Anda di halaman 1dari 40

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

ANALISIS MASALAH PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT


DENGAN PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK)
PUSKESMAS POASIA

PEMBIMBING :
dr. JENI ARNI HARLI TOMBILI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

0
DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
BAB I. PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
BAB II. PROFIL PUSKESMAS POASIA 5
A. Puskesmas Poasia 5
B. Program- Program UKM Essensial di Puskesmas Poasia 8
C. Program- Program Upaya esehatan Pengembangan di Puskesmas
poasia 14
BAB III. LAPORAN KEGIATAN PUSKESMAS POASIA 16
A. Laporan Kegiatan 16
B. Indeks Keluarga Sehat 17
C. Analisis SWOT PIS-PK 19
BAB IV. PENUTUP 38
A. Kesimpulan 38

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kurun waktu tahun 1990 hingga tahun 2015, Indonesia
memiliki gambaran perubahan tren perkebangan penyakit yang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Peningkatan persentase beban penyakit pada
setiap dekade terlihat signifikan terutama pada penyakit tidak menular yang
menglami kenaikan hingga 12% setiap dekade meskipun terjadi penurunan
1% pada tahun 2015. Pada tahun 2015, sepuluh besar penyakit di Indonesia
yang menjadi penyebab terbesar kematian dan kecacatan adalah stroke,
kecelakaan lalu lintas, jantung iskemik, kanker dan diabetes melitus. Hal ini
diikuti dengan munculnya beban penyakit lainnya seperti depresi, asfiksia dan
trauma kelahiran serta penyakit paru obstruktif kronis, yang perlu
mendapatkan perhatian khusus dan penanganan yang tepat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia mengacu pada
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012, yang memiliki visi dan misi
pencapaian pemenuhan hak asasi manusia. Pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia harus secara
terpadu saling mendukung untuk tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Pelaksanan SKN tahun 2012 tersebut, dituangkan pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-K)
dan sinergis dengan Sembilan Agenda Perubahan (Nawacita) Kabinet Kerja
tahun 2015-2019, khususnya dalam bidang kesehatan.
Program pembangunan kesehatan Indonesia mengacu pada 3 (tiga)
pilar Program Indonesia Sehat yaitu mengedepankan paradigma sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan pemenuhan universal health coverage
melalui Jaminan Kesehatan Nasional. Pelaksanaan tiga pilar Program
Indonesia Sehat tersebut mempunyai taget sasaran seluruh usia (total
coverage) mengikuti siklus kehidupan (life cycle) sehingga integrasi

2
pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan lebih efektif jika melalui
pendekatan keluarga.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) ini
mengintegrasikan pelaksanaan program melalui pendekatan 6 komponen
utama dalam penguatan sistem kesehatan (six building blocks), yaitu
penguatan upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, sistem
informasi kesehatan, akses terhadap ketersediaan obat esensial, pembiayaan,
dan kepemimpinan atau pemerintahan.
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK) ditekankan pada integrasi pendekatan akses pelayanan kesehatan,
ketersediaan tenaga kesehatan, pembiayaan serta sarana prasarana termasuk
program upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan yang mencakup
seluruh keluarga dalam wilayah kerja Puskesmas dengan memperhatikan
manajemen Puskesmas.
Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Kota.
Dalam pelaksanaan upaya kesehatan, sesuai dengan salah satu prinsip
penyelenggaraan puskesmas yaitu kemandirian masyarakat, yang berarti
puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Oleh karena itu, upaya promosi kesehatan
puskesmas membantu masyarakat agar mampu melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.

3
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat di
Kelurahan/Kecamatan diharapkan dapat melakukan upaya reformasi
pelayanan dan berperan secara nyata sebagai: pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga, dan
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

4
BAB II
PROFIL PUSKESMAS POASIA

A. Puskesmas Poasia
Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota kendari, sekitar 9
KM dari Ibukota Provinsi. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Poasia
merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan perbukitan sehingga
sangat ideal untuk pemukiman. Dibagian Utara berbatasan dengan Teluk
Kendari yang sebagian besar berupa hamparan empang. Pada bagian Barat
yang mencakup 2 kelurahan (Kelurahan Anduonohu dan Kelurahan
Rahandouna) merupakan daerah dataran yang ideal untuk pemukiman
sehingga sebagian besar penduduk bermukin di kedua kelurahan ini. Pada
bagian timur merupakan daerah perbukitan.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Poasia yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.
Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175Ha atau 44.75. KM 2
atau 15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4 Kelurahan definitif,
yaitu Anduonohu luas 1.200 Ha, Rahandouna luas 1.275 Ha, Anggoeya luas
1.400 Ha dan Matabubu luas 300 Ha. dengan 82 RW/RK dengan jumlah
penduduk pada tahun 2017 sebanyak 32.528 jiwa serta tingkat kepadatan
penduduk 49 orang/m2 atau 490 orang/Km2, dengan tingkat kepadatan hunian
rumah rata-rata 5 orang/rumah.
Puskesmas Poasia didirikan pada bulan Juli 1973 diatas tanah seluas
4.032M2 sebagai salah satu Puskesmas di Kabupaten Kendari. Saat itu
Puskesmas Poasia masih merupakan puskesmas rawat jalan dengan sarana
prasarana yang sangat sederhana. Pada tahun 1987 wilayah kerja Puskesmas
Poasia mencakup 19 kelurahan dalam wilayah kecamatan Poasia. Sejak tahun

5
2002 status Puskesmas Poasia ditingkatkan menjadi Puskesmas Rawat Inap
dengan 10 tempat tidur.
Selanjutnya pada tahun 2004 wilayah kerja Puskesmas Poasia di
mekarkan menjadi 3 Puskesmas, yaitu: Puskesmas Poasia, Puskesmas
Mokoau, dan Puskesmas Abeli. Pada tahun 2009, dilakukan rehabilitasi
gedung dan penambahan bangunan baru, sehingga menjadikan Puskesmas
Poasia sebagai Puskesmas terbesar bukan hanya di kota Kendari, tapi Se-
Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2009, Puskesmas Poasia telah
memiliki gedung UGD, Persalinan, PONED, Instalasi Gizi, Perumahan
dokter dan paramedis, gedung rawat jalan, dan rawat inap. Saat ini status
Puskesmas Poasia adalah sebagai Puskesmas rawat inap dengan kapasitas
15tempat tidur, namun dalam keadaan mendesak kapasitasnya dapat
ditingkatkan menjadi antara 20 sampai 25 tempat tidur.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poasia pada tahun 2017
sebanyak 32.528 jiwa yang tersebar di 4 wilayah kelurahan.
1. Visi, Misi, dan Motto Puskesmas
Puskesmas Poasia mempunyai rencana strategis, untuk
pengembangan kedepan hal tersebut Puskesmas Poasia mempunyai visi
dan misi yaitu:
a. Visi
Menjadikan Puskesmas Poasia sebagai Puskesmas “IDAMAN” bagi
masyarakat Kecamatan Poasia khususnya dan masyarakat Kota
Kendari pada umumnya menuju “Kota Kendari Sehat Tahun 2020”
b. Misi
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu,
manusiawi, serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
 Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan
 Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan sehingga masyarakat bisa mandiri

