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari
selama 7-14 hari.

3.8. Meloxicam

 Indikasi : nyeri dan radang pada penyakit reumatik; osteoartritis yang memburuk
(jangka pendek); ankilosing spondilitis.
 Kontraindikasi : gagal ginjal (kecuali kalau menerima dialisis), gagal hati berat.
 Efek Samping : dapat mengenai sistem gastrointestinal dan kardiovaskuler, karena
aktivitas penghambatan prostaglandin serta aktivitas tromboksan A2. Interaksi obat
meloxicam dapat dengan obat-obatan kardiovaskuler, antikoagulan, kortikosteroid,
serta non steroid anti inflamasi drugs (analgetik) lainnya
 Dosis :
 Oral, osteoartritis, 7,5 mg sehari bersama makan, jika perlu naikkan hingga
maksimum 15 mg sekali sehari. Reumatoid artritis, ankilosing spondilitis 15
mg sekali sehari bersama makan, mungkin dapat dikurangi hingga 7,5 mg
sehari; LANSIA: 7,5 mg sehari.
 Rektal, dalam bentuk supositoria, osteoartritis 7,5 mg sehari, jika perlu
naikkan hingga maksimum 15 mg sekali sehari. Reumatoid artritis, ankilosing
spondilitis, 15 mg sekali sehari, mungkin dapat dikurangi hingga 7,5 mg
sehari; LANSIA: 7,5 mg sehari. ANAK berusia di bawah 15 tahun tidak
dianjurkan.

4. Derivat-Pirazolinum
4.1 Propifenazon
 Indikasi : Meredakan demam dan rasa nyeri yang muncul terutama akibat sakit
kepala, sakit gigi, ataupun nyeri sendi dan otot.
 Kontraindikasin : riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung, pasien yang
mengalami bronkospasme, polip hidung dan angioedema atau urtikaria apabila
diberikan asetosal atau obat-obatan AINS yang lain.
 Efek Samping : gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia, epigastric
distress, mual, konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen, kembung, diare, nyeri
abdomen, perdarahan lambung, perforasi dan tukak lambung, edema, pusing, sakit
kepala, ruam kulit, pruritus, somnolence, penurunan hemoglobin dan hematokrit.
 Dosis : Dosis orang dewasa: 0,5-1 gr yang dapat dikonsumsi hingga 4 kali sehari.

4.2 Metamizol
 Indikasi : Meredakan nyeri sedang hingga berat dan demam.
 Kontraindikasin : riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung, pasien yang
mengalami bronkospasme, polip hidung dan angioedema atau urtikaria apabila
diberikan asetosal atau obat-obatan AINS yang lain.
 Efek Samping : gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia, epigastric
distress, mual, konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen, kembung, diare, nyeri
abdomen, perdarahan lambung, perforasi dan tukak lambung, edema, pusing, sakit
kepala, ruam kulit, pruritus, somnolence, penurunan hemoglobin dan hematokrit.

 Dosis :
o Dewasa: 0,5–1 gram, 3–4 kali sehari. Dosis
maksimal adalah 4 gram per hari. Durasi
pengobatan selama 3–5 hari.
o Anak-anak usia ≥3 bulan: 8–16 mg/kgBB sebagai dosis tunggal. Jika masih
diperlukan, dosis dapat diulang hingga 3–4 kali.

 D. Indikasi Analgetik
Un Dalam mengatasi nyeri, analgetik atau OAINS bekerja dengan cara menghambat
hormon pemicu peradangan, yaitu hormon prostaglandin. Dengan berkurangnya
peradangan, rasa nyeri juga akan berkurang dan demam akan turun.

E. Kontraindikasi analgetik

 Hipersensitivitas.
 Penderita asma.
 Kerusakan Hati
 Penderita Gangguan lambung-usus

F. Efek samping analgetik

Efek samping analgetik meliputi gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati da
n ginjal dan juga reaksi alergi pada kulit. Efek samping ini terutamaterjadi pada penggunaan j
angka panjang dan dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetik secara kontinu t
idak dianjurkan.

G. Contoh obat analgetik

1. Ibu profen 2. Naproxen 3. Paracetamol


4. Diclofenac 5. Celecoxib 6. Etoricoxib

7. Indometachin 8. Asam Mefenamat 9. Piroxicam

10. Metamizole 11. Asetosal

H. Peringatan analgetik

Ikuti anjuran dan saran dokter selama menjalani pengobatan dengan analgetik. Sebelum meng
gunakan obat ini, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

 Jangan menggunakan analgetik jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu dokter
tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
 Beri tahu dokter jika Anda menderita asma, tukak lambung, penyakit asam lambung,
serta gangguan jantung, ginjal, hati, atau sistem pencernaan. Beri tahu juga jika Anda
mengonsumsi alkohol sehari-hari.
 Asma; penyakit alergi; gangguan fungsi ginjal (lampiran 3); menurunnya fungsi hati;
dehidrasi; sebaiknya hindarkan pengunaan pada demam atau infeksi virus pada remaja
(risiko Sindrom Reye, lihat keterangan di bawah); kehamilan (lampiran 4); pasien
lansia; defisiensi G6PD
 Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal
 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain atau suplemen dan produk
herbal tertentu.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang
menyusui.
 Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah
menggunakan analgetik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik berdasarkan dasar kerja
farmakologisnya dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni analgetik perifer non
narkotik dan analgetik narkotik serta terdapat juga analgetik antiradang.

Analgetik Analgetik perifer non narkotik bekerja pada reseptor nyeri yang berada di d
aerah yang sekitar nyeri atau merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri
perifer sedangkan analgetik narkotik bekerja dengan memblokir pusat nyeri di SSP
dengan anestesi umum. Contoh obat analgetik yang paling sering digunakan antara lai
n adalah Parasetamol, metamizol, ibuprofen, aspirin, diklofenak, dan asam mefenamat
dll.

B. Saran

Untuk dapat memahami tentang analgetik selain membaca dan memahami materi-
materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat
mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih
mudah untuk paham dan akan selalu diingat. Selain itu, dengan adanya makalah ini
diharapkan untuk kedepan agar bisa bermanfaat untuk referensi pelajaran dan bisa
lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://pionas.pom.go.id/

Hoan Jay, Tan. Rahardja, Kirana. 2008. Obat-obat Penting khasiat, penggunaan,
dan efek efek sampingnya. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai