Anda di halaman 1dari 45

BAGIAN IKM-IKK REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

ANALISIS MASALAH PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK DI


PUSKESMAS KANDAI PERIODE JARUNARI – MARET 2019

Oleh:

Sitti Marwah Sara Bitu, S.Ked


(K1A1 13 057)

PEMBIMBING:
dr. Amiruddin Eso, M.Kes.

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKK


RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan ibu dan anak tidak hanya berkisar tentang angka
kematian, tetapi juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Adapun
indikator untuk menentukan derajat kesehatan anak meliputi angka kematian
bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup saat lahir
(WHO, 2016).1
Keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan ditentukan berdasarkan
indikator angka kematian ibu dan bayi. Hal ini juga menggambarkan kualitas
ibu dan anak di Indonesia. Tingginya angka kematian ibu dan bayi termasuk
tantangan paling berat untuk mencapai MDG’s pada tahun 2015. MDG’s
merupakan komitmen nasional dan global dalam upaya lebih
menyejahterakan masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan kelaparan,
diharapkan terjadi penurunan kematian ibu ¾ dibanding kondisi tahun 1990
demikian pula untuk kematian anak terjadi penurunan 2/3. Untuk Indonesia
diharapkan kematian ibu turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan
kematian bayi dan balita 23 per 1000 kelahiran hidup dan 32 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015.2
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan
anak tidak terkecuali peningkatan akses dan kualitas pelayanan melalui
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan termasuk bidan, jaminan kesehatan
dan meningkatkan outreach pelayanan utamanya bagi daerah yang sulit akses.
Permenkes nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa hamil,
persalinan dan sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi,
serta pelayanan kesehatan seksual adalah bukti kesungguhan pemerintah
dalam peningkatan pelayanan kepada ibu dan anak.2
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang

2
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan
macet dan abortus.3
Rendahnya cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Provinsi
Sulawesi Tenggara dalam 5 tahun terakhir masih berkisar 49%-66% dari
standar nasional 75%. Penyebab kematian ibu terbesar di Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah. pendarahan, penyebab lain-lain dan ekslamsi atau hipertensi
dalam kandungan (HDK). Kematian ibu lima tahun terakhir Provinsi
Sulawesi Tenggara tetap didominasi oleh pendarahan dan penyebab lain-lain.4
Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan bertujuan
mendapatkan perlindungan dan pencegahan serta penanganan defenitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi
di Indonesia.4
Puskesmas Perawatan Kandai Kota Kendari dulunya merupakan
bangunan atau gedung peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang
didirikan pada tahun 1927 yang pada awalnya bukan merupakan sebuah
puskesmas, kemudian ditetapkan sebagai sebuah Puskesmas Perawatan
Kandai pada tanggal 2 Januari 2012. Di Puskesmas Perawatan Kandai
terdapat 6 program esensial puskesmas yaitu, Promosi Kesehatan,
Pencegahan Penyakit Menular, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Kesehatan
Lingkungan dan Pengobatan, serta program kesehatan pengembangan yakni,
Kesehatan Jiwa dan Lansia.5

3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis masalah kesehatan program KIA pada puskesmas Kandai.

Tujuan Khusus
1.2.1.1 Melakukan identifikasi masalah dengan melihat indikator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di puskesmas.
1.2.1.2 Menentukan besar masalah dari masing-masing indikator.
1.2.1.3 Melakukan analisis penyebab masalah.
1.2.1.4 Membuat PLAN OF ACTION (POA) dari prioritas masalah
yang terjadi di Puskesmas Kandai.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita, serta keluarga
berencana.6
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut : 7
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu
hamil di semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga
kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai
standar di semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

5
a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,


hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang
dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali

6
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan
sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.

b. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan
di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap
seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan
ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi.
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :

7
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan
3 hari setelah persalinan.
2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan
hari ke-28 setelah persalinan.
3. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai
dengan hari ke-42 setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
6. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu
yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan
(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).

d. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3
kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6
48 Jam setelah lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

8
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir:
- Perawatan Tali pusat
- Melaksanakan ASI Eksklusif
- Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
- Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
- Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM:
- Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
- Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu
peraatan bayi baru lahir
- Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

e. Deteksi Dini Faktor Risiko Dan Komplikasi Kebidanan Dan Neonatus


Oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi
kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap

9
mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi,
serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan
dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah:
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa
kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan,
Infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.

