Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar belakang

Asuhan Kebidanan komprehensif (Continutity of Care) merupakan pelayanan


yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan
bidan dimana layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi,awal kehamilan,
selama kehamilan, kelahiran dan nifas sampai 6 minggu pertama postpartum dan
keluarga berencana (Darwien dan Nurhayati, 2019).

Pada tahun 2019, terdapat 308.000 wanita diseluruh dunia meninggal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian 99% penyebab utama
kematian ibu yaitu perdarahan yang sebagian besar terjadi setelah persalinan,hipertensi
selama kehamilan yang dapat menyebabkan preeklamsiadan eklamsi,sepsis atau infeksi
serta penyebab tidak langsung seperti diabetes,malaria,human immunodefictenc, virus
(HIV) dan obesitas dan kematian bayi didunia pada tahun 2019 mencapai angka 28,2 per
1000 kelahiran hidup (WHO, 2019)

Berdasarkan laporan jumlah kematian ibu di Indonesia yang dihimpun dari


pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan pada tahun 2020
menunjukkan 4.627 kematian. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun
2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada
tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam
kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 30
kasus (Kemenkes RI, 2020)

Tahun 2019 AKI di Indonesia tercatat sebanyak 205 per 100.000 KH pada AKI
yang disebabkan karena perdarahan (7,1%) , pada hipertensi (2,1%) dan lain lain
( 30.%) , Sedangkan pada AKB mencapai 185/hari dengan AKN 15 per 1.000 KH,pada
tiga perempat kematian Neonatus terjadi pada minggu pertama (4%) meninggal dalam 4
jam pertama (Kemenkes, 2019).
Angka Kematian Ibu di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 telah turun
dibandingkan tahun 2018 sebanyak 120 kasus menjadi 69 kasus sampai dengan oktober
pada 2019. Angka Kematian Ibu di kota Palembang cenderung meningkat pada tahun
2019. Diperlukannya kinerja khususnya program KIA, serta adanya faktor dukungan
baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan yang
semakin baik. Pada tahun 2019, Angka Kematian Ibu adalah 20 di Kota Palembang. Dan
pada tahun 2020 terjadi peningkatan angka kematian ibu yaitu sebesar 59 di kota
Palembang. Kematian ibu di kota Palembang disebabkan oleh diantaranya : perdarahan
sebanyak 28 %, pre/eklampsia 29%, infeksi 0%, gangguan metabolic 7%, gangguan
sistem peredaran darah 7%, dan lain-lain 29%. Penyebab tertinggi kematian ibu pada
tahun 2020 adalah hipertensi dalam kehamilan yaitu 9%.Upaya menurunkan kematian
ibu hipertensi dalam kehamilan terus dilakukan dan waspada pada penyebab lain-lain
(Dinkes Palembang, 2020).

Adapun upaya yang dilakukan untuk menekan AKI dan AKB yaitu Kemenkes
melakukan transformasi system kesehatan termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi
dengan pendekatan 6 pilar, salah satunya pilar transformasi layanan primer yang
bertujuan untuk menciptakan calon ibu yang sehat melalui upaya kesehatan berbasis
masyarakat seperti: 1). Mempersiapkan ibu layak hamil, 2). Terdeteksi komplikasi
kehamilan sedini mungkin di pelayanan kesehatan, 3). Persalinan difasilitas kesehatan
dan 4). Pelayanan untuk bayi yang dilahirkan (Kemenkes, 2021).

Berdasarkan data dari buku laporan PBM Nurhayati M. Amd.Keb pada tahun
2018 kunjungan ibu hamil untuk melakukan ANC sebanyak 998 orang,ibu bersalin
sebanyak 155 orang, bayi baru lahir sebanyak 155 orang, ibu nifas sebanyak 155
orang,dan ibu aksetor KB sebanyak 1129 orang. Pada tahun 2019 kunjungan ibu hamil
untuk ANC sebanyak 1072 orang,ibu bersalin sebanyak 168 orang, BBL sebanyak 168
orang,ibu nifas sebanyak 168 orang, dan ibu akseptor KB sebanyak 1119 orang. Pada
tahun 2020 kunjungan ibu hamil untuk ANC sebanyak 187 orang,ibu bersalin sebanyak
187 orang, BBL sebanyak 187 orang, ibu nifas sebanyak 187 orang,dan akseptor KB
sebnyak 1526 orang.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan pada ibu
hamil, persalinan, BBL, nifas, dan KB dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprensif
Pada Ny “S” Praktik Bidan Mandiri Nurhayati M. Amd.Keb Air Tiris Bangkinang Tahun
2022”.

II. Tujuan Umum


Memberikan Asuhan kebidanan Komprehensif pada Ny.S di Praktik Bidan
Mandiri Nurhayati M. Amd.Keb Air Tiris Bangkinang tahun 2022.