6
 Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan masyarakat
c. Moto
Puskesmas Poasia mempunyai motto yaitu:
 SENYUM : Kepada setiap pengguna jasa pelayanan kesehatan di
Puskesmas Poasia.
 SALAM : Kepada setiap pasien yang berkunjung ke Puskesmas
Poasia.
 SAPA : Kepada setiap pengunjung yang membutuhkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas Poasia.
 SANTUN : Kepada setiap orang yang berkunjung di Puskesmas
Poasia.
 SABAR : Melayani setiap pasien dalam keadaan apapun.
2. Sarana Puskesmas
a. Puskesmas Pembantu sebanyak 2 unit terdiri dari :
1. Pustu Anggoeya
2. Pustu Batumarupa
b. Pondok bidan Kelurahan sebanyak 4 buah, terdapat di Kelurahan :
1. Kelurahan Anduonohu
2. Kelurahan Matabubu
c. Kendaraan roda 4 sebanyak 2 unit
d. Kendaraan roda 2 sebanyak 14 unit
e. Posyandu aktif sebanyak 16 unit
f. Posyandu Usia Lanjut sebanyak 4 unit
g. Dukun terlatih sebanyak 4 orang
h. Kader posyandu sebanyak 75 orang
i. Toko obat berizin sebanyak 4 buah
j. Apotek sebanyak 1 apotek
Puskesmas Poasia merupakan Puskesmas Perawatan dengan
kapasitas tempat tidur 17 buah, yang terdiri dari perawatan persalinan

7
dengan kapasitas tempar tidur 2buah dan perawatan umum dengan
kapasitas tempat tidur 15 buah.
B. Program-Program UKM Esensial Di Puskesmas Poasia
1. Program KIA Dan KB
a. Pelayanan ANC, PNC dan Penjaringan Bumil Resti
1) Pelayanan ANC dan Penjaringan Bumil Resti di Posyandu, Pustu,
Polindes, dan Puskesmas
2) Sweeping Bumil
3) Pelayanan PNC dan Penjaringan Bufas Resti
b. Upaya Pelayanan Kesehatan Bayi, Balita, Apras dan Anak Sekolah
1) Kunjungan Neonatal
2) Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Apras
3) Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
4) Sweeping/kunjungan rumah Bayi dan Balita Resti untuk tindak
lanjut
c. Upaya Pendampingan Bumil
1) Kelas Ibu Hamil
2) Kunjungan Rumah untuk pendampingan
d. Peningkatan Kinerja Tenaga Penolong Berdasarkan Persalinan
1) Audit maternal berdasarkan perinatal
2) Survey berdasarkanvisi dan pembinaan bides oleh Bikor
e. Keluarga Berencana
1) Penyuluhan KB untuk pembinaan akseptor lama dan penjaringan
akseptor baru
2) Kunjungan rumah untu PUS yang tidak ber KB atau drop out
f. Upaya Penanganan Kekerasan Berdasarkan Kemampuan Anak
1) Kunjungan rumah untuk konseling dan pendampingan korban
KTPA
2) Konseling korban Kekerasan di Klinik KTPA

8
Program KIA dapat dinilai dengan menggunakan beberapa
parameter/indikator, yaitu: K1, K4, berdasarkan salinan oleh Nakes dan
KN (output), kemudian ditambah dengan anemia gizi dan BBLR serta AKI
dan AKB.
2. Program Gizi Masyarakat
a. Penjaringan Kasus Gizi Kurang Dan Gizi Buruk
1) Penimbangan dan Pemantauan Berdasarkan pertumbuhan Balita di
Posyandu
2) Kunjungan rumah untuk sweeping balita
b. Pemberian Makanan Tambahan
PMT lokal dan PMT Pemulihan
c. Penanggulangan Kep, Anemia Gizi Fe, Gaky
1) Pemberian Vitamin A
2) Sweeping vitmin A
3) Sweeping tablet Fe Bumil
4) Pemantauan Penggunaan Garam beryodium Rumah tangga
5) Pendampingan kasus gizi kurang dan gizi buruk
6) Pendampingan bumil KEK
d. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian Keluarga SADAR GIZI
1) Penyuluhan tentang Gizi seimbang
2) Penyuluhan ASI Exclusif
3) Lomba Balita Sehat
4) Pembinaan Taman Gizi Masyarakat
3. Program Pengendalian Penyakit Menular
a. Kegiatan Imunisasi
1) Pelayanan Imunisasi dasar di Posyandu dan Puskesmas
2) Sweeping Imunisasi
3) Penanganan kasus KIPI
4) BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
5) Pengambilan Vaksin

9
b. Kegiatan P2M
1) Pelacakan berbagai kasus penyakit menular
2) Penyuluhan tentang berbagai penyakit menular
3) Penyuluhan Keliling dalam rangka kewaspadaan Dini DBD
4) Penjaringan kasus IMS dan HIV
c. P2 TB dan Kusta
1) Pemeriksaan Kontak penderita baru TB dan Kusta
2) Pelacakan TB dan Kusta Mangkir
3) Penangan reaksi kusta
4) School survey
5) Fixasi dan Pemeriksaan BTA
4. Upaya Promosi Kesehatan
Kegiatan :
- Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
 Pembuatan Spanduk DBD dan Spanduk Immunisasi
 Pembuatan Leaflet (Bahan KIE)
 Penyebaran Leaflet ke masyarakat
- Penyuluhan masyarakat tentang pola hidup sehat
 Survey, Pemetaan, dan Pembinaan PHBS Rumah Tangga
 Survey, Pemetaan, dan Pembinaan PHBS Institusi Pemerintah
 Penyulihan kelompok didalam dan diluar gedung
 Penyuluhan Keliling
 Prolanis
- Upaya Peningkatan Pola Hidup Sehat di Institusi Pendidikan
 Pembinaan UKS / UKGS
 Penyuluhan NAPZA, HIV, dan IMS
 Pelatihan Dokter kecil
 Lomba Sekolah Sehat (NR)
 Lomba Cerdas Cermat Kesehatan Antar sekolah
 Kontes senyum Indah Gigi Sehat