10
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
- Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
- Intra Partum : robekan jalan lahir
- Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik
> 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
sepsis.
6. Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus
risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting
dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan
melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut:
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C

11
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian
ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
dll.
f. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan.
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga
sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.

12
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan
maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari
polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24
jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED
meliputi :
1. Pelayanan obstetri :
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-
eklampsi dan eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
2. Pelayanan neonatus :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan sedang .
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum
f. Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.

g. Pelayanan neonatus dengan komplikasi


Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan
kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas
PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

13
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak
perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di
dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami
gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat
dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama,
minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas
penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas
mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4
(empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu
hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di
desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang
tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus
mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio
sesaria, perawatan neonatus level II serta transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka
kasus kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal
sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.

h. Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :

14
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari - 2 bulan
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 - 5 bulan
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 - 11 bulan

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut
meliputi :
- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
- Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
- Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
- Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

i. Pelayanan kesehatan anak balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada
masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ
tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar
dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih
berat.

15
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat
dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturutturut atau berat badan
anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)
maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.

j. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan
tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2

16
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak .
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi
Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan
kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
1. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
3. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan
tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,9% (SDKI 2012) dan angka ini merupakan
pencapaian yang cukup tinggi diantara negaranegara ASEAN. Namun demikian
metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil
dan suntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik
sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi
0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian
(DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus.
Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori
PUS dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan program


KIA kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat.

17
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Cakupan Program KIA-KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Bulan


Januari-Maret 2019

Tabel 1. Cakupan Program KIA-KB Puskesmas Kandai


CAKUPAN SELISIH
NO. INDIKATOR TARGET (%)
(%) (%)

KIA-KB

Akses pelayanan antenatal Pertahun = 100 24,7% 0


1. (Cakupan K1) Perbulan = 8,3
Per 3 bulan = 24,9

Cakupan pelayanan ibu hamil Pertahun = 100 24,4% 0


2. (K4) Perbulan = 8,3
Per 3 bulan = 24,9

Deteksi faktor risiko dan Pertahun = 93 25,5% -2,4


3. komplikasi Perbulan = 7,7
Per 3 bulan = 23,1

Cakupan penanganan komplikasi Pertahun = 93 28,1% -5


4. obstetric (PKO) Perbulan = 7,7
Per 3 bulan = 23,1

Cakupan penanganan komplikasi Pertahun = 100 24,9% -1,8


5. neonatal (PKN) Perbulan = 8,9
Per 3 bulan = 26,7

Cakupan persalinan oleh tenaga Pertahun = 100 24,8% 0


6.
kesehatan (LINAKES) Perbulan = 8,2

18
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan nifas (KF3) Pertahun = 100 25% 0


7. Perbulan = 8,2
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan neonatus Pertahun = 100 24,9% 0


8. pertama (KN1) Perbulan = 8,2
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan kesehatan Pertahun = 100 24,9% 0


9. neonatus 0-28 hari (KN lengkap) Perbulan = 8,2

Per 3 bulan = 24,6

Cakupan peserta KB aktif Pertahun = 100 24,9% -5,7


10. Perbulan = 10,2
Per 3 bulan = 30,6

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan data sekunder cakupan program
KIA-KB Puskesmas Kandai yang diperoleh dari Puskesmas Kandai.

19
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
DAN HASIL PENGUMPULAN DATA

4.1 Puskesmas Kandai


A. Luas Wilayah
Keadaan wilayah dan sejarah Puskesmas Perawatan Kandai meliputi
beberapa letak geografi serta luas wilayah yaitu sebagai berikut :
Sejarah Puskesmas Perawatan Kandai Kota Kendari merupakan
bangunan atau gedung peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang
didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami beberapa kali perubahan
antara lain sebagai berikut :
a. Dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927
b. Dilakukan Rehabilitasi Oleh Pemeri`ntah Jepang pada tahun 1942 –
1945
c. Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 – 1960
d. Menjadi RSU. Kabupaten kendari pada tahun 1960 – 1989
e. Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001
f. Menjadi RSU Abunawas Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan
Perda. Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
g. Menjadi Puskesmas Kandai tanggal 2 Januari 2012
Puskesmas Perawatan Kandai merupakan sebuah puskesmas yang
memiliki 4 wilayah kerja yaitu
1. Kelurahan Gunung Jati
2. Kelurahan Jati Mekar
3. Kelurahan Kandai
4. Kelurahan Kampung Salo
Dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas bangunan 1.800 M2. Adapun
batas – batas wilayahnya adalah :
a) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sanua
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kendari Cadi

20
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Dapudapura
d) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Kec.Kendari

(Sumber: Statistik daerah Kec. Jati Mekar dalam angka 2018) 5


B. Keadaan Penduduk
Berdasarkan hasil pendataan terakhir jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Kandai pada tahun 2018 adalah 18.374 jiwa,
yang tersebar dalam 4 (empat ) kelurahan dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 3.018 KK .
Adapun untuk lebih jelas distribusi penduduk perkelurahan dalam
tabel dibawah ini.