III. Tujuan khusus


a. Memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny .“S” pada masa kehamilan di Praktik
Bidan Mandiri Nurhayati M. Amd.Keb Air Tiris Bangkinang tahun 2022.
b. Memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. “N” pada masa persalinan di Praktik
Bidan Mandiri Nurhayati M. Amd.Keb Air Tiris Bangkinang tahun 2022.
c. Memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. “N” pada masa nifas di Praktik
Bidan Mandiri Nurhayati M. Amd.Keb Air Tiris Bangkinang tahun 2022.
d. Memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. “N” pada masa bayi baru lahir dan
neonatus di Praktik Bidan Mandiri Nurhayati M. Amd.Keb Air Tiris Bangkinang tahun
2022.
e. Memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. “N” pada Pelayanan Keluarga
Berencana di Praktik Bidan Mandiri Nurhayati M. Amd.Keb Air Tiris Bangkinang tahun
2022.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Asuhan Kehamilan
1. Pengertian Asuhan Kehamilan
Asuhan kehamilan merupakan asuhan yang diberikan bidan dalam
bentukpelayanan secara komprehensif atau menyeluruh (Kusmiati, 2013).
2. Antenatal Care
Untuk menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan
menganjurkan setiap ibu hamil melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang
berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami atau
anggota keluarga, sebagai berikut: ( Kemenkes RI, 2013). Kunjungan III (32 minggu)
dan (36 minggu sampai lahir) dilakukan untuk :
a. Mengenali kelainan letak dan presentasi
Pada dasarnya letak janin sering berubah-ubah di dalam rahim. Bidan atau
pun dokter akan memantau keadaan janin melakukan palpasi untuk mengetahui
bila ada diduga kelainan letak janin.
b. Memantapkan rencana persalinan
Rencana untuk pengambilan keputusan dan transportasi jika terjadi
kegawatdaruratan,menyiapkan tabulin, dan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan untuk persalinan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi
kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan
bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu.
c. Mengenali tanda - tanda persalinan
Merasakan nyeri, sulit untuk tidur, frekuensi buang air keci meningkat,
keluar lendir bercampur darah dari vagina, meraskan kontraksi palsu, pembukaan
serviks, air ketuban pecah (Saifuddin, 2010).
3. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal
Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care ada sepuluh standar pelayanan
yang harus di lakukan bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10T.
Pelayanan Asuhan standar minimal 10T yaitu (Kemenkes RI, 2013) :
a. Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan. Dalam keadaan normal kenaikan
berat badan ibu dari sebelum hamil dihutung dari trimester pertama sampai
trimester ketiga yang bekisar antara 11,5 - 16 kg. Pada trimester 1 peningkatan
berat badan berkisar 0,5-2 kg. Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk
ibu hamil antara lain >145 cm dan kenaikan berat badan setiap minggu yang
tergolong normal.Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator sederhana
dari korelasi antara tinggi dan berat badan, digunakan untuk mengukur ideal
atau tidaknya berat badan, IMT = BB (kg) : TB (m) 2 (Walyani S. E. 2015).

b. Ukur Tekanan Darah.


Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar
selama masa kehamilan. tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg.
Tekanan darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta,
tetapi tekanan darah sistolik >140 mmHg atau diastolik > 90 mmHg pada saat
awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensial hipertensi dan adanya
preeklampsi.
c. Nilai Status Gizi ( Ukur Lingkar Lengan Atas )
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan suatu cara untuk
mendeteksi dini adanya, Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi.
Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin berkurang,
sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahikan bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang
Energi Kronis atau KEK (ukuran LILA < 23 cm ),yang menggambarkan
kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun
kualitasnya.
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri.
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri menggunakan teknik Mc.donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan anamnesis hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus
sama dengan usia kehamilan (UK) dalam minggu yang dicantukan dalam
HPHT.

e. Tentukan Persentasi Janin dan Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ)


Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi dari dini ada atau
tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut (hipoksia/asfiksia,
gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi). Pemeriksaan denyut
jantung janin adalah salah satu cara untuk memantau janin. Pemeriksaan 14
denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin
baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/ 4 bulan. Gambaran DJJ:
1. Takikardi berat : detak jantung diatas 180 kali/menit.
2. Takikardi ringan : antara 160-180 kali/menit.
3. Normal : antara 120-160 kali /menit.
4. Bradikardia ringan : antara 100-119 kali/menit.
5. Bradikardia sedang : antara 80-100 kali/menit.
6. Bradikardia berat : kurang dari 80 kali/menit.
f. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Lengkap
Imunisasi Tetanus Toksoid harus segera di berikan pada saatseorang
wanita hamil untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT
yaitu nyeri kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan.
Dilakukan secara intermusculer (IM), dengan dosis 0,5 ml.

g. Pemberian Tablet Zat Besi, Minum 90 Tablet Selama Kehamilan.


Dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60) dan 15
asam folat 500 mikogram. Minimal masing - masing 90 tablet besi.
Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C agar
membatu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat
diserap sempurna oleh tubuh.
h. Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pemeriksaan pada ibu hamil
yaitu urinalis (terutama protein urin pada trimester kedua dan ketiga) untuk
mendektesi adanya hipertensi atau preeklamsi, reduksi urine untuk mendeteksi
adanya DM dan kadar hemoglobin pada trimester ketiga terutama jika diurigai
anemia

Anemia adalah keadaan ketika kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan


jumlah eritrosit turun di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena
kekurangan gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan
vitamin B12. Memasuki trimester III, volume darah dalam tubuh wanita akan
menigkat sampai 35%. Angka ini setara dengan 450 mg zat besi untuk
memproduksi sel-sel darah merah.Sel-sel tersebut harus mengangkut oksigen
lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan janin.Pada saat melahirkan, wanita
memerlukan tambahan zat besi 300-350 mg untuk mengimbangi jumlah darah
yang hilang.Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40
mg per hari.
Pada ibu hamil,ada beberapa faktor resiko yang berperan dalam
meningkatkan prevalensi anemia defisiensi zat besi, salah satunya adalah usia
ibu 35 tahun. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi, dari keluhan yang
sangat ringan sampai munculnya gangguan pada kehamilan (abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,
perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi uterus, penurunan
daya tahan terhadap infeksi dan stres, penurunan produksi ASI), dan gangguan
pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dll).
Faktor Predisposisi yaitu diet rendah zat besi, B12, dan asam folat, kelainan
gastrointestinal, penyakit kronis, riwayat keluarga (Mangkuji S dkk, 2012).
i. Tata Laksana Kasus.
Bila dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan penyakit, ibu hamil
perlu dilakukan perawatan khusus. 10. Temu Wicara (Konseling) Termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Serta KB Pasca
Persalinan.Temu wicara pasti dilakukan setiap klien untuk melakukan
kunjungan. Temuwicara berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan.
Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien.
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan. Tindakan
yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:
1. Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu menentukan
pilihan yang tepat.
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan.
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
hasil rujukan.
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
5. Memberikan asuhan antenatal.
6. Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah.
7. Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang
rencana proses kelahiran.
8. Persiapan dan biaya persalinan.

B. Persalinan Normal
1. Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 -42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo,
2005). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002). Beberapa istilah yang
dipakai adalah:
a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
b. Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil
c. Multigravida adalah wanita yang sudah berkali-kali hamil
d. Nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup di
dunia luar (viable)
e. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
f. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan satu kali
g. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan beberapa kali bayi
h. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 6 kali atau lebih.
i. Paritas adalah jumlah kelahiran bayi yang lalu yang dapat hidup di dunia luar
j. Parturient adalah seorang wanita yang sedang dalam persalinan atau dalam inpartu
k. Peurpura adalah seorang wanita yang baru saja selesai melahirkan bayi.
l. Abortus adalah pengeluaran kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar.

2. Tanda-tanda permulaan persalinan


Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya,
beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya” atau “minggu-nya” atau
hari-nya. Yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut (Mochtar, 2011):
a. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu
jelas.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.


c. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian bawah janin.
d. Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
uterus, kadang-kadang disebut ”false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin
bercampur darah (bloody show).

3. Tanda-tanda Inpartu
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil
pada pada serviks.
c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

4. Tahap Persalinan
Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1) Kala I (kala pembukaan) Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang
diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung
kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada
kala satu, yaitu :
a. Fase laten Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik
ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai
sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat
sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase
ini presentasi mengalami penurunan sedikit hi ngga tidak sama sekali.
b. Fase aktif Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan
menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya
dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan
bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan
selama kala dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
 Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
 Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm
 Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu
2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005).
Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada
ibu bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya
pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada
indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalanjalan.
Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah,
wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa dalam pervaginam
dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi
jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan
karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I
berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.

2) Kala II (kala pengeluaran janin)


Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan
peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol , vulva
vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir darah. Pada
kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin
telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot -otot dasar
panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada rectum,
ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala
janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti
seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar,
2002). Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk P.A.P ketuban
yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus
dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan.
Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan. Ada 2 cara ibu mengedan:
a. Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan kedua
lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai
dada. Mulut dikatup.
b. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya
punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas.
Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka
(membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju, anus
terbuka, perinium meregang. Penolong harus menahan perinium dengan tangan kanan
beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak terjadi robekan (ruptur
perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi. Episiotomi dilakukan
jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke dalam vagina, yaitu
dengan jalan mengiris atau menggunting perinium. Ada 3 arah irisan, yaitu medialis,
mediolateralis dan lateralis.
Tujuan episiotomy adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak
teratur dan robekan pada m. spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan
baik akan menyebabkan inkontinensia alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller
dengan mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya membantu tenaga
ibu untuk melahirkan kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan ruptur
uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta. Ketika
perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang
kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari tangan
kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelanpelan ke arah simfisis.
Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil
(suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut-turut
tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu.
Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan
mengadakan putaran ke salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik
kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelanpelan ke arah
simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan
mengait kedua ketiak janin.
Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis, menggerakkan
kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-kira membuat
sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir diisap
dengan pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus,
lalu digunting diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau benang
atau klem plastik sehingga tidak ada pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada
ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih penuh atau tidak. Kalau penuh,
kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi rahim dan
menyulitkan kelahiran uri.

3) Kala III (pengeluaran plasenta )


Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, semburan darah tiba-tiba. Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta
yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan
dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam
vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai pe ngeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002).
Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera,
pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta
lahir. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam waktu
30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya tanda
pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis ketiga, dan periksa
si ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks dan vagina kemudian
perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).

4) Kala IV
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa fundus
uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika
kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah,
nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit selama jam kedua. Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar
mencegah dehidrasi. Higene juga perlu diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada
pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan
menyusui bayi karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan
dan A. Alimul H, 2008).

5. Proses Terjadinya Persalinan


Menurut Mochtar (2011) sebab-sebab yang menimbulkan persalinan adalah:
a. Teori penurunan hormon
Pada saat 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon
esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
his jika kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua

Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan


progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan
menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori iritasi mekanik


Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus Frankenhauser).
Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan
timbul kontraksi uterus.
d. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

e. Induksi partus (induction of labour).


Partus dapat pula ditimbulkan dengan:
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis serviks
dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban.
3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus.

6. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Manuaba (2007), faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu :
a. Power His
(kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan ibu keadaan
kardiovaskuler respirasi metabolik ibu. Kontraksi uterus berirama teratur dan
involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki
tiga fase yaitu: increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak atau
maksimum), decement (ketika relaksasi).
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium
pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno Triphospat
(ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh
ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra selular dan
menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali
lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan
relaksasi miofibril. Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup
kuat untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin
maju sampai janin dikeluarkan.
Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang serviks, regangan
serviks merangsang kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan
meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi
uterus bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan
saraf simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Wiknjosastro, 2002).
1) Kekuatan his kala I bersifat:
 Kontraksi bersifat simetris.
 Fundus dominan.
 Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
 Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek
mengejan.
 Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang berkontraksi tidak akan
kembali ke panjang semula.
 Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak sekitar insersi tuba
dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per
detik.
2) Kekuatan his kala II
Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala dua
mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3 -4 menit, durasi berkisar 60-90
detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau
bagian terendah menekan serviks di mana terdapat fleksus frikenhauser
sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan
mengakibatkan ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar,
dahi, muka, kepala seluruhnya.
3) Kekuatan his kala III
Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk melepaskan
plasenta dari insersinya.
4) Kekuatan his kala IV Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kua t dengan
amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh
interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk
trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi
penghentian pen geluaran darah postpartum (Wiknjosastro, 2002).

b. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan
penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian
evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah
persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio sesaria. Pada jalan lahir
tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran
pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami
kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain.
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga
biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Pada jalan lahir lunak yang
berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina.
Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat -alat
urogenital juga sangat berperan pada persalinan.

c. Passanger
Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada
janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada
persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak,
hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin
sudah lahir, maka bagian -bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.

d. Respon psikologi
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benarbenar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga biasa
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang
belum pasti“ sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi: melibatkan
psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya,
kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu. 5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan. Dikemukiakan 2 teori untuk menjelaskan mengapa lebih
banyak letak kepala dibandingkan letak lainnya, yaitu:
1. Teori akomodasi: bentuk rhim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang
besar volumenya untuk berada di atas, sedangkan kepala berada di bawah
menempati ruangan yang lebih sempit.
2. Teori gravitasi: karena relatif besar dan berat, kepala akan turun ke bawah.
Karena his yang kuat, teratur dan sering kepala janin turun memasuki pintu
atas panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir,
kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala
memasuki panggul dengan ukuran yang kecil, yaitu Diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 cm, dan Sirkumferensia suboksipito-bregmatika
= 32 cm.
Tahapan mekanisme turunnya kepala janin menurut Mochtar (2011)
a. Kepala terfiksasi pada PAP (engagement)
b. Turun (descent)
c. Fleksi
d. Fleksi maksila
e. Putar paksi dalam di dasar panggul
f. Ekstensi: terjadi moulage kepala janin, ekstensi, hipomoklion: uuk di bawah
simfisis
g. Ekspulsi kepala janin: berturut-turut lahir uub, dahi, muka dan dagu
h. Rotasi eksternal: putar paksi luar (restitusi)
i. Ekspulsi total: cara melahirkan bahu depan, bahu belakang, seluruh badan dan
ekstremitas.
C. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
1. Post Partum

Post Partum adalah masa sesud lah masa sesudah persal ah persalinan yang diper
g diperlukan untuk pulihn untuk pulihnya kembali alat kand ya kembali alat kandungan
yang lamanya yang lamanya adalah 6 ming adalah 6 minggu. Partus dianggap normal
atau spontan jika wanita berada di masa aterm, tidak terjadi komplik tidak terjadi
komplikasi terdapat satu janin satu janin presentasi puncak kepala dan ntasi puncak
kepala dan  persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak,2010).

Post Partum Nifas disebut juga masa puerpereum atau post partum adalah suatu
masa dimulai setelah kelahiran bayi dan plasenta dan  berakhir  berakhir ketika alat
reproduksi reproduksi kembali kembali seperti seperti keadaan keadaan sebelum sebelum
hamil  berlangsung kira-kira sampai enam minggu. (Dalam Fatimah 2 atimah 2017).

Post partum dengan SC adalah ibu yang melahirkan janin dengan  persalinan
buatan yaitu dengan cara proses pembedahan dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus dimana dalam waktu sekitar enam minggu organ-organ reproduksi akan
kembali seperti tidak hamil (Cunning dalam Fatimah 2017).

Adaptasi yang dialami :

a. Sistim Rep tim


Reproduksi Uter si Uterusmengalami involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga
persalinan, uterus berada di inan, uterus berada di garis tengah, kira-ki garis tengah,
kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium  promontorium sakralis. sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira
kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dan beratnya
kira-kira 1000 gram. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm
diatas umbilikus. Dalam  beberapa  beberapa hari kemudian, kemudian, perubahan
perubahan involusi involusi berlangsung berlangsung dengan cepat gan cepat. Fundus
turun kira-k un kira-kira 1-2 ira 1-2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada
hari ke-9 pasca partum. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap  penurunan  penurunan
volume intra uteri yang sangat besar. Afterpaints Afterpaints merupakan kontraksi
uterus intermiten setelah melahirkan dengan berb gan berbagai intesitas. Rabas uteru
as uterus pasca melah s pasca melahirkan disebut lochea dan terjadi dalam 3 tahap:
lochea rubra adalah rabas yang berwarnamerah terang ini berlangsung selama 3 hari
dan terutama terdiri atas darah dengan sejumblah kecil lendir,  partikel  partikel
desidua, desidua, dan sisa sel dari tempat plasenta. plasenta. Lochea serosa adalah
racas cair yang berwarna merah muda terjadi seiring dengan perdarahan dari
endometrium berkurang. Kondisi ini berlangsung sampai 10 hari setelah melahirkan
dan terdiri atas darah yang sudah lama serum leukosit dan sisa dan sisa  jaringan.
jaringan. Lochea alba yaitu rabas coklat lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel, selaput lendir  serviksdan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung  berlangsung selama 2-6 minggu post partum. partum. Lokhea yang
menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan
sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertingg oleh tertinggalnya sisa alnya sisa
atau selaput plasenta. Lokhea alba atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang
berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri
pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau
busuk  yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut “lokhea statis”.

b. Sistem Endokrin
Endokrin Penurunan Penurunan hormon human plasental plasental lactogen,
esterogen dan kortisolserta plasentalibu yang tidak  menyusui menurun secara yang
bermakna pada masa puerperium.  puerperium. Kadar esterogen esterogen dan
progesteron progesteron menurun menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen  berkaitan  berkaitan dengan pembengkakan
pembengkakan payudara payudara dan diuresis diuresis cairan ekstra seluler berlebih
yang terakumulasi selama masa hamil. Hormon hipofisis pada wanita yang menyusui
dan wanita yang tidak kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada ibu yang
tidak menyusui. Pada hari ketiga atau keemp atau keempat pasca  partum bisa  partum
bisa terjadi pembengkakan pada terjadi pembengkakan pada payudara ibu dan
payudara ibu dan pada saat di palp saat di palpasi terdapat nyeri teka at nyeri tekan.
Saat men n. Saat menyusui pertama i pertama kali ASI akan mengeluarkan kali ASI
akan mengeluarkan kolostrum yang berwarna kolostrum yang berwarna kuning.

c. Sistem Urinarius Kandung kemih dan u h dan uretra.


  Pengeluaran janin melewati jalan lahir menyebabkan trauma pada uretra dan
kandung kemih. Mukosa kandung kemih setelah pelahiran menunjukan berbagai
derajat edema dan hiperemia dengan penurunan tonus kandung kemih. Kondisi ini
menyebabkan penuaan sensasi terhadap sensasi terhadap tekanan dan kapasitas
kandung kemih yang lebih besar. Meatus urinarius dan uretra sering kali mengalami
edema. Edema  jaringan  jaringan dan hiperemia hiperemia dikombinasikan
dikombinasikan dengan efek analgetik  analgetik  menekan keinginan untuk
berkemih. Nyeri panggul menambah  berkurangnya  berkurangnya refleks refleks
untuk ekstensif ekstensif teraktivasi teraktivasi setelah setelah melahirkan. Faktor-
faktor tersebut menurun dalam beberapa hari kembali ke kondisi sebelum hamil.
Interaksi antara  peningkatan  peningkatan faktor- faktor- faktor pembekuan
pembekuan ini dengan imobilisasi, imobilisasi, sepsis atau trauma.

d. Sistim Respirasi
Perubahan tekanan abdomen dan kapasitas rongga thoraks setelah melahirkan
setelah melahirkan menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada fungsi pulmonal,
peningkatan terjadi  pada volume residu, ventilasi istirahat, dan konsumsi oksigen.

e. Sistim Gastrointestinal Motilitas dan tonus sistim gastrointestinal kembali normal


dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan. Kebanyakan wanita sangat haus pada 2
sampai 3hari pertama karena perpindahan cairan antara ruang intesitas dan sirkulasi
akibat deuresis.
f. Sistem Kardiovaskuler Perubahan volume darah tergantung  pada beberapa beberapa
faktor misalnya misalnya kehilangan kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan  perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan menyebapkan
volume darah menur ah menurun Beberapa perub pa perubahan tanda-tanda vital bisa
al bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.

