Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN


KOLABORASI PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI PADA
“SP” UMUR 33 TAHUN DENGAN G2P1A0 UK 40 MINGGU 1 HARI
PRESKEP U PUKA T/H INTRAUTERINE DENGAN HEPATITIS B +
INPARTU KALA II
DI RSU KERTHA USADA
TANGGAL 3 MARET 2023

OLEH
KADEK YULI ASTINI
P07124321072

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN


KOLABORASI PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI
PADA “SP” UMUR 33 TAHUN DENGAN G2P1A0 UK 40
MINGGU 1 HARI PRESKEP U PUKA T/H INTRAUTERINE
DENGAN HEPATITIS B+ INPARTU KALA II

DI RSU KERTHA USADA


TANGGAL 09 MARET 2022

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Gusti Ayu Marhaeni, SKM.,M.Biomed Nyoman Sri Utami, S.Keb


NIP. 196512311986032008

MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ni Wayan Armini SST M Keb


NIP. 198101302002122001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktik ini tepat waktu.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan,
semangat, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyusun laporan ini,
pihak-pihak tersebut yaitu :
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed sebagai Sekretaris Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb sebagai Ketua Program Studi Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
4. Ibu Gusti Ayu Marhaeni, SKM.,M.Biomed selaku pembimbing institusi dalam
Praktik Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi
5. Ibu Ni Nyoman Sri Utami, S.Keb, sebagai pembimbing lapangan dalam
penyusunan laporan akhir PK Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi
6. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya dapat
dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan demikian
laporan ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahakan
rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan
menyelesaikan laporan ini.

Badung, 17 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia
hamil, dengan sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun
sekitar 15% mengalami komplikasi berat dengan sepertiganya merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa ibu. (Sarwono, 2009).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu atau kematian maternal adalah
kematian seorang ibu waktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan, tidak tergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator umum
yang digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal
Mortality Ratio ) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini mencerminkan resiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu
ia hamil. Kematian ibu di bagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan,
atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi
tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah
ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap
kehamilan, misalnya Hepatitis B, malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit
kardiovaskuler. (Prawirohardjo, 2010).
Hepatitis adalah peradangan karena berbagai sebab, Hepatitis dan publisitas
kurang memadai gejala yang menyertai orang yang terkena Hepatitis yaitu mual-
mual, muntah, diare, anorexia, sakit kepala dan penyakit kuning.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, setiap
tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil Hepatitis B (HbsAg) reaktif. maka setiap tahun
diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang berpotensi mengalami Hepatitis kronis
(sirosis atau kanker hati) pada 30 tahun ke depan. Penduduk Indonesia yang
mengidap Hepatitis B sebanyak 7,1 % menurut Rikesdas tahun 2017. Strategi
pencegahan yang dilakukan yakni, ibu hamil diperiksa skrining Hepatitis B, dan
bagi ibu hamil yang terinfeksi Hepatitis B dianjurkan berobat dan konsultasi ke
tenaga kesehatan. Selanjutnya, bayi dari ibu hamil yang HbsAg reaktif, mendapat
tambahan vaksin Hepatitis B immune Globuline (HBIG) kurang dari 12 jam
setelah kelahiran, dan menyarankan ibu hamil dengan Hepatitis B (HbsAg
reaktif), untuk melahirkan di fasilitas layanan kesehatan.
Salah satu cara penularan hepatitis B, yakni dari ibu ke anak. Ibu hamil yang
positif hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayinya yang berada dalam
kandungan. Ketika ibu hamil yang positif hepatitis B tapi tidak terdeteksi, maka
bayi yang akan lahir beresiko tinggi terkena penyakit menular tersebut. Virus
hepatitis B yang menyerang hati menyebabkan kerusakan hati kronis bila tidak
segera ditangani, sirosis hati bisa berujung kanker hati, untuk menghindari itu, ibu
hamil dianjurkan untuk melakukan cek darah. Jika diemukan virus hepaitis B pada
ibu, ada penanganan yang diakukan untuk ibu hamil dan bayinya.
Rumah Sakit Umum Kertha Usada merupakan salah satu Rumah Sakit di
wilayah Kabupaten Buleleng yang memberikan pelayanan intranatalcare. Melalui
praktek klinik prodi profesi kebidanan, mahasiswa diharapkan dapat memberikan
asuhan persalinan sesuai dengan standar mutu yang berlaku dan kode etik profesi
sesuai kewenangan bidan serta melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan.

B. Tujuan Praktik 
1. Tujuan Umum
Praktik Kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi bertujuan
untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa supaya mampu memberikan
asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi maternal
neonatal pada sasaran masa kehamilan sampai bayi baru lahir serta perencanaan
asuhan sesuai dengan standar asuhan kebidanan secara mandiri, profesional, dan
berkualitas dengan selalu memperhatikan aspek budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
Pada akhir Kepaniteraan Klinik, lulusan profesi bidan diharapkan mampu:
a) Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat dan fokus pada
kondisi kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi maternal neonatal;
b) Menetapkan diagnosa kebidanan serta masalah Kebidanan dengan
menerapkan cara berpikir kritis pada kolaborasi pada kasus patologi dan
komplikasi maternal neonatal
c) Menyusun diagnosa potensial dan antisipasi tindakan segera pada kondisi
kolaborasi kasus patologi dan komplikasi.
d) Menyusun perencanaan asuhan kebidanan pada kondisi kolaborasi kasus
patologi dan komplikasi
e) Melaksanakan asuhan kebidanan pada kondisi kolaborasi kasus patologi dan
komplikasi
f) Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan kebidanan pada kondisi
kolaborasi kasus patologi dan komplikasi 
g) Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan holistik pada pada kondisi
kolaborasi kasus patologi dan komplikasi

C. Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus 


Waktu pengambilan kasus pada tanggal 09 Maret 2023 pukul 16.05
WITA di  Rumah Sakit Umum Kertha Usada.

