Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH STASE IV

MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

PADA PASIEN NY. S 28 TAHUN G2P1A0 H.36 MG INPARTU


KALA SATU FASE LATEN DENGAN PRETERM DAN HBSAG
P0SITIF DI PMB TURASMIYATI, S.ST. Bdn

PADA TANGGAL 16 JULI 2022

Dosen Pembimbing
Sugiharti S.ST,M.KM
Turasmiyati, S.ST. Bdn

Oleh
Lutfia Citra Nurbaiti
220503265056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya

panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah-Nya kepada

kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Kala I”. Makalah ini telah saya

susun dengan maksimal dan untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari

segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang “Kala I”. ini dapat memberikan manfaat

maupun inspirasi terhadap pembaca.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian merupakan indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan
suatu negara. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator dalam obstetri.
Sekitar 800 wanita meninggal setiap hari disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan. WHO memperkirakan 15.000 dari sekitar 4,5 juta wanita
melahirkan di Indonesia mengalami komplikasi yang menyebabkan kematian (WHO,
2012)
Menurut ketua komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family
Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsanam hingga tahun
2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini
tidak sesuai dengan target yang ingin di capai dalam Sustainable Develoment Goals in
numbers (SDGs) 2015 - 2030 adalah mengurangi AKI hingga dibawah 70 per 100.000
KH.
Seringnya terjadi kematian pada saat persalinan disebabkan karena perdarahan,
terlalu muda, terlalu tua dan terlalu banyak. Kondisi ini kemudian didukung oleh adanya
terlambah mengenali tanda–tanda, terlambat mencapai tempat pelayanan dan terlambat
mendapat pertolongan (Hapsari, 2014).
Ibu hamil multigravida (melahirkan ≥2 kali) dan grandemultipara (melahirkan ≥5
kali) termasuk golongan resiko tinggi, karena banyaknya kemungkinan timbulnya
kesulitan–kesulitan (Nugraheni, 2014). Maka perlu dilakukan upaya optimal untuk
mencegah atau menurunkan frekuensi Ibu hamil yang beresiko tinggi dan penanganannya
perlu segera dilakukan untuk menurunkan angka kematian Ibu dan anak (Qudriani,
2014).
Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian maternal antara
lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan pelayanan yang baik ketika
persalinan (Pratiwi, 2018). Untuk menangani rendahnya cakupan penanganan komplikasi
Ibu hamil oleh petugas kesehatan tersebut, maka pemerintah mencanangkan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam rangka menurunkan
AKI akibat komplikasi kehamilan dan persalinan karena dengan dilakukan P4K dapat
mendeteksi secara dini tanda bahaya atau Ibu hamil dengan resiko tinggi dan dilakukan
persiapan persalinan (Asriyani, 2015).
Timbulnya berbagai permasalahan yang terjadi saat persalinan, pemerintah selalu
berupaya menurunkan AKI dengan melakukan perluasan pelayanan kesehatan berkualitas
melalui upaya pelayanan obstetrik yang komprehensif (Kemenkes RI, 2013).
Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal dapat
menyababkan Ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi.
Dalam melakukan asuhan kebidanan Ibu bersalin yaitu memberikan pelayanan
berkesinambungan, berfokus pada aspek pencegahan terjadinya komplikasi terhadap Ibu
bersalin, pertolongan persalinan normal serta melakukan deteksi dini kasus kasus rujukan
apabila dibutuhkan rujukan Ibu (Indriyani, 2016).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, setiap tahun
terdapat 5,3 juta ibu hamil Hepatitis B (HbsAg) reaktif. Maka setiap tahun diperkirakan
terdapat 150 ribu bayi yang berpotensi mengalami Hepatitis kronis (sirosis atau kanker
hati) pada 30 tahun ke depan. Penduduk Indonesia yang mengidap Hepatitis B sebanyak
7,1 % menurut Rikesda tahun 2017. Startegi pencegahan yang dilakukan yakni, ibu hamil
diperiksa skrining Hepatitis B, dan bagi ibu hamil yang terinfeksi Hepatitis B dianjurkan
berobat dan konsultasi ke tenaga kesehatan. Selanjutnya, bayi dari ibu hamil yang HbsAg
reaktif, mendapat tambahan vaksin Hepatitis B immune Globuline (HBIG) kurang dari 24
jam setelah kelahiran, dan menyarankan ibu hamil dengan Hepatitis B ( HbsAg reaktif),
untuk melahirkan di fasilitas layanan kesehatan.
Salah satu cara penularan hepatitis B, yakni dari ibu ke anak. Ibu hamil yang
positif hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayinya yang berada dalam kandungan.
Ketika ibu hamil yang positif hepatitis B tapi tidak terdeteksi, maka bayi yang akan lahir
beresiko tinggi terkena penyakit menular tersebut. Virus hepatitis B yang menyerang hati
menyebabkan kerusakan hati kronis bila tidak segera ditangani, sirosis hati bisa berujung
kanker hati, untuk menghindari itu, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan cek darah.
Jika ditemukan virus hepatitis B pada ibu, ada penanganan yang dilakukan untuk ibu
hamil dan bayinya.
Dalam acara “Peranan Uji Diagnostik Dalam Memerangi Hepatitis” yang
dilaksanakan di Plaza kuningan Jakarta hari jumat 27 Juli 2018, ketua PB perhimpunan
peneliti hati Indonesia bapak Irsan Hakim menjelaskan “di dalam kandungan jika ibu
terkena hepatitis B, maka bayi tidak di intervensi, bayi baru diintervensi setelah lahir.”
Irsan Hakim merupakan dr. Spesialis penyakit dalam Gastroenterologi RSCM
menambahkan, ada intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang positif hepatitis B.
“Walau ibu sudah divaksin dan dikasih immunoglobin (Antibodi), bayi bisa terkena
hepatitis B juga, intervensi pada ibu yaitu ibunya minum obat selama tiga bulan jelang
melahirkan”. Intervensi yang dilakukan pada ibu hamil tersebut merupakan kebijakan
baru dari perhimpunan peneliti hati Indonesia untuk menangani kasus hepatitis pada ibu
hamil, tapi belum jadi kebijakan pemerintah. “Kita mengharapkan kalau vaksin dan
immunoglobin sudah bagus, maka kedepannya pemberian obat pada ibu hamil selama
tiga bulan jelang melahirkan yang harus dikerjakan” Menurut Irsan Hakim.

