Asuhan Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah I pada Pasien Tn.W Dengan Kasus
Gastroeteritis di Ruang Safa RSHD Kota Bengkulu Tahun 2023
Pembimbing Akademik
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Seminar Kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah I pada Pasien Ny. / Tn. Dengan Kasus
Gastroeteritis di Ruang Safa RSHD Kota Bengkulu Tahun 2023”.
Penyusunan Makalah Laporan Seminar ini penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan
baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Seminar Kasus tepat pada waktunya. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
1. Ns. Hendri Heriyanto, S.Kep., M.Kep Selaku dosen pembimbing PKK mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada
kami.
2. Ns. Irhan, S.Kep selaku CI ruangan Safa sekaligus pembimbing lahan dalam penyusunan
laporan seminar ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan,
dan masukan sehingga laporan seminar ini bisa terselesaikan dengan baik.
3. Seluruh CI dan Senior Ruangan Safa serta Staf kepegawaian Di Rumah Sakit RSHD
Bengkulu.
4. Seluruh mahasiswa - mahasiswi Prodi D4 Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes yang sedang Praktek Klinik Keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah laporan seminar ini
masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunandan
metedologi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar
penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan seminar yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak serta dapat membawa prubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan
mahasiswa lain yang sedang praktik klinik keperawatan di RSHD Kota Bengkulu.
Penyusun
DAFTAR ISI
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteristis akut diartikan sebagai kondisi dimana seseorang mengeluarkan feses cair
lebih dari tiga kali dalam sehari (WHO, 2013). Gastroenteritis diakibatkan oleh gangguan
penyerapan makanan yang terjadi karena adanya infeksi atau peradangan pada dinding
lambung dan usus, ditandai dengan: mual; muntah; feses lembek dan cair; haus yang
berkelanjutan; meriang; pusing; nafsu makan menurun; dan sakit perut. Kondisi tersebut
mengakibatkan makanan tidak dapat diserap sempurna oleh jonjot usus dan organ pencernaan
tidak bekerja dengan baik, jadi zatzat air dan kandungan yang terlarut didalamnya keluar
bersama tinja. Karena terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan maka menyebabkan
kekurangan volume cairan di dalam tubuh (dehidrasi). (Kurniawan, 2016).
Selain itu, gastroenteristis diakibatkan oleh makanan tidak sehat atau makanan yang
diolah dengan cara yang kurang higienis, lalu terinfeksi oleh bakteri penyebab gastroenteristis
seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (purwaningdyah, 2015). Gangguan
osmotic dapat mengakibatkan gastroenteritis karena zat makanan tidak dapat diserap secara
sempurna oleh tubuh sehingga mengakibatkan tekanan pada usus meninggi, dan usus yang
berisi kebanyakan akan merangsang untuk mengeluarkan feses lalu terjadi gastroenteritis.
Perawat mempunyai andil yang penting saat memberikan asuhan keperawatan dengan
melaksanakan pengkajian aspek biopsiko-sosio-spiritual. Asuhan keperawatan dapat
mencegah gangguan serta komplikasi pada pasien dengan kasus gastroenteritis. Menurut
fenomena serta data ini memunculkan penulis tertarik guna memahami serta mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. / Tn. dengan kasus Gastroentritis di di Ruang Safa
RSHD Kota Bengkulu Tahun 2023
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
A. Rumusan Masalah
Bagaimana asuha keperawatan pada pasien dengan kasus Gastroenteritis di Ruang Safa
RSHD Kota Bengkulu 2023?
Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus Gastroenteritis.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan kasus Gastroenteritis.
b) Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus Gastroenteritis.
c) Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan kasus
Gastroenteritis.
d) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan kasus
Gastroenteritis.
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasus Gastroenteritis.
B. Manfaat Pembahasan
1. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kasus Gastroenteritis dengan tindakan keperawatan yang
komperehensif menjadi efektif.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pemberian materi tentang Gastroenteritis.
Dan menjadi referensi tingkatan selanjutnya dalam membuat laporan pendahuluan pada
jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan terkait
dengan Gastroenteritis. Dan dapat digunakan sebagai standar operasional prosedur dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Gastroenteritis.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai tindakan
pencegahan untuk mengurangi terjadinya Gastroenteritis pada klien. Sehingga perawat,
klien, dan keluarga bisa bekerja sama untuk mengurangi dampak yang akan terjadi.
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Menurut WHO, Gastroenteristis akut diartikan sebagai kondisi individu mengalami
mencret atau mengeluarkan tinja cair lebih dari tiga kali dalam sehari atau bahkan
lebih(WHO, 2013).
Gastroenteritis akut (GEA) merupakan suatu perubahan konsistensi tinja atau feses
yang terjadi secara tiba-tiba akibat kandungan air di dalamnya melebihi normal
(10/ml/KgBB/hari) dengan frekuensi defikasi yang meningkat lebih dari 3 kali dalam 24
jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto et al., 2018).