D.   Manfaat Penulisan Laporan 


1) Bagi Mahasiswa 
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan
komplikasu secara langsung pada ibu hamil sehingga dapat digunakan sebagai
berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
2) Bagi Institusi Pendidikan 
       Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
fisiologi holistik kehamilan. 
3) Bagi Lahan Praktik 
      Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan


Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu
maupun janin (Prawirohardjo, 2011). Tahapan persalinan dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi
menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase Laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase Aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 sub fase, yaitu:
1) Periode Akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode Dilatasi Maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode Deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
mencapai 10 cm atau lengkap.
2. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung
selama 2 jam dan pada multipara selama 1 jam.
Tanda dan gejala yang terjadi pada kala II adalah:
a. His semakin kuat, dengan interval waktu 2 sampai 3 menit.
b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
c. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina.
d. Perineum terlihat menonjol.
e. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan:
a. Pembukaan serviks telah lengkap.
b. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3. Kala III
Kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.Pada kala tiga, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya
bayi.Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan yang semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tetap, maka plasenta akan terlipat, menebal, kemudian lepas danri
dinding uterus. Bila terjadi pemisahan plasenta tipe sentral, atau tipe biasa,
hematoma retroplasenta dipercaya mendorong plasenta menuju rongga uterus,
pertama bagian tengah dan kemudian sisanya.Dengan demikian, plasenta
mengalami inverse dan dibebani oleh hematoma tersebut, kemudian turun. Pada
proses ini yang dikenal sebagai ekspulsi plasenta secara mekanisme Schultze,
darah dari tempat plasenta tercurah ke dalam kantong inversi tersebut dan tidak
mengalir keluar sampai setela ekstrusi plasenta. Cara ekstrusi plasenta yang lain
dikenal sebagai mekanisme Duncan, yakni pemisahan plasenta pertama kali
terjadi di perifer, dengan akibat darah mengumpul di antara membran dinding
uterus dan keluar dari plasenta. Pada situasi ini, plasenta turun ke vagina secara
menyamping dan permukaan ibu adalah yang pertama kali terlihat di vulva
(Prawirohardjo, 2011). Perlepasan plasenta ditandai dengan 3 tanda, yaitu:
perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, dan semburan darah
mendadak dan singkat.
Pada kala tiga persalinan dilakukan manajemen aktif kala tiga yang
bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah.
Manajemen aktif kala tiga, meliputi:
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

Sebelum melakukan suntikan oksitosin, pastikan terlebih dahulu apakah


ada janin kedua dengan melakukan palpasi.Karena oksitosin dapat menyebabkan
uterus berkontraksi dan menurunkan pasokan oksigen pada bayi.Kemudian,
berikan suntikan oksitosin sebanyak 10 IU melalui IM pada 1/3 aspektus lateralis.
Jika tidak ada oksitosin, langkah ini bisa dilakukan dengan meminta ibu atau
pendamping untuk melakukan stimulasi puting susu atau menganjurkan ibu untuk
menyusu segera. Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir. Apabila plasenta belum juga lahir, berikan suntikan kedua
dengan dosis yang sama 15 menit berikutnya. Namun, apabila masih belum lahir
ulangi langkah sebelumnya dengan pemberian suntikan oksitosin dengan dosis
yang sama 30 menit berikutnya. Apabila setealah itu plasenta belum juga lahir dan
disertai perdarahan, lakukan bimanual plasenta dan segera rujuk.Dan apabila
tanpa disertai perdarahan, segera rujuk.

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Penegangan tali pusat terkendali ini dilakukan dengan langkah awal yaitu
memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.Saat mulai
kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah serta lakukan tekanan dorso-kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.Ketika plasenta sudah
terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dengan mengangkat tali
pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan
dalam wadah.

c. Masase fundus uteri


Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan
melakukan gerakan sirkular pada fundus secara lembut selama 15 detik untuk
merangsang uterus untuk berkontraksi sehingga tidak terjadi perdarahan.Periksa
kembali uterus setelah 1 hingga 2 menit untuk memastikan uterus
berkontraksi.Jika belum, lakukan masase kembali. Periksa kontraksi uterus setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
satu jam kedua pasca persalinan.
4. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan akhir 2 jam
kemudian. Periode ini meruapakan saat paling kritis untuk mencegah kematian
ibu, terutama kematian yang disebabkan perdarahan. Selama kala IV, bidan harus
memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertma dan 30 menit pda jam kedua
setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih
sering (Rukiah,2009). Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc

2. Kehamilan dengan Hepatitis

Infeksi virus Hepatitis B (VHB) merupakan infeksi yang unik. Tidak


banyak jenis virus yang menyebabkan infeksi pada seseorang dengan memberikan
dampak sosial ekonomi yang besar, karena penyakit ini menyebabkan infeksi pada
populasi dalam skala dunia, dan variasi penampilan kliniknya yang sedemikian
beraneka ragam (bisa dalam bentuk hepatitis akut, hepatitis kronis dan aktif,
hepatitis kronis aktif, sirosis hati atau kanker hati). Namun, kita dapat bersyukur
karena para ilmuan kini telah dapat mengungkap karakteristik virus ini secara
lebih terperinci sehingga pola tingkah lakunya sudah dapat diketahui dengan baik.
a. Pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati”Hepa” berarti hati
dan “itis” berarti radang.
Hepatitis dapat diartikan peradangan hati (liver), peradangan hati bisa disebabkan
oleh virus, bakteri, dan parasit. (Faisal yatim, 2007). Sedangkan Hepatitis B
adalah virus yang ditularkan melalui darah yang menyebabkan inflamasi hepar.
Ibu bisa mendapat hepatitis dari paparan darah terinfeksi seperti pada gangguan
obat IV atau transfusi darah. (vicky Chapman, 2006).
Hepatitis B bisa kronis pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan
tubuh. Seperti infeksi HIV, diperkirakan dalam setahun, jutaan manusia
meninggal karena terinfeksi virus Hepatitis B dan penderita baru terinfeksi virus
Hepatitis B tetap terjadi 4 minggu juta orang setiap tahunnya. (Faisal yatim,
2007).