B. TUJUAN
Bidan mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan persalinan pada pasien ny S 28
th dengan G2 P 1A0 hamil 36 mg inpartu kala I fase laten dengan preterm dan HBSag
positif

C. MANFAAT
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan kala I
pada ibu bersalin dan dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat selama masa
pendidikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Teori Kehamilan
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat dan telah mengalami menstruasi
serta melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan atau proses
pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alamiah
menghasilkan janin yang tumbuh normal didalam rahim ibu.
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak
konsepsi dan berkahir sampai permulaan persalinan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir.
b. Proses Terjadinya Kehamilan
Kehamilan berawal dari proses pembuahan, yaitu bertemunya sel telur wanita
dengan sel sperma seorang pria.
Menruut Mochtar (2015) proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari :
1. Ovulasi pelepasan ovum
2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
3. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
4. Terjadi nidasi (Implantasi) pada uterus
5. Pembentukan plasenta
6. Tumbah kembang hasil konsepsi sampai aterm.

Setiap bulan, saat ovulasi, seorang wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum),
yang ditangkap oleh umbai-umbai (Fimbriae) dan masuk kedalam vagina dan
berjuta-juta sel mani (Sperma) bergerak memasuki rongga Rahim lalu masuk ke
saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian tuba
uterine yang menggembung

c. Tanda dan Gejala Kehamilan


Tanda dan gejala kehamilan yaitu :
1. Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin yang dapat dilihat / diraba / dirasa, juga bagian-bagian
janin.
b) Denyut jantung janin
1) Didengar dengan stetoskop monoral leannec.
2) Dicatat dan didengar alat Doppler
3) Dicatat dengan feto elektrokardiogram.
c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
2. Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea Umur kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid
terakhir (HPHT) dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung
menggunakan rumus naegele yaitu TTP = (HPHT + 7) dan (bulan HT +
3).
b) Nausea and Vomiting Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari,
maka disebut morning sickness.
c) Mengidam Ibu hamil sering meminta makanan / minuman tertentu
terutama pada bulan-bulan triwulan pertama, tidak tahan suatu bau-bauan.
d) Pingsan Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa
pingsan.
e) Anoreksia Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan kemudian
nafsu makan timbul kembali.
f) Fatigue
g) Mammae membesar Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri
disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus
dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat membesar.
h) Miksi Miksi sering terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan
i) Konstipasi / obstipasi Konstipasi terjadi karena tonus otot usus menurun
oleh pengaruh hormon steroid.
j) Pigmentasi kulit Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta, dijumpai di muka (Chloasma gravidarum), areola payudara, leher
dan dinding perut (linea nigra=grisea).
k) Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari papil gusi.
l) Pemekaran vena-vena (varises). Terjadi pada kaki, betis dan vulva.
Keadaan ini biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
3. Tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar.
b) Uterus membesar.
c) Tanda Hegar. Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya
uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain.
d) Tanda Chadwick Adanya perubahan warna pada serviks dan vagina
menjadi kebirubiruan.
e) Tanda Piscaseck Yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus
karena embrio biasanya terletak disebelah atas, dengan bimanual akan
terasa benjolan yang asimetris.
f) Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (braxton hicks).
g) Teraba ballotement.
h) Reaksi kehamilan positif.
d. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
Pemeriksaan diagnostic kehamilan pada trimester pertama dan kedua mengacu
pada kombinasi tanda-tanda tidak pasti, tanda mungkin, dan tanda pasti.
Pemeriksaan ini terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul,
pemeriksaan laboratorium. ( Ummi Hani, 2012).
Menurut Ari Sulistyawati (2012), pemeriksaan diagnostic kehamilan terdiri dari :
1. tes urine kehamilan (Test HCG)
2. Perkiraan Tinggi Fundus
3. Palpasi Abdomen
4. Pemeriksaan USG
5. Pemeriksaan Rontgen
e. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang
apabila tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
Macam-macam tanda bahaya kehamilan diantaranya: Perdarahan per
vaginam, sakit kepala yang hebat, masalah penglihatan, bengkak pada muka dan
tangan, nyeri perut yang hebat, gerakan janin berkurang atau menghilang, demam,
mual muntah yang berlebihan, keluar cairan banyak per vaginam secara tiba-tiba
(keluar air ketuban sebelum waktunya). Tanda-tanda bahaya kehamilan ini telah
tercantum dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Ibu hamil yang
mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan harus segera menemui tenaga
kesehatan agar mendapat penanganan kegawatdaruratan dan segera dirujuk ke
rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
B. Persalinan
1. Pengertia Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Kuswanti, 2014). Persalinan adalah proses
dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai adanya penyulit (Nurasiah, 2014).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro, 2015). Persalinan
merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui
jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat
kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula
kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya
pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.
Persalinan adalah saat yang menegangkan, menggugah emosi, menyakitkan, dan
meakutkan bagi ibu maupun keluarga (Rohani, 2014).
2. Etiologi
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan tidak diketahui dengan
jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun masing-masing teori ini mempunyai
kelemahan-kelemahan. Menurut Mochtar, 2011 beberapa teori timbulnya persalinan
yaitu :
a. Teori penurunan horman minggu sebelum partus, terjadi penurunan kadar
estrogen dan progesteron, peningkatan kadar prostaglandin yang berfungsi
meningkatkan kontraksi uterus.
b. Teori placenta menjadi tua Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah.
c. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang
menyebabkan iskemia otototot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
uteroplasenta.
d. Teori iritasi mekanik Di belakang serviks terletak ganglion servikale
(fleksus frenkenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi Partus Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan
mulai berlangsung sebelum dan sesudah kehamilan cukup bulan dengan
jalan merangsang timbulnya his (Sofian, 2011). Induksi persalinan adalah
upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm dalam keadaan belum
terdapat tanda–tanda persalinan atau belum inpartu, dengan kemungkinan
janin dapat hidup di luar kandungan (umur di atas 28 minggu) (Manuaba,
2010).
3. Mekanisme persalinan
Pengertian Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian
dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.Hipomoklion adalah titik putar atau pusat
pemutaran (Wiknjosastro, 2015). Mekanisme persalinan letak belakang kepala
Menurut Wiknjosastro (2015) mekanisme persalinan dibagi beberapa tahap yaitu :
1) Engagement (fiksasi) = masuk Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar
(diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun
pada umur kehamilan kira–kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada
kira– kira 38 minggu kadang–kadang permulaan partus. Engagement lengkap
terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi
maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah–olah
terfixer di dalam 8 panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut
fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan
sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya
pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang
disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser
kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis :
a) Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser
mendekati promontorium.
b) Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati
symphisis.
2) Descensus = penurunan Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul.
Faktor– faktor yang mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban, dorongan
langsung fundus uteri padabokong janin, kontraksi otot– otot abdomen, ekstensi
badan janin.
3) Fleksi Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga
lingkaran kepala menjadi mengecil  suboksipito bregmatikus (9,5 cm). Fleksi
terjadi pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian menemui jalan
lahir.Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat
dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah.
4) Putaran Paksi Dalam (internal rotation) Ialah berputarnya oksiput ke arah depan,
sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang
mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang
melengkung, kepala yang bulat dan lonjong.
5) Defleksi Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah 9 depan lebih
pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar
ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis
sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
6) Putaran paksi luar (external rotation) Ialah berputarnya kepala
menyesuaikankembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung
bayi).
7) Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.
4. Fisiologis persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai
dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron dan
estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot–otot uterus. Menurunnya kadar
hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat
menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang
mengakibatkan iskemi otot–otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion 10 servikale dari fleksus
frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi (Manuaba, 2010).
5. Faktor Penyebab Terjadinya Persalinan
a. Tenaga Atau Kekuatan (Power) Adalah kekuatan yang mendorong janin dalam
persalinan. Kekuatan yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligament. Kekuatan
primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan
sekundernya adalah tenaga meneran ibu. (Rohani, dkk., 2013).
b. Jalan Lahir (Passage) Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu bagian
keras (tulang panggul) dan bagian lunak (uterus, otot dasar panggul dan
perineum) (Rohani, dkk., 2013).
c. Janin (Passanger) Meliputi sikap janin, letak janin, presentasi, bagian presentasi,
serta posisi. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian tubuh janin yang satu
dengan bagian yang lain. Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh
janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Presentasi digunakan untuk
menentukan bagian janin yang ada dibagian bawah rahim yang dijumpai pada
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Bagian presentasi adalah bagian tubuh
janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan
dalam. Sedangkan posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian
terbawah janin (Rohani, dkk., 2013).
d. Psikis Ibu Meliputi psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual, pengalaman
melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat
pada kehidupan ibu. (Rohani, dkk.,2013).
e. Penolong Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin (Rohani, dkk., 2013).
6. Tanda – tanda persalinan
Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain:
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (blood show) yang lebih banyak karena robekan–
robekan kecil pada serviks.
c. Kadang–kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
7. Jenis Persalinan
Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan
bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang lebih
dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar atau section caesarea
(Prawirohardjo, 2010).
a. Pervaginam Persalinan pervaginam dibagi menjadi 2 yaitu :
- Persalinan Spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
- Persalinan Buatan yaitu persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya
ekstraksi dengan forceps atau dilakukan section caesarea (Manuaba, 2010).
b. Section Cesaria (SC) section caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi
dengan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2010).
8. Tahap-Tahap Persalinan Pervaginam
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
a. Kala I Kala pertama adalah dilatasi serviks untuk menyiapkan jalan lahir bagi janin.
Kala ini dimulai saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif
(7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
selama fase aktif (Prawirohardjo, 2010).
Tanda dan gejala kala I :
 His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
 Penipisan dan pembukaan serviks
 Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah

Kala I dibagi dalam 2 fase:

1) Fase laten Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap,pembukaan servik kurang dari 4 cm,biasanya
berlangsung hingga 8 jam.
Prosedur dan diagnostik :
a) Tanyakan riwayat persalinan : Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran
pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat kehamilan;
riwayat medik; riwayat social; terakhir kali makan dan minum; masalah yang
pernah ada
b) Pemeriksaan Umum : Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu;
kandung kemih.
c) Pemeriksaan Abdomen : Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi;
penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut jantung janin.
d) Pemeriksaan vagina : 13 Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban
penurunan dan molase; anggota tubuh janin yang sudah teraba.
e) Pemeriksaan Penunjang : Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-
lain; darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.
f) Perubahan psikososial Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan
dukungan (Prawirohardjo, 2010).
2) Fase aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih), serviks membuka dari 4 cm ke
10 cm, biasanya kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap
(10 cm) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Pemantauan kala 1 fase
aktif persalinan : Penggunaan Partograf Partograf adalah alat bantu yang
digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama. Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
a) Kesejahteraan janin Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban
(setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam). 14 b)
Kemajuan persalinan Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam),
pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam). c)
Kesejahteraan ibu Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh
(setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein (setiap 2 sampai 4 jam), makan
dan minum (Prawirohardjo, 2010).
b. Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Wanita merasa hendak buang air besar karena tekanan
pada rektum. Perinium menonjol dan menjadi besar karena anus membuka. Labia
menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva pada
waktu his. Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
 Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
 Perineum terlihat menonjol.
 Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
 Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
 Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka.
 Peningkatan pengeluaran lendir dan darah (Prawirohardjo, 2010).
c. Kala III (Kala uri)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Prawirohardjo,2010).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan. Tanda-tanda pelepasan
plasenta :
 Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah tiba–tiba Manejemen aktif kala III : Tujuannya adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek
waktu kala III dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah terjadinya retensio plasenta.
Tiga langkah manajemen aktif kala III : 1) Berikan oksitosin 10 unit IM dalam
waktu dua menit setelah bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal. 2)
Lakukan peregangan tali pusat terkendali. 3) Segera lakukan massage pada fundus
uteri setelah plasenta lahir (Prawirohardjo, 2010).
d. Kala IV ( 2 jam post partum )
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo 60 sampai 80
mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup
rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan
pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah post partum. Kekuatan
his dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh
kelenjar hipofise posterior (Rohani,dkk., 2010).
Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri 2 jari
bawah pusat. Pemantauan Selama 2 jam pertama pascapersalinan : Pantau tekanan
darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV
(Prawirohardjo, 2010).
9. Konsep Dasar Asuhan Persalinan
Tujuan Asuhan Persalinan : Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Nurasiah, 2014).
a. Kala I : Memberikan dorongan emosional Anjurkan suami dan anggota keluarga yang
lain untuk mendampingi ibu selama proses persalinan, Membantu pengaturan posisi
Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh
berdiri, berjalan-jalan, duduk, jongkok, berbaring miring, merangkak dapat membantu
turunnya kepala bayi dan sering juga mempersingkat waktu persalinan, Memberikan
cairan atau nutrisi Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan memberikan
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi.Apabila dehidrasi terjadi dapat
memperlambat atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif,
Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam
atau lebih sering jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat
mengakibatkan, Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan menjelaskan
prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi penolong persalinan terhadap resiko
infeksi. Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai partograf
(Nurasiah, 2014).
b. Kala II
Berikan terus dukungan pada ibu, Menjaga kebersihan ibu, Memberikan dukungan
mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, Mengatur posisi ibu, Menjaga
kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih, Berikan cukup minum
terutama minuman yang manis, Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu
untuk mengambil nafas diantara kontraksi, Periksa DJJ setiap selesai kontraksi, Minta ibu
mengedan saat kepala bayi nampak 5-6 cm di introitus vagina, Letakkan satu tangan
dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat, Tahan perineum dengan satu tangan yang
lain, Lahirkan kepala, Periksa adanya lilitan tali pusat, Biarkan kepala bayi mengadakan
putaran paksi luar dengan sendirinya, Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal
bayi, Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu anterior lalu
keatas untuk melahirkan bahu posterior, Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan
kemudian dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir,
Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya (Score APGAR)
dalam menit pertama, Lakukan pemotongan tali pusat, Pastikan bayi tetap hangat
(Nurasiah, 2014).
a. Kala III
Pastikan tidak ada bayi yang kedua, Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama
segera setelah bayi lahir, Pastikan bayi tetap hangat, kemudian lakukan IMD, Lalukan
peregangan tali pusat terkendali, tangan kanan meregangkan tali pusat sementara tangan
kiri dengan arah dorsokranial mencengkram uterus, Jika plasenta telah lepas dari
insersinya, tangan kanan menarik tali pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve
jalan lahir sampai plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima plasenta
kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang
tertinggal dalam jalan lahir, Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase
fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi, Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan
kelengkapannya, Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga
perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan (Nurasiah, 2014).
b. Kala IV
Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman, Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk
mencegah dehidrasi, Berikan bayinya pada ibu untuk disusui, Periksa kontraksi uterus
dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Ajarkan ibu dan keluarganya tentang : Bagaimana memeriksa fundus uteri dan
menimbulkan kontraksi, Tanda bahaya bagi ibu dan bayi, Pastikan ibu sudah buang air
kecil dalam 6 jam pertama (Nurasiah, 2014).