Sudoyo et al. (2017) juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan gastroenteritis
akut adalah diare dengan onset yang mendadak di mana frekuensinya lebih dari 3 kali
dalam sehari yang disertai dengan muntah dan biasanya berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Etiologi
Menurut Mutaqqin & Sari (2013), penyebab dari gastroenteritis sangat beragam
berikut ini akan membahas tentang penyebab dan patologi dari gastroenteritis.
a. Infeksi Virus
Infeksi virus berkisar 50-70% dari kejadian gastroenteritis. Rotavirus merupakan
penyebab utama gastroenteritis viral, biasnya muncul pada musim dingin. Cara
transmisi melalui rute fecal-oral, manusia ke manusia, air dan makanan yang
terkontaminasi. Masa inkubasi 12-48 jam dengan gejala awal mual, diare, muntah,
nyeri kepala, dan hipertermi. Agen virus lainnya yang juga menyebabkan
gastroenteritis viral, meliputi Caliciviruses, Rotavirus, Adenovirus, Parvovirus,
Astrovirus, Coronavirus, Pestivirus, dan Torovirus.
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
b. Infeksi bakteri
Infeksi bakteri berkisar 15-20% dari kejadian gastroenteritis. Infeksi bakteri ditandai
dengan adanya hematokezia atau adanya mukus di dalam tinja. Berbagai agen bakteri
yang masuk ke saluran gastrointestinal dapat memberikan respon peradangan. Pada
kondisi di Indonesia dengan hygiene dan sanitasi yang kurang memudahkan terjadinya
penularan. Persedian air bersih yang kurang dan tidak mencuci tangan sebelum makan
meningkatkan transmisi bakteri. Bakteri yang menyebabkan gastroenteritis, meliputi
Shigella, Salmonella, C. jejuni, Yersinia enterocolitica, E. coli, V. cholera,
Aeromonas, dan Clostridium perfringens.
c. Infeksi parasit
Infeksi parasit berkisar 10-15% dari kejadian gastroenteritis. Berbagai agen parasit
dapat menginvasi saluran gastrointestinal dan memberikan respon peradangan dengan
manifestasi diare, mual, dan muntah. Agen parasit tersebut meliputi Giardia,
Amebiasis, Cryptosporidium, dan Cyclospora.
d. Defisiensi Imunoglobulin A Fungsi dari Imunoglobulin A adalah mencegah
melekatnya mikroorganisme dan antigen pada epitel usus sehingga bakteri tidak dapat
berkembangbiak. Apabila terjadi defisiensi Ig A maka mikroorganisme dapat masuk
ke dalam usus dan berkembangbiak di dalamnya kemudian mengeluarkan toksin,
dimana akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya menimbulkan
diare (Suraatmaja, 2015).
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorsi. Kegagalan dalam
melakukan absorsi mengakibatkan tekanan osmotik meningkat, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus,
sehingga terjadilah gastroenteritis. Ketiga, faktor makanan. Hal ini bisa terjadi jika toksik
yang ada tidak bisa atau tidak mampu disrap dengan baik, sehingga terjadi peningkatan
perisaltik usus yang mengakibakan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan gastroenteritis.
Selanjutnya, respon patologis yang penting dari kejadian gastroenteritis dengan gejala
diare berat adalah dehidrasi. Lebih lanjut, dehidrasi berat yang tidak ditangani dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik. Syok dalam konteks ini maksudnya kondisi
yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi sebagai akibat dari disparittas atau
ketidakseimbangan antara volume darah dan ruang vaskuar. Disparitas yang terjadi pada
gastroenteritis disebabkan oleh volume darah yang kurang sebagai akibat dari
permiabilitas yang bertambah secara menyeluruh. Maka kemudian darah keluar melalui
pembbuluh- pembuluh dan masuk ke dalam jaringan yang pada akhirnya bisa
mengakibatkan pengantalan darah (Muttaqin, 2017).
5. WOC
6. Manifestasi Klinis
Infeksi yang terjadi pada usus menyebabkan gejala gastrointestinal serta gejala lain
apabila terjadi komplikasi ekstra-intestinal, termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointestinal bisa berupa gastroenteritis akut, kram perut, mual dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita gastroenteritis
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
akut cair mengeluarkan feses atau tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bisa bertambah apabila ada muntah dan
keilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini menyebabkan dehidrasi, asidosis
metaboli dan hipovolemia (Parera, 2019).
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2021), tanda dan gejala diare pada anak adalah
sebagai berikut:
a. Diare akut
1) Diare dehidrasi berat: letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum/malas
minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
2) Diare dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah, mata cekung, cubitan
kulit perut kembali lambat, selalu ingin minum/ada rasa haus.
3) Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata tidak cekung, tidak ada
rasa haus berlebih, turgor kulit normal.
b. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi
c. Diare disentri: ada darah dalam tinja
7. Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis menurut Suryadi (2016) adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan (ringan, sedang, dan berat)
b. Cardic dysrhythimias akibat hypokalemia dan hipokalsemia
c. Demam 4) Asidosis metabolik
d. Hipokalemia ( ditandai dengan kelemahan otot, bradikardi, perubahan elektro
kardiogram)
e. Hipokalsemia
f. Intoleransi laktosa
g. Kejang
h. Muntah
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis: fesenya yang keluar berjumlah 250mg dalam kurun waktu sehari.