b. Tanda dan gejala Hepatitis B :

Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena karena hanya


menimbulkan demam ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami gejala
tersebut. (Achmad Feryanto, 2012).
Tanda gejala yang mungkin muncul pada penderita hepatitis B adalah
sebagai berikut Kuning pada kulit dan sklera mata, mual, muntah, demam, nyeri
perut, lemas, kembung, perut bengkak, warna air kencing (biasanya seperti air
teh). Diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah spesifik
(HbsAg, Anti HbsAg) dan fungsi hati
Tanda gejala Hepatitis B dalam 4 tahap yaitu :
1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 60-
90 hari.
2. Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus, mudah lelah, sakit kepala, mual muntah, atritis (flu), nyeri abdomen
biasanya ringan dan menetap.
3. Fase icterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi. Setelah timbul
ikterus jarang terjadi pernurukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya kluhan hepatitis, tetapi abnormalitas fungsi
hati tetap ada. Muncu perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan.
Sekitar 5-10 % kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya
<1% yang menjadi akut.(Green, 2016).
Kehamilan sendiri tidak memperberat infeksi virus hepatits, akan tetapi
jika terjadi infeksi pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis akut
yang dapat menimbulkan resiko tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat
menimbulkan perdarahan karena, akibat dari sirosis hati menyebabkan penurunan
fungsi hati yang menyebabkan peningkatan vaskularisasi ke hati dan
menyebabkan varises di daerah gester maupun esofagus, yang dapat peca dan
menimbulkan perdarahan. Pada bayi dapat menimbulkan masalah yang serius
umunya tidak terjadi pada neonatus, tetapi pada masa dewasa. Jika terjadi
penularan sekitar 60-90 % akan tejadi mengidap kronik VHB (Hepatitis B) dan
30% kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun
kemudian. (Prawirohardjo, 2014).
penderita Hepatitis B tidak semua penderita mengalami gejala hepatitis
anatara 30-40 % orang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejala apapun,
biasanya gejalanya akan timbul bila kekebalan tubuh tidak mampu mengendalikan
infeksi HBV (Human Hepatitis B Virus) dan akan muncul 4-6 minggu bahkan
sampai beberapa bulan setelah terinfeksi (Menurut Green, 2016).
Dalam acara ”Peranan Uji Diagnostik Dalam Memerangi Hepatitis” yang
diaksanakan di Plaza kuningan Jakarta hari jum’at 27 juli 2018, ketua PB
perhimpunan peneliti hati indonesia bapak Irsan Hakim menjelaskan “di dalam
kandungan jika ibu terkena hepatitis B, maka bayi tidak diintervensi, bayi baru
diintervensi setelah lahir.” Irsan Hakim merupakan dr. Spesialis penyakit dalam
Gastroenterologi RS Cipta Mangun Kusumo Jakarta menambahkan, ada
intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang positif hepatitis B. “ Walau ibu
sudah divaksin dan dikasih immunoglobin (Antibodi), bayi bisa terkena hepatitis
B juga, intervensi pada ibu yaitu ibunya minum obat selama tiga bulan jelang
melahirkan.” Intervensi yang dilakukan pada ibu hamil tersebut merupakan
kebijakan baru dari perhimpunan peneliti hati indonesia untuk menangani kasus
hepatitis pada ibu hamil, tapi belum jadi kebijakan pemerintah. “Kita
mengharapkan kalau vaksin dan immunoglobin sudah bagus, maka kedepannya
pemeberian obat pada ibu hamil selama tiga bulan jelang melahirkan yang harus
dikerjakan.” Menurut Irsan Hakim.
Asuhan pada bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang mengalami hepatitis
B untuk menghindari tertularnya dari ibu ke bayi penanganan yang dilakukan
yaitu dengan diberikan vaksin HBIG pada bayi baru lahir dan vaksin harus segera
diberikan tidak boleh lebih dari 12 jam, karena dikhawatirkan virus akan mudah
berkembang ketika tidak segera diberi vaksin.
Penanganan khusus dari puskesmas warureja untuk ibu yang terkena firus
hepatitis B yaitu melakukan pemeriksaan laboratorium di Dinas Kesehatan untuk
mendapat vaksin HBIG.
c. Penularan virus Hepatitis B