21
Tabel 2. Distribusi jumlah penduduk perkelurahan

No Kelurahan Jumlah KK

1 GunungJati 9.645 938


2 JatiMekar 3.340 784
3 Kandai 2.938 656
4 Kampung Salo 2.451 640
5 Total 18.374 3.018
(Sumber: Statistik daerah Kec. Jati Mekar dalam angka 2018) 5

Gambar 2. Distribusi Jumlah Penduduk per Kelurahan

Jumlah L/P

Gunung jati
Total 26%
50%

Jati mekar
9%
Kandai
Kampung salo 8%
0% 7%

Gambar 3. Grafik Distribusi jumlah penduduk

JUMLAH PENDUDUK
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Gunung jati Jati mekar Kandai Kampung
salo
Jumlah L/P 9645 3340 2938 2451
Jumlh KK 938 784 656 640

22
Tabel 3. Jumlah rumah dan RT / RW
No. Kelurahan Jumlah Rumah Jumlah RT / RW
1. GunungJati 675 12 / 4
2. Jati Mekar 1.544 24 / 8
3. Kandai 947 15 / 4
4. Kampung salo 2.190 17 / 6
JUMLAH 5.356 58 / 22
(Sumber: Statistik daerah Kec. Jati Mekar dalam angka 2018) 5

Tabel 4. Sarana Pendidikan (PT Negeri / Swasta) dan Sarana Ibadah


Sarana Pendidikan Sarana Ibadah
A
N Kelurah
T S MTS SM SM K Masji Mushol Ger
o. an
K D N P A /P d ah eja
T
1. Gunung 2 2 - 1 - - 3 - -
jati
2. Jati 2 2 - - - - 3 - -
mekar
3. Kandai 1 2 1 2 - 1 - 1
4. Kampung 3 2 - - - - 1 1 -
salo
Jumlah 7 7 2 2 2 - 8 1 1
(Sumber:Statistik daerah Kec. Kendari dalam angka 2018) 5

Berdasarkan data terakhir, kehidupan sosial, ekonomi dan budaya


masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kandai dapat kita lihat, Mata
pencaharian terbesar penduduk adalah pedagang/ industri (44%).
Selebihnya adalah PNS/ABRI (23%), petani/ nelayan (15%) dan sisanya
buruh, sopir dan pekerja lainnya (18%).

23
Masyarakat terdiri dari berbagai macam suku. Mayoritas adalah suku
Bugis, Muna dan Tolaki, selebihnya adalah Buton, Jawa, dan Makassar.
Sebagian besar memeluk agama Islam. Agama lain yang dianut adalah
Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
C. Keadaan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu variable yang kerap mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat.Bersama
dengan faktor prilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan
menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.
Untuk mengambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-
indikator seperti; presentase rumah tangga (rumah sehat, akses terhadap
air bersih, Jarak sumber air minum dengan TPA kotoran/tinja, dan
ketersediaan jamban).
1. Rumah Sehat
Menurut WHO, Rumah adalah suatu struktur fisik yang
dipakai orang atau manusia untuk tempat berlindung, dimana
lingkugan dari struktur tersebut termasuk juga fasilitas dan
pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu . Untuk
mewujudkan rumah dengan fungsi diatas, rumah tidak harus
mewah/besar tetapi rumah sederhanapun dapat dibentuk menjadi
rumah yang layak huni.Secara umum rumah dikatakan sehat apa
bila:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup dan terhindar dari
kebisingan yang menganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dan penghuni
rumah.

