ANC TERPADU
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari
307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/ 100.000 KH
pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya
keras untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada
tahun 2014 dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development
Goals), yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre
eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu
hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak
22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan
kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat
mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan).
Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita penyakit
menular seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak
menular seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, gangguan jiwa; maupun yang
mengalami kekurangan gizi.
Masalah lain adalah HIV pada ibu hamil, selain mengancam keselamatan
ibu juga dapat menular kepada bayinya (mother-to-child transmission).
Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2009, dari 10.026 ibu hamil
yang menjalani test HIV, sebanyak 289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif
HIV.
Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga perlu
mendapat perhatian. Ibu hamil yang menderita Sifilis berpotensi untuk
melahirkan bayi dengan Sifilis kongenital. Data terbatas dari tiga kabupaten
model, dari 2.640 ibu hamil yang diperiksa, yang positif 52 ibu hamil
(1,97%).
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asupan zat
besi pada perempuan khususnya ibu hamil dapat menyebabkan anemia
yang akan menambah risiko perdarahan dan melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah, prevalensi anemia pada pada ibu hamil sekitar 40,1% (SKRT
2001). Di samping kekurangan asupan zat besi, anemia juga dapat
disebabkan karena kecacingan dan Malaria.
Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan konsumsi
garam beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS) yang berisiko
kurang energi kronik (KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beryodium cukup (Riskesdas 2007).
B. Tujuan Pedoman
Tujuan umum adalah :
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
D. Batasan Operasional
1. ANC terpadu adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya .
2. Pasien ANC terpadu adalah semua ibu hamil se wilayah Puskesmas
Kedungjati
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
F. Tata Laksana
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-
hal sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat;
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan
c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
bila diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila
terjadi penyulit/komplikasi.
Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu
9
10) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem
rujukan.
11) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi: a.
Kesehatan ibu
10
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu
dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah
tertentu (risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko
penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk
menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil
tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif
selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi
lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan.
G. Dokumentasi
Untuk menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu diperlukan suatu manajemen
berbasis data. Kementerian Kesehatan menetapkan norma, standar, prosedur dan
kriteria (NSPK) untuk pelayanan antenatal terpadu, termasuk melakukan advokasi,
fasilitasi, pendampingan, koordinasi, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan
dan pelayanan antenatal terpadu.
1. Input
Input yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu
antara lain meliputi:
11
b) Adanya perencanaan dan penganggaran tahunan tingkat pusat,provinsi
dan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu
di fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Adanya sarana dan fasilitas kesehatan sesuai standar dalam
menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
d) Adanya logistik yang dibutuhkan untuk mendukung
penyelenggaraanpelayanan antenatal terpadu.
e) Adanya tenaga pengelola program KIA yang sesuai untuk
mengelolapelayanan antenatal terpadu di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota.
f) Adanya tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan antenatal terpadu
sesuai standar.
g) Adanya informasi sistem dan tempat rujukan bagi masing-masingkasus
dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
h) Adanya informasi status endemisitas dan daerah berisiko tinggipenyakit
yang mempengaruhi kehamilan.
i) Adanya pedoman pelaksanaan program terkait dengan pelayanan
antenatal terpadu.
2. Proses
a) Sosialisasi norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayananantenatal
terpadu secara berjenjang.
b) Penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIA tahunantingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan
antenatal terpadu di fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Melaksanakan pelayanan antenatal terpadu di sarana dan fasilitas
kesehatan.
d) Menggunakan logistik sesuai kebutuhan dalam penyelenggaraanpelayanan
antenatal terpadu.
e) Standarisasi pengelola program KIA dalam penyelenggaraanpelayanan
antenatal terpadu di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
f) Standarisasi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan antenatal
terpadu.
g) Menggunakan informasi, sistem dan tempat rujukan kasus
dalampelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
h) Menggunakan informasi endemisitas dan daerah berisiko tinggiterjadinya
penyakit terkait kehamilan dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu.
i) Menggunakan pedoman pelaksanaan program terkait dalam
menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
3. Output:
a) Tersosialisasinya norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK)pelayanan
antenatal terpadu.
b) Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu di fasilitas pelayanankesehatan
sesuai perencanaan yang didukung anggaran tahunan di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota.
12
c) Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu di sarana dan fasilitas kesehatan
yang telah terstandar.
d) Digunakannya logistik pendukung yang dibutuhkan dalampenyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu.
e) Tenaga pengelola program KIA mampu mengelola pelayananantenatal
terpadu di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
f) Tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan antenatal terpadu sesuai
standar.
g) Digunakannya informasi sistem dan tempat rujukan dalampelaksanaan
pelayanan antenatal terpadu.