2) Mikroskopis: natrium didalam feses normalnya 56-105 mEq/l.
b. Kandungan PH dengan kandungan gula didalam feses dengan kertas lakmus dan labed
klining test dapat dikatakan terjadi intoleransi gula
1) PH yang normal < 6.
2) Gula tinja, jika hasilnya normal tidak akan terdapat kadar gula didalam tinja.
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
c. Pemeriksaan ketidak seimbangan asam dan basa didalam darah, ltepatnya dilakukan
dengan menggunaakan pemeriksaan gas darah. Bila terjadi alkaliosis metabolic
ataupun asidosis respiratory maka kandungan CO2 banyak sekali daripada kandungan
O2, dan bila terjadi asidosis metabolic alkalosis respiratory akan memiliki kandungan
CO2 lebih sedikit dibandingkan dengan O2.
d. Pemeriksaan kandungan urine dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
1) Urin normalnya 20sampai 40 mg/dl. Jika menunjukkan adanya kadar urine
peningkatan, berarti terjadi dehidrasi.
2) Kreatinin normalnya 0,5 sampai 1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan kadar kreatinin
berarti terjadi penurunan pada fungsi dari organ ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan
elektroda serum, kreatinin. Haemoglobin, dan haematocrit.
f. Duodenum intubation. Berguna untuk mengetahui jumlah kuman yang ada pada
gastroenteritis. Penyebab yang biasa dijumpai bukanlah mikroba yang berjenis tunggal
shigela, crypto sporodium dan E. colienterogregatif dan lain-lain. Hasil dari
pemeriksaan duodenum intubation berupa positif tiga yang menunjukkan adanya tiga
kuman atau bakteri yang dapat menyebabkan gastroenteristi
9. Penatalaksanaan
Kemenkes (2011) menyatakan ada program lima langkah untuk menuntaskan
gastroenteritis akut pada anak-balita, antara lain:
yang sesuai umur dan bergiziakan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang
gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena
kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek samping dari penggunaan
antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnyagangguan fungsi ginjal, hati dan diare
yang disebabkan olehantibiotik.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, no RM, jenis kelamin, usia/tanggal lahir, status perkawinan,
agama, suku bangsa, Pendidikan, Bahasa yang digunakan, pekerjaan serta alamat
klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien gastroenteritis yaitu: mual, muntah,
dan nyeri perut serta diare.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan diare.
2) Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
3) Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
5) Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.
6) Diuresis terjadi oliguria.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu, seperti riwayat sebelumnya misalnya gastroenteritis
akut, riwayat penggunaan obat-obatan. Riwayat penyakit yang terjadi sebelum,
selama, atau setelah GE. Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi
lain yang menyebabkan GE.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji apakah keluarga ada yang pernah atau sedang menderita gastroenteritis
f. Pengkajian Kebutuhan Fisiologis
1) Oksigenisasi
Biasanya pada pasien GE tidak mengalami gangguan oksigenisasi.
2) Sirkulasi
Biasanya pada pasien GE tidak mengalami gangguan sirkulasi.
3) Nutrisi dan Cairan
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Biasanya pada pasien GE nafsu makan menurun dan perasaan haus. Pada pasien
yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi
ringan/sedang pasen merasa haus dan ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, sudah malas minum atau tidak mau minum.
4) Eliminasi
BAB
Pada pasien GE akan mengalami tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu.
BAK
Biasanya pada pasien yang sudah terjadi dehidrasi makan akan mengalami
oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam).
5) AKtivitas dan Istirahat
BIasanya pada pasien dengan GE mengalami nyeri di area abdomen yang akan
menmpengaruhi kualitas dan kuantitas tidur pasien.
6) Neurosensori
Biasanya pada pasien GE akan mengalami mual muntah.
7) Reproduksi dan Seksualitas
Biasanya pada pasien GE tidak mengalami gangguan reproduski dan seksualitas.
g. Pengkajian Kebutuhan Psikologis dan Relasional
1) Kebutuhan Rasa Nyaman
Biasanya pada pasien GE akan mengalami nyeri perut.
2) Integritas Ego
Biasanya pada pasien GE tidak mengalami gangguan integritas ego.
3) Pertumbuhan dan Perkembangan
Biasanya pada pasien anak yang mengalami GE akan menggangu proses
pertumbuhan dan perkembangannya.
4) Interaksi Sosial
Biasanya pada pasien GE tidak mengalami gangguan interasi social.
h. Pengkajian Perilaku
1) Personal Hygiene
Biasanya pada pasien GE tidak mengalami ganguan personal hygiene.
2) Keamanan dan Proteksi
Biasanya pada pasien GE akan mengalami lecet pada area anus dan karena sering
defekasi.
i. Pengkajian Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi ringan dan
sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat).
Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat
badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%. Dehidrasi
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.Dehidrasi berat bila terjadi
penurunan berat badan 10-15%.
2) Sistem Penglihatan
Biasanya pada pasien GE kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat.
3) Sistem Pencernaan
Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi.Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan
sampai sedang).Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat). Abdomen
kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus yang meningkat.