10
 Lomba Penyuluhan Kesehatan berbasis religi
 Pesantren Kilat Ramadhan Sehat
- Upaya Peningkatan Kapasitas UKBM
 Pembinaan Posyandu
 Refreshing kader pesyandu
 Pembinaan POSKESTREN
 Pembinaan desa siaga
 Pembinaan Poskesdes
- Peningkatan Desa Siaga
 Peningkatan Desa Siaga
 Pembinaan Forum Masyarakat Desa
1. Penyuluhan Kesehatan masyarakat (PKM)
Penyuluhan kesehatan secara rutin dilakukan baik di dalam
gedung maupun di luar gedung puskesmas. Tujuannya adalah untuk
memberi informasi sebanyak banyaknya kepada masyarakat terkait
masalah kesehatan dengan faktor-faktor determinannya.Kegiatan ini
bisa berupa penyuluhan Berdasarkan perorangan, kelompok maupun
massal. Selain itu penyuluhan keliling dan pembagian leaflet juga
sering dilakukan.
Penyuluhan yang dilakukan di dalam gedung selalin berupa
penyuluhan Berdasarkan perorangan kepada setiap pasien atau
pengunjung puskesmas, juga penyuluhan kelompok kepada pasien
yang sedang menunggu antrian pelayanan di ruang tunggu.Sedangkan
penyuluhan di luar gedung umumnya dilakukan di setiap Posyandu, di
sekolah, Panti Asuhan, Di Kantor Lurah, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan menggunakan metode
penyuluhan partisipatif dan didukung dengan alat Bantu penyuluhan
berdasarkanlembar balik, poster, dan lain-lain.
2. Indikator PHBS
a. Berdasarkan tolongan Berdasarkan persalinan oleh Nakes
b. Berikan hanya Asi saja pada bayi sampai usia 6 bulan.

11
c. Berdasarkan pemeriksaan kesehatan balita ke Posyandu setiap 6
bulan.
d. Tidak merokok
e. Lakukan asktifitas fisik secara teraur
f. Makanlah makanan dengan gizi seimbang
g. Gunakan garam beriodium
h. Tersedia air bersih
i. Tersedia jamban keluarga
j. Buang sampah pada tempatnya
5. Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan Peningkatan Kesehatan Lingkungan
Penyehatan Berdasarkan Perumahan dan Pemukiman
1. Pengawasan Lingkungan Berdasarkan Perumahan
2. Pengawasan Sarana Jamban Keluarga (JAGA)
3. Pengawasan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
4. Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
b. Peningkatan Kualitas Air
1. Survailance Sarana Air Bersih (Hasil Inspeksi Sanitasi SAB)
2. Pengawasan Kualitas Air (Hasil Pemeriksaan Laboratorium)
3. Berdasarkan perbaikan Kualitas Air (Kapurisasi)
4. Penyuluhan Air Bersih
5. Klinik Sanitasi
c. PengendalianVektor
1. Survey Jentik dan Abatisasi Selektif
2. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
d. Kegiatan Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL)
1. Pengawasan TTU dan TPM
2. Pembinaan Institusi

12
Program Pengembangan Lingkungan Sehat / Kesling
a. Pengendalian Vektor
 Survey Jentik dan Abetisasi Selektif
 Pembinaan Kader Jumantik dan Kader Kesling
b. Penyehatan Pemukiman dan Berdasarkan Perumahan
 Inspeksi dan Pengawasan/ Pembinaan Sanitasi Dasar RT
 Sosialisasi Pengolahan Sampah dengan Sistem 3 R (Reduce, Reuse, dan
Recycle)
c. Penyehatan Air
 Pembinaan dan Pengawasan Sarana Air Bersih
 Pengambilan dan Pengiriman sampel air Sumur Gali
 Pembuatan Miniatur Alat Penyaring Air
d. Pembinaan Institusi
 Pembinaan Sanitasi Dasar Institusi Pendidikan
 Pembinaan Sanitasi Dasar Institusi Pemerintahan
e. Penyehatan TTU, TPM, dan Depot Air Minum
 Pengawasan dan Pembinaan TTU
 Pengawasan dan Pembinaan TPM

6. Upaya Pengobatan
Pelayanan kesehatan kuratif dilaksanakan melalui kegiatan:
 Dalam gedung puskesmas, meliputipelayanan ;
1) Poliklinik rawat jalan
 Poli Umum
 Poli Lansia
 Poli MTBS/Pos Anak
 Klinik gizi
 Klinik Akupresur
 Klinik upaya berhenti merokok
 Klinik KIA

13
 Klinik sanitasi
 Klinik kekerasan terhadap perempuan dan anak (KTPA)
 Ruang bermain anak
 Klinik IMS
 Klinik IVA
 Apotek
 Laboratorium
2) Pelayanan gawat darurat
3) Pelayanan satu hari
4) Home care/ kunjungan rumah
5) Rawat inap
6) Rabies center
7) PONED (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Dasar)
 Luar gedung puskesmas, meliputi:
1) Pelayanan Pustu dan Polindes
2) Pengobatan di Panti Asuhan
3) Puskesmas Keliling (Puskel)
4) Pelayanan Kesehatan bagi Korban Bencana Alam
C. Program-Program Upaya Kesehatan Pengembangan Di Puskesmas
Poasia
Puskesmas dapat menambah pelayanannya dengan melaksanakan
UKM pengembangan bila UKM esensial telah dapat dilaksanakan.UKM
Pengembangan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Poasia, merupakan
kegiatan yang sifatnya inovatif dan/ atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia. UKM-Pengembangan
(UKM-P) di Puskesmas Poasia terdiri dari:
1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
3. Upaya Kesehatan Jiwa
4. Upaya Kesehatan Mata

14
5. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
6. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
7. Upaya Kesehatan Olahraga

15
BAB III
LAPORAN KEGIATAN PUSKESMAS POASIA

A. Laporan Kegiatan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga (PIS-PK) yang
dilaksanakan di puskesmas Poasia adalah semua kegiatan yang berdasarkan
program UKM (Usaha Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Usaha Kesehatan
Perorangan) sesuai dengan peraturan Permenkes No.75 Tahun 2014 yang
telah dijabarkan pada halaman sebelumnya. Seluruh rangkaian kegiatan telah
dijalankan secara baik dan merata.
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
dilakukan di 4 Kelurahan yang menjadi wilayah kerja dari Puskesmas Poasia
yaitu terdiri dari Kelurahan Andounohu, Kelurahan Anggoeya, Kelurahan
Matabubu, dan Kelurahan Rahandouna.
Kegiatan yang dilaksanakan selama Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga terdiri dari 12 indikator, diantaranya:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Persalinan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapatkan ASI eksklusif
5. Pertumbuhan balita dipantau
6. Penderita TB paru yang berobat sesuai standar
7. Penderita hipertensi yang berobat teratur
8. Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak diterlantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN
11. Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih
12. Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga.