Virus dapat hidup dalam tubuh manusia dan chimpanze. Tetapi binatang sebagai
sumber virus alami, belum diketahui, hanya saja virus Heapada yang mendekati
susunan virus Heaptitis B, ditemukan pada beberapa jenis bebek. Tetapi pada
percobaan, virus Hepadma tidak menimbulkan sakit pada manusia.
Semua jaringan tubuh penderita Hepatitis B berpotensi menularkan virus ke orang
lain, seperti :
a. Darah
b. Bagian-bagian darah
c. Air ludah (saliva)
d. Cairan ronga paru (pleura)
e. Cairan ronga perut (eritoneum)
f. Cairan otak dan sumsum tulang belakang
g. Cairan sendi (synovia)
h. Cairan ketuban (Amnion)
i. Cairan mani (semen)
j. Cairan kelamin perempuan (vagina) Penularan virus bisa melalui :
a) Jaringan bawah kulit
b) Pembuluh darah (intravena)
c) Melalui otot (intramuscular)
d) Jaringan tubuh yang diawetkan (fioksasi)
e) Jalur tangan-tinja-mulut (oral-fecal route)
Menurut buku kepustakaan, beruntunglah bahwa infeksi virus Hepatitis B
kronis yang diderita ibu hamil tidak menimbulkan gangguan baik terhadap
ibunya sendiri maupun janin yang dikandungnya, karena belum pernah dilaporkan
bahwa ibu dengan infeksi Hepatitis B kronis menyebabkan bayinya mengalami
kecacatan. Virus Hepatitis B yang menyerang ibu hamil menjadi masalah karena
resiko penularan ke bayi cukup tinggi.
Sebagaimana sudah disebutkan di depan , penularan hepatitis dapat terjadi
secara vertikal (Perinatal) maupun horizontal. Di negara dengan tingkat endemitas
infeksi VHB tinggi (termasuk indonesia), penularan vertikal menjadi faktor utama
penularan VHB. Mencegah penularan infeksi Perintal Mengingatkan begitu besar
resiko penularan (VHB) dari ibu ke bayi, sangatlah penting untuk melakukan
upaya pencegahan. Langkah yang ditempuh adalah melalui pemeriksaan serologi
HbsAg secara rutin terhadap ibu hamil. Dengan diketahuinya status HbsAg ibu
(positif atau negatif) maka upaya yang dilakukan untuk memberikan produksi
terhadap bayi yang dilahirkannya menjadi lebih terarah. Sebagai contoh, setelah
diketahui sang ibu ternyata mengandung HbsAg positif, dengan segera tindakan
pencegahan melalui pemberian vaksinasi dan imunoglobin kepada bayi dapat
dilakukan tanda ditunda-tunda. Berikut, The Advisory Communization Practice
(ACIP) membuat rekomendasi dalam rangka mencegah infeksi perinatal dan
manajemen ibu hamil.
Pencegahan virus Hepatitis B :
a) Kewaspadaan Universal
Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan dari penderita.
Vaksinasi HB bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting, terutama yang sering
terpapar dengan darah/
b) Skrining HbsAg pada ibu hamil
Skrining HbsAg pada ibu hamil, terutama pada daerah dimana terdapat
prevelansi/ populasi yang tinggi.
c) Imunisasi
Imunisasi Indonesia termasuk salah satu negara endemis hepatitis B. Pada
daerah endemis, penularan hepatitis B umumnya terjadi secara vertikal, yaitu dari
ibu ke anak. Diperkirakan sekitar 95% penularan terjadi pada masa perinatal dan
5% melalui intra uterin. Karena penularan terjadi di awal kehidupan, maka risiko
hepatitis B menjadi kronik juga tinggi. Oleh karena itu, intervensi yang paling
efektif adalah mencegah transmisi dari ibu ke bayi. Rekomendasi WHO
menyatakan bahwa untuk mengurangi transmisi perinatal maupun transmisi
horizontal adalah dengan memberikan imunisasi hepatitis B sedini mungkin
kurang dari 24 jam setelah lahir. Pada ibu hamil dengan HBsAg positif dan
jumlah virus tinggi, diberikan antivirus pada ibu (lihat pada bab Terapi Pada
Populasi Khusus-Wanita Hamil). Imunisasi adalah salah satu bentuk upaya
pencegahan transmisi hepatitis B. Saat ini, terdapat dua bentuk imunisasi yang
tersedia, yakni imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif dicapai dengan memberikan vaksin hepatitis B. Vaksin Hepatitis B
mengandung HBsAg yang dimurnikan. Vaksin hepatitis B berisi HBsAg yang
diambil dari serum penderita hepatitis B yang dimurnikan atau dari hasil
rekombinasi DNA sel ragi. Setiap mL vaksin umumnya mengandung 10-40 µg
protein HBsAg. Vaksin tersebut akan menginduksi sel T yang spesifik terhadap
HBsAg dan sel B yang dependen terhadap sel T untuk menghasilkan antibodi anti
HBs secepatnya 2 minggu setelah vaksin dosis pertama. Pemberian imunisasi
hepatitis B dimulai saat bayi baru lahir, didahului dengan pemberian suntikan
vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Pemberian vaksinasi saat lahir
dibutuhkan sebagai imunoprofilaksis efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B
secara perinatal. Oleh karena itu, semua bayi baru lahir dengan berat lahir
minimal 2000 gram harus menerima vaksin hepatitis B monovalen sesegera
mungkin dalam 12 jam. (KMKRI Nomor hk.01.07/menkes/322/2019)
d. Bahaya Hepatitis