g. Sistem Integumen Kloasma yang mun cul pada masa ham da masa hamil  biasanya
biasanya menghilang menghilang saat kehamilan kehamilan berakhir. berakhir. Pada
beberapa beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit
yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan  panggul  panggul mungkin
mungkin memudar, memudar, tapi tidak hilang seluruhnya. seluruhnya. Peningkatan
aktivitas melanin pada kehamilan yang menyebabkan hiperpigmentasi puting, aerola
dan aerola dan linea nigra secara bertahap berkurang setelah melahirkan. Walaupun
warna gelap di berbagai area ini dapat memudar warnanya mungkin tidak kembali
seperti sebelum hamil dan beberapa wanita tidak   pigmen  pigmen gelap yang
menetap. menetap. Kloasma Kloasma (topeng (topeng kehamilan kehamilan )  pada
umumnya umumnya membaik membaik walaupun walaupun kondisi kondisi ini
tidak  menghilang secara sempurna. Banyaknya penyebaran rambut halus yang
terlihat selama kehamilan pada umumnya menghilang.

h. Perubahan Tanda-Tanda Vital Selama 24 jam pertama, suhu meningkat menjadi


38°C, sebagai akibat meningkatkannya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal
jika terjadi  peningkatan  peningkatan suhu 38°C yang menetap menetap 2 hari
setelah setelah 24 jammelahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis
puerperalis (infeksi selama  puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi post
partum), infeksi saluran kemih, saluran kemih, endometritis (peradangan
endometrium), pembengkakan  payudara, dan  payudara, dan lain-lain. lain-lain.
Dalam periode Dalam periode waktu 6-7 waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering
irkan, sering ditemukan adanya ukan adanya bradikardia 50-70 ardia 50-70 kali
permenit  permenit dan dapat berlangsung berlangsung sampai 6-10 hari setelah
setelah melahirkan.

Takikardia kurang terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan


kehilangan darah angan darah dan proses dan proses persali persalinan yang lama.
Selama beberapa jam sesudah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi othostatik
(penurunan 20 runan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah
berdiri yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah
seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg
dan penurunan diastolik 15 mmHg yang disert yang disertai dengan sakit ai dengan
sakit kepala dan gangguan pen a dan gangguan pengelihatan  bisa menandakan
menandakan ibu mengalami mengalami preeklamsi preeklamsi dan ibu perlu di
evaluasi lebih lanjut.

i. Adaptasi Psi kologis Setelah persalinan ya ng me rupakan  pengalaman  pengalaman


unik yang dialami dialami oleh ibu, masa nifas juga merupakan salah satu fase yang
memerlukan adaptasi  psikologis.  psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah
lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu
yang sebenarnya. Ini pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar
ibu dapat menumbuhkan rasa kasih say sih sayang kepada bayi.
Menurut Hamilton, Hamilton, adaptasi psikologis adaptasi psikologis ibu
post ibu post partumdibagi menjad partumdibagi menjadi 3 fase yaitu :Fase taking in /
ketergantungan. Fase ini dimulai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan
dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan. Fase taking hold /
ketergantungan tidak ketergantu tidak ketergantungan. Fase ini Fase ini dimulai pada
hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampai hari ketiga ibu siap ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal  baru. Selama fase ini sistem  baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi san pendukung menjadi sangat
bernilai gat bernilai  bagi ibu muda yang membutuhkan membutuhkan sumber
informasi informasi dan  penyembuhan  penyembuhan fisik sehingga sehingga ia
dapat istirahat istirahat dengan baik. Fase letting go / saling ketergantungan. Dimulai
sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh  pasian  pasian telah
sembuh, sembuh, perasaan perasaan rutinnya rutinnya telah kembali kembali dan
kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

D. Asuhan Kebidanan Neonatus


1. Pengertian
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin.

2. Klasifikasi neonatus :
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
 Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari (37 minggu)
 Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
 Lebih bulan(postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut berat lahir :
 Berat lahir rendah : < 2500 gram
 Berat lahir cukup : 2500 – 4000 gram
 Berat lahir lebih : > 4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat
lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
 Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.
 Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.
Bayi baru lahir disebut dengan neonatus dengan tahapan :
 Umur 0 - 7 hari disebut neonatal dini.
 Umur 8 - 28 hari disebut neonatal lanjut.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 sampai 42 Minggu
dan berat badan lahir 2500 - 4000 gram.

3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal.


a. Lahir aterm antara 37- 42 minggu
b. Berat badan 2500 - 4000 gram.
c. Panjang badan 48 - 52 cm.
d. Lingkar dada 30 - 38 cm.
e. Lingkar kepala 33 - 35 cm.
f. Frekuensi jantung 120-160×/menit.
g. Pernapasan ± 40 - 60×/menit.
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
j. Kuku agak panjang dan lemas.
k. Nilai APGAR > 7
l. Gerakan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis kuat
n. Refleks Rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
o. Refleks Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
p. Refleks Moro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
q. Refleks Graps atau menggenggam sudah baik.
r. Genitalia :
 Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.
 Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
s. Eliminasi baik, yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama
dan mekonium berwarna hitam kecoklatan.