24
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vector penyakit dan tikus dan
kepadatan hunian yang tidak berlebihan.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan
Adapun presentase rumah sehat yang ada di wilayah kerja
puskesmas Kandai tahun 2018 Jumlah Rumah yang diperiksa
5.356 Yang memenuhi syarat kesehatan 4392 ( 82%).
2. Akses Terhadap Air Minum Berkualitas
Akses masyarakat terhadap sanitasi dan air minum yang layak
merupakan bagian dari upaya promotif-preventif yang harus di
utamakan di wilayah kerja puskesmas Kandai. Upaya promotif-
preventif yang efektif akan menekan kejadian penyakit, menurunkan
jumlah orang yang sakit dan orang yang berobat serta berdampak
pada efisiensi biaya kesehatan yang menjadi beban pemerintah dan
masyarakat. Diwilayah kerja Puskesmas Kandai akses terhadap air
minum masih relatif mudah di jangkau dengan meratanya
kepemilikan masyarakat terhadap sarana air minum. Dari sumur gali
memenuhi syarat sarana sebanyak 24 dan depot air minum sebanyak
12.
Gambar 4. Persentase rumah tangga Akses terhadap air bersih

24
30
20
12
10
0 0
0
Sumur Gali Sumur Bor Mata Air Depot Air Minum
PERSENTASE RUMAH TANGGA AKSES TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (%)
2018

25
(Sumber: Pengelola Kesehatan Lingkungan Pusk. Kandai) 5

3. Jarak Sumber Air Minum Dengan TPA Kotoran/Tinja


Sumber air minum sering menjadi sumber pencemaran pada
penyakitwater borne disease. Oleh karena itu sumber air minum
harus memenuhi syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi
mengiginkan agar sumber air minum terhindar dari pengotoran,
sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan cubluk
(kakus) lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan
sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung keadaan
tanah dan kemiringannya.Pada umumnya jarak sumber air minum
dengan beberapa sumber pengotor termasuk tempat penampungan
akhir (TPA) kotoran / tinja kurang dari 10 meter dan usahakan agar
letaknya tidak berada dibawah suber-sumber tersebut.
Diwilayah kerja puskesmas Kandai persentase rumah tangga
dengan sumber air minum dari sumur gali pribadi/umum, sumur bor
dan Mata air terlindungi menurut jarak ketempat penampungan akhir
kotoran/tinja sebanyak 97 % rumah tangga memiliki jarak sumber air
minum terhadap tempat penampungan kotoran akhir / tinja > 10
meter. Sedangkan sebanyak 3 % memiliki jarak ≤ 10 meter.
4. Ketersediaan Akses terhadap Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat)
Jamban/kakus adalah bangunan yang dipergunakan untuk
membuang tinja atau kotoran manusia.tinja bagi keluarga. Manfaat
jamban adalah untuk mencegah penularan penyakit dan pencemaran
dari kotoran manusia. Syarat jamban sehat
adalah:
a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak sumber air minum
dengan lubang penampungan minimum 10 m, bila tidak
memungkinkan perlu konstruksi kedap air).
b) Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh serangga dan tikus
c) Tidak mencemari tanah di sekitarnya

26
d) Mudah dibersihkan
e) Aman digunakan
f) Dilengkapi dinding dan atap pelindung
g) Cukup penerangan
h) Lantai kedap air
i) Luas ruangan cukup
j) Ventilasi cukup baik
k) Tersedia air dan alat pembersih
Di wilayah kerja Puskesmas Kandai tahun 2018 Cakupan
terhadap ketersediaan Jamban sehat semi permanen adalah sebanyak
700 dan jamban sehat permanen adalah sebanyak 2.114.

Tabel 5. Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak


(jamban sehat)
Jamban Sehat Semi Penduduk
Jamban Sehat Permanen
Permanen (JSSP) dengan
Jumlah Jumlah Jumlah JumlahPendudukPengguna akses
sarana Penduduk Sarana terhadap
Pengguna fasilitas
Kelurahan
sanitasi
yang
layak
(jamban
sehat)
Kandai 130 1.103 510 1.835 2.983
JatiMekar 157 1.327 463 2.013 3.340
GunungJati 293 4.010 628 5.635 9.645
Kampung 120 700 513 1.751 2.451
Salo
Total 700 7.140 2.114 11.234 18.374
(Sumber: Pengelola Kesehatan Lingkungan Pusk. Kandai) 5

27
4.2 Data Sekunder Hasil Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Kandai 2019

Tabel 6. Cakupan Program KIA-KB Puskesmas Kandai Januari-Maret 2019


CAKUPAN SELISIH
NO. INDIKATOR TARGET (%)
(%) (%)