16
B. Indeks Keluarga Sehat

% Cakupan
Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan
No Indikator Kecamatan
ANDUONOHU ANGGOEYA MATABUBU RAHANDOUNA
POASIA

A B C D E F G
1 Keluarga mengikuti program KB *) 43,9% 63,4% 45,0% 51,7% 49,5%
∑ Keluarga Bernilai Y 29 497 127 717 2334
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 66 784 282 1388 4713
2 Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan 0 75,0% 95,2% 74,5% 44,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 0 54 20 70 202
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 0 72 21 94 450
3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *) 0 100,0% 100,0% 100,0% 62,7%
∑ Keluarga Bernilai Y 0 87 17 120 330
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 0 87 17 120 526
4 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 100,0% 99,1% 81,8% 99,4% 67,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 1 110 18 156 430
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 1 111 22 157 633
5 Pertumbuhan Balita dipantau 66,7% 100,0% 97,8% 99,4% 86,7%
∑ Keluarga Bernilai Y 4 354 89 493 1377
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 6 354 91 496 1589
6 Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar 25,0% 11,1% 37,5% 08,0% 07,9%
∑ Keluarga Bernilai Y 1 2 3 2 25
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 4 18 8 25 318
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur 40,0% 00,4% 14,6% 00,6% 04,8%

17
∑ Keluarga Bernilai Y 4 1 13 5 114
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 10 283 89 857 2392
8 Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak
0 00,0% 00,0% 00,0% 01,2%
ditelantarkan
∑ Keluarga Bernilai Y 0 0 0 0 5
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 0 42 32 186 418
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok *) 86,3% 73,1% 49,1% 54,3% 63,6%
∑ Keluarga Bernilai Y 82 639 159 900 3621
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 95 874 324 1658 5695
10 Keluarga sudah menjadi anggota JKN 59,1% 49,3% 56,5% 53,0% 55,2%
∑ Keluarga Bernilai Y 55 430 183 879 3140
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 93 872 324 1657 5685
11 Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih 98,9% 99,4% 99,4% 98,9% 95,7%
∑ Keluarga Bernilai Y 93 867 321 1638 5443
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 94 872 323 1657 5685
12 Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga 96,8% 99,9% 100,0% 99,9% 95,7%
∑ Keluarga Bernilai Y 91 871 323 1655 5440
∑ Keluarga– ∑ Keluarga bernilai “N” 94 872 323 1657 5684
Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,326 0,339 0,213 0,186 0,256
∑ Keluarga dengan IKS > 0,800 31 296 69 308 1459
∑ Keluarga 95 874 324 1658 5695
Keterangan : Keluarga Sehat > 0.800
Keluarga Pra Sehat 0.500 - 0.800
Keluarga Tidak Sehat < 0.500

18
C. Analisis SWOT PIS-PK
1. Kelurahan Andounohu
Tabel 1. Analisis SWOT Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Kelurahan Andounohu
No Indikator Strength Weakness Oportunity Threats
1 Keluarga mengikuti Meningkatkan  Kurangnya Program KB yang Apabila masyarakat
program KB kesejahteraan ibu, persediaan logistik bermanfaat bagi tidak mengikuti
anak dalam rangka dari petugas masyarakat seperti: program KB maka
mewujudkan Norma kesehatan  Pasang suami istri dapat meningkatkan
Keluarga Kecil  Kurangnya antusias dalam membatasi jumlah penduduk dan
Bahagia Sejahtera dari masyarakat kelahiran dan dapat memperbesar
(NKKBS) yang dalam ikut serta mengurangi risiko pengeluaran biaya
menjadi dasar melaksanakan penyakit hinga hidup, serta dapat
terwujudnya kegiatan program KB gangguan mental mengurangi kualitas
masyaarakat yang dan jarak rumah ke  Anak : dapat kesehatan keluarga.
sejahtera dengan fasilitas kesehatan mengetahui
mengendalikan jauh serta kendaraan pertumbuhan anak
kelahitan sekaligus yang tidak memadai, dan kesehatannya,
menjamin khususnya di memperoleh
terkendalinya Kelurahan perhatian,
pertambahan Anduonohu pemeliharaan dan
penduduk. makanan yang
cukup, perencanaan
masa depan dan
pendidikan yang
baik.

19
2 Persalinan ibu di Pertolongan Masih ada ibu yang  Persalinan di failitas Apabila persalinan
fasilitas pelayanan persalinan dilakukan belum memahami kesehatan dapat tidak dilakukan di
kesehatan oleh tenaga kesehatan pentingnya persalinan di menurunkan risiko fasilitas kesehatan
yang berkompeten fasilitas kesehatan kematian Ibu dan maka akan
dan berpengalaman (puskesmas) Bayi meningkatakan
Adanya peratuaran  Masyarakat yang risiko terhadap ibu
pemerintah tidak mampu akan dan bay seperti
menganjurkan dibantu sistem perdarahan pasca
persalinan ditolong JAMPERSAL yang persalinan,
oleh bidan dan bukan disubsidi oleh keracunan
oleh dukun pemerintah untuk kehamilan disertai
melahirkan kejang-kejang,
aborsi, dan infeksi.
 Tidak semua kasus
kelahiran merupakan
keadaan darurat
namun berpotensi
menjadi keadaan
darurat apabila tidak
ditangani dengan
tepat.
3 Bayi mendapat  Agar terbentuk  Kurangnya  Adanya keterlibatan Apabila ibu tidak
imunisasi dasar kekebalan tubuh pengetahuan ibu kader dalam kegiatan mengimunisasi anaknya
lengkap yang baik maka mengenai imunisasi posyandu secara lengkap ataupun
dibutuhkan seperti imunisasi  Imunisasi sudah sejak lahir maka akan
imunisasi dasar lanjutan setalah terbilang aman, cepat mudah menyebabkan
dan lanjutan yang imunisasi dasar dan sangat efektif tertular penyakit
merata diseluruh  Masih banyak orang untuk mencegah berbahaya karena tidak

20
wilayah. tua yang percaya penularan penyakit adanya kekebalan
 Imunisasi penting akan mitos imunisasi  Jika tidak imunisas terhadap penyakit
untuk kesehatan yang menyebabkan peluang terkena tersebut
yaitu untuk autisme dan penyakit lebih tinggi
meingkatkan membuat anak jadi
pembentukan gampang sakit
antibodi untuk sehingga tidak
memperkuat mengizinkan anaknya
sistem imun tubuh di imunisasi
anak saat melawan  Kurangnya
patogen penyebab persediaan logistik
penyakit dari petugas
berbahaya kesehatan
4 Bayi mendapatkan  Adanya program  Pendataan kurang  Adanya posyandu  Kurangnya
ASI ekslusif gizi cakupan ASI menyeluruh sehingga  Pemberian ASI koordinasi antara
eksklusif, KIA dan belum tercapainya eksklusif bermanfaat puskesmas dan
posyandu yang angka yang maksimal sebagai kontrasepsi kader kesehatan
terjadwal  Program manajemen alami saat ibu yang ada
 ASI eksklusif laktasi yang kurang menyusui, menjaga  Apabila tidak
merupakan nutrisi optimal kesehatan ibu, dan diberikan ASI
lengkap bagi bayi  Kurangnya edukasi membantu ibu untuk eksklusif maka akan
terhadap masyarakat menjalin ikatan batin dapat
tentang cara kepada anak mengakibatkan
menyusui yang baik  Pemberian ASI kondisi mental
dan benar mengurangi emosional pada usia
pengeluaran keluarga dini yang dapat
karena tidak mempengaruhi
membeli susu periode

