Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun
2015 menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di
antaranya berakhir dengan kematian sang ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut – 305/100.000 kelahiran hidup –
mendorong pemerintah untuk melakukan intervensi struktural; salah satunya
adalah dengan mencantumkan target penurunan AKI ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019. Dalam RPJMN
2014-2019, pemerintah menargetkan penurunan AKI dari 205/100.000 kelahiran
menjadi 276/100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi, menurut Direktur Promosi
Kesehatan Kemenkes Eni Gustina, menurunkan AKI bukanlah perkara yang
mudah (Media Indonesia, 2017). Gustina menjelaskan bahwa kematian ibu akibat
persalinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional. Kematian ibu
akibat persalinan tidak hanya disebabkan oleh faktor kesehatan sang ibu semata
seperti kekurangan gizi, anemia dan hipertensi, melainkan juga turut dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti ketersediaan infrastruktur kesehatan yang memadai,
serta kesadaran keluarga untuk meminta bantuan tenaga kesehatan dalam proses
persalinan (Media Indonesia, 2017).

World Health Organization (WHO) memiliki beberapa istilah berbeda


terkait dengan AKI. Istilah pertama adalah maternal death – atau kematian ibu,
yang didefinisikan sebagai “kematian yang terjadi saat kehamilan, atau selama 42
hari sejak terminasi kehamilan, tanpa memperhitungkan durasi dan tempat
kehamilan, yang disebabkan atau diperparah oleh kehamilan atau pengelolaan
kehamilan tersebut, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan”
(WHO, 2004). Konsep maternal death ini berbeda dengan konsep maternal
mortality ratio, atau yang lebih dikenal sebagai Angka Kematian Ibu (AKI), jika
mengacu pada definisi Badan Pusat Statistik (BPS). Baik BPS maupun WHO

1
mendefinisikan maternal mortality ratio/AKI sebagai angka kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2004; BPS, 2012).

Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi
saat, dan pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan
mayoritas kasus kematian ibu – sekitar 75% dari total kasus kematian ibu – adalah
pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan,
dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014). Untuk kasus Indonesia sendiri,
berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014) penyebab
utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3% pada tahun
2013) dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat
berbagai penyebab kematian ibu di atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu
mendapatkan perawatan medis yang tepat dan melakukan pemeriksaan antenatal
care rutin dengan tujuan dapat mendeteksi dan menangani kasus ibu dengan
risiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman,
serta pelayanan rujukan kebidanan/perinatal yang terjangkau pada saat
diperlukan. Bila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui
pemeriksaan antenatal yang teratur dan pertolongan yang besih dan aman,
maka dalam Indonesia sehat 2020 ditargetkan adanya penurunan AKI dan
AKB, dengan demikian perawatan antenatal sangat penting dalam
menurunkan AKI dan AKB serta mengontrol dan mendeteksi kehamilan
risiko tinggi lebih dini (Jalilah, 2018). Jumlah kematian ibu di Provinsi Jawa
Barat Tahun 2017 sebanyak 696 orang dengan 46,9% persentase AKI yang
dilaporkan di Kota Depok penyebab kematian terbanyak akibat Pre Eklampsi
Berat dan Perdarahan Post Partum. (Seksi Kesga dan Gizi Dinkes, 2016).
Berdasarkan dari data bulan Juli tahun 2020 di Kecamatan Sawangan terdapat 696
ibu dengan risiko tinggi dalam kehamilan dari total 3.478 ibu hamil, lalu terdapat
beberapa data yang berhubungan dengan ANC yaitu Persentase Ibu Hamil
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet dengan target 98% dan
capaian 63,9%. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) mendapat
Makanan Tambahan dilihat dari pengukuran LILA < 23,5 cm dengan target 95%

2
dan capaian 65,7%. Persentase ibu hamil anemia dengan target 28% dan capaian
1,4%. Cakupan pelayanan imunisasi ibu hamil TT2+ dengan target 95% dan
capaian 80,2%. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengetahuan, sikap dan prilaku masyarakat
tentang pentingnya perawatan antenatal care, terutama pada ibu hamil di
Puskesmas Sawangan.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana pengetahuan ibu hamil terhadap ANC di Puskesmas Sawangan
Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2020?
2. Bagaimana sikap ibu hamil terhadap ANC di Puskesmas Sawangan
Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2020?
3. Bagaimana perilaku ibu hamil terhadap ANC di Puskesmas Sawangan
Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2020?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan umum :
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil
terhadap pentingnya perawatan antenatal di Puskesmas Sawangan tahun 2020

Tujuan khusus :
Diketahuinya pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap
pentingnya perawatan antenatal di Puskesmas Sawangan tahun 2020

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data
dasar untuk digunakan pada penelitian selanjutnya yang lebih dalam
mengenai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

3
2. Bagi Puskesmas Sawangan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
data dasar dalam pengadaan penyuluhan di Puskesmas Sawangan
dalam bidang kesehatan ibu dan anak.
3. Bagi, Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang perawatan antenatal

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


 Lokasi Penelitian: Wilayah kerja Puskesmas Sawangan, Kecamatan
Sawangan, Kota Depok
 Waktu Penelitian: Juni - Juli 2020

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Definisi
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga
ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal. Setiap kehamilan, dalam
perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh
karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan
terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. (Kemenkes, 2016)

2.1.2 Tujuan ANC


Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan
komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :
1. pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi
agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas
2. deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
3. penyiapan persalinan yang bersih dan aman;
4. perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi.
5. penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.
6. Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan
gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi. (Kemenkes, 2016)

5
2.1.3 Kerangka konsep pelayanan antenatal komprehensif dan terpadu

Gambar 2.1.3 Kerangka konsep pelayanan antenatal komprehensif dan


terpadu

Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama


kehamilan yaitu ; satu kali pada trimester I (sebelum 14 minggu), satu kali
pada trimester II (antara minggu ke 14-28 minggu), dan dua kali pada
trimester III (antara minggu ke 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36).
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan segera setelah ibu merasa
dirinya hamil. Pemeriksaan ini untuk memastikan bahwa semua masalah
6 kesehatan yang timbul akan segera dirawat secara dini. Dalam melakukan
pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus Memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar terdiri dari:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1

6
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan
janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil
kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo
Pelvic Disproportion).

2. Ukur Tekanan darah Pengukuran tekanan darah


Pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya
hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan
atau proteinuria)

3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)


Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamilberisiko KEK. Kurang
energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang
dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).