KIA-KB

Akses pelayanan antenatal Pertahun = 100 24,7% 0


1. (Cakupan K1) Perbulan = 8,3
Per 3 bulan = 24,9

Cakupan pelayanan ibu hamil Pertahun = 100 24,4% 0


2. (K4) Perbulan = 8,3
Per 3 bulan = 24,9

Deteksi faktor risiko dan Pertahun = 93 25,5% -2,4


3. komplikasi Perbulan = 7,7
Per 3 bulan = 23,1

Cakupan penanganan komplikasi Pertahun = 93 28,1% -5


4. obstetric (PKO) Perbulan = 7,7
Per 3 bulan = 23,1

Cakupan penanganan komplikasi Pertahun = 100 24,9% -1,8


5. neonatal (PKN) Perbulan = 8,9
Per 3 bulan = 26,7

Cakupan persalinan oleh tenaga Pertahun = 100 24,8% 0


6. kesehatan (LINAKES) Perbulan = 8,2
Per 3 bulan = 24,6

28
Cakupan pelayanan nifas (KF3) Pertahun = 100 25% 0
7. Perbulan = 8,2
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan neonatus Pertahun = 100 24,9% 0


8. pertama (KN1) Perbulan = 8,2
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan kesehatan Pertahun = 100 24,9% 0


9. neonatus 0-28 hari (KN lengkap) Perbulan = 8,2

Per 3 bulan = 24,6

Cakupan peserta KB aktif Pertahun = 100 24,9% -5,7


10. Perbulan = 10,2
Per 3 bulan = 30,6

29
BAB V
MASALAH PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK PUSKESMAS
KANDAI

5.1 Analisis Masalah

Tabel 7. Analisis Masalah Kesehatan di Puskesmas Kandai


CAKUPAN SELISIH
NO. INDIKATOR TARGET (%)
(%) (%)

KIA-KB

Akses pelayanan antenatal Pertahun = 100 24,7% 0


1. (Cakupan K1) Perbulan = 8,3
Per 3 bulan = 24,9

Cakupan pelayanan ibu hamil Pertahun = 100 24,4% 0


2. (K4) Perbulan = 8,3
Per 3 bulan = 24,9

Deteksi faktor risiko dan Pertahun = 93 25,5% -2,4


3. komplikasi Perbulan = 7,7
Per 3 bulan = 23,1

Cakupan penanganan komplikasi Pertahun = 93 28,1% -5


4. obstetric (PKO) Perbulan = 7,7
Per 3 bulan = 23,1

Cakupan penanganan komplikasi Pertahun = 100 24,9% -1,8


5. neonatal (PKN) Perbulan = 8,9
Per 3 bulan = 26,7

Cakupan persalinan oleh tenaga Pertahun = 100 24,8% 0


6.
kesehatan (LINAKES) Perbulan = 8,2

30
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan nifas (KF3) Pertahun = 100 25% 0


7. Perbulan = 8,2
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan neonatus Pertahun = 100 24,9% 0


8. pertama (KN1) Perbulan = 8,2
Per 3 bulan = 24,6

Cakupan pelayanan kesehatan Pertahun = 100 24,9% 0


9. neonatus 0-28 hari (KN lengkap) Perbulan = 8,2

Per 3 bulan = 24,6

Cakupan peserta KB aktif Pertahun = 100 24,9% -5,7


10. Perbulan = 10,2
Per 3 bulan = 30,6

KRITERIA A : MENILAI BESAR (KUANTITAS) MASALAH


Analisis masalah dengan menggunakan kriteria “4K” yaitu :
Kriteria A : Kuantitas atau besar masalah (nilai 0-10)
Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)
Kriteria C : Kemudahan penanggulangan (nilai 1-5)
Kriteria D : Ketentuan PEARL factor (0 atau 1)
Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan rumus
sebagai berikut:
Kelas N = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 10
= 1 + 3,3 (1)
= 4,3
=4
Interval = ( nilai tertinggi – nilai terendah )
Jumlah kelas

31
5,7−0
= 4

= 1,42
Tabel 8. Kuantitas atau Besar Masalah
Besar Masalah
Terhadap Pencapaian
Program
Interval
No Indikator Nilai
0 1,43 2,86 4,29
- - - -
1,42 2,85 4,28 5,71
Nilai
2 4 6 8
KIA-KB
1. Akses pelayanan antenatal (Cakupan K1) X 2

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4) X 2


3. Deteksi faktor risiko dan komplikasi X 4
4. Cakupan penanganan komplikasi obstetric (PKO) X 8
5. Cakupan penanganan komplikasi neonatal (PKN) X 2

6. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 2


X
(LINAKES)
7. Cakupan pelayanan nifas (KF3) X 2

8. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1) X 2

9. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari 2


X
(KN lengkap)
10. Cakupan peserta KB aktif X 8

32
KRITERIA B : MENENTUKAN KEGAWATAN MASALAH

KEGANASAN URGENSI BIAYA

5 :Sangat ganas 5 :Sangat mendesak 5 :Sangat murah

4 :Ganas 4 :Mendesak 4 :Murah

3 :Cukup berpengaruh 3 :Cukup mendesak 3 :Cukup murah

2 :Kurang ganas 2 :Kurang mendesak 2 : Mahal

1 :Tidak ganas 1 :Tidak mendesak 1 :Sangat mahal

Tabel 9. Kegawatan Masalah


Kegawatan Masalah

No Indikator Tingkat
Keganasan Biaya Nilai
Urgensi
KIA-KB

1. Akses pelayanan antenatal (Cakupan 3 3 3 9


K1)

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4) 3 2 3 8

3. Deteksi faktor risiko dan komplikasi 3 4 3 10

4. Cakupan penanganan komplikasi 5 4 5 14


obstetric (PKO)
5. Cakupan penanganan komplikasi 5 5 1 11
neonatal (PKN)
6. Cakupan persalinan oleh tenaga 3 2 3 8
kesehatan (LINAKES)
7. Cakupan pelayanan nifas (KF3) 3 3 2 8

33
8. Cakupan pelayanan neonatus pertama 3 3 4 10
(KN1)
9. Cakupan pelayanan kesehatan 3 3 4 10
neonatus 0-28 hari (KN lengkap)
10. Cakupan peserta KB aktif 3 3 3 9

KRITERIA C : KEMUDAHAN PENANGGULANGAN

KEMUDAHAN PENANGGULANGAN

5 :Tidak mudah

4 :Agak mudah

3 :Cukup mudah

2 :Mudah

1 :Sangat mudah

Tabel 10. Kemudahan Penanggulangan Tabel 11. PEARL Factor


Kemudahan
No Indikator Penanggulangan

KIA-KB

1. Akses pelayanan antenatal (Cakupan K1) 3

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4) 3

3. Deteksi faktor risiko dan komplikasi 3

4. Cakupan penanganan komplikasi obstetric (PKO) 3

5. Cakupan penanganan komplikasi neonatal (PKN) 3

6. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 3

34
(LINAKES)
7. Cakupan pelayanan nifas (KF3) 3

8. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1) 3

9. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari 3


(KN lengkap)
10. Cakupan peserta KB aktif 3

KRITERIA D : PEARL FAKTOR


Terdiri dari beberapa faktor saling menentukan yaitu :
 Propriety : Kesesuaian dengan program daerah/nasional/dunia
 Economy : Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya
 Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan
lembaga terkait
 Resources : Tersedianya sumber daya
 Legality : Tidak melanggar hukum dan etika

Skor yang digunakan diambil melalui pilihan individu :


1 = Setuju
0 = Tidak setuju
Tabel 10. Kemudahan Penanggulangan Tabel 11. PEARL Factor

No Indikator PEARL

P E A R L Hasil Kali

KIA-KB

1. Akses pelayanan antenatal (Cakupan 1 1 1 1 1 1


K1)

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4) 1 1 1 1 1 1

35
3. Deteksi faktor risiko dan komplikasi 1 1 1 1 1 1

4. Cakupan penanganan komplikasi 1 1 1 1 1 1


obstetric (PKO)
5. Cakupan penanganan komplikasi 1 1 1 1 1 1
neonatal (PKN)
6. Cakupan persalinan oleh tenaga 1 1 1 1 1 1
kesehatan (LINAKES)
7. Cakupan pelayanan nifas (KF3) 1 1 1 1 1 1

8. Cakupan pelayanan neonatus pertama 1 1 1 1 1 1


(KN1)
9. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 1 1 1 1 1 1
0-28 hari (KN lengkap)
10. Cakupan peserta KB aktif 1 1 1 1 1 1

5.2 Penentuan Prioritas Masalah


Nilai Prioritas dasar : (Besar Masalah + Kegawatan Masalah) x
Kemudahan Pencegahan
Nilai prioritas Total : (Besar Masalah + Kegawatan Masalah) x
Kemudahan Pencegahan x PEARL factor
Tabel 12. Urutan Prioritas Masalah

No Indikator A B C D NPD NPT

KIA-KB

1. Akses pelayanan antenatal (Cakupan K1) 2 9 3 1 33 33

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4) 2 8 3 1 30 30

3. Deteksi faktor risiko dan komplikasi 4 10 3 1 42 42

36
4. Cakupan penanganan komplikasi obstetric 8 14 3 1 66 66
(PKO)
5. Cakupan penanganan komplikasi neonatal 2 11 3 1 39 39
(PKN)
6. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 2 8 3 1 30 30
(LINAKES)
7. Cakupan pelayanan nifas (KF3) 2 8 3 1 30 30