21
formula yang perkembangan anak
harganya mahal. pada tahap
selanjutnya
5 Pertumbuhan balita  Adanya program  Kurangnya antusias Agar anak tumbuh Pemantauan
dipantau gizi dan KIA di dari ibu membawa sesui dengan usinya pertumbuhan ini untuk
posyandu yang anaknya ke posyandu maka harus memcegah adanya
terjadwal  Kurangnya edukasi mendapatkan gangguan tumbuh
 Pemantauan terhadap masyarakat pemantauan kembang yang sulit
pertumbuhan tentang pentingnya pertumbuhan dari ditangani
merupakan salah pertumbuhan dan tenaga medis terlatih
satu kegiatan perkembangan balita secra berkala
utama program
perbaikan gizi.
6 Penderita TB paru  Ketersediaan dana  Tidak teratunya  Adanya kader  Lingkungan, gizi
yang berobat sesuai dari pemerintah penderita dalam kesehatan di wilayah dan sanitasi yang
standar  Ada tenaga staf mengkonsumsi OAT puskesmas buruk dan
untuk TB  Kurangnya edukasi  Adaya dukungan kurangnya
 Adanya OAT dari petugas dari keluarga dalam pendidikan
gratis kesehatan mengenai membantu proses kesehatan dasar akan
 Adanya efek samping OAT pengobatan TB Paru memperburuk proses
laboratorium  Surveilan TB belum penyembuhan TB
 Meningkatnya optimal paru
keterlibatan  Meningkatnya
partner dalam kebutuhan SDM di
kegiatan semua tingkat
pengembangan  Kurangnya
SDM TB kesadaran untuk
memeriksa diri bila

22
sakit
 Tingkat sosial
ekonomi masyarakat
yang rendah dimana
masih ada rumah
yang tidak sehat
8 Penderita gangguan  Terdapat kader  Kurangnya petugas  Agar penderita  Jumlah kunjungan
jiwa berat, diobati lansia posyandu puskesmas dalam gangguan jiwa berat gangguan jiwa di
dan tidak di  Bidan desa, kader mencapai tujuan diobati dan tidak fasilitas kesehatan
terlantarkan lansia memiliki program kegiatan diterlantarkan maka menurun
motivasi untuk  Bidan desa pada harus ada dukungan  Rasa putus asa dari
aktif dalam posyandu lansia, dan perhatian dari pihak keluarga
kegiatan itu tidak masuk dalam keluarga dalam dalam proses
 Sumber keuangan manajemen program mengurus pasien pengobatan
berasal dari APBD kesehatan jiwa tersebut gangguan jiwa
 Anggaran pendanaan  Keluarga penderita dikarenakan
yang kurang untuk gangguan jiwa pengobatan yang
program kesehatan mengakui lama
jiwa membutuhkan
pelayanan yang
komprehensif dan
mudah dijangkau
7 Penderita hipertensi  Adanya JKN  Tenaga kesehatan  Adanya keinginan Apabila penderita
yang berobat teratur untuk fasilitas yang belum masyarakat dalam hipertensi tidak berobat
warga mencukupi pemanfaatan fasilitas secara teratur dan
 Adanya sistem  Kurangnya kader kesehatan menjaga gaya hidup
informasi POSBINDU PTM  Adanya program maka akan
rekapitulasi, untuk  Sebagian masyarakat pemerintah dalam menimbulkan berbagai

23
monitoring dan tau tentang meningkatkan faktor risiko penyakit
pelaporan angka penyakitnya tetapi kesehatan berbahaya karena
kejadian hipertensi tidak mau berobat masyarakat (Jaminan penyakit hipertensi
dan minum obat Kesehatan) merupakan silent killer
teratur sebab sering timbul
tanpa gejala khas
9 Anggota keluarga  Kebiasaan  Lebih dari sepertiga  Tidak adanya  Mengurangi biaya
tidak ada yang maerokok bukan penduduk indonesia anggota keluarga pengeluaran
merokok saja merugikan merokok yang merokok dapat keluarga karena
siperokok tetapi  Usia mulai merokok juga meningkatkan tidak harus membeli
juga bagi orang setiap tahun semakin angka sehat di rokok
disekitarnya muda kelurga maupun  Perilaku merokok
 Merokok dapat lingkungan sekitar yang sudah menjadi
menurunkan IQ  Salah satu kegiatan kebiasaan rutin
 Jumlah kematian yang perlu dilakukan bukan hanya di
dan klaim perokok adalah menggerakan rumah, namun di
menurut WHO, siswa, guru dan kantor, kendaraan
setiap perokok orang tua untuk umum, dan di
satu jam, melakukan gerakan tempat-tempat
tembakau rokok anti rokok yang umum
membunh 560 dimulai dari sekolah
orang di seluruh menengah pertama
dunia (SMP)
 Adanya
penyuluhan
mengenai bahaya
merokok

24
10 Keluarga sudah  Jaminan  Pasien dengan  Masyarakat  Belum semua
menjadi anggota Kesehatan penyakit kronis indonesia yang ingin instansi dan
JKN Nasional (JKN) hanya diberikan memiliki JKN komponennya yang
diatur oleh haver kurang dari 30 meningkat derastis terkait dengan
undang-undang hari sehingga pasien pelaksanaan JKN
 Adanya Jaminan harus berulang kali memiliki kesadaran
Kesehatan ke rumah sakit penuh dan peduli
Nasional (JKN)  Peserta JKN belum terhadap
dari pemerintah tau mengenai hak dan pelaksanaan JKN
 Dengan dana JKN kewajiban dari yang lebih baik
ini maka seluruh program JKN
warga indonesia  Rujukan berjenjang
berkesempatan belum bisa berjalan
besar untuk secara maksimal
memproteksi
kesehatan mereka
dengan baik
11 Keluarga memiliki  Kualitas dan  Terkendalanya  Memfasilitasi  Apabila keluarga
akses/menggunakan kuantitas air baku masalah pendanaan daerah yang tidak menggunakan
sarana air bersih yang baik  Kurangnya kekurangan sumber air bersih maka
 Adanya lembaga pemantauan sarana air baku dapat menimbulkan
pengelola yang air bersih dari  Meningkatkan penyakit di
khusus petugas kesehatan kesehatan dan kemudian hari
 Komitmen  Rendahnya alokasi kesejahteraan  Keikutsertaan
pemerintah dalam APBD tiap daerah masyarakat masyarakat dalam
mewujudkan yang digunakan pengelolaan
program untuk memperbaiki masyarakat bersama
pembangunan layanan air bersih petugas kesehatan