4) Sistem Integumen
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu
dengan cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua ujung jari
(buka kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat Untuk mengetahui
elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit
daerah perut atau tangan menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan fisiologis (proses infeksi).
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
d. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan.
e. Nyeri akut behubungan dengan agen pencedera fisiologis.
f. Risiko gangguan integritas kulit
3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Hipovolemia
Setelah dilakukan MANAJEMEN
berhubungan
intervensi keperawatan HIPOVOLEMIA
dengan kehilangan
selama 3 x 24 jam, maka
cairan aktif. Observasi
keseimbangan cairan
meningkat, dengan Periksa tanda dan gejala
kriteria hasil: hipovolemia (mis:
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Edukasi
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
Kolaborasi pemberian
cairan koloid (albumin,
plasmanate)
Kolaborasi pemberian
produk darah
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Defisit nutrisi
Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI
berhubungan
intervensi keperawatan
dengan Observasi
selama 3 x 24 jam, maka
ketidakmampuan
status nutrisi membaik, Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi
dengan kriteria hasil: Identifikasi alergi dan
nutrient
intoleransi makanan
1. Porsi makan
yang Identifikasi makanan yang
dihabiskan disukai
Terapeutik
Edukasi
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Risiko
Setelah dilakukan PEMANTAUAN
ketidakseimbangan
intervensi keperawatan ELEKTROLIT
elektrolit
selama 3 x 24 jam, maka
berhubungan Observasi
keseimbangan elektrolit
dengan
meningkat, dengan Monitor kemungkinan
ketidakseimbangan
kriteria hasil: penyebab
cairan.
ketidakseimbangan
1. Serum natrium
elektrolit
membaik
Monitor kadar elektrolit
2. Serum kalium
serum
membaik
Monitor mual, muntah,
3. Serum klorida
diare
membaik
Monitor kehilangan
cairan, jika perlu
Monitor tanda dan gejala
hipokalemia (mis:
kelemahan otot, interval
QT memanjang,
gelombang T datar atau
terbalik, depresi segmen
ST, gelombang U,
kelelahan, parestesia,
penurunan refleks,
anoreksia, konstipasi,
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Terapeutik
Edukasi
menurun nyeriIdentifikasi
5. Kesulitan tidur pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi Identifikasi pengaruh
membaik budaya terhadap respon
nyeri
Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Terapeutik
Edukasi
Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion,
serum)
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN
BENGKULU
A. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Tn. W
Jenis kelamin : Laki – laki
Usia/tanggal lahir : 45 tahun / 06 Mei 1978
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku bangsa : WNI
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Merawaran 13, Sawah Lebar
2. Genogram
Keterangan :
= Laki-Laki = Perempuan
2. KEBUTUHAN SIRKULASI
Apakah tingkat kesadaran pasien? Compos mentis Compos mentis
Apakah ada perasaaan berdebar-debar? Tidak ada Tidak ada
Paklajh ada perasaan ellah berat? Ya, ada Ya, ada
Apakah ada perasaan sesak?
Tidak ada Tidak ada
Apakah ada keluhan sesak saat istirahat
(orthopnoe)? Tidak ada Tidak ada
Apakah ada batuk berbusa Tidak ada Tidak ada
Apakah ada perasaan paresthesia? Tidak ada Tidak ada
Apakah nyeri pada ektremitas? Tidak ada Tidak ada
Apakah ada edema? Jelaskan Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
3. KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN
a. Makan 2x /hari 2x /hari
Frekuensi makan/hari Nasi Nasi
Jenis makanan (diit)
Nafsu makan Nafsu makan
Nafsu makan baik/tidak
menurun menurun
Alasan……..
Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi 1 porsi
Makan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak ada Tidak ada
Keluhan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tidak ada Tidak ada
b. Minum
10x/hari 8x/hari
Frekuensi minum/hari
Jenis minuman Air mineral Air mineral
Jumlah minum/hari 2500ml 2000ml
Kemampuan menelan Baik Baik
Masalah pemenuhan kebutuhan cairan Ya ada Tidak ada
3. KEBUTUHAN ELIMINASI
a. ELIMINASI B.A.K 8x/hari 8x/hari
Frekuensi BAK/hari Kuning Kuning
Warna urine
Bau khas Bau khas
Bau urine
1000ml 1000ml
Jumlah Urine
Apakah ada nyeri saat BAK Tidak ada Tidak ada
Apakah ada kesulitan memulai BAK Tidak ada Tidak ada
Apakah ada urine menetes Tidak ada Tidak ada
Keluhan/Gangguan BAK Tidak ada Tidak ada
Penggunaan alat bantu (kateter,dll) Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi B.A.B
20x/hari 10x/hari
Frekuensi BAB
Kuning Kuning
Warna Feces
Bau Feces Bau khas Bau khas
Konsistensi Feces Cair Cair
Keluhan/Gangguan BAB Mencret Mencret
Penggunaan Laxatif Tidak ada Tidak ada
Keluhan BAB Mencret Mencret
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5. KEBUTUHAN AKTIVITAS/MOBILISASI
Apakah ada perasaan lemah otot Tidak ada Tidak ada
Apakah ada keterbatasan pergerakan Tidak ada Tidak ada
Bagaimana pemenuhan personal hygiene Mandiri Mandiri
Kemampuan berjalan
Baik Baik
Kemandirian Pemenuhan makan
Baik Baik
Kemandirian pemenuhan eliminasi
Adakah sesak/pusing/lelah setelah beraktivitas Baik Baik
Keluhan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan Ada lelah Ada lelah
mobilisasi Tidak ada Tidak ada
2. Sistem penglihatan
a. Posisi mata : Simetris
b. Kelopak mata : Tidak ada edema, ptosis, dan lesi
c. Pergerakan bola mata : Simetris
d. Konjungtiva : Pucat
e. Kornea : Tidak ada tanda-tanda katarak
f. Sclera : Putih
g. Pupil : Isokor
h. Otot-otot mata : Normal
i. Fungsi penglihatan : Normal
j. Tanda-tanda radang : Tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : Tidak ada
l. Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
m. Reaksi terhadap cahaya : Pupil mengecil
3. Sistem pendengaran
a. Daun telinga : Simetris, tidak ada lesi
b. Kondisi telinga tengah : Tidak ada peradangan
c. Cairan dari telinga : Tidak ada
d. Perasaan penuh di telinga : Tidak ada
e. Tinnitus : Tidak ada
f. Fungsi pendengaran : Normal
g. Gangguan keseimbangan : Tidak ada
h. Pemakaian alat bantu : Tidak ada
4. Sistem pernapasan
a. Jalan napas : Tidak ada hambatan
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
b. Pernapasan : Dada
c. Penggunaan otot bantu pernapasan : Tidak ada
d. Retraksi dinding dada : Tidak ada
e. Frekuensi : 22x/menit
f. Irama : Teratur
g. Jenis pernapasan : Reguler
h. Kedalaman : Normal
i. Batuk : Ya, ada
j. Sputum : Tidak ada
k. Batuk darah : Tidak ada
l. Suara napas : Vesikuler
m. Mengi : Tidak ada
n. Wheezing : Tidak ada
5. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
- Frekuensi nadi :103X/m Irama: Reguler Kekuatan : Kuat
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Distensi vena jugularis : Kanan : Tidak ada
Kiri : Tidak ada
- Temperatur kulit : 36,8 C
0
6. Sistem hematologi
- Pucat : Ya, pucat
- Perdarahan : Tidak ada
8. Sistem pencernaan
a. Keadaan mulut
1) Gigi
: Ada karang gigi
2) Penggunaan gigi palsu : Tidak ada
3) Stomatitis
: Tidak ada
4) Lidah kotor
: Tidak ada
5) Silica : Tidak ada
b. Muntah : Ya ada rasa ingin muntah
c. Nyeri daerah perut : Ya ada
d. Bising usus : 28x/m
e. Konsistensi feces : Cair
f. Konstipasi : Tidak ada
g. Hepar
9. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Napas berbau keton : Bau khas
Luka gangrene :Tidak ada
:
- Tekstur : Kasar
- Kebersihan : Bersih
I. DATA PENUNJANG
Hematokrit 52
ANALISA DATA
2. DS: - Pasien mengatakan lemas tidak bertenaga Kehilangan Cairan Aktif Hipovolemia
- Pasien mengatakan sering merasa haus
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
(SLKI) (SIKI)
1. Diare b.d Inflamasi Gastrointestinal Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI:
selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien: SLKI: Manajemen Diare
Eliminasi Fekal Membaik
dipertahankan di level 3 Aktivitas Keperawatan:
ditingkatkan ke level 5 1. Identifikasi penyebab diare 1. Untuk mengetahui penyebab diare
Keterangan level: 2. Monitor warna, volume, frekuensi, dan 2. Untuk memantau warna, volume,
□ 1. Menurun/Meningkat/Memburuk konsistensi feses frekuensi dan konsistensi feses
□ 2. Cukup Menurun/ 3. Monitor tanda dan gejala hipovolemia 3. Untuk memantau apa saja tanda dan
Cukup Meningkat/Cukup Memburuk 4. Berikan cairan intravena, jika perlu gejala hipovolemia
□ 3. Sedang 5. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas 4. Membantu memenuhi kebutuhan cairan