8. Cakupan pelayanan neonatus pertama 2 10 3 1 36 36


(KN1)
9. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0- 2 10 3 1 36 36
28 hari (KN lengkap)
10. Cakupan peserta KB aktif 8 9 3 1 51 51

URUTAN PRIORITAS MASALAH


Tabel 13. Urutan Prioritas Masalah
No Prioritas Masalah
1. Cakupan penanganan komplikasi obstetric (PKO)
2. Cakupan peserta KB aktif
3. Deteksi faktor risiko dan komplikasi
4. Cakupan penanganan komplikasi neonatal (PKN)
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1)
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap)
7. Akses pelayanan antenatal (Cakupan K1)
8. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4)
9. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (LINAKES)
10. Cakupan pelayanan nifas (KF3)

37
5.3 Identifikasi Faktor- Faktor Penyebab dan Penyebab Masalah Dominan
Tabel 14. Analisa Penyebab Masalah
KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
MAN Kurangnya SDM yang terlatih
MONEY Tidak ada masalah
MATERIAL Tidak tersedia ruangan PONED
Masih kurangnya penyuluhan dan sosialisasi
tentang pentingnnya memahami ibu hamil
INPUT METHOD dengan risiko atau bahaya pada waktu
kehamilan maupun persalinan, bila
dibandingkan dengan ibu hamil yang normal
Kurangnya koordinasi lintas sektor dalam
MARKETING upaya pengenalan dini ibu hamil dengan risiko
tinggi terjadinya komplikasi persalinan
Tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan
LINGKUNGAN sedini mungkin dan teratur di posyandu,
puskesmas, ataupun rumah sakit paling sedikit
4x selama masa kehamilan
P1 Tidak ada Masalah
PROSES P2 Tidak ada masalah
P3 Tidak ada Masalah
ANALISA PENYEBAB MASALAH
A. Kurangnya SDM yang terlatih
B. Tidak tersedia ruangan PONED
C. Masih kurangnya penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnnya
memahami ibu hamil dengan risiko atau bahaya pada waktu kehamilan
maupun persalinan, bila dibandingkan dengan ibu hamil yang normal
D. Kurangnya koordinasi lintas sektor dalam upaya pengenalan dini ibu hamil
dengan risiko tinggi terjadinya komplikasi persalinan
E. Tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan teratur di posyandu,
puskesmas, ataupun rumah sakit paling sedikit 4x selama masa kehamilan

38
ANALISIS PRIORITAS PENYEBAB MASALAH : Cakupan Penanganan
Komplikasi Obstetric (PKO)
Tabel 15. Analisis Prioritas Masalah
TOTAL
A B C D E
HORIZONTAL
A A A D E 2
B C B E 1
C C E 1
D D 1
E 0
TOTAL
0 0 1 0 3
VERTIKAL
TOTAL 2 1 2 1 3 9

TABEL KUMULATIF
Tabel 16. Tabel Kumulatif
JENIS PERHITUNGAN KUMULATIF
JUMLAH PERHITUNGAN
MASALAH (%) (%)
E 3 3/9 X 100% 33,33 33,33
A 2 2/9 X 100% 22,22 55,55
C 2 2/9 X 100% 22,22 77,77
B 1 1/9 X 100% 11,11 88,88
D 1 1/9 X 100% 11,11 99,99
JUMLAH 9 100

39
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS DAN USULAN KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH

6.1 Alternatif Pemecahan Masalah


A : Melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin secara rutin dan teratur di
posyandu, puskesmas ataupun rumah sakit
B : Melakukan pendekatan secara personal dengan cara membujuk dan
menjelaskan serta memberikan contoh kemungkinan bahaya yang akan
terjadi pada ibu hamil
C : Melakukan kunjungan rumah di tempat ibu hamil dengan resiko tinggi

6.2 Pemecahan Masalah Terpilih


A : Melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin secara rutin dan teratur di
posyandu, puskesmas ataupun rumah sakit
B : Melakukan pendekatan secara personal dengan cara membujuk dan
menjelaskan serta memberikan contoh kemungkinan bahaya yang akan
terjadi pada ibu hamil
C : Melakukan kunjungan rumah di tempat ibu hamil dengan resiko tinggi