25
SPAM dan sanitasi air masih sangat rendah
bersih
12 Keluarga memiliki  Masyarakat  Kurangnya  Adanya dukungan  Prosedur
akses/menggunakan memiliki lahan kesadaran dari para petugas pembangunan
jamban keluarga yang cukup untuk masyarakat kesehatan dan jamban sehat
membangun mengenai pentingnya petinggi masyarakat dipersulit oleh
jamban ataupun jamban dalam tentang pentingnya lembaga terkait
WC umum keluarga pembangunan  Kurangnya
 Masyarakat  Adanya masyarakat jamban sehat sosialisasi dari
mempunyai yang tidak mampu  Dinas tata kota dan petugas kesehatan
keinginan untuk beroprasi untuk bangunan dapat dengan masyarakat
memiliki jamban membangun jamban berkerja sama
sehat leher angsa dengan masyarakat
untuk membangun
jamban sehat

26
2. Kelurahan Anggoeya

No Indikator Strength Weakness Oportunity Threats


1. Keluarga mengikuti  Mendukung  Kurangnya pengetahuan  Mengatur jarak, Terbatasanya jumlah
program keluarga peningkatan dan masyarakat tentang jumlah, dan waktu petugas lapangan KB
berencana (KB) percepatan pelaksanaan KB kehamilan
pencapaian target  Dukungan keluarga  Mencegah atau
kesehatan ibu untuk pelaksanaan memperkecil
 Mendukung program KB terjadinya kematian
program pemerintah pada seorang
untuk menegakkan perempuan yang
angka kelahiran mengalami
komplikasi selama
kehamilan, persalinan,
dan nifas
2. Ibu melakukan Petugas kesehatan Ketidaksiapan ibu hamil Mengurangi risiko Jarak fasilitas
persalinan di dapat memberikan dalam mempersiapkan terjadinya infeksi kesehatan dengan
fasilitas kesehatan pelayanan secara persalinan rumah ibu hamil yang
paripurna kepada ibu jauh
hamil pasca
persalinan serta
perawatan neonates
yang baik dan benar
3. Bayi mendapatkan Mendukung upaya Kurang sosialisasi Meningkatkan imunitas Munculnya stigma
imunisasi dasar pemerintah untuk tentang pentingnya masyarakat terhadap masyarakat tentang
lengkap menurunkan angka imunisasi kepada suatu penyakit “anti-vaksin”
penyakit yang dapat masyarakat
dicegah dengan
vaksinasi

27
4. Bayi mendapatkan Terbentuknya Kurangnya sosialisasi Terjalinnya ikatan yang Faktor risiko stress
air susu ibu (ASI) imunitas yang lebih tentang pentingnya kuat antara ibu-anak yang dapat terjadi pada
eksklusif baik dibandingkan imunisasi kepada banyak ibu menyusui
bayi yang tidak ASI masyarakat
eksklusif
5. Balita mendapatkan Pertumbuhan balita Kebutuhan tiap balita Menurunnya angka Kurangnya petugas
pematauan lebih optimal dan berbeda sehingga kejadian kelainan yang memantau
pertumbuhan terhindar dari pemantauan harus lebih akibat gangguan tumbuh kembang
kelainan akibat bersifat individual pertumbuhan masing-masing balita
kekurangan gizi
6. Penderita Pengendalian Kurangnya kesadaran Petugas telah Kurangnya
tuberculosis paru terhadap penyebaran masyarakat akan menjalankan promosi ketersediaan kader
mendapatkan penyakit tuberculosis pentingnya pemeriksaan kesehatan tentang khusus yang menangani
pengobatan sesuai dapat dilakukan sputum dan kepatuhan tuberculosis dan TB sehingga
standar lebih baik meminum obat TB penatalaksanaannya pemantauan kasus TB
tudak maksimal
7. Penderita hipertensi Tekanan darah pada Kurangnya pengetahuan Petugas kesehatan telah Tidak adanya
melakukan penderita hipertensi masyarakat akan menjalankan promosi pengawasan atau follow
pengobatan secara dapat dikontrol secara pentingnya kesehatan tentang up terhadap pengobatan
teratur teratur. mengonsumsi obat hipertensi serta adanya hipertensi secara
hipertensi secara teratur. dukungan dari teratur.
masyarakat untuk terus
menjalankan program
kesehatan tersebut.
8. Penderita gangguan Meningkatnya Kurangnya perhatian Petugas telah Anggota keluarga
jiwa mendapatkan kesehatan jiwa terhadap anggota menjalankan membutuhkan waktu
pengobatan dan sehingga tidak keluarga yang penyuluhan tentang yang cukup lama dalam
tidak ditelantarkan memperburuk mengalami gangguan sikap dan perilaku menghadapi dan

28
keadaan gangguan jiwa. ketika menghadapi mendampingi pasien
jiwa yang dialami anggota keluarga yang gangguan jiwa.
pasien. mengalami gangguan
jiwa.
9. Anggota keluarga Anggota keluarga Kebiasaan merokok Petugas telah Ketergantungan
tidak ada yang terhindar dari yang telah membudaya menjalankan terhadap rokok
merokok penyakit-penyakit di masyarakat akan penyuluhan tentang membuat masyarakat
yang ditimbulkan dari menjadi salah satu bahaya merokok bagi susah untuk berhenti
asap rokok baik pencetus masalah kesehatan merokok
perokok aktif maupun kesehatan.
pasif
10. Keluarga sudah Seluruh anggota Kelengkapan Penanganan atau Peserta pengguna JKN
menjadi anggota keluarga berhak administrasi yang tindakan yang diberikan
kurang memahami alur
Jaminan Kesehatan memperoleh dibutuhkan dalam kepada pasien sesuai dan cara pendaftaran
Nasional (JKN) pelayanan kesehatan penggunaan JKN tidak cakupan JKN hingga penggunaan
yang tercakup dalam dipahami betul oleh JKN di fasilitas
JKN anggota keluarga pelayanan kesehatan.
11. Keluarga Ketersediaan air Kurangnya sumber air Tersediannya petugas Kurangnya ketersedian
mempunyai akses bersih sangat penting bersih dilingkungan pengawasan sumber air sumber air bersih akan
sarana air bersih untuk menjamin sekitar tempat tinggal bersih untuk individu menjadi salah satu
kesehatan baik sehinnga mengharuskan dalam keluarga maupun sumber peningkatan
individu dalam individu dalam keluarga masyarakat untuk angka kesakitan.
keluarga maupun maupun masyarakat menjamin kesehatan
dalam masyrakat menggunakan sumber lingkungan
air yang tersedia (Sumur
bor)

29
12. Keluarga Masyarakat telah Kurangnya keterampilan Petugas telah Kurangnya
mempunyai akses memiliki jamban kader dalam melakukan menjalankan kegiatan ketersediaan jamban
atau menggunakan sehat dirumah penyuluhan tentang penyuluhan jamban sehat maka akan
jamban sehat masing-masing pentingnya jamban sehata menyebabkan
sehingga menurunkan sehat terjadinya salah satu
angka kesakitan pencemaran lingkungan
dalam keluarga dan meningkatkan
angka kesakitan.