Pelayanan antenatal terpadu terlaksana sesuai dengan status endemisitas
dan daerah berisiko tinggi penyakit yang mempengaruhi kehamilan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Kedungjati:
13
Perawat Mardoyo,AMD
Asrodin,AMD
14
Perawat setiap hari melakukan tugas sesuai jadwal yang dibuat dan telah
disepakati.Adapun tugas perawat di ruang pemeriksaan umum adalah
membantu tugas dokter dalam melakukan pelayanan kepada pasien,Selain
tugas utamanya,perawat juga diberi tugas lain seperti melakukan P Care
BPJS di akhir pelayanan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
KIA
MTBS
Konsultasi
KB
BP.Umum
Lansia
Loket Farmasi
Gigi
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien terletak di bangunan depan puskesmas
sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses. Bagian pendaftaran terletak
di bagian depan gedung, berdekatan dengan pintu masuk pengunjung, sehingga
mudah diakses. Di ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus meja
kerja.Adapun ruangan untuk menyimpan status pasien ada di ruangan sebelahnya
yang mempunyai pintu tersendiri.
15
sebagai salah satu client dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan
server untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas.
Ruang Pemeriksaan gigi dan mulut memiliki satu unit kursi gigi beserta
peralatannya, satu meja periksa, 1 lemari peralatan,1 unit sterilisator untuk
memyimpan alat medis yang sudah steril dan wastafel.
2. Peralatan
Ruang Alat
16
exavator
pincet
kaca mulut
scalpel
elevator
tensimeter
stetoscope
dll
R. KIA/KB tensimeter
stetoskop
stetoskop laennec
termometer
doppler
KB set
USG
Midline
Spuit
Pita pengukur lila
Hammer
Pengukur panggul
Timbangan bayi
Timbangan dewasa
Pengukur tinggi badan
R. laboratorium Centrifuge darah
Centrifuge urine
Box fiksasi
Lampu spiritus
Objek glass
Deck glass
Tabung
Mikroskop
Spuit
R. farmasi
Laminator
Kalkulator
17
Plastik obat
Mesin puyer
Kertas puyer
Label obat
Sendok obat
Loket Pendaftaran alat tulis
buku register
rak status
komputer
nomor antrian
Lemari
R.Persalinan Partus set
Stetoscope
Doppler
Tensi meter
Timbangan Dewasa
Timbangan bayi
Vacum ekstraksi set
Leanec
Midline
Slim secher
Oksigen
Infram warmer
Incubator
Hb Set
Stirilisator
Nebulizer
Resusitasi set bayi
R.Rawat Inap dan R.Gawat Tabung O2 dan humidifier
Darurat Nebulizer set
Suction
Lampu tindakan
Sterilisator
Sketsel
Heacting set
18
Spuit
Aligator
Nierbeken
Kom
Tromol kassa
Timbangan bayi
Timbangan dewasa
Stetoscope
Tensimeter
Termometer
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
o Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
o Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.
o Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan
tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada. o Sakit perut hebat
19
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janinnya.
o Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari
liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda
bahaya pada kehamilan.
o Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut.
o Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu
masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai. o Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa
lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi
pada sore hari. Kemungkinan ibu menderta kurang darah. o Sesak
nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak
bila bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun apabila hal
ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai. o Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu
hamil.
o Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke
empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini,
gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu
hamil harus waspada.
20
petugas kesehatan diharapkan dapat mengenali korban dan
memberikan dukungan agar mau membuka diri.
3. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan
yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan
riwayat penyakit yang diderita ibu.
4. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
21
Alat transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak, sepeda,
tandu, perahu, dsb.
Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader
ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya.
Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa
pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali
kunjungan diantar suami.
b) Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.
22
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan
normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.
Berikut ini adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada pelayanan
antenatal terpadu.
23
Tabel 3. Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
24
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana
tindak-lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya.
Jelaskan tanda-tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera datang untuk
mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan.
Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada kunjungan
antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk perlunya rujukan
untuk penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/penunjang, USG,
konsultasi atau perawatan, dan juga jadwal kontrol berikutnya, apabila
diharuskan datang lebih cepat.
Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah ibu hamil
yang mengalami segala bentuk tindak kekerasan yang berakibat, atau
mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau
penderitaan; termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau
perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan
masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi.
25
terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan
wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku KIA.
26
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
27
4. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien ,
5. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal
lahir pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Ibu?”
6. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas
mencocokkan dengan identitas pasien.
7. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai
dengan yang tercantum dalam identitas,
8. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan
medis yang akan diberikannya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Tujuan umum
28
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan
lancar.
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
29
BAB IX
PENUTUP
30