Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERMENORHEA

DOSEN PENGAMPUH:

Ns. Dwi Wulandari,S.Kep.,MAN

DISUSUN OLEH:

Kelompok 3

Akbar Herlambang P05120321001


David Samsuri P05120321007
Fiona Amante P05120321015
Isti Septriani P05120321022
Ledyah Citrah P05120321023
Muhammad fachri P05120321028
Richa Oktaria P05120321037
Virza Dwi Nadila P05120321045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini
dapat diselesaikan

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan
maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada HIPERMENORHEA”

Terima kasih disampaikan kepada Dosen mata kuliah yang telah membimbing
dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi


tugas mata kuliah  Keperawatan Anak.

Bengkulu, 14  April  2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja diawali pada usia 10-19 tahun, diketahui jumlah remaja di


Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%
dari jumlah penduduk dunia (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Massa remaja
menjadi massa peralihan antara massa kanak-kanak dan massa dewasa yang
ditandai dengan adanya pubertas. Pubertas pada remaja putri akan mengalami
kematangan seksual, kematangan sel telur dan produksi hormon estrogen, hal
tersebut menyebabkan munculnya menstruasi pada periode pertama yang disebut
menarche. Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang berlangsung secara
periodik dan siklik (Pangemanan, 2017).

Menstruasi suatu proses alamiah yang biasa dialami perempuan. Lama


menstruasi normalnya terjadi antara 3-7 hari. Menstruasi yang terjadi kurang dari
tiga hari maka dikatakan hipomenorea dan jika lebih dari tujuh hari dikatakan
hipermenorea (Pangemanan, 2017). Lama menstruasi antar wanita disebabkan
karena ketidakseimbangan hormon LH, FSH, estrogen dan progesteron, karena
status gizi, stres serta suatu penyakit. Asupan gizi yang kurang ataupun lebih
akan menyebabkan kecukupan gizi tidak baik sehingga dapat menjadikan
gangguan lama menstruasi (Novita, 2018). Kualitas hidup seperti konsumsi
makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, remaja sering melakukan diet dan
melewatkan sarapan pagi (Kundre, 2015).

Menstruasi setiap bulan terjadi pada setiap wanita yang telah memasuki
usia remaja. Semakin lama seseorang menstruasi akan menyebabkan kekurangan
darah. Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lama
menstruasi remaja. Fenomena saat ini remaja kurang aktiitas fisik, sering
melakukan diet, mengonsumsi fast food dan tidak sarapan, hal ini sering dialami
oleh remaja terutama di daerah di perkotaan karena itu penting untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar hipermenorhea?


2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan hipermenorhea?
3. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan hipermenorhea?
C. Tujuan
1. Untuk bagaimana mengetahui konsep dasar hipermenorhea.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipermenorhea.
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipermenorhea
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI HIPERMENOREA

Hypermenorrhea (Menoragia) adalah perdarahan haid dengan jumlah


darah lebih banyak dan atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang
normal teratur. Secara klinis menoragia di definisikan dengan total jumlah
darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari.
Sulit menentukan jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu, bisa
disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2-5 kali per hari lebih dari 6 kali per
hari. WHO melaporkan 18 juta perempuan usia 30 – 55 tahun mengalami haid
yang berlebih dan dari jumlah tersebut 10 % termasuk dalam kategori
menoragia.

2. ETIOLOGI
1) Hormon tidak seimbang
Dalam siklus menstruasi normal, keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron menyesuaikan kondisi dinding uterus (endometrium),
untuk mengatur pancaran darah mentruasi. Jika timbul
ketidakseimbangan hormon, endometrium menghasilkan aliran darah
hebat.

2) Kista Ovarium
Timbulnya kantung-kantung cairan didalam atau diatas ovarium,
yang terkadang menyebabkan ketidaknormalan mentstruasi termasuk
menoragia.

3) Polip
Timbulnya polip pada dinding uterus menyebabkan perdarahan
menstruasi dalam waktu lama. Polip dari uterus biasanya muncul pada
wanita usia produktif yang menghasilkan kelebihan hormon,
menyebabkan perdarahan yang tidak terkait dengan menstruasi.