4. APGAR Score
Infeksi intrauteri berat seperti lahir dan menit kemudian, skor apgar menggunakan
tanda-tanda vital untuk mengindikasikan perlunya tindakan resusitasi, upaya pernapasan,
frekuensi denyut jantung, warna kulit, tonus otot, dan respons terhadap stimulus. Setiap
tanda diberikan skor 1, 2, atau 0 dan kemudian ditotal. Skor 8-10 mengidentifikasikan
bayi berada dalam kondisi baik, skor 0-7 merepresentasikan bayi afiksia ringan/sedang,
dan skor 1-3 merepresentasikan asfiksia berat yang memerlukan resusitasi segera.
5. Tahapan Bayi Baru Lahir
a) Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada
tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik
b) Tahap II disebut tahap transional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian
selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
c) Tahap III disebut tahap periodic, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama
yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

6. Penampilan bayi baru lahir


a) Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan terhadap
reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau
suara mainan.
b) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris pada waktu
bangun. adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah
normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu
kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
c) Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah terlihat
simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang menyebabkan
kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan
pada kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja, atau di sisi kiri
dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran lingkar
kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (Capput sucsedenaum) dikepala
hilang dan jika terjadi moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada
bentuknya semula.
d) Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata: perhatikan antara kesimetrisan antara
mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.
e) Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut ikan,
tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada bayi normal,
bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran
cerna.
f) Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan; perhatikan ada
tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi biasanya bayi masih ada
pernapasan perut.
g) Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan
yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu diperhatikan bentuk,
gerakannya, faktur (bila ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices.
h) Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-kadang
didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang berlebihan harus
dipikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit dengan warna
yang tak rata (“cuti Marmorata”) ini dapat disebabkan karena temperature dingin,
telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan
kuning, bercak - bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong
(Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun.
i) Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan kemih:
diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang tiba-
tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin dengan kulit
kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk
kemungkinsn Hirschprung/Congenital Megacolon.
j) Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa
disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain Tonik neek refleks, yaitu
gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara
spontan memiringkan kepalanya, Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh
daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan
kepalanya ke arah datangnya jari , Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh
telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat,
Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar tubuhnya pada orang yang
mendekapnya, Stapping refleks yaitu reflek kaki secara
spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan
pada satu dasar maka bayi seolah- olah berjalan, Sucking refleks (menghisap)
yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-langit sehingga sinus
laktiferus tertekan dan memancarkan ASI, Swallowing refleks (menelan) dimana
ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.
k) Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%
berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
l) Kesadaran bayi misalnya bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat.

7. Mekanisme kehilangan panas.


a) Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan
b) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, contoh meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila
bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut
c) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, contoh ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan
d) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,karena benda-
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung)
8. Ikterus
Ikterus patologis: Ikterus menjadi patologis jika kondisi dapat terlihat dalam 24 jam,
ketika kadar bilirubin meningkat sebanyak 5 mg/dL dalam 24 jam, ketika kadar bilirubin
>15 mg ketika peningkatan kadarnya ber langsung lebih dai minggu pada bayi cukup
bulan dan lebih dari 2 minggu pada bayi prematur, atau ketika bayi menjadi letargi dan
kemampuan menyusu buruk. Temuan Laboratorium: Pada hiperbilirubinemia fisiologis
normal, bilirubin indirek (jumlah total bilirubin dikurangi bilirubin direk) dalam darah
tali pusat adalah mg/dL, meningkat hingga <5 mg/dL dalam 24 jam. Kadar bilirubin
terkonjugasi atau bilirubin direk normal adalah 0,0-0,4 mg/dL.
Pengamatan ikhterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling
baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit
yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat icterus yang merupakan resiko
terjadinya kern-ikhteru, misalnya kadar bilirubin bebas. kadar bilirubin dan 2, atau secara
klinis (Kramer) dilakukan di bawah sinar biasa. Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan
secara laboratorium, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.
a) Penatalaksanaan
 Pendekatan menetukan kemungkinan penyebab, atau pendekatan yang
dapat memenuhi kebutuhan.
 Kadar bilirubin serum berkala darah tepi lengkap, golongan darah ibu dan
bayi. uji coombs. Pemeriksaan penyaringan defisiensi enzim G-6-PD.
b) Cara pencegahan:
 Pengawasan antenatal yang baik.
 Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada bayi pada masa
kehamilan dan kelahiran. Misalnya sulfafurasol, novobiosin, oksitosin, dll.
 Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonates.
 Pencegahan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
 Pemberian makanan yang dini.
 Pencegahan infeksi.
 Pemberian ASI yang adekuat.
 Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak
setiap 2-3 jam.
 Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi.

9. Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir


Saat bayi baru lahir maka kita melakukan prinsip asuhan sebagai berikut :
a) Pencegahan infeksi
b) Penilaian segera setelah lahir
c) Pencegahan kehilangan panas
d) Asuhan tali pusat
e) Inisiasi menyusui dini
f) Manajemen laktasi
g) Pencegahan infeksi mata
h) Pemberian vit K1
i) Pemberian imunisasi
j) Pemeriksaan BBL.