3. Kelurahan Matabubu
Tabel 3. Analisis SWOT Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Kelurahan Matabubu
No. Indikator Strength Weakness Opportunity Threaths
1. Keluarga mengikuti Program KB  Kurangnya  Dapat mengetahui  Apabila masyarakat
program KB bertujuan pengetahuan keluarga dan mengikuti tidak mengikuti
meningkatkan akan pentingnya pertumbuhan anak program KB maka
kesejahteraan ibu, program KB dan kesehatanya sulit untuk
anak dalam rangka  Kuranganya peran  Bermanfaat untuk menyeimangkan
mewujudkan NKKBS pelayan kesehatan mengurangi risiko antara kebutuan dan
(Normal Keluarga dalam memberikan penyakit dalam jumlah penduduk
Kecil Bahagia edukasi tentang keluarga hingga  Dapat mengurangi
Sejahterah) agar program KB gangguan mental kualitas kesehatan
masyarakat sejahterah keluarga
terwujud serta
pengendalian
kelahiran dan
pertambahan
penduduk terjamin

30
2. Persalinan ibu di Fasilitas pelayanan  Pelayan kesehatan Apabila tidak
fasilitas pelayanan kesehatan teradap melakukan proses melakukan persalinan
kesehatan persalinan ibu sangat persalinan secara di fasilitas pelayanan
penting dalam SOP (Standar kesehatan dapat
menjamin Operasional meningkatkan resiko
keselamatan ibu dan Prosedur) kematian
anak  Banyaknya kader-
kader yang dilatih
untuk melakukan
proses persalinan
3. Bayi mendapat Imunisasi dasar  Banyaknya tenaga Apabila tidak mengikui
imunisasi dasar lengkap merupakan terlatih yang turut imunisasi dapat
lengkap program wajib mengikuti program menurunkan kekebalan
puskesmas yang imunisasi disetiap bayi
bertujuan untuk kegiatan
meningkatkan  Antusias
kesehata anak masyarakat sangat
baik dalam
mengikuti kegiatan
4. Bayi medapatkan ASI eksklusif sangat Masih didapatkan Dapat menurunkan
ASI eksklusif penting dalam beberapa dari ibu system kekebalan
membentuk sistem menyusui yang tidak tubuh bayi dan
kekebalan tubuh bayi memberikan ASI pertumbuhan serta
eksklusif pada bayinya perkembangan bayi
menurun
5. Pertumbuan balita Pemantauan  Banyaknya tenaga Tidak perpantaunya
dipantau pertumbuan balita terlatih yang turut pertumbuhan dan
sangat penting untuk mengikuti program perkembangan balita

31
menilai tumbuh imunisasi disetiap
kembang balita sesuai kegiatan
usianya  Antusias
Sebagai skrining awal masyarakat sangat
dalam melihat baik dalam
gangguan mengikuti kegiatan
pertumbuhan anak
6. Penderita TB paru Pentingnya  Kurangnya Bermanfaat untuk Apabila pasien tidak
yang berobat sesuai pengobatan sesuai pengetahuan mengurangi perburukan berobat sesuai standar
standar standar yang penderita akan atau komplikasi dapat meningkatkan
dilakukan oleh pentingnya penyakit angka kekambuhan
penerita TB paru agar pengobatan TB paru penyakit TB
tidak timbul sesuai standar
komplikasi yang  Kuranganya peran
berat keluarga dalam
memantau kepatuhan
pasien minum obat
7. Penderita hipertensi Pentingnya  Kurangnya Dapat mengontrol TD Apabila tidak
yang berobat teratur pengobatan hipertensi pengetahuan penerita serta mengurangi mengkonsumsi obat
secara teratur untuk tentang pengobatan timulnya penyakit lain secara teratur akan
mengontrol TD teratur hipertensi meningkatka timbulnya
 Kuranganya peran komplikasi
pelayan kesehatan
dalam memberikan
edukasi tentang
keteraturan minum
obat

32
8. Penderita gangguan Orang dengan Kurangnya peran  Pemberian edukasi
jiwa berat, diobati gangguan jiwa keluarga dalam kepada keluarga
dan tidak membutuhkan peran mendukung atau pendamping
diterlantarkan keluarga dalam kesembuhan pasien ODGJ mengenaik
meningkatkan serta keteraturan minum kesehatan jiwa
kualitas hidup dan obat  Pemberian
dapat terintegrasi sosialisasi mengenai
dalam sistem kesehatan jiwa pada
dimasyarakat masyarakat
9. Anggota keluarga Berhenti merokok Kurangnya kesadaran Pemberian edukasi  Perokok akan
tidak ada yang akan memberikan perokok tentang bahaya kepada masyarakat menurunkan angka
merokok peluang yang lebi merokok tentang bahaya kualitas hidup
besar dari segi merokok bagi  Merokok dapat
finansial serta kesehatan menimbulkan
pemberian makanan berbagai masalah
bergizi bagi keluarga, kesehatan
pedidikan dan
memperoleh
pelayanan kesehatan
10. Keluarga sudah JKN sangat penting  Biaya yang Mendapatkan jaminan Bagi keluarga yang
menjadi anggota dalam pelayanan dikeluarkan banyak kesehatan sesuai tidak menjadi anggota
JKN kesehatan yang  Tidak mendapatkan standar JKN akan
diperoleh masyarakat fasilitas kesehatan mengeluarkan biaya
sesuai standar yang besar dalam
pelayanan kesehatan
11. Keluarga memiliki Ketersediaan air Adanya pengawasan Bila kekurangan
akses/menggunakan bersih sangat penting sumber air bersih sumber air bersih dapat
sarana air bersih dalam menjamin bermanfaat bagi menjadi salah satu bibit

33
kesehatan individu masyarakat dalam penyakit
dan masyarakat mengkatkan kesehatan
lingkungan
12. Keluarga memilki Ketersediaan jamban Petugas telah Bila ketersediaan
akses/menggunakan sehat dapat menjalankan kegiatan jamban sehat kurang
jamban keluarga menurunkan kejadian penyuluhan jamban maka dapat
pencemaran sehat menyebabkan
lingkungan terjadinya pencemaran
lingkungan

4. Kelurahan Rahandouna
Tabel 4. Analisis SWOT Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Kelurahan Rahandouna
No. Indikator Strength Weakness Opportunity Threaths
1. Keluarga mengikuti Puskesmas Poasia Jumlah rumah tangga Kerjasama lintas sektor Masih adanya
program keluarga memiliki jumlah dan yang cukup banyak di dan lintasintitusi yang anggapan masyarakat
berencana (KB) kualitas SDM yang wilayah Puskesmas baik antara Puskesmas “banyak Anak banyak
memadai untuk Poasia sehingga cukup dan perangkat rezeki” sehingga hal ini
melaksanakan menyulitkan untuk kecamatan dan menyebabkan
program KB menjangkau mereka kelurahan aerta institusi masyarakat enggan
terkait lainnya sehingga mengikuti program KB
dapat membantu dan
memudahkan
mengorganisir
masyarakat untuk ikut
program KB