□ 4. Cukup Meningkat/ dengan memberikan cairan secara
Cukup Menurun/Cukup Membaik intravena
□ 5. Meningkat/Menurun/Membaik 5. Mengkolaborasikan pemberian obat
antimotilitas
Dengan Kriteria hasil:
□ Konsistensi feses membaik
□ Frekuensi BAB membaik
□ Peristaltik usus membaik
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
(SLKI) (SIKI)
2. Hipovolemia b.d Kehilangan Cairan Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI:
Aktif selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien: SLKI: Manajemen Hipovolemia
Status Cairan Membaik
dipertahankan di level 3 Aktivitas Keperawatan:
ditingkatkan ke level 5 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia 1. Untuk mengetahui apa saja tanda dan
Keterangan level: 2. Monitor intake dan output cairan gejala hipovolemia
□ 1. Menurun/Meningkat/Memburuk 3. Hitung IWL dan balance cairan 2. Untuk memantau intake dan output
□ 2. Cukup Menurun/ 4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan cairan
Cukup Meningkat/Cukup Memburuk oral 3. Untuk menentukan kebutuhan cairan
□ 3. Sedang 5. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis sesuai kondisi pasien
□ 4. Cukup Meningkat/ 4. Menganjurkan pasien memperbanyak
Cukup Menurun/Cukup Membaik asupan cairan oral
□ 5. Meningkat/Menurun/Membaik 5. Membantu memenuhi kebutuhan cairan
dnegan memberikan cairan IV isotonis
Dengan Kriteria hasil: (RL)
□ Membran mukosa lembab meningkat
□ Frekuensi nadi membaik
□ Hematokrit membaik
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
(SLKI) (SIKI)
3. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI:
Fisiologis selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien: SLKI: Manajemen Nyeri
Tingkat Nyeri Menurun
dipertahankan di level 3 Aktivitas Keperawatan:
ditingkatkan ke level 5 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui dimana lokasi,
Keterangan level: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri karakteristik, durasi, kualitas, intensitas
□ 1. Menurun/Meningkat/Memburuk 2. Identifikasi skala nyeri nyeri
□ 2. Cukup Menurun/ 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri
Cukup Meningkat/Cukup Memburuk
□ 3. Sedang 4. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Untuk membantu pasien mengurangi
□ 4. Cukup Meningkat/ rasa nyeri secara mandiri
Cukup Menurun/Cukup Membaik
□ 5. Meningkat/Menurun/Membaik 4. Untuk mengurangi rasa nyeri akibat
gejala dispepsia syndrome
Dengan Kriteria hasil:
□ Keluhan nyeri menurun
□ Meringis menurun
□ Gelisah menurun
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
IMPLEMENTASI & EVALUASI
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08.30 Wib Pukul: 09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan lemas dan mencret ≤ 10 sehari 1. Identifikasi penyebab diare S : Pasien mengatakan lemas dan masih mencret 8x
2. HR : Diare di sebabkan oleh infeksi bakteri sehari
O : - BAB Cair ≤ 10x sehari 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsisten feses
- Bising usus : 28x/ menit ( Hiperperistaltik) 4. HR : Warna kuning,volume sekitar 2500cc, frekuensi ≤ 10x O : BAB Cair 8x sehari
sehari, kosistensi cair Bising usus : 20x/menit ( Hiperperistaltik)
A : Diare
5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
HR : Mukosa mulut kering, BB menurun 2kg
- Konsistensi Reses A : Diare
6. Berikan cairan intravena, jika perlu
- Frekuensi BAB cair
HR : Memberikan cairan intravena RL 20 Tpm - Konsistensi feses 3 (Sedang)
- Peristaltik usus 7. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas - Frekuensi BAB 3 (Sedang)
HR : Memberikan obat loperamid 2 tab setiap mencret - Peristaltik usus 3 (Sedang)
P : Manajemen Diare 8. Anjurkan pasien untuk minum banyak untuk mengganti cairan
yang hilang P : Intervensi Manajemen Diare dilanjutkan
HR : Pasien mengerti dan akan menerapkannya
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
IMPLEMENTASI & EVALUASI
KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. W Diagnosa Keperawatan:
RUANGAN : Safa HIPOVOLEMIA b.d KEHILANGAN CAIRAN AKTIF
HARI/TANGGAL : Selasa,27 Juni 2023
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Pukul: 09.00 Wib Pukul: 14.15 Wib
S : Pasien mengatakan lemas tidak bertenaga, dan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia S : Pasien mengatakan lemas tidak bertenaga dan
sering haus HR : Membran mukosa kering sering haus
2. Monitor intake dan Output cairan
O : Membran mukosa tampak kering HR : CM = Infus =500 ml x 3 = 1500ml O : Membran mukosa tampak kering ,dan pasien
TD : 110/80 mmhg Injeksi obat oral = 100ml tampak lemas
N : 103x /menit Minum = 8gelas x 250ml = 2.00ml
P : 22X/menit Makan = 500ml + A : Hipovolemia
S : 36,8 C CM Total = 4100ml -Membran mukosa 3 (sedang)
