Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

Trauma kepala (cedera kepala) = trauma kapitis. Cedera kepala lebih sering daripada
trauma tulang belakang. Otak dilindungi oleh rambut, kulit, tulang tengkorak dan lapisan otak
yang membungkusnya. Penanganan pertama dan tindakan live saving cepat dan akurat
mengurangi morbiditas dan mortalitas.

ETIOLOGI
Distribusi cedera kepala pada usia produktif (14-45 tahun). Laki > perempuan.
Kecelakaan lalu lintas (terbanyak)
Jatuh (terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia)
Keselamatan dan kecelakaan kerja (K3)
Korban kekerasan
Dulu peperangan merupakan penyebab terbanyak untuk trauma kepala penetrans

ANATOMI
KULIT KEPALA (SCALP)
Skin atau kulit
Connective tissue atau jaringan penyambung
Aponeurosis atau jaringan ikat
Loose areolar tissue (jaringan penunjang longgar)
Perikranium
TULANG TENGKORAK
Kalvaria cranii (tabula eksterna, diploe, tabula interna)
Basis cranii  3 fossa
- Fossa anterior : tempat lobus frontalis
- Fossa media : tempat lobus temporalis
- Fossa posterior : tempat batang otak dan serebellum
SELAPUT OTAK (LAPISAN MENINGES)
Duramater. Selaput yang melekat erat dengan tabula interna terdiri atas jaringan ikat
fibrosa.
Arakhnoid. Lapisan kedua dari selaput otak.
Piamater. Lapisan ketiga yang melekat dengan korteks serebri.
Duramater tidak melekat erat dengan selaput arakhnoid sehingga terdapat ruang potensial
(ruang subdural).
Cairan serebrospinal bersirkulasi antara arakhnoid dan piamater dalam ruang
subarakhnoid.
PEMBULUH DARAH OTAK
Pembuluh darah arteri otak terbagi atas jalur karotis dan jalur vertebrobasiler.
Yang berperan pada cedera kepala yaitu a.meningea (anterior, media dan posterior).
A.meningea media >> sering menyebabkan perdarahan epidural.
Pembuluh darah vena berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior digaris
tengah disebut “Bridging Veins” atau jembatan-jembatan vena yang menyebabkan
perdarahan subdural.

OTAK
Terdiri atas serebrum, serebellum dan batang otak.
Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri.
- Lobus frontalis : fs. emosi, motorik, area bicara motorik
- Lobus temporalis : fs. memori, fs. bicara (temporalis kiri)
- Lobus parietalis : fungsi sensorik dan orientasi
- Lobus oksipitalis : fungsi penglihatan
Serebellum bertanggungjawab atas fungsi pusat koodinasi dan keseimbangan.
Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid brain), pons dan medulla oblongata.
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yaitu Ascendin
Reticulatio Activity Sistem (ARAS) yang berperan untuk fungsi tingkat kesadaran.
Medulla oblongata berfungsi sebagai pusat kardio-respiratorik.
CAIRAN SEREBROSPINALIS (LIQUOR SEREBROSPINALIS)
Cairan serebrospinalis (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus yang terletak dalam ventrikel
lateralis baik kanan maupun kiri, mengalir melalui foramen monro ke dalam ventrikel selanjutnya
melalui akuaduktus sylvius dan masuk ke dalam ruang subarachnoid yang berada di seluruh
permukaan otak dan medulla spinalis
Tentorium Membagi ruang tengkorak menjadi :
- Ruang Supratentorial : berisi fossa kranii anterior & media
- Ruang Infratentorial : berisi fossa kranii posterior
FISIOLOGI
TIK normal (istirahat) kira-kira 10 mmHg (136 mmH2O)
TIK > 20 mmHg dianggap tidak normal dan TIK > 40 mmHg termasuk dalam kenaikan
TIK yang berat.
Doktrin Monro-Kellie “Volume intrakranial selalu konstan, karena rongga kranium pada
dasarnya merupakan rongga yang tidak mungkin mekar”.
TIK yang normal tidak berarti tidak adanya lesi massa intrakranial, karena TIK umumnya
tetap dalam batas normal sampai kondisi penderita mencapai titik dekompensasi dan
memasuki fase eksposional.
MEKANISME TRAUMA
Kekuatan benturan pada trauma kepala :
- Akselerasi : gerakan cepat yang terjadi secara
mendadak
- Deakselerasi : penghentian akselerasi secara
mendadak
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebarkan keseluruh arah.
- Lesi coup : lesi pada tempat benturan
- Lesi contra coup : lesi pada tempat yang
bersebrangan dgn benturan
- Lesi rotarik : lesi yang sifatnya rotasi  dapat
memutuskan vena-vena yang
menjembatangi duramater dan
arakhnoid (bridging veins)
KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi dan anatomisnya
Trauma SCALP
- Abrasi (excoriasi) ; luka yang terbatas pada lapisan kulit (S)
- Laserasi ; luka yg melebihi ketebalan kulit tanpa disertai
pemisahan lapisan SCALP
- Memar pada SCALP  Hematoma subgaleal
- Abulsi ; luka yang disertai pemisahan lapisan SCALP
Fraktur Tulang Tengkorak
Berdasarkan Gambaran Fraktur
- Fraktur linier  garis fraktur tunggal
- Fraktur diastase  fraktur yg terjadi pada sutura  pemisahan sutura
- Fraktur comminuted  fraktur 2 atau lebih segmen fraktur
Berdasarkan Anatomisnya
- Fraktur konveksitas (fraktur kubah tengkorak)  fraktur pada tulang
yang membentuk dasar tengkorak (os.frontalis, os.parietalis, dll)
- Fraktur basis kranii (fraktur basis kranii anterior, media, posterior)
Cedera Otak
Komosio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural,
perdarahan intraserebral (PIS), perdarahan subarakhnoid (PSA).