34
2. Ibu melakukan Tenaga kesehatan Sosialisasi mengenai Sarana dan prasarana Masih kurangnya
persalinan di yang andal pentingnya persalinan yang memadai ntuk kesadaran masyarakat
fasilitas kesehatan menangani persalinan dilakukan di fasilitas melaksanakan kegiatan mengenai pentingnya
kesehatan masih belum persalinan dilakukan
maksimal. fasilitas kesehatan guna
menghindari masalah-
masalah persalinan
3. Bayi mendapatkan Tenaga kesehatan Masih kurangnya Ketersediaan imunisasi Masih banyaknya
imunisasi dasar yang memadai dan sosialisasi mengenai yang cukup pemberitaan negatif
lengkap andal untuk manfaat pemberian mengenai pemberian
memberikan imunisasi dasar lengkap imunisasi dasar pada
pelayanan imunisasi pada bayi dan anak bayi,seperti efek
samping pemberian
imunisasi
4. Bayi mendapatkan Tenaga kesehatan Banyak tersedianya susu Tersedianya ruang Masih banyaknya ibu,
air susu ibu (ASI) yang andal dalam formula, sehingga ibu khusus di tempat- terutama yang memiliki
eksklusif melakukan sosialisasi lebih memilih tempat umum untuk pekerjaan menganggap
manfaat ASI menggunakan susu pemberian ASI pemberian ASI
eksklusif. formula dibanding ASI eksklusif ekskluisf mengganggu
eksklusif. pekerjaan mereka
5. Balita mendapatkan Pemantauan Kebutuhan tiap balita Menurunnya angka Kurangnya petugas
pematauan pertumbuan balita berbeda-beda sehingga kejadian kacacatan dalam pemantauan
pertumbuhan sangat penting untuk pemantauan tumbuh pada masa tumbuh tumbuh kembang balita
menilai tumbuh kembang bersifat kembang balita masing-masing
kembang balita sesuai individual
usianya
6. Penderita Pentingnya Kurangnya kepatuhan Menurunnya angka Kurangnya kader
tuberculosis paru pengobatan TB sesuai masyarakat tentang kejadian TB dan khusus pemantauan
35
mendapatkan standar untuk pengobatan wajib TB mengurangi komplikasi pengobatan TB
pengobatan sesuai mengurangi tingkat dan pemeriksaan rutin lebih lanjut sehingga pemantauan
standar penyebaran kurang maksimal
7. Penderita hipertensi Pengobatan secara Kurangnyapengetahuan Dapat mengontrol Kurangnya pengawasan
melakukan teratur untuk penderitatentangpengob tekanan darah serta dan follow up rutin
pengobatan secara mengontrol tekanan atanteraturpada mengurangi komplikasi pada penderita
teratur darah pada penderita penyakit hipertensi yang dapat timbul hipertensi yang
hipertensi melakukan pengobatan
8. Penderita gangguan Penderita gangguan Kurangnya peran Pemberian edukasi Keluarga membutuhkan
jiwa mendapatkan jiwa membutuhkan keluarga dalam terhadap keluarga waktu untuk menerima
pengobatan dan peran keluarga untuk mendukung pengobatan ataupun masyarakat anggota keluarga
tidak ditelantarkan meningkatkan pada penderita tentang penanganan dengan gangguan jiwa
kualitas hidup gangguan jiwa pada penderita
gangguan jiwa
9. Anggota keluarga Anggota keluarga Kurangnya kesadaran Petugas kesehatan Ketergantungan
tidak ada yang terhindar dari dan kepedulian telah melaksanakan terhadap rokok dapat
merokok penyakit-penyakit masyarakat tentang kegiatan penyuluhan mengganggu kesehatan
yang ditimbulkan dari bahaya merokok untuk tentang bahaya masyarakat sehingga
rokok (perokok pasif dirinya dan untuk orang merokok bagi menimbulkan penyakit-
atau perokok aktif) disekitarnya kesehatan penyakit kronis akibat
rokok

10. Keluarga sudah Seluruh anggota Kurangnya pengetahuan Penanganan atau Kurangnya
menjadi anggota keluarga berhak masyarakat tentang tindakan yang diberikan pengetahuan
Jaminan Kesehatan memperoleh pengurusan dan kepada pasien sesuai masyarakat tentang
Nasional (JKN) pelayanan kesehatan penggunaan JKN dengan cakupan JKN pentingnya penggunaan
yang tercakup dalam JKN sehingga
JKN menyebabkan kerugian

36
bagi masyarakat yang
membutuhkan biaya
pengobatan untuk
meningkatkan kualitas
hidup
11. Keluarga memiliki Ketersediaan air Kurangnya sumber air Ketersediaan petugas Kurangnya ketersedian
akses atau bersih sangat penting
bersih dilingkungan pengawasan sumber air sumber air bersih akan
menggunakan untuk menjamin sekitar tempat tinggal bersih untuk mengganggu kesehatan
sarana air bersih kesehatan masyarakatsehingga masyarakat masyarakat agar masyarakat sehingga
sangat terbatas dalam menjamin kesehatan menyebabkan
penggunan air yang masyarakat masyarakat menderita
menjadi kebutuhan penyakit-penyakit
sehari-hari tertentu
12. Keluarga memiliki Masyarakat telah Masih kurangnya Ketersediaan petugas Kurangnya
akses atau memiliki jamban kesadaran masyarakat kesehatan dalam ketersediaan jamban
menggunakan sehat dirumah tentang pentingnya melaksanakan yang bersih maka akan
jamban keluarga sehingga menurunkan hidup bersih dan sehat peyuluhan tentang menyebabkan
risiko terjadinya pentingnya peggunaan terjadinya pencemaran
suatu penyakit dan pemeliharaan lingkungan yang
tertentu jamban menimbulkan berbagai
macam penyakit

37
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Indeks keluarga sehat di Kelurahan Andounohu sebesar 0,326 (keluarga
tidak sehat). Jumlah keluarga sehat di Kelurahan Andounohu sebanyak
31 dari 95 keluarga.
2. Indeks keluarga sehat di Kelurahan Anggoeya sebesar 0,339 (keluarga
tidak sehat). Jumlah keluarga sehat di Kelurahan Anggoeya sebanyak
296 dari 847 keluarga.
3. Indeks keluarga sehat di Kelurahan Matabubu sebesar 0,213 (keluarga
tidak sehat). Jumlah keluarga sehat di Kelurahan Matabubu sebanyak 69
dari 324 keluarga.
4. Indeks keluarga sehat di Kelurahan Rahandouna sebesar 0,186 (keluarga
tidak sehat). Jumlah keluarga sehat di Kelurahan Rahandouna sebanyak
308 dari 1.658 keluarga.

38
DAFTAR PUSTAKA

Puskesmas Poasia. 2017. Profil Puskesmas Poasia Periode 2017.


Departemen Kesehatan. 2009.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pedoman Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2014.Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 585 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas.

39

Anda mungkin juga menyukai