10. Pelayanan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Pelayanan kesehatan neonatal esensial dilakukan terhadap bayi baru lahir,
meliputi tatalaksana bayi baru lahir :
a. Pada saat lahir 0 (nol) sampai 6 (enam) jam, asuhan yang diberikan :
 Menjaga bayi tetap hangat, dengan cara keringkan bayi secara seksama,
lakukan imd, selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat,
tutupi kepala bayi, anjurkan ibu memeluk dan memberikan asi, jangan
segera menimbang atau memandikan bayi, tempatkan bayi di lingkungan
yang hangat.
 Inisiasi menyusu dini.
 Pemotongan dan perawatan tali pusat, cara merawat tali pusat bayi
sesudah melakukan dengan benar, jika punting tali pusat kotor bersihkan
(hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan keringkan dengan
menggunakan kain bersih.
 Pemberian suntikan vitamin KI 1 mg intramuscular di paha kiri
anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.
 Pemberian salep mata antibiotik, berikan sebelum 12 jam setelah
persalinan.
 Pemberian imunisasi hepatitis B, imunisasi HB0 dilakukan boleh
dilakukan pada 0-7 hari usia bayi.
 Pemeriksaan fisik bayi baru lahir .
 Pemantauan tanda bahaya.
 Pemberian tanda identitas diri.
b. Setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari, dilakukan paling
sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi:
 1) 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam
 2) 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari
 3) 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari.
Dengan yang diberikan:
 Menjaga bayi tetap hangat.
 Perawatan tali pusat.
 Pemeriksaan bayi baru lahir.
 Perawatan dengan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah;.
 Pemeriksaan status vitamin Kl profilaksis dan imunisasi.
 Penanganan bayi baru lahir sakit dan kelainan bawaan; dan,
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat
waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
E. Asuhan Keluarga Berencana
1. Pengertian Asuhan pada Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan bahagia dan sejahtera (Setiyaningrum, 2015).

2. Pemilihan Kontrasepsi pada Ibu Menyusui


Menurut Saroha(2014) pemilihan kontrasepsi pada :
a. Klien yang menyusui bayinya tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu
pascpersalinan, bahkan pada klien yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi
(MAL) waktu tersebut dapat sampai 6 bulan.
b. Kontrasepsi kombinasi (merupakan pilihan terakhir pada klien karena) :
 Jangan dipakai sebelum 6 - 8 minggu pasca persalinan karena akan
mengurangi ASI dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
 Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu sampai dengan 6 bulan
pascapersalinan. Selama 3 minggu pascapersalinan meningkatkan resiko
masalah pembekuan darah.
c. Progestin
 Selama 6 minggu pascapersalinan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
 Tidak ada pengaruh terhadap ASI
 Perdarahan ireguler dapat terjadi
d. AKDR
 Dapat dipasang langsung pascapersalinan,sewaktu secsio cesarea, atau
sesudah 48 jam pascapersalinan.
 Sesudah 4 - 6 minggu pascapersalinan.
 Jika haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan.
e. Kondom
Kondom dapat digunakan setiap saat, tidak ada pengaruhnya terhadap
laktasi. Klien tidak menyusui :
 Kondom, MAL, Progestin dapat segera digunakan
 Kontrasepsi kombinasi dapat dimulai 3 minggu pascapersalinan, lebih dari
6 minggu pascapersalinan atau sesudah dapat haid (setelah yakin tidak ada
kehamilan).
3. Panduan Pemilihan Kontrasepsi
Pemberian pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilisator, sesuai dengan
langkah-langkah di bawah ini, ( Kemenkes, 2013) :
a. Jalin komunikasi yang baik denga ibu.
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri. Gunakan komunikasi
verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas
dan keinginannya pada kunjungan ini.
b. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu.
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.

c. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan


ibu.
Berikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode
kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat
terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek
yang merugikan tersebut.
d. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi
dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apalagi
ingin mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali
atau rujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
e. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan mengenai :
 Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.
 Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
 Cara mengenali efek samping/komplikasi.
 Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan
ulang bila diperlukan.
 Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi.
f. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum
mendapat informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak
mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu.
Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.

4. Konseling Keluarga Berencana


Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan
keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kali kesempatan yakni, pada saat pemberian pelayanan. Tehnik konseling yang baik dan
informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada ( Handayani, 2014).
5. Tujuan Konseling
Menurut Handayani ( 2014) yaitu:
a. Meningkatkan penerimaan
b. Menjamin pilihan yang cocok
c. Menjamin penggunaan cara yang efektif
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama

6. Jenis Konseling KB
Menurut( Handayani, 2014) yaitu:
a. Konseling Awal
Bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai didalamnya
termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan,
prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu.
b. Konseling Khusus
Koseling khusus mengenai metode KB memberi kesempatan pada klien untuk
mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan
pengalamannya, mendapatan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia
yang ingin dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok
serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode
tersebut dengan aman, efektif dan memuaskan.
c. Konseling tindak lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka
penting untuk berpijak pada konseling yang dulu.

7. Langkah Konseling KB SATU TUJUH


Menurut Walyani (2015), kata kunci SATU TUJUH adalah sebagai berikut:
a. SA: Sapa dan Salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri, tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
b. T: Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tenttang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,
tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
c. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi. Bantulah
klien pada jenis kontrasepsi yang paling ia ingini serta jelaskan pula jenis - jenis
lain yang ada. Jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh
klien. Uraukan juga mengenai resiko penularan HIV/ AIDS dan pilihan metode
ganda
d. TU: Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara
terbuka, petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.
e. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dna
bagaimana cara penggunaannya.
f. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali
apabila terjadi suatu masalah.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

Anda mungkin juga menyukai