2. Kehamilan Dengan Hepatitis


Infeksi virus Hepatitis B (VBH) merupakan infeksi yang unik. Tidak banyak jenis
virus yang menyebabkan infeksi pada seseorang dengan memberikan dampak sosial
ekonomi yang besar, karena penyakit ini menyebabkan infeksi pada populasi dalam
skala dunia, dan variasi penampilan kliniknya yang sedemikian beraneka ragam (bisa
dalam bentuk hepatitis akut, hepatitis kronis dan aktif, hepatitis kronis aktif, sirosis
hati atau kanker hati). Namun, kita dapat bersyukur karena para ilmuan kini telah
dapat mengungkap karakteristik virus ini secara lebih terperinci sehingga pola tingkah
lakunya sudah dapat diketahui dengan baik.
a. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah istilah umum berarti radang hati “Hepa” berarti hati dan “It is”
berarti radang.
Hepatitis dapat diartikan peradangan hati (liver), peradangan hati bisa disebabkan
oleh virus, bakteri, dan parasite. Sedangkan Hepatitis B adalah virus yang
ditularkan melalui darah yang menyebabkan inflamasi hepar. Ibu bisa
mendapatkan hepatitis dari paparan darah terinfeksi seperto pada gangguan obat
IV atau transfuse darah.
Hepatitis B bisa kronis pada pada penderita yang mengalami penurunan daya
tahan tubuh seperti infeksi HIV, diperkirakan dalam setahun, jutaan manusia
meninggal karena terinfeksi virus Hepatitis B dan penderita baru terinfeksi virus
Hepatitis B tetap terjadi 4 minggu juta orang setiap tahunnya.
b. Tanda dan gejala Hepatitis B
Infeksi Hepatitis B kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam
ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami gejala tersebut. (Achmad Feryanto,
2012)
Tanda gejala yang mungkin muncul pada penderita Hepatitis B adalah
sebagai berikut:
1) Kuning pada kulit dan sklera mata, mual, muntah, demam, nyeri perut, lemas,
kembung, perut bengkak, warna air kencing (biasanya seperti air teh).
2) Diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah spesifik
(HbsAg, Anti HbsAg) dan fungsi hati.

Tanda gejala Hepatitis B dalam 4 tahap yaitu “

1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau icterus.
Fase inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 60-90
hari.
2. Fase Prodromal (Pra Ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
icterus, mudah lelah, sakit kepala, mual-muntah, antritis (flu), nyeri abdomen
biasanya ringan dan menetap.
3. Fase Ikterus
Icterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Banyak kasus pada fase icterus tidak terdeteksi. Setelah
timbu icterus jarang terjadi penurukan gejala prodromal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase Konvalesen (Penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya keluhan hepatitis, tetapi abnormalitas fungsi
hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu
makan. Sekitar 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit
ditangani, hanya <1% yang menjadi akut. (Green, 2016)
c. Penularan Virus Hepatitis B
Virus dapat hidup dalam tubuh manusia dan chimpanzee. Tetapi binatang sebagai
sumber virus alami, belum diketahui, hanya saja virus Heapada yang mendekati
susunan virus Hepatitis B, ditemukan pada beberapa jenis bebek. Tetapi pada
percobaan, virus Hepada tidak menimbulkan sakit pada manusia.
Semua jaringan tubuh penderitan Hepatitis B berpotensi menularkan virus ke
orang lain, seperti :
- Darah
- Bagian-bagian darah
- Air ludah (saliva)
- Cairan ronga paru (pleura)
- Cairan rongga perut (eritoneum)
- Cairan otak dan sumsum tulang belakang
- Cairan sendi (synovia
- Cairan ketuban (amnion)
- Cairan mani (semen)
- Caira kelamin perempuan (vagina)