6.3 Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Dalam Pemecahan Masalah


1) Faktor Pendukung
a. Ketersediaan media dan bahan materi penyuluhan yang lengkap dan
komunikatif.
b. Ketersediaan akses baik transportasi terhadap setiap kelurahan dalam
wilayah kerja puskesmas kandai
c. Tersedia tenaga kesehatan yang profesional .
d. Mendapat dukungan penuh dan fasilitas dari pemerintah dan
masyarakat

40
2) Faktor Penghambat
a. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk mendukung kegiatan
b. Jumlah tenaga profesional yang kurang.
c. Sarana dan prasarana yang kurang
6.4 Rencana usulan kegiatan pemecahan masalah yang terpilih
Tabel 17. POA
TUJUAN KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT VOLUME BIAYA

Melakukan
pendekatan secara
personal dengan cara
membujuk dan
Rumah ibu
menjelaskan serta Jumlah 3x 10.000
Seluruh ibu hamil
memberikan contoh terutama Petugas x x4
hamil di
kemungkinan bahaya 2 kali/ yang Transport x
wilayah
Meningkatkan yang akan terjadi bulan berisiko Jumlah =120.000/
pengetahuan kerja tinggi
pada ibu hamil serta kelurahan kegiatan
dan penerapan Puskesmas
tentang melakukan
Kandai
pengenalan kunjungan rumah di
sedini mungkin
tempat ibu hamil
serta
pencegahan dengan resiko tinggi
untuk
menghindari Melakukan
bahaya penyuluhan dan
kehamilan Posyandu ,
sosialisasi tentang Masyarakat,
beresiko tinggi . pustu, 100.000
pentingnya lingkungan untuk
puskel
pemeriksaan 1 maupun pembuatan
di wilayah
puskesmas banner/
kehamilan sedini kerja kali/bulan
khususnya flipchart
mungkin secara rutin Puskesmas
poli KIA
dan teratur di Kandai
posyandu, puskesmas
ataupun rumah sakit.

41
6.5 Monitoring dan evaluasi
1) Monitoring
a. Jumlah ibu hamil yang melakukan ANC rutin di Puskesmas
b. Kelengkapan pengisian buku KIA
2) Evaluasi
a. Menyempurnakan pencatatan dan pelaporan kohort ibu hamil di
puskemas
b. Memperbarui metode dan media promosi kesehatan ibu dan anak

42
BAB VII
PENUTUP

7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data sekunder yang ada di
profil Puskesmas Kandai Periode Januari – Maret 2019, dapat disimpulkan
masalah program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Kandai ada
beberapa hal, yaitu:
1. Setelah kami mengindentifikasi masalah didapatkan prioritas di
Puskesmas Kandai adalah cakupan penanganan komplikasi obstetric
(pko)
2. Penyebab prioritas masalah yang didapatkan adalah, sebagai berikut :
a. Kurangnya SDM yang terlatih
b. Tidak tersedia ruangan PONED
c. Masih kurangnya penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnnya
memahami ibu hamil dengan risiko atau bahaya pada waktu
kehamilan maupun persalinan, bila dibandingkan dengan ibu hamil
yang normal
d. Kurangnya koordinasi lintas sektor dalam upaya pengenalan dini ibu
hamil dengan risiko tinggi terjadinya komplikasi persalinan
e. Tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan teratur di posyandu,
puskesmas, ataupun rumah sakit paling sedikit 4x selama masa
kehamilan
2. Alternatif penyelesaian masalah yang didapatkan adalah,sebagai berikut :
a. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin secara rutin dan teratur di
posyandu, puskesmas ataupun rumah sakit
b. Melakukan pendekatan secara personal dengan cara membujuk dan
menjelaskan serta memberikan contoh kemungkinan bahaya yang
akan terjadi pada ibu hamil

43
c. Melakukan kunjungan rumah di tempat ibu hamil dengan resiko
tinggi

7.2 Saran
a. Petugas kesehatan menyempurnakan pencatatan dan pelaporan
kohort ibu hamil di puskemas
b. Petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah di tempat ibu hamil
dengan resiko tinggi
c. Meningkatkan metode serta media penyuluhan seperti
Banner,Flipcart,dan Poster baik di Puskesmas maupun pada saat
penyuluhan agar dapat menarik perhatian masyarakat.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2016. World Health Statistics “Monitoring Health


for The SDGs. Geneva.
2. Muliati, E., dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Jakarta
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014.
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Kendari
5. Tim Penyusun Profil Puskesmas Kandai Periode 2018
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Rencana Operasional
Promosi Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA). Jakarta

45

Anda mungkin juga menyukai