Hemotokrik : 57 -Frekuensi nadi 4 (cukup menurun )
CK = Urine = 100ml -Hematokrit
A : Hipovolemia Feses = 2150ml +
-Membran mukosa CK Total = 3150+IWL (810) P : Intervensi Hipovolemia dilanjutkan
-Frekuensi nadi = 3960ml
-Hematokrit 3. Hitung IWL dan Balance cairan
HR : IWL = (15 x 54) =33,75cc/jam
P : Manajaman Hipovolemia 24 jam
Balance cairan = CM – CK
= 4100 – 3960
= + 140 ml
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
HR : Pasien paham untuk banyak minum dan makan
5. Kolaborasi pemberian cairan W isotonis
HR : Pasien terpasang infus RL 20 TPM
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
IMPLEMENTASI & EVALUASI
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Pukul: 09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan nyeri pada 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,skala nyeri S : Pasien mengatakan masih nyeri
P : Dispepsia syndrome HR : P : Dispepsia syndrome P : Dispepsia syndrome
Q : Seperti tertusuk tusuk Q : Seperti tertusuk tusuk Q : Seperti tertusuk tusuk
R : Ulu hati R : Ulu hati R : Ulu hati
S : 6 ( sedang) S : 6 ( sedang) S : 6 ( sedang)
T : Hilang timbul ≤ 2 jam T : Hilang timbul ≤ 2 jam T : Hilang timbul ≤ 2 jam
O : -Tampak meringis 2. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat) O : -Pasien sudah tampak lebih rileks setelah
-Tampak gelisah HR : Pasien dan keluarga paham dan mengurangi nyeri dengan melakukan minum obat
-TD : 110/80 mmhg teknik kompres hangat -TD : 110/80 mmhg
- N : 103 x/menit - N : 103 x/menit
- P :22x/menit 3. Anjurkan menggunakan atau meminum obat tepat waktu,sucralfate 3x1, 1 jam - P :22x/menit
- S : 36,8 C sebelum makan atau 2 jam sesudah makan - S : 36,8 C
HR : Pasien dan keluarga paham aturan untuk meminum obat tepat waktu
A : Nyeri akut A : Nyeri akut
-Keluhan nyeri 4. Kolaborasi pemberian injeksi obat injeksi Antrain,injeksi Gitas - Keluhan nyeri 3 (Sedang)
-Meringis - Meringis 4 (Cukup menurun )
-Gelisah - Gelisah 4 (Cukup menurun)
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Pukul:09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan lemas dan masih mencret 8x 1. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsisten feses S : Pasien mengatakan sudah lebih baikan dan mencret
sehari HR : Warna kuning,volume sekitar 2500cc, frekuensi 8x sudah ada serat seratnya
sehari, kosistensi cair tapi sudah ada serat sertanya
O : - BAB Cair 8x sehari 2. Monitor tanda dan gejala hipovolemia O : BAB 6x sehari (masih cair)
- Bising usus : 15x/ menit HR : Mukosa mulut kering, BB menurun 2kg Bising usus :8x/menit
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
A : Diare
HR : Memberikan cairan intravena RL 20 Tpm A : Diare
4. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
- Konsistensi Reses - Konsistensi feses 4 (cukup membaik)
HR : Memberikan obat loperamid 2 tab setiap mencret
- Frekuensi BAB cair - Frekuensi BAB 4 (cukup membaik))
- Peristaltik usus - Peristaltik usus 4 (cukup membaik)
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Pukul:09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan lemas tidak bertenaga, dan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia S : Pasien mengatakan sudah sedikit bertenaga
masih haus HR : Membran mukosa tampak masih kering tapi masih merasa haus
2. Monitor intake dan Output cairan
O : Membran mukosa tampak kering HR : CM = Infus =500 ml x 3 = 1500ml O : Membran mukosa tampak kering
TD : 124/86 mmhg Injeksi obat oral = 80ml TD : 118/87 mmhg
N : 98x /menit Minum = 8gelas x 250ml = 2000ml N : 89x/menit
P : 22X/menit Makan = 500ml + P : 22X/menit
S : 36,4 C CM Total = 4,080ml S : 36,4 C
Hemotokrik : 57 CK = Urine = 1200ml Hemotokrik : 53
Feses =1250ml
A : Hipovolemia LWL= 810ml +
-Membran mukosa CK Total = 3760ml A : Hipovolemia
-Frekuensi nadi -Membran mukosa 4(cukup membaik)
-Hematokrit 3. Hitung Balance cairan -Frekuensi nadi 5 (membaik)
HR : Balance cairan = CM – CK -Hematokrit 4 (cukup membaik)
P : Manajaman Hipovolemia = 4080 – 3760
P : Intervensi Hipovolemia dilanjutkan
= + 320ml
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Pukul:09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan nyeri pada 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,skala nyeri S : Pasien mengatakan masih nyeri
P : Dispepsia syndrome HR : P : Dispepsia syndrome P : Dispepsia syndrome
Q : Seperti tertusuk tusuk Q : Seperti tertusuk tusuk Q : Seperti tertusuk tusuk
R : Ulu hati R : Ulu hati R : Ulu hati
S : 5 ( sedang) S : 5 ( sedang) S : 4 ( sedang)
T : Hilang timbul ≤ 2 jam T : Hilang timbul ≤ 2 jam T : Hilang timbul ≤ 2 jam
O : -Tampak meringis 2. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat) O : -Pasien sudah tampak lebih rileks setelah