4) Disfensi Ovarium
Kegagalan fungsi ovarium, anovulation (proses pelepasan telur)
dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, berujung pada
menoragia.

5) Pengguanaan IUD
Efek samping alat KB IUD yang sering ditemui adalah
menstruasi hebat.

6) Kanker
Walaupun jarang ditemui, kanker pada alat reproduksi wanita
dapat manyebabkan menoragia. Kanker uterus, kanker ovarium dan
kanker leher rahim dapat menyebabkan perdarahan berlebih saat
menstruasi.

7) Obat-Obatan
Obat-obatan tertentu, termasuk obat pencegah penggumpalan
darah (anticoagulants) dan pengobatan anti radang/infeksi, dapat
menyebabkan menstruasi berat atau dalam waktu lama.

3. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan yang telah dikemukakan oleh wiknjosasto (2011)


menoragia pada umunya terjadi akibat adanya miomia uteri, polip
endometrium dan atau hyperplasia endometrium menyebabkan terganggunya
kontraktilitas otot Rahim, serta permukaan endometrium lebih lebar serta
pembuluh darah membesar serta beresiko mengalami nekrosis sehingga
pendarahan akan terjadi. Menorhagia terjadi jika terdapat gangguan dalam
mekanisme siklus menstruasi normal tersebut. Faktor-faktor yang turut
berkontribusi dalam mekanisme terjadinya menorrhagia termasuk faktor
organik, endokrin, anatomik, dan iatrogenik. Jika perdarahan yang terjadi
tidak disebabkan satu pun etiologi tersebut, diagnosis yang sering diberikan
adalah perdarahan uterus disfungsional (PUD) / dysfunctional uterine
bleeding (DUB). Kebanyakan kasus PUD ini disebabkan oleh siklus
anovulasi dan umum terjadi pada usia remaja (pubertas) dan perimenopause.
Tanpa ada ovulasi, korpus luteum gagal terbentuk yang menyebabkan tidak
adanya sekresi progesteron. Estrogen yang berlebihan menyebabkan
endometrium terus berproliferasi dan menebal sampai akhirnya
berdegenerasi. Hal ini jugalah yang menyebabkan perdarahan anovulasi
lebih berat dari perdarahan menstruasi normal. Penyebab menorrhagia faktor
organik adalah segala keadaan yang menyebabkan gangguan perdarahan dan
pembekuan, seperti pada kasus penyakit Von Willebrand dan
trombositopenia purpura (ITP). Hemostasis endometrium tidak telepas dari
fungsi trombosit dan fibrin. Defisiensi komponen-komponen ini seperti pada
pasien dengan penyakit Von Willebrand atau trombositopenia akan
menyebabkan menorrhagia. Kelainan pada uterus seperti pada leimyomata
uteri dan adenomyosis dapat menyebabkan menorrhagia karena
menyebabkan pembentukan plug yang insufisien, pemanjangan waktu
vasodilatasi arteri basal, dan pemanjangan waktu luruh pada pembuluh darah
mikro.

4. PATWAY
5. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Prawirohardjo (2010)

1. Jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus


2. Durasi haid lebih lama dari 7 hari.
3. Bila ganti pembalut 2-5 kali perhari menunjukkan jumlah darah haid
normal.
4. enoragia bila ganti pembalut lebih dari 6 kali per hari.
5. Sesak nafas
6. Anemia
7. Kelelahan
8. Dismenore

Menurut Smeltzer,2013 gejala menorragia sebagai berikut :


1. Pendarahan fase mentruasi yang berlebihan.
2. Pendarahan diantara dua siklus haid.
3. Nyeri mengejang pada abdomen bagian bawah.