Penularan virus bisa melalui :

a) Jaringan bawah kulit


b) Pembuluh darah (intravena)
c) Melalui otot (intramuscular)
d) Jaringan tubuh yang diawetkan (fioksasi)
e) Jalur tangan-tinja-mulut ( oral-fecal route)

d. Bahaya Hepatitis
Sebagian yang terinfeksi akan sembuh sendiri dan tidak menetap menjani kronik,
hanya 2-6% menjadi kronik. Namun, apabila telah terinfeksi dari kecil/lahir
kemungkinan 60% menjadi kronik. Hepatitis kronik akan berkembang menjadi
sirosis. Dalam 20 tahun sirosis berkembang menjadi kanker hati.
e. Skrining dan Pengobatan
a) Setiap orang dengan riwayat ikterik, atau berasal dari kelompok beresiko
tinggi, harus dilakukan skrining.
b) Sampai sekarang belum ada pengobatan untuk kondisi ini
c) Pencegahan dengan vaksinasi individu yang kemungkinan beresiko, seperti
bayi yang lahir dari ibu yang menderita hepatitis
f. Penatalaksanaan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
1) Pada ibu hamil dengan HbsAg reaktif tidak dilakukan penanganan khusu
seperti aktivitas fisik tidak perlu dibatasi, tidak perlu mendapatkan perawatan
di RS tetapi peru diberi penjelasan tentang keadaannya, dimana seharusnya
melahirkan dan adanya penanganan khusus bagi ibu dan bayinya.
2) Indikasi rawat di RS adalah bila ibu hamil dengan HbsAg disertai dengan
anemia berat, DM, mual-muntah yang berlebihan.
3) Setelah melahirkan, ibu dengan HbsAg positif perlu mendapat edukasi
berkaitan dengan hal-hal berikut : cara penularan hepatitis B dan pencegahan
4) Vaksinasi bayi yang terlahir dari ibu dengan HbsAg positif harus
mendapatkan baksin HbsAg. Kandungan dari vaksin Hbig sendiri yanitu
larutan yang dibuat dari plasma yang mengandung protein. HbsAg yang telah
dipurifikasi tanpa mengandung asam nukleat VHB sehingga pemberian
imunisasi Hbig sangan aman untuk mencegah transmisi virus Hepatitis B.
5) Setelah mendapatkan vaksin lengkap, pada usia antara 9-18 bulan bayi baru
menjalani pemeriksaan kadar anti HbsAg.
6) Bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B memungkinkan untuk disusui,
namun sebaiknya setelah bayi mendapatkan imunisasi Hbig terlebih dahulu.
Dengan catatan tetap menjaga kebersihan payudara dan putting susu agar
bersih dan tidak terluka saat menyusui anaknya. (Suharjo,2014)