-Tampak gelisah HR : Pasien dan keluarga paham dan mengurangi nyeri dengan melakukan minum obat
-TD : 116 /82mmhg teknik kompres hangat -TD : 124 /86 mmhg
- N : 92 x/menit - N : 86 x/menit
- P :22x/menit 3. Anjurkan menggunakan atau meminum obat tepat waktu,sucralfate 3x1, 1 jam - P :22x/menit
- S : 36,8 C sebelum makan atau 2 jam sesudah makan - S : 36,2 C
HR : Pasien dan keluarga paham aturan untuk meminum obat tepat waktu
A : Nyeri akut A : Nyeri akut
-Keluhan nyeri 4. Kolaborasi pemberian injeksi obat injeksi Antrain,injeksi Gitas - Keluhan nyeri 4 (cukup menurun)
-Meringis - Meringis 4 (Cukup menurun )
-Gelisah - Gelisah 4 (Cukup menurun)
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Pukul:09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan sudah lebih baik dan tidak lagi 1. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsisten feses S : Pasien mengatakan sudah lebih bertenaga dan tidak
mencret HR : Warna : kuning, mencret
Volume: sekitar 2500cc,
O : - BAB sudah agak keras /lembek 4x/hari frekuensi : 8x sehari, O : BABlembek 3x sehari
Bising usus : 10x/ menit kosistensi : cair tapi sudah ada serat sertanya Bising usus :8x/menit
2. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
A : Diare
HR : Mukosa mulut kering, BB naik 1kg A : Diare
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
- Konsistensi Reses - Konsistensi feses 5 (membaik)
HR : Memberikan cairan intravena RL 20 Tpm
- Frekuensi BAB cair - Frekuensi BAB 5 (membaik))
- Peristaltik usus - Peristaltik usus 5 (membaik)
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Puku:09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan sudah lebih baik dan bertenaga 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia S : Pasien mengatakan sudah lebih baikan dan
HR : Membran mukosa tampak masih kering bertenaga
O : Membran mukosa tampak kering 2. Monitor intake dan Output cairan
TD : 116/80 mmhg HR : CM = Infus =500 ml x 3 = 1500ml O : Membran mukosa tampak kering
N : 86x /menit Injeksi obat oral = 80ml TD : 110/80 mmhg
P : 22X/menit Minum = 8gelas x 250ml = 2000ml N : 84x/menit
S : 36,4 C Makan = 500ml + P : 22X/menit
Hemotokrik : 52 CM Total = 4,080ml S : 36,5 C
CK = Urine = 1800ml Hemotokrik : 50
A : Hipovolemia Feses =1000ml
-Membran mukosa LWL= 810ml +
-Frekuensi nadi CK Total = 3610ml A : Hipovolemia
-Hematokrit -Membran mukosa 4( membaik)
3. Hitung Balance cairan -Frekuensi nadi 5 (membaik)
P : Manajaman Hipovolemia HR : Balance cairan = CM – CK -Hematokrit 5 (membaik)
= 4080 – 3610
P : Intervensi Hipovolemia dilanjutkan
= + 470ml
Formulir Dokumentasi Proses Keperawatan Medikal Bedah
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: 08. 30 Wib Pukul:09.00 Wib Pukul:14.15 Wib
S : Pasien mengatakan nyeri 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,skala nyeri S : Pasien mengatakan masih nyeri tapi sudah
P : Dispepsia syndrome HR : P : Dispepsia syndrome berkurang
Q : Seperti tertusuk tusuk Q : Seperti tertusuk tusuk P : Dispepsia syndrome
R : Ulu hati R : Ulu hati Q : Seperti tertusuk tusuk
S : 3 (ringan) S : 3 (ringan) R : Ulu hati
T : Hilang timbul < 2 jam T : Hilang timbul ≤ 2 jam S : 2 (ringan)
T : Hilang timbul < 2 jam
O : -pasien tampak masih lemas 2. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat)
HR : Pasien dan keluarga paham dan mengurangi nyeri dengan melakukan O : -Pasien sudah tampak masih lemas
-TD : 124 /86 mmhg teknik kompres hangat -TD : 110/85mmhg
- N : 86 x/menit - N : 84 x/menit
- P :22x/menit 3. Anjurkan menggunakan atau meminum obat tepat waktu,sucralfate 3x1, 1 jam - P :22x/menit
- S : 36,2 C sebelum makan atau 2 jam sesudah makan - S : 36,4 C
HR : Pasien dan keluarga paham aturan untuk meminum obat tepat waktu
A : Nyeri akut A : Nyeri akut
-Keluhan nyeri 4. Kolaborasi pemberian injeksi obat injeksi Antrain,injeksi Gitas - Keluhan nyeri 4 (cukup menurun)
-Meringis - Meringis 5 (menurun )
-Gelisah - Gelisah 5 (menurun)
Nama:
NIM :
( ) ( )
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati. L, dkk. (2016). Care YourselfStroke (Indrani, ed.). Jakarta: Penebar Plus.
Santoso,L. E. (2018). Peningkatan Imunitas Pasien Diare Akut (Studi di Ruang Flamboyan
RSUD Jombang). STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diare Yang Di Rawat Di Rumah
Sakit. Samarinda : Poltekkes Kemenkes Samarinda
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Edisi I,Cetakan III. Jakarta:DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta :DPP PPNI
Wilson & Price. (2016). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit:Egc: 1995.1119-
22. Dalam jurnal (Shafi'l, Sukiandra & Mukhyarjon, 2016). (4th ed.). Jakarta.