Sebagian yang terinfeksi akan sembuh sendiri dan tidak menetap menjadi
kronik, hanya 2-6% menjadi kronik. Namun, apabila telah terinfeksi dari
kecil/lahir kemungkinan 60% menjadi kronik. Hepatitis kronik akan berkembang
menjadi sirosis (yaitu hati terbentuk jaringan perut, mengecil, dan terjadi
gangguan fungsi hati). Dalam 20 tahun sirosis berkembang menjadi kanker hati.
e. Skrining dan Pengobatan
a) Setiap orang dengan riwayat ikterik, atau berasal dari kelompok resiko
tinggi, harus dilakukan skrining.
b) Sampai sekarang belum ada pengobatan untuk kondisi ini.
c) Pencegahan dengan vaksinasi individu yang kemungkinan beresiko,
seperti bayi yang lahir dari ibu yang menderita hepatitis seperti bidan dan
dokter obstetri.
f. Penatalaksanaan pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir
Pada ibu hamil dengan HbsAg reaktif tidak dilakukan penangnan khusus
seperti aktivitas fisik tidak perlu dibatasi, tidak perlu mendapatkan perawatan di
Rumah Sakit tetapi perlu di beri penjelasan tentang keadaannya, dimana
seharusnya melahirkan dan adanya penangnan khusus bagi ibu dan bayinya.
(Soemorhardjo, 1990).
1) Indikasi rawat di rumah sakit adalah bila ibu hamil dengan HbsAg disertai
dengan Anemia berat, Diabetes militus, mual-muntah yang berlebihan.
2) setelah melahirkan, ibu dengan HbsAg positif perlu mendapatkan edukasi
berkaitan dengan hal-hal berikut : cara penularan VHB dan pencegahan.
3) Vaksinasi bayi yang terlahir dari ibu dengan HbsAg positif harus
mendapatkan vaksinasi HbsAg. Kandungan dari vaksin Hbig sendiri yaitu
larutan yang dibuat dari plasma yang mengandung protein. HbsAg yang telah
dipurifikasi tanpa mengandung asam nukleat VHB sehingga pemberian
imunisasi Hbig sangat aman untuk mencegah transmisi virus Hepatitis B.
4) Setelah mendapatkan vaksinasi lengkap, pada usia antara 9-18 bulan bayi baru
menjalani pemeriksaan kadar anti HbsAg.
5) Bayi yang lahir dari ibu dengan Heoatitis B memungkinkan untuk disusui,
namun sebaiknya setelah bayi mendapatkan imunisasi Hbig terlebih dahulu.
Dengan catatan tetap menjaga kebersihan peyudara dan puting susu agar
bersih dan tidak terluka saat menyusui anaknya. (Suharjo, 2010).
Menurut Cahyono (2010) persalinan pada ibu yang menderita penyakit
hepatitis dianjurkan untuk operasi sectio caesarea untuk mencegah penularan
perinatal akan tetapi berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa tindakan sectio
caesarea tidak memberikan efek samping nyata terhadap penularan virus hepatitis
B sehingga bisa disimpulkan bahwa ibu yang menderita hepatitis B boleh
melahirkan normal seperti ibu hamil lainnya.
g. Diet ibu yang menderita virus Hepatitis
Makanan yang baik dan sehat untuk tubuh sangatlah penting, untuk menjaga
daya tahan tubuh kita dan agar terhindar dari penyakit ataupun virus- virus,
terutama virus hepatitis . hepaitis sedang mewabah karena masyarakat terbiasa
jajan sembarangan. Fungsi hati bagi manusia diantaranya yaitu membantu dalam
pengolahan zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, dll) dan menetralkan racun,
termasuk obat-obatan yang membahayakan. Virus hepatitis atau peradangan pada
hati dapat mengganggu fungsi tersebut. Namun, pengaturan diet yang tepat dapat
mempercepat pemulihan fungsi hati. Namun kita tidak perlu berkecil hati karena
hati merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki kemampuan yang sangat
tinggi untuk regenerasi/ pemulihan. Pemberian protein bermutu tinggi dan vitamin
dapat mempercepat pemulihan. Namun perlu diingat bahwa pemberian protein
harus disesuaikan dengan toleransi tubuh penderita karena bila berlebih dapat
menyebabkan kadar ammonia dalam darah meningkat atau tidak seimbang
sehingga timbullah berbagai gangguan dalam tubuh. Oleh karenanya, diperlukan
suatu pengaturan diet yang tepat untuk penderita hepatitis agar diperoleh
pemulihan yang maksimal.
Pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah memberikan makanan cukup
untuk mempercepat perbaikan fungsi tanpa memperberat kerja hati. Syaratnya
adalah sebagai berikut :
1) Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan protein
disesuaikan dengan keadaan penderita.
2) Diet diberikan secara bertahap, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi
penderita.
3) Cukup vitamin dan mineral.
4) Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.
5) Mudah dicerna dan tidak merangsang.
6) Bahan makanan yang mengandung gas seperti ubi, singkong, kacang merah,
kol, sawi, lobak, nangka, durian dll, dihindari.
7) Bila berat badan berlebihan, harus diturunkan secara bertahap sesuai
kebutuhan penderita.
8) Bahan makanan yang mengandung lemak dan kolestrol dihindari, seperti
ayam dengan kulit, kuning telur, jeroan, udang dan lain-lain.
Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
Penderita mendapat cukup kalori dengan ukuran 30-35 kalori per kg berat badan
atau sekitar 150-175% dari kebutuhan kalori basal. Makanan yang kaya dengan
karbohidrat sebaiknya diberikan 300-400 g per hari agar dapat melindungi protein
tubuh. Protein atau asam amion diberikan sebanyak 0,75 g per kg berat badan.
Selama ada rasa mual, makanan yang mengandung lemak di batasi karena dapat
menimbulkan rasa mual, kembung dan mencret pada penderita karena aliran
empedunya terhambat (kolestasi).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA “SP” UMUR 33 TAHUN DENGAN G2P1A0 UK 40 MINGGU 1
HARI PRESKEP U PUKA T/H INTRAUTERINE DENGAN HEPATITIS B
+ INPARTU KALA II
DI RUMAH SAKIT UMUM KERTHA USADA
TANGGAL 09 MARET 2023

FORMULIR MUTU
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

FORM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PERSALINAN PATOLOGI
Nomor : Tanggal : Revisi : Hal :
Poltekkes 30-08-2018 01 1-15
Kemenkes-
00000-00-00-00

I. DATA SUBJEKTIF (Tanggal : 09/03/2022 Pukul : 16.05 wita)


1. Identitas

Ibu Suami
Nama Ibu “SP” Bapak “YR”
Umur 33 Tahun 37 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Indonesia Indonesia
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT Sopir
Alamat rumah Jl. Bypass gang pata sari I Kuta
Telepon/HP 081936xxxxxx
Jaminan kesehatan -
2. Alasan berkunjung dan keluhan utama : Ibu mengatakan sakit perut hilang
timbul dan ad rasa ingin meneran, terdapat pengeluaran air dari kemaluan
saat ibu dijalan menuju puskesmas pukul 16.00 wita. gerakan janin
dirasakan aktif

3. Riwayat Kebidanan yang Lalu

Tgl lahir/
Keha
Jenis Keadaan Keadaan
milan Umur Komplikasi
persalina Penolong Bayi Laktasi anak
ibu dan bayi
an n BB/ sekarang
ke –
ak JK
PB
1. 2020/ 2 P.Spt.b Bidan 3200g L Hepatitis 1.5 sehat
tahun (+) tahun
4. Hamil ini