Menurut Cahyono (2014) persalinan pada ibu yang menderita penyakit hepatitis
dianjurkan untuk operasi SC untuk mencegah penularan perintal akan tetapi
berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa tindakan SC tidak memberikan efek
samping nyata terhadap penularan virus Hepatitis B sehingga bisa disimpulkan
bahwa ibu yang menderita Hepatitis B boleh melahirkan normal seperti ibu hamil
lainnya.
3. Persalinan premature
A. Pengertian
Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan 20–37 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir.Persalinan
prematur adalah persalinan kurang bulan dengan usia kehamilan sebelum 37
minggu dengan berat janin kurang 2500 gram. Persalinan premature menurut
World Health Organization (WHO) didefinisikan persalinan dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat janin kurang dari 2500 gram.
B. Faktor Risiko
Secara teoritis faktor risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor
iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku.
Faktor iatrogenik merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal
meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa,
kelainan serviks, hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi dan trauma. Faktor
janin meliputi kehamilan kembar, janin mati, dan cacat bawaan. Faktor perilaku
meliputi ibu yang merokok dan minum alkohol
1) Faktor Iatrogenik
Perkembangan teknologi dan etika kedokteran, menempatkan janin sebagai
individu yang mempunyai hak atas kehidupannya. Apabila kelanjutan
kehamilan dapat membahayakan janin, maka janin harus dipindahkan ke
lingkungan luar yang lebih baik dari rahim ibu, bila ibu terancam oleh
kehamilannya, maka kehamilan harus di akhiri. Mengakhiri kehamilan karena
indikasi medis merupakan pertimbangan awal dalam pertolongan persalinan
yang tidak dapat dihindari, sehingga untuk mempertahankan kehamilan tidak
dapat dilakukan karena memberikan dampak yang buruk baik terhadap
keselamatan ibu maupun janin. Mengakhiri kehamilan adalah langkah terbaik
yang bisa dilakukan secara persalinan normal maupun tindakan operatif seksio
sesaria. Mengakhiri kehamilan bukan hanya karena indikasi medis yang
menambah prevalensi terjadinya persalinan prematur, tetapi kejadian
persalinan prematur dengan selaput ketuban utuh atau ketuban pecah.
Prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu akan menambah
daftar meningkatnya angka persalinan prematur.
2) Faktor Maternal
a) Usia Ibu Secara fisik dan mental usia yang paling baik untuk hamil
berkisar antara 20 – 35 tahun karena pada usia tersebut secara biologis
memiliki alat reproduksi wanita yang berkembang dan berfungsi
secara maksimal dan merupakan puncak kesuburan, begitu juga faktor
kejiwaan sudah lebih matang sehingga tidak mempengaruhi berbagai
faktor penyulit ketika hamil seperti keguguran, perdarahan bahkan
kematian.
Salah satu resiko terjadinya persalinan prematur adalah faktor usia
yaitu terjadi pada ibu hamil berusia muda atau tua, antara usia kurang
dari 18 tahun atau diatas 40 tahun. Dimana pada usia terlalu muda hal
yang paling penting adalah faktor gizi dan kesiapan mental yang
kurang siap dalam menjalani proses kehamilan, sehingga
menimbulkan strees bahkan depresi yang berakibat buruk terhadap
kesehatan dan berpengaruh terhadap kehamilan.
Kecenderungan kelahiran prematur dari ibu yang melahirkan pada
umur kurang dari 20 lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
melahirkan pada umur di atas 20 tahun. Kecenderungan melahirkan
prematur sedikit menurun untuk ibu yang melahirkan pada usia 20–34
tahun. Penjelasan yang mungkin dari hasil ini adalah bahwa seiring
dengan peningkatan umur wanita ketika melahirkan membuat wanita
sudah semakin matang dan memiliki pemahaman lebih besar tentang
kehamilan sehingga kecenderungan kejadian kelahiran prematur akan
semakin rendah.
b) Riwayat Kelahiran Prematur Salah satu faktor utama terjadinya
persalinan prematur adalah memiliki riwayat kelahiran prematur. yang
pernah mengalami dan memiliki kehamilan prematur sebelumnya
rentan untuk melahirkan secara prematur kembali, demikian juga
memiliki riwayat aborsi atau keguguran sebelumnya rentan terjadi
persalinan prematur.
Wanita yang mengalami kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu
memiliki risiko 20 sampai 40 persen untuk terulang kembali. Wanita
yang melahirkan anak pertama prematur, meningkat tiga kali lipat
dibanding dengan wanita yang bayi pertamanya lahir cukup bulan.
c) Riwayat Abortus Kejadian abortus mempunyai efek terhadap
kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan
maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat
abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
persalinan prematur, abortus berulang dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) . Dinding rahim merupakan tempat melekatnya plasenta, salah
satu fungsi plasenta adalah tempat elekatnya hormon – hormon
( khususnya korionik gonadotropin, esterogen dan progresteron) dan
jika plasenta tidak bekerja dengan baik, maka pembuatan hormon akan
terganggu. Dan jika kadar progresteron menurun akan memicu
kontraksi.
d) Paritas Persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan
paritas tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi
mengalami kehamilan dan persalinan berulang kali sehingga pada
sistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan meningkat
menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5 kali
melahirkan. Proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur
dengan paritas berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi
bersalin normal dengan paritas berisiko. Paritas berisiko akan
berdampak pada resiko komplikasi baik pada masa kehamilan ataupun
persalinan, salah satunya adalah persalinan prematur.
e) Trauma Trauma, inkompetensi servik, sosial ekonomi, stress, gaya
hidup dengan merokok dan infeksi saluran kemih maupun infeksi
vaginosis bacterial memberikan andil penyebab terjadinya persalinan
prematur. Riwayat yang mengalami jatuh, terpukul pada perut atau
riwayat pembedahan seperti seksio sesarea sebelumnya. Melakukan
hubungan seksual dapat terjadi trauma karena menimbulkan
rangsangan pada uterus sehingga terjadi kontraksi dan sperma yang
yang mengandung hormon prostaglandin merupakan hormon yang
dapat merangsang kontraksi uterus. Hubungan signifikan antara terjadi
persalinan berat badan lahir rendah dengan persalinan prematur pada
wanita yang mengalami cidera akibat kekerasan fisik.
f) Infeksi. Vaginosis bakterial dimana pada kondisi ini flora normal
yaitu dominan kuman lactobacillus yang memproduksi hydrogen
peroksida digantikan kuman anaerob dikaitkan dengan persalinan
prematur dan ketuban pecah dini.10 PPROM ( preterm, prelabour
rupture of membranes) terjadi pada lebih sepertiga persalinan
prematur. sebagian besar wanita yang mengalami kondisi ini akan
melahirkan dalam 1 minggu. PPROM sering dikaitkan dengan infeksi
maternal. Saluran kemih juga merupakan penyebab persalinan
prematur, hal ini disebabkan karena peningkatan hormon progesterone
sehingga ureter mengalami dilatasi sehingga timbuknya refluks air
kemih dari kandung kemih ke dalam ureter. Infeksi korioamnionitis
diyakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban pecah dini dan
persalinan prematur. Perjalanan infeksi ini diawali dengan pengeluaran
produk aktivasi fofolipase-A2 yang melepas bahan asam arakidonat
dari selaput amnion janin, sehingga asam arakhidonat bebas meningkat
untuk sekresi prostaglandin. Endotoksin dalam air ketuban akan
merangsang sel desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin
yang dapat menginisiasi persalinan.
g) Kesenjangan Ras dan Etnik Kesenjangan ras yang tidak tergantung
pada faktor risiko medis dan sosial ekonomi, bahwa wanita kulit hitam
memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur berulang dengan
menyiratkan bahwa adanya faktor intrinsik pada populasi ini.10 Di
USA terdapat perbedaan kejadian prematuritas pada berbagai ras.
perbedaan ini berlangsung sekitar 2 dekade, dan tidak berubah.
Penyebabnya dikaitkan dengan perbedaan rasian, stres, gaya hidup,
kebiasaaan ibu, infeksi dan genetik.
h) Pekerjaan Jam kerja yang panjang dan kerja fisik yang berat
berhubungan dengan peningkatan terjadinya persalinan prematur.
melakukan penelitian mengenai aktivitas fisik berhubungan dengan
persalinan prematur telah membuahkan hasil yang bertentangan.
Beban kerja yang berat dapat meningkatkan hormon prostaglandin,
dengan peningkatan inilah 6 yang dapat memicu terjadinya persalinan
lebih dini. Ibu hamil yang bekerja memiliki pekerjaan dengan sistem
shift, jam kerja lebih lama>7 jam/hari atau >49 jam/minggu, bekerja di
pabrik dengan waktu istirahat rata-rata 1 jam dan kegiatan seperti
mengangkat atau mendorong 10 barang akan menyebabkan persalinan
preterm.
i) Jarak Kehamilan Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menganjurkan kepada para ibu untuk mengatur jarak antara
kehamilannya antara 2 hingga 5 tahun. Karena diharapakan tubuh
seorang ibu diberikan kesempatan untuk mengembalikan organ
reproduksi seperti semula dan kesempatan ibu untuk dapat
memberikan ASI secara optimal, Apabila seorang ibu hamil dan masih
menyusui bayinya dimana tubuh akan melepaskan hormon oksitosin
sehingga dapat memicu kontraksi uterus. Bila kehamilan kurang dari
37 minggu akan terjadi persalinan prematur. Jarak kehamilan yang
lebih pendek dari 18 bulan dan lebih panjang 59 bulan dikaitkan
dengan peningkatan risiko kelahiran prematur.
j) Inkompetensi Servik Kondisi dimana servik tidak mampu untuk
mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena efek
fungsional servik, ditandai dengan terbukannya servik tanpa disertai
rasa nyeri dan berakhir dengan pecahnya ketuban saat kehamilan
prematur sehingga meningkatkan terjadinya persalinan prematur.
3) Faktor Janin
a) Kehamilan Kembar Persalinan pada kehamilan kembar besar
kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neonatus, persalinan
prematur, perdarahan partum, malpresentasi kembar ke dua, atau perlunya
tindakan seksio sesaria.Menurut Norwitz dan Schorge (2008), persalinan
pada kehamilan kembar meningkat sesuai bertambahnya jumlah janin
yaitu lama kehamilan rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal,
37 minggu pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan
kembar tiga, 29 minggu pada kehamilan kembar empat.
b) Janin Mati dalam Rahim (IUFD) Kematian janin dalam rahim (IUFD)
adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gr atau lebih dalam
usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih.
c) Kelainan Kongenital Menurut Dollan dkk (2007), setelah mengendalikan
faktor pengganggu, kehamilan dengan janin mengalami kecacatan
berkaitan erat dengan kelahiran prematur.
Terdapat empat teori mekanisme persalinan prematur mengancam yaitu
aktivasi poros hypothalamus-pituitary-ovari (HPO) maternal, fetal,
inflamasi atau infeksi, perdarahan desidua atau thrombosis dan distensi
uterus patologis. Menurut Goldenberg dkk, persalinan prematur
mengancam mengaitkan dengan ketidak seimbangan pengeluaran hormon
progesteron dan oksitosin serta aktivasi desidua. Teori pengeluaran
hormon progesteron dimana semakin mendekati proses persalinan sumbu
adrenal janin menjadi lebih sensitif terhadap hormon andrenal
kortikotropik sehingga meningkatkan sekresi kortisol, kortisol janin
tersebut akan merangsang aktivasi 17-α-hidroksilase plasenta sehingga
mengurangi sekresi progesteron dan meningkatkan hormon estrogen,
ketidakseimbangan hormon tersebut menyebabkan keluarnya hormon
prostaglandin yang memicu serangkaian proses persalinan. Perdarahan
desidua dapat menyebabkan persalinan prematur mengancam. Lesi
plasenta dilaporkan 34% dari wanita dengan persalinan prematur
mengancam di karakteristikan sebagai kegagalan dari tranformasi fisiologi
dari arteri spiralis, atherosis, dan thrombosis arteri ibu dan janin.
Diperkirakan adanya berhubungan lesivaskuler dengan persalinan
premature mengancam karena iskemi uteroplasenta. Trombin protease
diperkirakan memainkan peran utama memunculkan kontraksi dari
vaskuler, intestinal, dan otot halus miometrium serta otot polos
longitudinal miometrium.
Mekanisme dari distensi uterus yang berlebihan hingga menyebabkan
persalinan prematur masih belum jelas, namun diketahui peregangan
rahim akan menginduksi ekspresi protein gap junction, seperti connexin-
43 (CX-43) dan CX-26, serta menginduksi protein lainnya yang
berhubungan dengan kontraksi, seperti reseptor oksitosin. Faktor
psikologis seperti depresi, cemas dan stres kronik telah di laporkan terkait
dengan kelahiran prematur ialah neuroendokrin yang menyebabkan
aktifasi prematur aksis HPA (hypothalamic-pituitaryadrenal). Proses ini di
mediasi oleh corticotrophinreleasing hormone (CRH) dan
dehydroepiandrosteron synthase (DHEA-S) melalui aktivasi aksis HPA
janin dan menstimulasi plasenta untuk mensintesis estriol dan
prostaglandin sehingga menimbulkan persalinan prematur mengancam.
4) Gaya Hidup
a) Merokok Merokok, pertambahan berat badan yang tidak adekuat dan
penggunaan narkoba berperan penting pada insiden terjadinya persalinan
prematur. Faktor psikologis seperti depresi, cemas dan stres kronik telah di
laporkan terkait dengan kelahiran prematur.10 Risiko persalinan prematur
pada perokok meningkat sebanyak 1,2 kali. Demikian juga wanita hamil
yang merokok pasif (suaminya perokok atau bekerja di lingkungan
perokok) akan mengalami sulit tidur, tidur kurang nyenyak dan rasa sulit
bernafas dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Akibat
merokok aktif selama masa kehamilan tidak jauh berbeda dengan merokok
pasif selama kehamilan.
b) Alkohol dan obat-obatan Pemakaian alkohol semasa kehamilan
mempunyai hubungan erat dengan pertumbuhan janin dan cacat janin,
demikian juga dengan kejadian prematuritas. Marijuana dan kokain
merupakan obat-obatan yang banyak diteliti dan dihubungkan dengan
kejadian prematuritas. Pemakai kokain mempunyai kemungkinan
prematuritas 2 kali lebih tinggi. Ibu hamil pemakai NAZA biasanya juga
peminum alkohol, yang sering mempunyai masalah lain seperti infeksi
atau nutrisi yang buruk
C. Diagnosa Persalinan Premature
Menegakkan diagnosa persalinan prematur terlalu cepat atau lambat
mempunyai risiko meningkatkan mobiditas dan mortalitas neonatus. Tanda utama
dari persalinan prematur adalah adanya kontraksi, kontraksi ini harus dibedakah
antara kontraksi sebenarnya atau palsu, kontraksi yang sebenarnya selalu disertai
dengan adanya pembukaan dan penipisan serviks, dan terjadi pada usia kehamilan
< 37 minggu.
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan adanya persalinan prematur
mengancam, Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benarbenar
merupakan proses persalinan prematur, beberapa kriteria yang dapat dipakai
sebagai diagnosa persalinan prematur adalah:
a. Kontrakasi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali
dalam 10 menit
b. Andanya nyeri pada punggung sebelah bawah
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan pada daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya
2c
f. Penipisan 50 – 80 %
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika h. Selaput
h. ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
(kontraksi) atau sebaliknya
i. Terjadi pada usia kehamilan 22 - < 37 minggu.