Gejala lain yang dapat meyertainnya antara lain :


1. Sakit kepala
2. Kelemahan
3. Kelelahan
4. Kesemutan pada kaki dan tangan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Uji Lab

Mencakup uji hemoglobin dan hematocrit untuk menentukan


apakah perdarahan yang terjadi pada wanita mengarah ke keadaan
anemia. Pemeriksaan hitung darah lengkap juga memungkinkan untuk
mendeteksi jumlah trombosit yang rendah (tromositopenia) yang dapat
menyertai kelainan darah. Uji kadar tyroid-stimulating hormone (TSH)
untuk menyingkirkan penyakit tyroid. Waktu promtombin (PT),waktu
paruh tromboplasma (PTT) untuk mengkaji adanya kelainan darah
tertentu.
2) Ultrasonografi
Ultrasonografi panggul juga dapat menjadi alat diagnostic yang
efekti untuk menunujukan adanya hyperplasia atau arsinoma.

3) Sonografi
Mampu mendeteksi mioma serta polip endometrium

7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis menoragia menurut Manuaba, 2008 adalah:

a. Bila perdarahan sangat banyak, istirahan baring dan transfusi darah


b. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukkan perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara
waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan:
1) Estrogen dalam dosis tinggi Supaya kadarnya dalam darah
meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara IM di
propionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradi 1,5 mg, atau
valerasestradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan
perdarahan dapat terjadi lagi.
2) Progesteron Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi
progesteron125 mg, secara IM, atau dapat diberikan pes os sehari
nirethindrone15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10
m, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas. Setelah
perdarahan teratasi berikan :
a) Conjugated oestrogen 2,5 mg per oral setiap hari selama25 hari
b) Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetat untuk 10hari
terakhir
c) Tunggu perdarahan lucut 5-7 hari pasca penghentian terapi.
3) Androgen Propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki
umpan balik positif dari perdarahan uterus akibat hiperplasia
endometrium. Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan
terapi hormonal. Pemberian estrogen dan progesteron dalam
kombinasi dapat di anjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada
harike-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan
progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid.
(Astarto,2011). Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan
adalah dilatasi dan kerokan. (wiknjosastro, 2010). Ketika semua
terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga
berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, tempat tinggal, dan pekerjaan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Seperti disminore, tiroid, atau endometriosis.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pasien mengeluhkan nyeri ketika siklus menstruasi
berlangsung. Nyeri pada abdomen, punggung, simpisis, paha,dan nyeri
yang menjalar sampai pada pinggang bangian bawah.
d. Riwayat menstruasi dan reproduksi.
Hal ini dapat menggerakkan pola mestruasi, biasanya akanmemberikan
landasan untuk mengevaluasi gejalanya yang tiba-tiba. Guna mengkaji
jumlah perdarahan secara tepat, tanyakan pemakaian duk, berapa kali
diganti, dan tingkat kejenuhannya.Penggantian duk setiap 4 jam
mengidentifikasi banyaknya perdarahan.
Riwayat kesehatan menggambarkan:
1) Tanggal awal perdarahan.
2) Lama perdarahan.
3) Bagaimana hubungan dengan siklus mestruasi wanita.
4) Jumlah darah, gumpalan darah, dan b
5) Pola ketidaknyamanan, nyeri, serta kram. Nyeri dikajidengan
seberapa besar pengaruh nyeri terhadap polakehidupan atau
kegiatan dengan karakteristik nyeri.
6) Riwayat masalah perdarahan.
7) Riwayat kesehatan keluarga
8) Riwayat menikah
9) Riwayat penggunaan akal kontrasepsi
10) Riwayat perjalanan seksual
11) Riwayat obstetric
12) Gaya hidup pasien
13) Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik memberikan informasi tentang keadaan vagina,
perineu, uretra, serviks, dan rektum. Inspeksi terdapatnya laserasi
vagina, polip serviks, infeksi, luka, terdapanya perluasan uterus,
lembek, ada masa, ada nodul atas, seperti bengkak pada sektum
retrovagina dan ligament.

2. DIAGNOSA
PERENCANAAN

NAMA PASIEN : UMUR :

RUANGAN : NO.REG :

NO PERENCANAAN
DIAGNOSA
TANGGAL TUJUAN /KRITERIA RASIONAL
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
HASIL

1
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil, Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Anda mungkin juga menyukai