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : ibu mengatakan lupa TP : 08/03/2023 ( TP USG)
Pemeriksaan sebelumnya ANC : 4 kali di PMB dan 2 kali di dr.SpOg,
Gerakan janin dirasakan sejak usia kehailan 20 minggu. Suplemenyang
pernah didapat , Ibu mengatakan mengkonsumsi suplemen SF, Kalk, dan Vit
C. Ibu mengkonsumsi suplemen secara teratur, dan tidak ada keluhan.
Tanda bahaya kehamilan yang pernah dialami : tidak ada
Pemeriksaan penunjang yang pernah dilakukan : Pada tanggal : 03/11/2023
hemoglobin : 11 g/dl, HIV : Non Reaktif, Sphillis : Non Reaktif, HbSag :
Reaktif

5. Riwayat Kesehatan
- Penyakit yang sedang atau pernah diderita ibu : Ibu menderita penyakit
Hepatitis ibu mengetahui penyakit hepatitis semenjak hamil anak pertama
- Penyakit keluarga yang menular :Keluarga tidak memiliki penyakit
keluarga yang menular seperti HIV/AIDS,Hepatitis, TBC, PMS
- Riwayat penyakit keturunan :Ibu tidak memiliki penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi dan Jantung

6. Riwayat Menstruasi dan KB


Siklus menstruasi : Teratur
Lama haid : 3-5 hari
Kontrasepsi yang pernah dipakai : ibu mengatakan pernah menggunakan alat
kontrasepsi suntik KB 3 bulan.
Rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan : Suntik KB 3 bulan
Rencana jumlah anak : 2 orang

7. Data biologis, psikologis, sosial, spiritual


a) Keluhan Bernafas : Ibu mengatakan tidak ada masalah saat bernafas
b) Nutrisi : Makan terakhir pukul :09.00, porsi : 1 piring sedang jenis : nasi,
daging, sayur, buah, Minum terakhir pukul:14.00 1 gelas air putih
c) Istirahat : Tidur malam 7-8 jam, keluhan tidak ada, Istirahat siang : 1
jam, keluhan tidak ada
d) Eleminasi : BAB terakhir pukul : 18.00 (08/03/2023) Konsistensi :
lembek, BAK terakhir pukul : 11.00 Jumlah : 250 cc. Keluhan saat
BAB/BAK : tidak ada
e) Psikologis : Ibu mengatakan Siap melahirkan, Perasaan Ibu saat ini
Bahagia dan Kooperatif
f) Sosial : Perkawinan ke : 1 Status : sah
Lama perkawinan dengan suami sekarang : 1 tahun
Hubungan dengan suami dan keluarga : Harmonis
Pengambilan keputusan : Ibu dan Suami
g) Spiritual dan ritual yang perlu dibantu: tidak ada
II. DATA OBJEKTIF (Tanggal : 09/03/2023 Pukul : 16.05)
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan emosi : Stabil
Antropometri : BB : 55 kg TB: 150cm
Tanda-tanda vital : Suhu : 36,5oC, Nadi : 88 x/mnt , Respirasi : 20 x/mnt,
TD : 120/80 mmHg
Skala Nyeri : 5

2. Pemeriksaan fisik
a) Wajah : Tidak ada kelainan, tidak oedema, tidak pucat
b) Mata : Conjunctiva : Merah muda , Sclera agak kuning, tidak ada
kelainan
c) Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
d) Leher :Tidak ada kelainan, Tidak ada Pembengkakan kelenjar
limfe ,Bendungan vena jugularis, Pembesaran kelenjar tyroid
e) Dada dan aksila : Simetris , Puting susu menonjol , terdapat pengeluaran
kolostrom, tidak ada kelainan.
f) Abdomen : Pembesaran perut Sesuai umur kehamilan, tidak ada luka
bekas operasi
Palpasi Leopold :
Leopold I : TFU pertengahan pusat px , pada fundus teraba bagian besar,
bundar, lunak
Leopold II : teraba bagian-bagian kecil janin disebelah kanan, teraba satu
bagian keras memanjang seperti papan pada sebelah kiri sisi perut ibu
Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat keras dan lunak
Leopold IV : Posisi tangan Divergen

TFU ( Mc Donald) : 33 cm
TBBJ (Johnson Tausak) :3410 gram
His Kuat frekuensi 5 x/10mnt, durasi 45 detik
Auskultasi : DJJ 132 x/mnt teratur
g) Genetalia dan anus
Vulva terdapat Pengeluaran lendir campur darah , tidak ada oedema dan
bengkak, tidak ada nyeri tekan, Vagina : tidak ada skibala, tidak ada
masa ,Portio tidak teraba Dilatasi : 10 cm Selaput ketuban sudah pecah
warna jernih, Presentasi kepala, Denominator ubun- ubun kecil depan,
Moulage 0, Penurunan Hodge 3 Tidak teraba Bagian kecil janin dan tali
pusat, Anus : tidak ada Haemorrhoid
h) Ekremitas atas dan bawah : tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat dan
tidak ada varises . Refleks patella kanan/kiri :+/+

III.ANALISIS
G2P1A0 Uk 40 mgg 1 hari Preskep U Puka T/H intrauterine dengan Hepatitis B
+ Inpartu Kala II