Cara utama untuk mengurangi terjadinya risiko persalinan prematur dapat


dilakukan secara awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul. Dimulai dari
dengan pengenalan pasien yang berisiko untuk diberi penjelasan dan dilakukan
penilaian klinik terhadap persalinan prematur serta mengenal kontraksi sedini
mungkin sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan. Beberapa
indikator yang dijadikan sebagai acuan terjadinya persalinan prematur
mengancam sebagai berikut :

a. Indikator Klinik
Indikator klinik dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan servik baik secara manual maupun ultrasonografi.
b. Indikator laboratorium
Indikator laboratorik yang bermakna yaitu jumlah leokosit dalam air
ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/dl),
pemeriksaan leukosit dalam serum ibu ( > 13.000 / ml).
Indikator laboratorium
1) Fibroneksti janin : peningkatan kadar fibronekti janin 50 mg/dl atau
lebih pada usia kehamilan > 24 minggu.
2) Peningkatan corticotrophin releasing hormone (CRH) pada
trimester kedua.
3) Sitokin inflamasi : IL-1β, IL-6, L8 dan TNF-α sebagai indikator
yang mungkin berperan dalam sintesa prostaglandin.
4) Isoferin plasenta : pada keadaan tidak hamil isoferitin sebesar 10
U/ml dan akan meningkat selama kehamilan, mencapai puncak pada
trimester akhir yaitu 54,8 ± 53 U/ml. Jika terjadi penurunan akan
berisiko terjadinya persalinan prematur mengancam bahkan persalinan
prematur.
5) Feritin yang rendah merupakan indikator kekurangan zat besi.

BAB III

TINJAUAN KASUS

No. Register : 03746801


Hari/ Tanggal : Sabtu, 16/07/2022
Jam : 09.40 WIB
Tempat : Puskesmas Kunciran

1. Data Subyektif
A. Indentitas/biodata
Nama : Susi Julia Marta Nama Suami : Junaedi
Umur : 28 Tahun Usia : 36 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Kunciran Jaya RT 05/02 Alamat: Kunciran Jaya RT 05/02
No. Telp : 0877-8258-3638

B. Riwayat masuk ke PMB


Ibu datang ke PMB mengeluh mules sejak kemarin saat ini mules sudah mulai sering dan
sudah keluar lender darah ,belum keluar cairan ketuban
Ibu mengatakan gerakan janin aktif
Ibu mengakatakan sudah BAK jam…..BAB jam….
C. Riwayat kehamilan sekarang dan yang lalu
Ini adalah kehamilan kedua, melahirkan satu kali normal BB…keadaan anak
sekarang sehat dan tidak pernah keguguran. HPHT:15-11-2021 TP: 22-08-2022
Ibu mengatakan ini adalah suami ke 2.
D. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Ibu mengaku ada penyakit HbsAg dan baru mengetahui pada kehamilan ini. Ibu
mengatakan tidak pernah merasakan sesak nafas, jantung berdebar-debar, tekanan
darah tinggi, luka yang lama sembuh, rasa gatal dan panas pada daerah genetalia dan
lain-lain. Didalam keluarga ada riwayat penyakit DM dan HT dari ayahnya dan tidak
ada keturunan bayi kembar
E. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) TTV
a) Tekanan Darah : 90/60 mmHg
b) Nadi : 82 x/m
c) Respirasi : 20 x/m
d) Suhu : 36,5C
b. Pengukuran Antropometri
1) Berat badan : 82 kg
2) Tinggi badan : 160 Kg
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata : Konjungtiva : Tidak anemis Sklera : Tidak ikterik
Leher : Tidak ada benjolan
Dada : Payudara : Simetris, tidak ada benjolan
2) Abdomen
Tidak ada luka bekas jahitan, terdapat linea nigra.
Leopold I : TFU 33cm difundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Pada bagian kanan teraba keras dan memanjang
(punggung), dibagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas)
Leopold III : Pada bagian terendah janin teraba bulat, keras dan
melenting ( Kepala), sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergen
DJJ : 135 x/m
His : 2x10’15”
TBJ….
d. Ekstermitas
Kedua tangan tidak ada oedema dan kuku tidak pucat. Kedua kaki tidak ada
oedema, kuku tidak pucat, tidak ada varises dan reflex patella positif.
e. Genetalia
Insepksi : tidak ada luka, tidak ada varises
Pemeriksaan dalam : Pembukaan 3cm, portio tebal lunak, ketuban +, kepala H1
f. Anus
Tidak ada hemoroid
g. Pemeriksaan Penunjang
HB : 12,3 gr/dl
Swab Antigen : Negatif
HBSAG tgl hasil……

Assesment

Ny.S Usia 28 tahun G2P1A0 H. 36mgg dengan Preterm dan Hbsag +

Janin tunggal hidup intra uterine presentasi kepala

Planning

1. Menyapa klien dengan ramah dan memperkenalkan diri kepada klien


- Bidan telah menyapa dan perkenalkan diri kepada klien
2. Informed Consent penjelasan mengenai pemeriksaan
- Infomed Consent disetujui
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga bahwa saat ini ibu dan janin
dalam keadaan sehat ibu dalam proses persalinan pembukaan sudah 3 cm tetapi usia
kehamilan belum cukup bulan dan ibu positif HBSag,ibu akan segera di lakukan rujukan
ke RS
- Ibu dan keluarga sudah memahami penjelasan yang di berikan
4. Menjelaskan kepada ibu tentang teknik relaksasi yaitu apabila ada HIS atau kontraksi
Tarik nafas panjang dari hidung dan dibuang dari mulut.
- Ibu mengerti
5. Memberikan dukungan dan support kepada ibu agar tetap tenang. Ibu mengerti
6. Menganjurkan suami untuk selalu mendampingi dan memberi dukungan kepada ibu.
- Suami mendampingi selama proses persalinan
7. Menjelaskan tentang alur rujukan yaitu
- Ibu dan keluarga mengerti dan paham tentang alur rujukan
8. Memantau persalinan yaitu TTV, DJJ, HIS, Pembukaan dan penurunan kepala selama
menunggu rujukan.
- Pemantauan sudah dilakukan
9. Pemasangan infus.
- Infus telah terpasang
10. Jam berapa di lakukan rujukan masukin ajah
11. Mendokumentasi hasil tindakan
- Dokumentasi telah dilakukan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. S G2P1A0 dengan Preterm dan HbsAg positif telah dipantau persalinan
oleh bidan. Kejadian infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil didianosis melalui pemeriksaan
darah yang mecari antigen-HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis B)

Menurut jurnal ilmiah kesehatan mengenai Analisis Determinan Faktor Resiko Kejadian
Infeksi Virus Hepatitis B pada ibu hamil. Umur berisiko bagi ibu hamil terinfeksi virus hepatitis
b adalah 16-40 tahun yang merupakan fase kehidupan rentan terhadao infeksi melalui aktivitas
seksual dan siklus reproduksi karena VHB juga ditemukan dalam air liur, air mata, semen dan
lendir vagina.

Menurut penlitian yang dilakukan oleh Mutmainah dan Rita (2015) menyatakan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian premature dan pekerjaan ibu
beresiko mengakibatkan persalinan pretern 2,9 kali lipat lebih besar dari pada ibu yang tidak
bekerja.

Pada kasus Ny. S di Puskesmas Kunciran telah dilakukan sebaik mungkin dan telah
disesuaikan dengan teori yang telah dipelajari.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini usia reproduksi merupakan faktor dominan
penularan penyakit HbsAg pada ibu hamil akibat tingginya aktivitas seksual. Ny. S usia
28 tahun G2P1A0 dengan preterm dan HbsAg + yaitu pembukaan 3cm. bidan melakukan
pemantauan seiringan dengan menunggu rujukan.
Bidan memberikan asuhan kebidanan yaitu untuk tetap tenang jangan panic lalu
dan juga menganjurkan ibu untuk tetap pemenuhan nutrisi terhadap ibu serta memberikan
dukungan dan motivasi kepada ibu dalam proses persalinan
B. Saran

Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar pembuatan makalah yang
akan datang dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.ummat.ac.id/1459/1/LTA%20Cover-%20BAB%203%20Word.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/194-Article%20Text-896-1-10-20210101.pdf

Anda mungkin juga menyukai