4. Ukur Tinggi fundus uteri


Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukursetelah kehamilan 24 minggu.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada
7
kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari
160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status
imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan
status imunisasi Tibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi
T2agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil
dengan status imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi
TT lagi.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya
terdapat interval minimal. Interval minimal pemberian imunisasi TT dan
lama perlindungannya dapat dilihat pada tabel berikut :

7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi)dan Asam Folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

8
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah
pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu
golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah
endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon
pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadarhemoglobin
darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.

9
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga.
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIVkepada semua ibu
hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV
rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu
hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium
rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan Teknik
penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and Councelling (PITC)atau
Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas
rujukan. Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan
penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan pemeriksaan dengan
menggunakan alat deteksi risiko ibu hamil oleh bidan termasuk bidan desa
meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin (golongan darah, Hb), alat
pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes hamil.
10
9. Tatalaksana Kasus
10. Temu Wicara (Konseling)

2.1.4 Cakupan Asuhan Kehamilan


Dalam rangka program pelayanan ANC dalam penilaian untuk
menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitu cakupan kunjungan
baru ibu hamil (K1), cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4),
cakupan imunisasi TT2 dan cakupan pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil.

a. Kunjungan baru ibu hamil (K1).


Kunjungan baru ibu hamil adalah kontak ibu hamil yang
pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. K1 dipakai sebagai indicator aksesabilitas
(jangkauan) pelayanan. Angka cakupan K1 yang diperoleh dari
jumlah K1 dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sasaran ibu
hamil diwilayah tersebut (Jalilah, 2008).

b. Kunjungan antenatal keempat (K4).


Kunjungan ibu hamil keempat K4 adalah kontak ibu hamil yang
keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk menndapatkan
pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut:
minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada trimester
II, dan minimal 2 kali pada trimester III atau tidak ada
kunjungan pada trimester I, 2 kali pada trimester II, 2 kali pada
trimester III. Angka cakupan K4 diperoleh dari jumlah K4 dalam
satu tahun. Dalam pengolahan program KIA disepakati bahwa
cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), yang dipakai
sebagai indicator tingkat perlindungan ibu hamil (Jalilah, 2008).

c. Pemberian suntikan TT2


Salah satu standar minimal pelayanan antenatal adalah pemberian
11
imunisasi TT sebanyak dua kali selama kehamilan. Tujuan
pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari
Tetanus Neonaturum. Pemberian baru menimbulkan efek
perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan
interval minimal empat minggu, kecuali bila sebelumnya telah
pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau
pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali saja
(TT ulang). Angka cakupan TT2 diperoleh dari jumlah ibu hamil yang
TT2 dalam satu tahun dibagi jumlah sasaran ibu hamil diwilayah
kerjanya (Jalilah, 2008).

d. Pemberian tablet besi pada ibu hamil


Tujuan pemberian tablet besi adalah unutk memenuhi
kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
kehamilan dan nifas kebutuhannya meningkat. Ibu yang
menderita anemia cenderung akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Angka cakupan Fe 90
tablet diperoleh dari jumlah ibu hamil yang memperoleh Fe 90
tablet dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja
tersebut ((Jalilah, 2008).

2.1.5 Pemeriksaan Pertama Kehamilan


Sungguh amat ideal bila setiap wanita hamil mau memeriksakan diri
ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Keuntungannya
adalah bahwa kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul
pada kehamilan tersebut lekas diketahui dan segera dapat diatasi, sebelum
berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut. Bila seorang wanita
datang dengan haid terlambat dan diduga ada kehamilan, maka dapat
ditentukan tanggal perkiraan partus, jika hari pertama haid terakhir
diketahui dan siklus ± 28 hari. Rumus yang dipakai ialah rumus Naegele.
Perkiraan partus menurut rumus ini : hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1.
12
Misalnya hari pertama haid terakhir tanggal 1 Mei 1990. Perkiraan
partus menurut rumus ini jatuh pada tanggal 8 Febuari 1991. Bila hari
pertama haid terakhir tanggal 25 Januari 1991, maka perkiraan partus
pada (25 + 7)/(13 - 3) – 1991 = 32/10 – 1991 = 1 – 11 – 1991 (Wiknjosastro,
2006).
Bila hari pertama haid terakhir tidak diingat lagi, maka sebagai
pegangan dapat dipakai antara lain gerakan-gerakan janin. Umumnya
pada primigravida gerakan janin janin dirasakan oleh ibunya pada
kehamilan 18 minggu dan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu.
Dapat pula sebagai pegangan dipakai perasaan nausea yang biasanya
hilang pada kehamilan 12 – 14 minggu. Hal-hal yang kiranya
mempunyai hubungan dengan kehamilan yang sedang dikandung
hendaknya ditanyakan secara hati-haati. Riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang sudah-sudah perlu pula ditantakan beserta beratnya bayi waktu
dilahirkan. Riwayat penyakit-penyakit yang diderita seperti penyakit jantung,
ginjal, diabetes mellitus, tuberkulosis paru dan sebagainya (Wiknjosastro,
2006).
Pada pemeriksaan seluruh tubuh wanita harus diperiksa dengan teliti.
Keadaan umum harus baik. Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan harus
diperiksa dan dicatat. Jantung, paru-paru, mammae dan seluruh abdomen
diperiksa dengan teliti dan dicatat. Mammae harus terpelihara baik,
papilla mammae sebaiknya dibersihkan secara teratur dan diberi minyak
supaya kulitnya tetap lemas. Sekali-sekali jangan memakai obat yang
membuaat kulit kaku, sehingga mudah retak atau pecah bila mulai
menyusui bayinya. Bila ada puting yang tertarik ke dalam (retracted
nipple), jika dapat, diadakan koreksi. Bila ringan, dapat diadakan
tarikan-tarikan, sehingga puting tersebut akhirnya lebih menonjol. Bila
terlalu berat harus diatasi dengan pembedahan (Wiknjosastro, 2006).
Jika kehamilan masih muda maka pemeriksaan ginekologi diperlukan
vulva, vagina dan porsio diperisa dan dilihat in spekulo. Pada uterus
diperhatikan, letak, besar, bentuk dan konsistensinya. Adneksia juga
13
diraba dengan seksama. Pemeriksaan panggul untuk mengadakan
evaluasi akomodasinya hendaknya ditunda oleh karena menimbulkan
perasaan sakit. Hal ini disebabkan oleh bagian-bagian lunak jalan lahir yang
masih kaku. Jika perlu, dapat diadakan pemeriksaan sitologi vaginal
(Wiknjosastro, 2006).
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan ialah golongan darah (A,
B, O), faktor Rhesus, reaksi Wasserman, Kahn, dan serologik lainnya.
Kadar hemoglobin, air kencing untuk albumin, gula, berat jenisnya dan bila
perlu untuk bakteriuria, dan sebagainya (Wiknjosastro, 2006).
Petunjuk hendaknya diberikan mengeni cara hidup, istirahat, diet
dalam kehamilan. Penting pula memberi suami pengertian tentang keadaan
istrinya yang hamil, fisik dan mentalnya. Segala sesuatu hendaknya
diarahkan; sehingga diperoleh kepercayaan sepenuhnya dari penderita.
Pemeriksaan selanjutnya dikerjakan tiap 4 minggu jika segala sesuatu
normal sampai kehamilan 28 minggu. Sesudah ini, pemeriksaan diadakan
tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu tiap minggu. Pada tiap pemeriksaan
harus diperhatikan ibu dan janinnya. Ditanyakan apakah ada keluhan,
apakah telah dapat makan enak kembali, dapat tidur baik (Wiknjosastro,
2006).
Pada tiap pemeriksaan selalu diperhatikan keadaan umum, dan bila
perlu, pemeriksan umum diulang, disamping pemeriksaan obstetrik. Pertama-
tama berat 10 badan ditimbang dan dilihat berapa naiknya. Jika berat
badan naik lebih dari 0,5 dalam seminggu, maka ibu sebaiknya diberi
petunjuk. Tekanan darah diperiksa setiap kali dan dicatat. Bila lebih
tinggi dari pada sebelumnya, perlu diteliti dan diberitahukan apa yang
harus dikerjakan oleh penderita. Tekanan darah lebih dari 140 mmHg sistolik
dan 100 mmHg diastolik adalah patologik. Perhatikan edema di mata, kaki,
dan tangan. Tidak jarang diberitahukan secara spontan oleh penderita,
bahwa cincin kawinnya tidak dapat dipakai lagi. Kadar hemoglobinnya
diperiksa lagi pada kehamilan 28 minggu lebih-lebih bila penderita tampak
pucat (Wiknjosastro, 2006).
14
2.1.6 Pemeriksaan Obstetrik
Wanita hamil yang diperiksa disuruh berbaring terlentang dengan
bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), dan pemeriksa berada
di sebelah kanan yang diperiksa. Dikenal beberapa cara palapasi, antara
lain menurut Leopold, Ahfels, Budin, Knebel. Yang lazim dipakai ialah
cara palpasi menurut Leopold, karena telah hampir mencakupi semuanya
(Wiknjosastro, 2006).

Setelah wanita hamil yang akan diperiksa terlentang, dilihat apakah uterus
berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi harus ditunggu dulu. Dinding perut
juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti.
Untuk ini tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu
tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan wanita tersebut, dengan
maksud supaya dinding perut wanita tersebut tidak tiba-tiba menjadi
kontraksi. Cara pemeriksaan menurut Leopold dibagi dalam 4 tahap. Pada
pemeriksaan menurut Leopold I, II, dan III, pemeriksa menghadap ke
arah muka wanita yang diperiksa. Pada pemeriksaan menurut Leopold
IV pemeriksa menghadap ke arah kaki wanita tersebut
(Wiknjosastro, 2006).

Maksud pemeriksaan Leopold I ialah untuk menentukan tinggi


fundus uteri. Dengan demikian, tua kehamilan dapaat diketahui. Tua
kehamilan ini disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Bila tidak
sesuai, difikirkan ke arah keadaan patologik. Selain itu , dapat pula
ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri. Bila kepala,
akan teraba benda bulat dan keras. Sedangkan bokong tidak bulat dan
lunak. Pada Leopold II dapat ditentukan batas 11 samping uterus dan dapat
ditentukan pula letak punggung janin yang membujur dari atas ke
bawah menghubungkan bokong dengan kepala. Pada letak
lintangdapat ditentukan kepala janin. Pada Leopold III dapat ditentukan
bagian apa yang terletak di sebelah bawah. Sedangkan Leopold IV,

15
selain menentukan bagian janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga
dapat menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu
atas panggul. Bila belum masuk, teraba balotemen kepala. Dari letak
janin ini dapat didengarkan bunyi jantung janin di tempat tertentu,
disesuaikan dengan sikap janin. Pada sikap defleksi bunyi jantung janin
terletak pada tempat bagian-bagian kecil janin berada. Dengan
pemeriksaan singkat di atas dapat diketahui : (1) Tinggi fundus uteri,
(2) Letak janin, (3) Apakah bagian terbawah janin sudah masuk kedalam
pintu atas panggul, (4) Letak punggung janin, (5) Bunyi jantung janin.
Pada pemeriksaan tersebut diatas mungkin terdapat keganjilan, misalnya
terdapat penonjolan kepala diatas simfisis. Mungkin pula terdapat
kepala janin lain (pada gemelli). Tonjolan tersebut diatas dapat diperiksa
dengan meletakkan tangan sejajar dengan simfisis. Pemakaian USG dalam
hal tersebut diatas dapat dipikirkan dan dapat dipercaya bila dalam
tangan seorang yang telah berpengalaman. Pemeriksaan obstetrik
selanjutnya meliputi besarnya uterus dan perhatikan apakah sesuai dengan
tuanya kehamilan (Wiknjosastro, 2006).

Palpasi

Gambar 2.1.6
Pemeriksaan
kehamilan

16
2.1.7 Pelaksanaan dan Tempat Pelaksanaan ANC
1. Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan
puskesmas, bidan desa, dan bidan praktek swasta), dan
perawat yang sudah dilatih pemeriksaan kehamilan.
2. Tempat pelaksanaan ANC
a. Pos pelayanan terpadu (Posyandu)
b. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
c. Puskesmas pembantu
d. Puskesmas
e. Rumah sakit pemerintah atau swasta
f. Dokter atau Bidan praktek swasta
g. Rumah bersalin
h. Rumah penduduk (pada kunjungan rumah/ kegiatan
puskesmas)

2.2 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi
pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur. 

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui


dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman


dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada
umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai
hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekadar
berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan,

17
maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang
disebut potensi untuk menindaki

Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkat domain di atas (Notoatmodjo, 2007).

2.3 Definisi Sikap


Sikap berorientasi pada respon, dimana sikap merupakan bentuk dari
sebuah perasaan yakni perasaan yang mendukung atau memihak (favourable)
maupun perasaan yang tidak mendukung pada sebuah objek

Sikap berorientasi kepada kesiapan respon seperti sikap merupakan


kesiapan untuk bereaksi pada suatu objek dengan menggunakan cara tertentu.
Namun bila dihadapkan pada suat stimulus yang mungkin menginginkan adanya
respon suatu pola perilaku, atapun kesiapan antisipasi untuk bisa menyesuaikan
diri dari situasi sosial yang sudah dikondisikan.

Sikap adalah konstelasi atau bagian komponen-komponen konitif, konatif


ataupun afektif yan saling bersinggungan dan juga berinteraksi untuk bisa saling
merasakan, memahami serta memiliki perilaku yang bijak pada suat objek di
lingkungan. Hal ini mungkin yang dikatakan oleh orang awam mencoba
menempatkan diri di posisi orang lain baik dalam definis baik ataupun buruk. (Sri
Utami Rahayuningsih,2008)

2.4 Definisi Perilaku


Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan

18
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Instrumen / Subjek Penelitian

3.1.1 Instrumen Penelitian


Data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
Kuesioner seluruhnya terdiri dari 30 pertanyaan yang dibagi menjadi :
(Rida, 2015)
a. Pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan.
b. Sikap terdiri dari 10 pertanyaan.
c. Perilaku terdiri dari 10 pertanyaan.

3.1.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian terdiri dari ibu yang sedang hamil trimester III.
Subjek penelitian adalah seseorang yang belum dipaparkan informasi
tentang ANC dan pemilihan sampel berdasarkan kesediaan sendiri untuk
mengikuti penelitian.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat dan waktu penelitian Puskesmas Sawangan, Kecamatan Sawangan
Kota Depok selama Bulan Juni - Juli 2020

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif.

20
3.3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah cross sectional, yaitu
pengukuran variabel yang dilakukan pada satu waktu.

3.3.3 Definisi Operasional

 Pengetahuan

Adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait
dengan sehat dan sakit atau kesehatan. Misal: tentang penyakit
(penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan
kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).

Di dalam kuesioner untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden, terdiri


dari 10 pertanyaan, dengan 3 opsi. Jawaban benar nilainya 10, kurang benar 5,
dan jawaban salah nilainya 1 (Arikunto:2006). Responden dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :

1) Pengetahuan baik
2) Pengetahuan cukup
3) Pengetahuan kurang

 Sikap
Adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau
responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat sakit dan
faktor yang terkait dengan risiko kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Di dalam kuesioner untuk mengetahui tingkat sikap responden,
terdiri dari 10 pertanyaan. Jawaban benar nilainya 10, kurang benar 5,
dan jawaban tidak tahu nilainya 1 (Arikunto, 2006). Responden dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu :

21
1) Sikap baik
2) Sikap cukup
3) Sikap kurang

 Perilaku (tindakan)
Adalah hal apa yang dilakukan oleh responden terhadap terkait
dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan, cara
memperoleh pengobatan yang tepat, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Di dalam kuesioner untuk mengetahui tingkat perilaku responden,
terdiri dari 10 pertanyaan. Jawaban benar nilainya 10, kurang benar 5, dan
jawaban tidak tahu nilainya 1 (Arikunto, 2006). Responden dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu :
a. Perilaku baik
b. Perilaku cukup
c. Perilaku kurang

3.3.4 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III di
Puskesmas Sawangan, Kecamatan Sawangan Kota Depok.

3.3.5 Sampel
Sampling dilakukan dengan mengambil insidental sample (25
responden) dari populasi.

3.4 Analisis Data


Metode statistik deskriptif. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
Setelah data terkumpul selanjutnya dianalisa dan disajikan dalam bentuk
presentase

22
a. Presentase

Keterangan:
P = presentase
X = jawaban benar yang dipilih responden
N = jumlah seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
(Nursalam, 2003)
Selanjutnya dimasukkan pada kriteria obyektif sebagai berikut

76 – 100% = baik
56 – 75% = cukup
40 – 55% = kurang
(Arikunto, 2006)

b. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tekstular dan tabel. Tekstular adalah suatu bentuk
penyajian data penelitian dalam bentuk kalimat.

Tabel adalah penyajian hasil penelitian yang sistematik numerik yang tersusun
dalam kolom atau jajaran. (Notoatmodjo, 2003:194)

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengetahuan
Tabel 4.1.1 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Minimal
Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester Pertama

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- Satu kali 8 32
- Dua kali 6 24
- ≥ Tiga kali 11 44
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden 44 (%) tidak


mengetahui tentang minimal pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama
seharusnya hanya satu kali. Mayoritas responden menjawab bahwa minimal
pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama dilakukan lebih sama dengan tiga
kali. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan yaitu ; satu kali pada trimester I (sebelum 14 minggu), satu kali
pada trimester II (antara minggu ke 14-28 minggu), dan dua kali pada
trimester III (antara minggu ke 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36).
(Saifuddin, 2002)

Tabel 4.1.2 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Minimal


Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester Kedua

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- Satu kali 3 12
- Dua kali 5 20
- ≥ Tiga kali 17 68
Jumlah 25 100

24
Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden 68 (%) tidak mengetahui
minimal pemeriksaan kehamilan pada trimester kedua hanya satu kali. Mayoritas
responden menjawab bahwa minimal pemeriksaan kehamilan pada trimester
kedua dilakukan lebih sama dengan tiga kali. Kunjungan ANC sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu ; satu kali pada
trimester I (sebelum 14 minggu), satu kali pada trimester II (antara minggu
ke 14-28 minggu), dan dua kali pada trimester III (antara minggu ke 28-36
minggu dan sesudah minggu ke 36). (Saifuddin, 2002).

Tabel 4.1.3 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Minimal


Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester Ketiga

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- Satu kali 5 20
- Dua kali 5 20
- ≥ Tiga kali 15 60
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden 60 (%) tidak


mengetahui minimal pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga dilakukan dua
kali. Mayoritas responden menjawab bahwa minimal pemeriksaan kehamilan
pada trimester tiga dilakukan lebih sama dengan tiga kali. Kunjungan ANC
sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu ; satu
kali pada trimester I (sebelum 14 minggu), satu kali pada trimester II
(antara minggu ke 14-28 minggu), dan dua kali pada trimester III (antara
minggu ke 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36). (Saifuddin, 2002)

25
Tabel 4.1.4 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tujuan
Pemeriksaan Kehamilan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- Mengoptimalisasi
kesehatan mental dan fisik
ibu hamil sehingga mampu 12 48
menghadapi persalinan,
nifas, dan pemberian ASI
- Memperoleh jalan keluar
bila ibu memiliki masalah 6 24
yang dihadapi
- Terhindar dari bahaya saat
7 28
melahirkan
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden 48 (%) mengetahui


tujuan pemeriksaan kehamilan. Perawatan Antenatal (Antenatal care/ANC) adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
(Wiknjosastro, 2006).

Tabel 4.1.5 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tanda Bahaya


yang Mungkin Terjadi pada Trimester Pertama

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- Keguguran 18 72
- Pandangan kabur disertai
5 20
nyeri kepala hebat
- Bengkak pada wajah dan
2 8
jari tangan
Jumlah 25 100

26
Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden 72 (%) mengetahui
salah satu tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi pada kehamilan muda adalah
keguguran. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Hadijanto, 2008). Salah satu
komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan
dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan pada
kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-
masing, setiap terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus selalu berfikir
tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan
kehamilan (Hadijanto, 2008).

Tabel 4.1.6 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tanda Bahaya


yang Mungkin Terjadi pada Trimester Kedua

Jawaban Jumlah Persentase


- Nyeri kepala dan
6 24
gangguan penglihatan
- Keluar cairan dari jalan
17 68
lahir
- Bengkak pada wajah dan
2 8
jari tangan
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (68 %) mengetahui


sala satu tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi pada trimester kedua adalah
keluar cairan dari jalan lahir. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan
langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan
terjadinya infeksi. Makin lama periode laten (waktu sejak ketuban pecah sampai
terjadi kontraksi rahim), makin besar kemungkinan kejadian kesakitan dan

27
kematian ibu atau janin dalam rahim (Marjati Kusbandiyah Jiarti, Julifah Rita,
2010).

Tabel 4.1.7 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tanda Bahaya


yang Mungkin Terjadi pada Trimester Ketiga

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- Sering buang air kecil 14 56
- Gerakan janin tidak terasa 9 36
- Terjadi demam 2 8
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (56 %) tidak


mengetahui salah satu tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi pada trimester
ketiga adalah gerakan janin yang tidak terasa. Mayoritas responden menjawab
tanda bahaya yang mungkin terjadi pada trimester ketiga adalah sering buang air
kecil. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu
mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak
bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah
tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.(Hadijanto, 2008).

Tabel 4.1.8 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Pandangan Kabur


yang Merupakan Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- Bila terjadi secara
7 28
perlahan
- Terjadi mendadak 6 24
- Disertai bengkak kaki 12 48
Jumlah 25 100

28
Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (48 %) mengetahui
mengenai pandangan kabur yang merupakan tanda bahaya dalam kehamilan bila
disertai bengkak kaki. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
diikuti dengan keluhan fisik yang lain seperti penglihatan kabur. Hal ini bisa
merupakan pertanda pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003)

Tabel 4.1.9 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Minimal Konsumsi


Tablet Besi Selama Kehamilan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


- 30 Tablet 18 72
- 60 Tablet 4 16
- 90 Tablet 3 12
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (72 %) tidak


mengetahui minimal konsumsi tablet besi selama kehamilan adalah 90 tablet.
Mayoritas responden menjawab minimal konsumsi tablet besi selama
kehamilan adalah 30 tablet. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat
besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet
besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu
penyerapan. (Saifuddin, 2002)

29
Tabel 4.1.10 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tujuan
Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil
Jawaban Jumlah Persentase (%)
- Mencegah kurang darah 22 88
- Mencegah kelelahan 0 0
- Sebagai vitamin dan
3 12
suplemen saja
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (88 %) mengetahui


tujuan pemberian tablet besi pada ibu hamil. Minimal masing – masing 90 tablet
besi yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk
sel darah merah janin dan plasenta. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil.
(Saifuddin, 2002)

4.2 Sikap
Tabel 4.2.1 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pemeriksaan Kehamilan
Sangat Penting Dilakukan Ibu Hamil

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Setuju 25 100
Tidak setuju 0 0
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (100%) setuju


dengan pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan ibu hamil. Pelayanan
ANC adalah pelayanan yang bersifat preventif untuk memantau kesehatan ibu dan
mencegah komplikasi bagi ibu dan janin (Bartini, 2012)

30
Tabel 4.2.2 Distribusi Sikap Responden Mengenai Dalam Pemeriksaan
Kehamilan Hanya Dilakukan Pemeriksaan Saja
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Setuju 2 8
Tidak setuju 23 92
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (92 %) tidak setuju


bila dalam pemeriksaan kehamilan hanya dilakukan pemeriksaan saja.
Pemeriksaan meliputi anamneseis, dan pemantauan ibu dan janin, bidan juga
harus mengenal kehamilan resiko tinggi,imunisasi, nasihat dan penyuluhan,
mencatat data yang tepat setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, harus
mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya. (Bartini, 2012)

Tabel 4.2.3 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pemeriksaan Kehamilan


Wajib Setiap Bulan
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Setuju 21 84
Tidak setuju 4 16
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (84 %) setuju bila


pemeriksaan kehamilan wajib setiap bulan. Kunjungan ANC sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu ; satu kali pada
trimester I (sebelum 14 minggu), satu kali pada trimester II (antara minggu
ke 14-28 minggu), dan dua kali pada trimester III (antara minggu ke 28-36
minggu dan sesudah minggu ke 36). (Saifuddin, 2002)

31
Tabel 4.2.4 Distribusi Sikap Responden Mengenai Ibu Hamil Hanya Datang
Pemeriksaan Kehamilan Bila Ada Keluhan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Setuju 6 24
Tidak setuju 19 76
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (76 %) tidak setuju


bila ibu hamil hanya datang untuk pemeriksaan kehamilan saat memiliki keluhan
saja. Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan /
asuhan antenatal. Pelayanan ANC adalah pelayanan yang bersifat preventif untuk
memantau kesehatan ibu dan mencegah komplikasi bagi ibu dan janin (Bartini,
2012).

Tabel 4.2.5 Distribusi Sikap Responden Mengenai Wanita yang Sehat pada
Masa Kehamilan Akan Terhindar dari Masalah pada Saat Persalinan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Setuju 1 4
Tidak setuju 24 96
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (96 %) tidak setuju


bila wanita yang sehat pada masa keamilan akan terhindar dari masalah pada saat
persalinan. Tujuan pengawasan wanita hamil adalah menyiapkan sebaik – baiknya
fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan
dan masa nifas sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak
hanya fisik akan tetapi mental. (Bartini, 2012)

32
Tabel 4.2.6 Distribusi Sikap Responden Mengenai Cara Mempersiapkan Ibu
Hamil untuk Menyusui termasuk dalam Pemeriksaan Kehamilan
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Setuju 18 72
Tidak setuju 7 28
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (72 %) setuju cara


mempersiapkan ibu hamil untuk menyusui termasuk dalam pemeriksaan
kehamilan.
Tujuan umum dari pelayanan kesehatan ibu hamil (Antenatal Care) adalah
mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif. Saifuddin (2005)

Tabel 4.2.7 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kunjungan Pemeriksaan


Kehamilan hanya bisa dilakukan di RS Bersalin atau Dokter Kandungan
Saja

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Setuju 0 0
Tidak setuju 25 100
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (100%) tidak setuju


kunjungan pemeriksaan kehamilan hanya bisa dilakukan di RS Bersalin atau
dokter kandungan saja. Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari
tenaga medis yaitu dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu
bidan, perawat yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat

33
dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik
Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 1995)

Tabel 4.2.8 Distribusi Sikap Responden Mengenai Ibu Hamil Wajib


Mengkonsumsi Tablet Besi

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Setuju 23 92
Tidak setuju 0 0
Tidak tahu 2 8
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (92%) setuju bila


ibu hamil wajib mengkonsumsi tablet besi. Minimal masing – masing 90 tablet
besi yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk
sel darah merah janin dan plasenta. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil.
(Saifuddin, 2002)

Tabel 4.2.9 Distribusi Sikap Responden Mengenai pada Pemeriksaan


Kehamilan mendapatkan imunisasi TT

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Setuju 25 100
Tidak setuju 0 0
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (100 %) setuju pada


pemeriksaan kehamilan mendapatkan imunisasi TT. Tujuan pemberian TT adalah
untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian TT baru
menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan
34
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2
kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup
diberikan satu kali (TT ulang) (Saifuddin, 2002).

Tabel 4.2.10 Distribusi Sikap Responden Mengenai Imunisasi TT untuk


mencegah penyakit tetanus pada ibu dan juga bayi saat dilahirkan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Setuju 20 80
Tidak setuju 0 0
Tidak tahu 5 20
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (80%) setuju bila


imunisasi TT untuk mencegah penyakit tetanus pada ibu dan juga bayi saat
dilahirkan. Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum (Saifuddin, 2002).

4.3 Perilaku

Tabel 4.3.1 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Responden Melakukan


Pemeriksaan Kehamilan dengan Dukungan Suami

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Ya 25 100
Tidak 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (100 %) melakukan


pemeriksaan kehamilan dengan dukungan suami.

35
Tabel 4.3.2 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Kunjungan untuk
Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester Pertama
Jawaban Jumlah Persentase (%)
1 kali 4 16
2 kali 6 24
≥ 3 kali 15 60
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (60 %) melakukan


kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama sebanyak ≥ 3
kali.

Tabel 4.3.3 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Kunjungan untuk


Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester Kedua

Jawaban Jumlah Persentase (%)


1 kali 2 8
2 kali 4 16
≥ 3 kali 19 76
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (76%) melakukan


kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan pada trimester kedua sebanyak ≥ 3 kali.

Tabel 4.3.4 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Kunjungan untuk


Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester Ketiga

36
Jawaban Jumlah Persentase
1 kali 6 24
2 kali 3 12
≥ 3 kali 16 64
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (64 %) melakukan


kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga sebanyak ≥ 3 kali.

Tabel 4.3.5 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Tempat Responden


Melakukan Pemeriksaan Kehamilan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Puskesmas 19 76
Bidan Praktek 5 20
RS 1 4
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (76 %) melakukan


pemeriksaan kehamilan ke puskesmas.

Tabel 4.3.6 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Cara Mempersiapkan


ASI agar keluar setelah melahirkan

Jawaban Jumlah Persentase (%)

37
Pemijatan pada payudara
serta konsumsi buah dan 19 76
sayur
ASI dapat keluar sendiri
dengan menempelkan 6 24
mulut bayi ke puting ibu
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (76 %) cara


mempersiapkan ASI agar keluar setelah melahirkan dengan dilakukannya
pemiatan pada payudara serta konsumsi buah dan sayur.

Tabel 4.3.7 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Pemeriksaan Tekanan


Darah pada Setiap Pemeriksaan Kehamilan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Ya 20 80
Tidak 0 0
Tidak tahu 5 20
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (80 %) melakukan


pemeriksaan tekanan darah pada setiap pemeriksaan kehamilan.

Tabel 4.3.8 Distribusi Perilaku Responden Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi


yang Diberikan Saat Pemeriksaan Kehamilan Sesuai Anjuran

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Ya 17 68
Tidak 6 24
Tidak tahu 2 8
38
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (68 %)


mengkonsumsi tablet besi yang diberikan saat pemeriksaan kehamilan sesuai
dengan anjuran.

Tabel 4.3.9 Distribusi Perilaku Responden Terhadap Pemeriksaan Darah


Selama Kehamilan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


Pernah 25 100
Tidak pernah 0 0
Tidak tahu 0 0
Jumlah 25 100

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (100 %) pernah melakukan


pemeriksaan darah selama kehamilan.

Tabel 4.3.10 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Waktu Pemeriksaan


Kehamilan Pertama Kali ke Petugas Kesehatan Sesuai Usia Kehamilan

Jawaban Jumlah Persentase (%)


≥ 2 minggu - 1 bulan 20 80
2 bulan - 3 bulan 3 12
> 3 bulan 2 8
Jumlah 25 100
39
Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas responden (80 %) melakukan
pemeriksaan kehamilan pertama kali ke petugas kesehatan pada usia kehamilan ≥
2 minggu - 1 bulan.

4.4 Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan

Tabel 4. 4.1 Distribusi Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan


Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 1 4%
Cukup 17 68%
Kurang 7 28%
Jumlah 25 100%

Pada hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan responden secara


keseluruhan cukup, yaitu sebanyak 17 dari 25 responden (68%).
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
sesorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat juga
diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu
obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Kusuma, 2011).

40
4.5 Sikap Responden Secara Keseluruhan

Tabel 4.5.1 Distribusi Sikap Responden Secara Keseluruhan


Sikap Jumlah Persentase
Baik 24 96%
Cukup 1 4%
Kurang 0 0%
Jumlah 25 100%

Pada hasil penelitian didapatkan sikap responden baik, yaitu sebanyak 24 dari
25 responden (96%).
Jika seseorang makin bertambah usianya, maka cenderung cepat puas karena
tingkat kedewasaan teknis maupun kedewasaan psikologis. Artinya, semakin
bertambah usianya maka semakin mampu menunjukan kematangan jiwa yaitu
semakin bijaksan, semakin mampu mengendalikan emosi, semakin toleran
terhadap pandangan dan sikap yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-sifat
lain yang menunjukan kematangan intelektual dan psikologis (Kusuma, 2011).

4.6 Perilaku Responden Secara Keseluruhan

Tabel 4.6.1 Distribusi Perilaku Responden Secara Keseluruhan


Perilaku Jumlah Persentase
Baik 17 68%
Cukup 2 8%
Kurang 6 24%
Jumlah 25 100%

Pada hasil penelitian didapatkan tingkat perilaku responden baik, yaitu


sebanyak 17 dari 25 responden (68%).
Jika seseorang makin bertambah usianya, maka cenderung cepat puas karena
tingkat kedewasaan teknis maupun kedewasaan psikologis. Artinya, semakin
bertambah usianya maka semakin mampu mengendalikan emosi, semakin toleran
41
terhadap pandangan dan sikap yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-sifat
lain yang menunjukan kematangan intelektual dan psikologis (Kusuma, 2011).

4.7 Hasil Wawancara dengan Koordinator Program KIA (Kesehatan Ibu


Anak)
Hasil Wawancara dengan Koordinator Program KIA di Puskesmas Sawangan
Kota Depok Berikut ini adalah hasil wawancara dengan koordinator Program
Puskesmas Sawangan yaitu Bidan pada tanggal 27 Agustus 2020.

Tabel 4.7 Hasil Wawancara dengan Koordinator Program KIA


No Pertanyaan Jawaban

1. Siapa saja petugas pelayanan Penanggung jawab yaitu bidan sebanyak 4


program KIA di Puskesmas orang, bekerja sama dengan dokter umum.
Sawangan yang berperan dalam Kadang dibagi tugas luar yaitu posyandu
ANC? dan tugas didalam gedung.
2. Apakah petugas kesehatan Semua aktif ikut berpartisipasi dalam
(bidan, perawat, dokter) aktif program ANC dan untuk pelaporan data ke
dalam pelayanan program Dinas dipegang oleh Ibu Anna
KIA khususnya ANC di
puskesmas Sawangan?
3. Apakah para kader di Kader sudah aktif dan di tiap posyandu ada
Posyandu aktif dalam program sekitar 3 sampai 5 orang
KIA?

4. Apakah ada dana khusus Tidak ada


untuk penyuluhan atau
peningkatan program cakupan
target ANC?

5. Bagaimana Standar pelayanan Untuk standar pelayanan ANC yaitu 100%


ANC dalam setahun dan dalam setahun. Sejauh ini target di
apakah sudah memenuhi puskesmas Sawangan didapatkan hasil
target? penilaian cakupan kegiatan sampai bulan Juli
tahun 2020 yaitu 58,83%.
6. Apakah vaksin TT selalu Iya selalu tersedia

42
tersedia selama pelayanan
ANC?

7. Apakah ada kendala yang Tidak ada


berarti dalam melaksanakan
program ANC?
8. Apakah terdapat kunjungan ke Tidak ada, karena fasilitas yang tidak
rumah untuk program ANC memadai bila ANC dilakukan secara home
sendiri? visit
9. Apakah ada jadwal tertentu Penyuluhan tentang ANC sering dilakukan
untuk penyuluhan tentang baik dalam gedung maupun posyandu yang
program ANC? dibantu oleh Kader
10. Apakah ada pamflet atau poster Ada leaflet tentang kehamilan dan ANC.
yang terpasang mengenai
ANC?

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :


a. Gambaran pengetahuan ibu hamil terhadap ANC di Puskesmas Sawangan
Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2020 cukup.

43
b. Gambaran sikap ibu hamil terhadap ANC di Puskesmas Sawangan
Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2020 baik.
c. Gambaran perilaku ibu hamil terhadap ANC di Puskesmas Sawangan
Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2020 baik.

5.2 Saran

a. Meningkatkan upaya promosi kesehatan pada ibu yang sedang hamil


mengenai pemeriksaan kehamilan.
b. Meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pemeriksaan kehamilan dengan
mengadakan penyuluhan tentang manfaat dari pemeriksaan kehamilan
serta bahayanya bila tidak melakukan pemeriksaan.
c. Mengadakan pelatihan kepada kader oleh petugas kesehatan di wilayah
terkait supaya dapat memberikan informasi dan mengajak warga untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Bartini, Istri. 2012. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal (Askeb I).
Yogyakarta: Nuha Medika. Bickley, Lynn S.

BKKBN. Angka Kematian Ibu Di Asia Te nggara Paling Tinggi Di Dunia. Jakarta
: BKKBN. 2007

BKKBN. MenKes RI : Kebijakan Percepatan penurunan Kematian Ibu.


Jakarta: BKKBN. 2006.

44
Depkes RI, Dirjen BINKESMAS. Prinsip Pengelolaan Program KIA dalam :
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS -
KIA). 2004. Hal 1 – 11

Gary F Cunning ham,et al. ed 21. Obstetri William Jakarta : EGC. 2005.
Jalilah, Nurul Hidayatun. Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami tentang
Asuhan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Asuhan Kehamilan.
2008.

Kementerian Kesehatan RI. Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat agar Ibu
Sehat Bayi Sehat: Promkes Jakarta.; 2012.
Kisnawati, Desi. Skripsi : Partisipasi Ibu Hamil terhadap Kunjungan
Antenatal Care di Puskesmas Pembantu Lung Bata Kota Banda Aceh.
2007.

Kusuma, K.. Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan


Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans InfoMedia.2011.

Notoadmodjo. (2010). Pendidikan dan Perilaku kesehatan cetakan 3. Jakarta:


Rineka Cipta.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97


TAHUN 2014.
Saifuddin, BA. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Ed. 1. Jakarta : JNPKKR-POGI. 2002. hal 89 – 93.

WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.


Wiknjosastro, hanifa. Pengawasan Wanita Hamil dalam Ilmu Kebidanan. Ed.
3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006. Hal 154
– 63

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU
TERHADAP ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS
SAWANGAN, KECAMATAN SAWANGAN, KOTA DEPOK
A. Petunjuk Pengisian

45
1. Jawablah pertanyaan ini dengan sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang
Anda ketahui dan apa yang Anda lakukan.
2. Apapun jawaban Anda tidak akan mempengaruhi status anda, akan tetapi
jawaban yang sebenarnya sangat diperlukan dalam penelitian ini.
3. Partisipasi Anda sangat diperlukan dalam penelitian ini.
4. Isilah titik-titik sesuai dengan keadaan Anda saat ini.
5. Berilah tanda checklist (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia.
B. Identitas Responden
1. Nama : …………….
2. Umur : …………….
3. Pendidikan : ……………..
4. Pekerjaan :
a. 1. Bekerja
b. Tidak Bekerja
5. Usia kehamilan saat ini :
6. Usia anak terakhir :

C. Pertanyaan
Isilah titik-titik dan berikan tanda (×) pada jawaban yang sesuai menurut saudara
pada salah satu pilihan jawaban a,b, atau c.
1. Berapa kali minimal (paling sedikit) ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan pada usia kehamilan 3 bulan pertama?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. ≥ 3 kali

46
2. Berapa kali minimal (paling sedikit) ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan pada usia kehamilan 4-6 bulan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. ≥ 3 kali

3. Berapa kali minimal (paling sedikit) ibu melakukan pemeriksaan


kehamilan pada usia kehamilan 3 bulan akhir sampai sebelum persalinan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. ≥ 3 kali

4. Salah satu dari tujuan pemeriksaan kehamilan adalah….


a. Mengoptimalisasi keseatan mental dan fisik ibu hamil sehingga
mampu menghadapi persalinan nifas, dan pemberian ASI
b. Memperoleh jalan keluar bila ibu memiliki masalah yang dihadapi
c. Terhindar dari bahaya saat melahirkan

5. Tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi pada usia kehamilan 3 bulan


pertama adalah….
a. Keguguran
b. Pandangan kabur disertai nyeri kepala hebat
c. Bengkak pada wajah dan jari tangan

6. Tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi pada kehamilan usia 4-6 bulan
adalah….
a. Nyeri kepala dan gangguan penglihatan
b. Keluar cairan dari jalan lahir
c. Bengkak pada wajah dan jari tangan

7. Tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi pada kehamilan pada 3 bulan


terakhir sampai sebelum persalinan adalah….
a. Sering buang air kecil
b. Gerakan janin tidak terasa
c. Terjadi demam

8. Gangguan penglihatan ( pandangan kabur) yang merupakan tanda bahaya


dalam kehamilan adalah…
a. Terjadi secara perlahan

47
b. Terjadi mendadak
c. Selalu disertai dengan bengkak-bengkak pada kaki

9. Selama kehamilan ibu dianjurkan untuk minum tablet tambah darah


selama hamil paling sedikit…
a. 30 tablet
b. 60 tablet
c. 90 tablet

10. Apakah tujuan dari pemberian tablet besi pada ibu hamil?
a. Mencegah kurang darah
b. Mencegah kelelahan
c. Sebagai vitamin dan suplemen saja

D. Sikap Responden Terhadap Pemeriksaan Antenatal

1. Pemeriksaan kehamilan adalah hal yang sangat penting dilakukan ibu


hamil
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

2. Dalam pemeriksaan kehamilan hanya meliputi pemeriksaan saja


a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

3. Ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan kehamilan setiap bulan


selama kehamilan
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

4. Ibu hamil hanya datang untuk pemeriksaan kehamilan bila memiliki


keluhan
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

5. Ibu yang sehat pada masa kehamilan akan terhindar dari masalah pada saat
persalinan
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
48
6. Cara mempersiapkan ibu hamil untuk menyusui termasuk dalam
pemeriksaan kehamilan
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

7. Pemeriksaan kehamilan hanya bisa dilakukan di RS bersalin atau Dokter


kandungan
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

8. Ibu hamil wajib mengkonsumsi tablet besi


a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

9. Pada pemeriksaan kehamilan, ibu mendapatkan suntik imunisasi TT


a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

10. Imunisasi TT untuk mencegah penyakit tetanus pada ibu dan bayi saat
dilahirkan
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu

E. Perilaku Ibu dalam Melakukan Pemeriksaan Antenatal


1. Apakah selama kehamilan ini ibu datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan
kehamilan didukung oleh suami?
a. Ya
b. Tidak
c. Lain-lain

2. Jika umur kehamilan ibu antara 0-14 minggu atau pada usia kehamilan 0 –
sebelum 4 bulan (Trimester I), berapa kali ibu melakukan periksa hamil?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. ≥ 3 kali

49
3. Jika umur kehamilan lebih dari 14-28 minggu atau pada usia kehamilan 4
– 7 bulan (Trimester II), berapa kali ibu melakukan periksa hamil?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. ≥ 3 kali

4. Jika umur kehamilan leibh dari 28 – 40 minggu atau pada usia kehamilan
setelah 7 - 10 bulan (Trimester III), berapa kali ibu melakukan periksa
hamil?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. ≥ 3 kali

5. Kemanakah anda melakukan pemeriksaan antenatal?


a. Puskesmas
b. Bidan Praktek
c. RS

Sertakan alasan bila jarang melakukan pemeriksaan ANC..

6. Bagaimana cara mempersiapkan ASI agar keluar setelah melahirkan?


a. Pemijatan pada payudara serta konsumsi buah dan sayur
b. ASI dapat keluar dengan sendirinya dengan menempelkan mulut
bayi ke puting ibu
c. Tidak tahu

7. Apakah anda melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap pemeriksaan


kehamilan?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu

8. Apakah anda mengkonsumsi tablet besi yang diberikan saat pemeriksaan


kehamilan sesuai dengan anjuran?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu

9. Apakah anda pernah melakukan pemeriksaan darah termasuk


Hemoglobin (Hb) selama kehamilan?

50
a. Pernah
b. Tidak Pernah
c. Tidak Tahu

10. Kapan pertama kali anda memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan?


a. ≥ 2 minggu - 1 bulan
b. 2 bulan - 3 bulan
c. > 3 bulan

51
LAMPIRAN 2

52

Anda mungkin juga menyukai