IV. PELAKSANAAN/PENATALAKSANAAN

Hari/Tgl Penatalaksanaan Nama Terang &

Jam Tanda tangan


Rabu, 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan
09/03/2022 keluarga serta berikan dukungan menjelang
persalinan, meningkatkan kepercayaan diri
ibu untuk bisa bersalin secara normal. Ibu
16.10wita Kadek Yuli
dan keluarga memahami.
Astini
2. Memfasilitasi informed consent atas
Tindakan yang akan dilakukan. Ibu dan
suami sudah menandatangani informed
consent.
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur posisinya
agar nyaman selama proses persalinan, Ibu
bersedia mengatur posisinya saat berbaring
dibantu dengan petugas dan keluarga. Ibu
memilih posisi miring kiri hingga
pembukaan lengkap.
4. Memfasilitasi ibu mengenai kebutuhan
posisi bersalin, ibu memilih posisi bersalin
dengan posisi setengah duduk.
5. Mengajari ibu mengedan dengan posisi yang
nyaman, ibu diminta mengedan saat perut
terasa mules/ kontraksi. Ibu memahami.
6. Memimpin ibu mengedan saat ada kontraksi.
Ibu tampak kooperatif mengedan sesuai
anjuran bidan.
7. Membantu kelahiran kepala, bahu, badan
dan kaki bayi, perineum sudah dilindungi
dengan posisi stanen, saat kepala 5-6 cm di
depan vulva, tidak ada lilitan tali pusat saat
kepala bayi lahir, kepala bayi melakukan
putar paksi luar secara spontan, kepala bayi
telah dipegang secara biparietal, untuk
melahirkan bahu anterior dan posterior lalu
melakukan sangga susur. Bayi lahir spontan
belakang kepala, menangis kuat, gerak aktif,
kulit kemerahan, lahir pukul 16.20, jenis
kelamin perempuan, segera menangis, kulit
kemerahan , gerak aktif
8. Melakukan langkah awal penanganan bayi
baru lahir, tali pusat telah dipotong dan di
klem dengan penjepit tali pusat.
9. Memastikan tidak ada bayi kedua
S : Ibu merasa lega karena bayi sudah lahir

Rabu, O : KU : baik, kesadaran : composmentis

09/03/2022 TFU sepusat, kontraksi uterus baik, uterus globuler,


16.20 wita kandung kemih tidak penuh, tali pusat memanjang.
Perdarahan aktif (+)

A : G2P1A0 P.spt B dengan hepatitis B+ PK III +


vigorous baby dalam masa adaptasi

P:

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada


ibu dan keluarga, ibu dan keluarga
memahami
2. Melakukan manajemen aktif Kala III, Lahir
plasenta lengkap pukul 16.25 , tidak ada
kalsifikasi, kotiledon 16-20, insersi tali pusat
sentralis.
3. Melakukan masase selama 15 detik untuk
memastikan kontraksi uterus baik dan tidak
terjadi perdarahan, uterus teraba keras.
4. Membersihkan jalan lahir dari darah
persalinan agar mudah menilai robekan
perineum. perineum sudah dibersihkan
dengan kassa steril dan tampak robekan grade
2
5. Melakukan penjahitan dengan anastesi lokal (
lidocain 1%), melakukan penjahitan pertama
± 1cm diatas puncak luka robekan didalam
vagina, mengikat jahitan pertama dengan
simpul mati kemudian menjahit mukosa
vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
dan simpul mati di belakang himen sampai
semua robekan terjahit , robekan sudah
terjahit dan tidak ada perdarahan aktif pada
robekan
6. Membersihkan jalan lahir ibu dengan air
DTT, jalan lahir ibu sudah dibersihkan dan
ibu sudah dipakaikan pembalut, pakaian
dalam, dan kain.
7. Melakukan dekontaminasi alat yang sudah
dipakai dengan direndam di larutan klorin
selama 10 menit. Alat sudah di dekontaminasi
Rabu, Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 1 Jam
09/03/2022 S: Bayi dalam keadaan hangat
17.25 wita
O: Bayi menangis kuat, gerak aktif, kulit
kemerahan,

S: 36.7˚C , HR : 138X/mnt , RR : 34x/mnt

BB : 3500g PB : 49cm LK : 35cm LD : 34cm sudah


BAB dan BAK.

A: neonatus umur satu jam cukup bulan dalam


masa adaptasi dengan riwayat ibu hepatitis B

P:

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


dan suami, Ibu dan suami mengerti dan
menerima hasil pemeriksaan.
2. Melakukan informed consent kepada ibu dan
suami bahwa bayi akan disuntikkan vitamin K,
dan dioleskan salep mata, Ibu dan suami
mengetahui tujuan pemberian vitamin K dan
salep mata, Ibu dan suami bersedia.
3. Memberikan salep mata gentamycin 1 % pada
konjungtiva mata kiri dan kanan, Tidak ada
reaksi alergi.
4. Menyuntikkan vitamin K (Neo-K) 1 mg
sebanyak 0,5 ml secara IM disuntik dipaha kiri,
Tidak ada reaksi alergi
5. Melakukan perawatan tali pusat, tidak ada
perdarahan tali pusat dan terbungkus dengan
kassa steril
6. Memakaikan pakaian bayi, Bayi dalam keadaan
hangat dan nyaman.
7. Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi akan
diberikan imunisasi HBIG dan imunisasi
hepatitis 0. Ibu bersedia
8. Melakukan pendokumentasian pada partograf,
tercatat dalam partograf.

S : Ibu mengatakan perut sedikit mules


Rabu,
09/03/2022
O : TD : 110/70 mmHg, nadi 70 kali/menit, suhu
18.25 wita
36,7°C, respirasi 20 kali/menit, Kolostrum sudah
keluar, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih tidak penuh , luka perineum
baik, perdarahan ½ pembalut terisi .