EDH
DEFINISI
Perdarahan akut dengan akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak dan
duramater. Pada umumnya timbul akibat robeknya a.meningea media dan cabang2nya
pada daerah temporal. 15% akibat pecahnya sinus-sinus duramater.

GAMBARAN KLINIS
Lusid interval, nyerikepala, pusing dan pingsan sebentar lalu membaik tapi beberapa jam
kemudian gejala menjadi progresif dan kesadaran menurun sampai koma.
Sindom herniasi
- Kesadaran menurun
- Midriasis homolateral  penekanan N.III
- Hemiparese
Refleks cahaya direct/inderect (-)
Refleks patologis pada daerah kontra lateral.
Nadi bradikardi  peninggian TIK
SDH
DEFINISI
Perdarahan yang terjadi antara duramater dan arakhnoidea. Perdarahan terjadi
akibat robeknya vena yang menjembatangi antara duramater dan arakhnoid
(bridging veins)

GEJALA KLINIK
Nyeri kepala yang makin lama makin hebat
Mual dan muntah
Mydriasis homolateral
Gangguan traktus pyramidalis (hyperrefleksia, hemiparese,
dan refleks patologis)

DIAGNOSIS
Anamnesis dan gejala klinis
CT-Scan daerah hiperdens bentuk bulan sabit
SAH
DEFINISI
Perdarahan yang terjadi dalam ruang subarakhnoid (diantara ruang arakhnoid dan
piamater). PSA dapat juga terjadi tanpa adanya trauma karena aneurisma dari
pembuluh darah.
GAMBARAN KLINIS
Sering akibat kontusio serebri
Tanda rangsang menings (+)  kaku kuduk dan kernig
sign akibat adanya darah dalam liquor serebri.
Kesadaran up and down
DIAGNOSIS
Gambaran klinis
Tanda rangsang menings (+) dan adanya lateralisasi
Pemeriksaan CT-Scan
ICH
DEFINISI
Perdarahan yang terjadi pada korteks serebrum. Terbanyak terjadi di lobus temporalis dan
frontalis. Kadang-kadang di lobus parietalis dan serebellum.
Asal perdarahan biasanya arteri dan bisa masuk ke ventrikel dan menekan batang otak
GAMBARAN KLINIS
Gejala hampir sama dengan PSA
Kesadaran menurun sampai dengan koma
DIAGNOSIS
Berdasarkan gambaran klinis
Tanda rangsang menings (+)  kaku kuduk & kernig sign
CT-Scan  perdarahan pada korteks serebri
PENATALAKSANAAN
FASE PRA RUMAH SAKIT
AIRWAY. Amankan jalan nafas dan kontrol servikal.
- Hati-hati terhadap fraktur servikal khususnya pada penderita
multitrauma  penurunan kesadaran dan jejas diatas klavikula
- Pertahankan tulang servikal segaris dgn badan. Pasang servikal
kollar.
- Bersihkan jalan nafas dari sumbatan  benda asing, muntahan,
darah, gigi palsu yang lepas, patahan gigi dan lain-lain.
- Pasien tidak sadar dan lidah jatuh kebelakang  pasang pipa
orofaring.
- Penderita sadan dan berbicara  airway aman.
BREATHING. Ventilasi yang baik.
- Hitung frekuensi pernafasan.
- Evaluasi fungsi ventilasi (paru-paru, dinding dada dan difragma)
- Inspeksi : # Bentuk dan pergerakan dada
# Tentukan pernafasan spontan atau tidak
- Palpasi : # Ada tidaknya nyeri tekan pada dinding dada
(khususnya pada penderita multitrauma)
FASE PRA RUMAH SAKIT
CIRCULATION.
- Hentikan perdarahan pada tempat lain (kasus multitrauma) 
dengan bebat tekan dan pasang balutan.
- Ukur frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
- Pasang jalur intravena (bila memungkinkan)
DISABILITY.
- Hitung GCS skor untuk menilai beratnya cedera
- Pemeriksaan neurologis :
# Refleks cahaya langsung dan tidak langsung
# Bandingkan kedua pupul, isokor atau anisokor
# Pemeriksaan adanya lateralisasi
FASE RUMAH SAKIT
PENTALAKSANAAN BERDASARKAN BERAT CEDERA
- Cedera kepala ringan (GCS 13-15)
- Cedera kepala sedang (GCS 9-12)
- Cedera kepala berat (GCS 3-8)
MEDIKAMENTOSA
- Cairan intravena  Ringer Laktat
- Manitol  untuk menurunkan TIK
- Furosemide  diberikan bersama manitol untuk
menurunkan TIK
- Anti Konvulsan  untuk komplikasi kejang
(Phenobarbital dan phenytoin)

PROGNOSIS
Faktor yang memperburuk prognosis yaitu :
Terlambatnya penanganan awal berupa pemberian resusitasi. 20% penderita mati sebelum
sampai di Rumah Sakit oleh karena tidak mendapatkan resusitasi awal
Pengangkutan/transport yang tidak memadai
Pengiriman penderita bukan ke pusat trauma yang mempunyai fasilitas lengkap
Terlambatnya dilakukan tindakan bedah
Adanya cedera multipel yang lain

Anda mungkin juga menyukai