A :P2A0 P.spt B dengan hepatitis B+ PK IV +


vigorous baby dalam masa adaptasi

P:

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu


dan keluarga, ibu dan keluarga memahami.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu setelah
persalinan dengan memberikan ibu makan 1
porsi dan minum 1 gelas. Ibu sudah disuapi
makanan.
3. Memberi ibu suplemen berupa SF 1X200 mg,
vit A 1X 200.000 IU, asam mefenamat
3x500mg. Ibu sudah meminum suplemen yang
diberikan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi
dini. Ibu sudah bias miring kanan dan kiri.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand. Kapan saja tanpa dijadwal
atau menyusui bayi setiap 2 jam sekali. Ibu
bersedia untuk menyusui bayi secara on
demand
6. Mengajari ibu teknik menyusui yang benar.
Ibu dapat melakukannya
7. Memberikan KIE tentang perawatan luka
perineum dengan tidak cebok menggunakan
air hangat, mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh area jahitan, ibu paham
dan bersedia melakukannya.
8. Melakukan pendokumentasian
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi pada


“SP” umur 33 tahun dengan G2P1A0 uk 40 minggu 1 hari preskep U puka t/h
intrauterine dengan hepatitis b + inpartu kala II Di RSU Kertha Usada Tanggal 09
maret meliputi pengkajian data subjektif, objektif, analisa, dan penatalaksanaan.
Data subjektif merupakan data yang diperoleh dari klien dengan cara
anamnesa baik dalam bentuk pertanyaan maupun keluhan yang dialami pasien.
Biodata mencakup nama, umur, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat, no
hp. Nama sendiri ditanyakan agar tidak terjadi kekeliruan antara pasien, nama
pasien yang kami dapat adalah Ibu.“SP” dan Bp.“YR”.
Pada riwayat persalinan sebelumnya ibu mengatakan bahwa ini merupakan
kehamilannya yang kedua Ibu melakukan pemeriksaan darah salah satu hasilnya
adalah HSag reaktif . Sesuai teori pelaksanaan asuhan persalinan kala II Pada
pukul 16.05 wita pembukaan telah lengkap (10 cm), ketuban jernih dan tidak
berbau, ibu mengeluh ingin mengedan. Sesuai dengan teori pada penerapan
assuhan persalinan kala II dilakukan sesuai dengan APN, setelah adanya tanda
dan gejala pada kala II dan pembukaan telah lengkap maka pimpin persalinan,
kemudian melakukan langkah-langkah pada persalinan kala II sesuai dengan APN
dan bayi lahir pukul 16.20 wita tangis kuat dan gerak aktif, kulit kemerahan.
Asuhan persalinan kala III yaitu melakukan manajemen aktif kala III
dimana setelah bayi lahir maka dilakukan pemeriksaan janin kedua, jika tidak
teraba janin kedua maka bidan melakukan pemberikan injeksi oxytosin 10 IU
pada paha kanan ibu secara IM. Tali pusat dipotong setelah 2 menit kelahiran
bayi, kemudian membiarkan bayi dan ibu melakukan kontak kulit dengan
pelaksanaan Inisiasi menyusu dini (IMD) selama 1 jam, setelah itu dilakukan
penegangan tali pusat terkendali, plasenta lahir pada pukul 16.25 wita dengan
kesan lengkap, kotiledon lengkap, tidak ada kalsifikasi. Massase fundus uteri telah
dilakukan dan kontraksi uterus dalam keadaan baik.
Persalinan kala IV berlangsung setelah plasenta lahir, dimana tidak
dilakukannya episiotomi namun terjadi robekan pada perineum dalam derajat II,
kemudian dilakukan penjahitan luka perineum derajat II. Kemudian dilakukan
pemantauan selama 2 jam post partum, hasil pemeriksaan tanda vital ibu baik, ibu
merasa senang bayinya telah lahir dengan sehat, tangis kuat dan gerak aktif, berat
badan bayi 3500 gram, panjang badan bayi 49 cm , lingkar kepala bayi 34 cm, dan
lingkar dada bayi 35 cm, bayi sudah BAK,BAB dan telah diberikan injeksi
vitamin K dilanjutkan dengan imunisasi HBIG dan imunisasi Hb 0 30 menit
setelahnya, salep mata telah diberikan pada mata kanan dan kiri, kemudian
melanjutkan pemberian ASI secara on demand dengan teknik menyusui yang
benar. Setelah 2 jam post partum, ibu dan bayi dirawat gabung dan dipindahkan
ke ruang nifas.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Pada tanggal 09 Maret 2023 pukul 16.05 wita di RSU Kertha Usada.
dilakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir pada Ibu “SP”
umur 33 tahun G2P1A0 UK 40 minggu 1 Hari preskep U puka T/H
Intrauterin dengan Hepatitis B + PK II dengan melakukan pengkajian data
subjektif dan data objektif. Hasil anamnesa HBSag ibu positif. Persalinan
berlangsung secara spontan, bayi dan ibu dalam kondisi baik.
Penatalaksanaan pada Ibu"SP" telah dilakukan sesuai dengan rencana
tindakan dan didapatkan hasil Ibu"SP" dalam batas normal, Untuk bayi ibu
“SP” Telah dilakukan imunisasi HBIG dan Hepatitis B 0 untuk mencegah
penularan virus hepatitis dari ibu ke bayi.

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik teori dan melatih
diri dalam melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan Patologi sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Bagi Ibu bersalin
Diharapkan bagi setiap ibu bersalin agar bekerjasama dengan bidan dan
antusias mengikuti saran bidan dengan baik sehingga dalam proses
persalinan dapat berlangsung seacara fisiologis, keadaan ibu dan janin
dalam kondisi baik.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, j.b. suharjo b. 2010. Hepatitis b cegah kanker hati.


Yogyakarta : kanisius.
Chapman, vicky. 2006. Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran. Egc.
Https://www.slideshare.net/ssuser200d5e/hasil-riskesdas-riset-kesehatan-dasar-
tahun-2018

http://www.depkes.go.id/article/view/17072800006/150-ribu-
orang-potensial-alami- hepatitis-kronis.html
http://jateng-dashboard.rujukan.net/dash2.1/index.php
http://sijariemass.blogspot.com/2016/05/sijariemas.html
Https://id.scribd.com/doc/56861754/diet-pada-hepatitis
Https://m.liputan6.com/health/read/3601716/begini-penangnan-ibu-
hamil-yang-positif-hepatitis- b.
Kemenkes RI. 2014. Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2019. Nomor Hk.01.07/Menkes/322/2019
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hepatitis B
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai