Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan
upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait
kehamilan dan persalinan Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong,
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat
transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor
darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup
pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,  pemuka masyarakat serta
menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan  di taman
kanak-kanak.1,3

Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di


Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu
dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada
upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan
angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan
penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak
demikian halnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini
tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa
MMR sebesar 400 – 450 per 100.000 persalinan. Selain angka kematian, masalah
kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas.1,2,3

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamila atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan atau cidera.9

1
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu di indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup angka ini sedikit menurun jika dibandingkan SDKI tahu 1991, yaitu sebesar
390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak
signifikan. Target global MDGs (mellinium development goals) ke 5 adalah
menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi ini, potensi untu mencapai target MDGs
ke 5 untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan
sungguh-sungguh untuk mencapainya.3,4

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota


yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kesehatan. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten /
kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.5,6

Program KIA dan KB termasuk satu dari enam program pokok (basic six)
Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawabdalam
kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi, dan balita.5

Keberhasilan program KIA menurunkanAngka Kematian Ibu (AKI) dan


Angka Kematian Bayi (AKB)menjadi salah satu prioritas utama pembangunan
kesehatan di Indonesia. Angka kematian ibu dan bayi di Sumatera Barat masih
belum mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu angka
kematian bayi 23/1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu 102/100.000
kelahiran hidup. Dari data yang telah dipaparkan di atas, maka rencana
pemecahan masalah yang akan saya bahas dalam laporan ini adalah kesehatan ibu
dan anak.7

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan ibu dan anak


Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator penting dalam pembangunan
kesehatan, selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan nasional juga
menjadi komitmen internasional dalam pencapaian target Millenium
Development Goals (MDGS). Kesehatan ibu ditandai dengan indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). Selanjutnya kesehatan anak ditandai dengan indikator
Angka Kematian Bayi (AKB).7
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam
program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebida
nan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi,
bayi, dan balita. 4,7
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal
yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.8

2.2 Penyebab Masalah kesehatan ibu dan anak

Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan


kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-
masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut
lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi
dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti
dari hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunan angka kematian bayi

3
dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak demikian halnya dengan
angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini tidak
menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa
MMR sebesar 400 – 450 per 100.000 persalinan.11

Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga


menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu
seperti ISPA, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak
acap kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan
peryakit- penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi,
hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan,
sedang atau setelah persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan
pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial
budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-
akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya
adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan
cukup besar. Hal ini terlihat  bahwa setiap daerah mempunyai pola makan
tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan  anak yang disertai dengan
kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa
makanan tertentu.7,11

2.2.1 Kesehatan Ibu

Menurut WHO kesehatan ibu dalah kesehatan perempuan selama


kehamilan, persalinan, dan pasca melahirkan. Ini meliputi dimensi kesehatan
keluarga berencana, prakonsepsi, kehamilan, dan perawatan postnatal untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas maternal.9

4
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan
kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu yang
berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan
Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas
pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama paada masa
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.11

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu


diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah
penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Pacta
berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka
merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
11

Penyebab dan latar belakang kematian ibu di indonesia sangat kompleks


dan menyangkut bidang-bidang yang ditangani banyak sektor baik
lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk universitas serta organisasi
profesi. Untuk itu upaya percepatan penurunannya memerlukan penanganan
menyeluruh terhadap masalah yang adadan melibatkan semua sektor terkait.11

Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah


kematian ibu adalah penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk
mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke
masyarakat. Pemerintah sejak tahun 2011 telah melakukan upaya strategis
dalam menekan AKI dengan pendekatan safe motherhood yaitu memastikan
semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan
sehat selama kehamilan dan persalinannya.1

5
Di Sulawesi Tengah sendiri, Safe Motherhood Initiative ditindaklanjuti
dengan peluncuran program Gerakan Sayang Ibu yang melibatkan berbagai
sektor pemerintahan disamping sektor kesehatan.2

Salah satu faktor penyebab kematian ibu yaitu :


A. Sebab Obstetri Langsung
Sebab obstetri langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung
dari penyakit penyulit pada kehamilan, persalinan, dan nifas; misalnya
karena infeksi, eklampsi, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anastesi,
trauma operasi, dan sebagainya.11

B. Sebab Obstetri Tidak Langsung


Sebab obstetri tidak langsung adalah kematian ibu akibat penyakit
yang timbul selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Misalnya anemia,
penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, hepatitis infeksiosa, penyakit
ginjal, dan sebagainya. Termasuk juga penyakit yang sudah ada dan
bertambah berat selama kehamilan.11

C. Sebab Bukan Obstetri


Sebab bukan obstetri adalah kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas
akibat kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya dengan proses
reproduksi dan penanganannya. Misalnya karena kecelakaan, kebakaran,
tenggelam, bunuh diri, dan sebagainya.
Selain faktor terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia,
dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu
karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu yang terkait
dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. 11
Kasus 3 Terlambat meliputi:
1. Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil
keputusan

6
2. Terlambat dirujuk
3. Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

Kasus 4 Terlalu, yaitu:


1. Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun)
2. Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun)
3. Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4)
4. Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).
Berdasarkan survei demografi lima penyebab kematian ibu terbesar
yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus
lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana
perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK
proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK.1

Ga
mbar 1. Distribusi penyebab kematian ibu di indonesia tahun 2010-2013
menurut ditjen bina gizi dan KIA, kemenkes RI, 2014

7
Sedangkan sulawesi tengah sendiri angka kematian ibu masih merupakan
suatau masalah yang sangat besar. Dimana Jumlah kematian ibu di kabupaten
kota se provinsi sulawesi tengah tahun 2015 adalah terbanyak di kota palu
dan yang terendah yaitu di kabupaten banggai kepulaua.

Gambar 2. Angka kematian neonatal menurut kabupaten/kota provinsi


sulawesi tengah tahun 2015. Bidang Bina Upaya Kesehatan (BUK), Dinkes
Sulteng Tahun 2015

8
Gambar 3. Penyebab kematian ibu disulawesi tengah tahun 2015

Presentase Kematian ibu berdasarkan Penyebab utama kematian ibu


adalah perdarahan, penyebab lain-lain (Tb Paru, KET, Placenta Previa%)
selanjutnya Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) Infeksi dan Gangguan
Metabolik Jantung, diabetes melitus (DM) dll.

2.2.2 Kesehatan Anak


Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan
kesehatan anak di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian anak
yang berhubungan dengan berbagai faktor penyebab. Anak yang sehat
adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis. Kesehatan seorang anak
dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat dapat diterapkan dari
yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola
makan yang sehat dan teratur.5
Menurut Departemen Kesehatan RI ciri anak sehat adalah tumbuh
dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya,
tampak aktif atau gesit dan gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan
baik, bibir dan lidah tampak segar, pernapasan tidak berbau, kulit dan
rambut tampak bersih dan ti dak kering, serta mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan.6
Kesehatan anak sangat penting bagi kehidupan si anak, orang tuanya
maupun orang lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesehatan
anak dapat dilihat secara fisik dan psikis. Kesehatan anak ini dapat dimulai
dari pola hidup yang sehat terutama perawatan orang tuanya dari sejak kecil
seperti menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan yang sehat
dan teratur. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan anak seperti
faktor kesehatan, faktor kebudayaan, dan faktor keluarga yang sangat
mempengaruhi kesehatan pada anak.5
Salah satu contoh berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan
anak adalah faktor  kesehatan. Faktor kesehatan ini merupakan faktor utama
yang dapat menentukan status kesehatan anak secara umum. Faktor ini

9
ditentukan oleh status kesehatan anak itu sendiri, status gizi dan kondisi
sanitasi. Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan
oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari
pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara
antroppometri.Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan
Antropometri. 11
Sedangkan upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan,
dilahirkan,setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka
kematian anak. 11
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal
memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian
Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya
menurun 1 point dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000
kelahiran hidup.8
Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas
pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian anak
yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun
waktu 1990-2015.6

10
Gamabar 4. Distribusi angka kematian neonatal, bayi, dan balita di indonesia
menurut menurut ditjen bina gizi dan KIA, kemenkes RI, 2015

Sulawesi tengah sendiri angka kematian neonatal menurut


kabupaten/kota tahun 2015 dapat dlihat dari grafik. Berdasarkan grafik
menunjukan kabupaten yang tinggi angka kematian Bayi yaitu Kab. Banggai
Kepulauan yaitu 29,07 per 1000 kelahiran hidup, dari jumlah lahir hidup
1.823 dan jumlah kematian 53. Kemudian tertinggi ke dua yaitu kabupaten
Banggai Laut 27,59 per 1000 kelahiran hidup, dari jumlah lahir hidup 1.196
dan jumlah kematian 33. Dan yang terendah yaitu Kota Palu 2,67per 1000
kelahiran hidup dari jumlah lahir hidup 6739 dan jumlah kematian 18.2

11
Gambar 5. Angka kematian neonatal menurut kabupaten/kota provinsi sulawesi
tengah tahun 2015. Bidang Bina Upaya Kesehatan (BUK), Dinkes Sulteng Tahun
2015.

Berdasarkan grafik berikut menunjukan kabupaten yang tinggi angka


kematian Bayi yaitu Kab. Banggai Kepulauan yaitu 29,07 per 1000 kelahiran
hidup, dari jumlah lahir hidup 1.823 dan jumlah kematian 53. Kemudian
tertinggi ke dua yaitu kabupaten Banggai Laut 27,59 per 1000 kelahiran
hidup, dari jumlah lahir hidup 1.196 dan jumlah kematian 33. Dan yang
terendah yaitu Kota Palu 2,67 per 1000 kelahiran hidup dari jumlah lahir
hidup 6739 dan jumlah kematian 18.

12
Gambar 6. Angka kematia bayi menurut kabupaten/kota provinsi sulawesi
tengah tahun 2015

Berikut angka kematian Balita menurut kabupaten/kota provinsi sulawesi


tengah tahun 2015 yaitu Kab. Banggai Laut 30,94 per 1000 kelahiran hidup,
dari jumlah lahir hidup 1.196 dan jumlah kematian 37. Kemudian tertinggi ke
dua yaitu Banggai Kepulauan yaitu 30,17 per 1000 kelahiran hidup, dari
jumlah lahir hidup 1.823 dan jumlah kematian 55. Dan yang terendah yaitu
Kota Palu 2,97 per 1000 kelahiran hidup dari jumlah lahir hidup 6739 dan
jumlah kematian 20.

13
Gambar 7. Angka kematian balita menurut kabupaten/kota provinsi sulawesi
tengah tahun 2015. Bidang Bina Upaya Kesehatan (BUK), Dinkes Sulteng Tahun
2015

14
BAB III

HASIL

OBSERVASI

3.1 Gambaran umum puskesmas talise

Puskesmas Talise terletak di di jalan Yos Sudarso No. 2 Kelurahan


Talise Kecamatan Mantikulore. Letaknya relatif strategis, berada di jalan raya
trans sulawesi dan instansi/ kantor lain seperti kantor Kecamatan, KUA,
Kantor Pos, Sekolah, SPBU dan komplek ruko sehingga memudahkan
masyarakat untuk datang mendapatkan pelayanan kesehatan. Sampai akhir
tahun 2015 Puskesmas Talise mempunyai jejaring yan terdiri atas 3
Puskesmas Pembantu, 2 Pos Bersalin Desa (Polindes) dan 4 Poskesdes (Pos
Kesehatan Desa). 10

Luas wilayah kerja puskesmas Talise 82,53 KM 2 yang mencakup 4


kelurahan, yaitu kelurahan Talise, Talise Valangguni, Tondo, dan Kelurahan
Layana, dengan jumlah penduduk 35.909 jiwa. Adapun batas wilayah kerja
Puskesmas Talise adalah :

 Sebelah Barat : Teluk Palu


 Sebelah Utara : Kelurahan Mamboro
 Sebelah Timur : Daerah pegunungan
 Sebelah Selatan : Kelurahan Besusu

15
Gambar 8. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Talise

Berdasarkan data BPS Kota Palu Tahun 2015, jumlah penduduk di


wilayah kerja Puskesmas Talise adalah 35.909 jiwa yang tersebar di tiga
Kelurahan antara lain Kelurahan Talise yang jumlah penduduknya masih
bersatu dengan Kelurahan Valangguni 20.112 jiwa, Kelurahan Tondo
sekitar 12.169 jiwa dan Kelurahan Layana Indah 3.628 jiwa. Dengan
membandingkan jumlah penduduk tahun sebelumnya, maka jumlah
penduduk dari tahun 2014 ke 2015 mengalami penurunan sebanyak
2.001 jiwa atau 1,05 %. Perubahan ini lebih disebabkan oleh perbaikan
sistem adminstrasi kependudukan.10

3.2 Tujuan Puskesmas Talise


1. Tujuan Umum :
Meningkatkan cakupan program Puskesmas melalui penyusunan
perencanaan tahunan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan analisis sederhana terhadap masalah upaya pelayanan
kesehatan
b. Mengetahui penyebab masalah dan prioritas kegiatan

16
c. Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas untuk
tahun 2016 dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah
kesehatan masyarakat.

3.3 Visi, Misi, Tata Nilai dan Strategi Puskesmas Talise

1. Visi
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang bermutu, adil dan merata
menuju Kecamatan Mantikulore yang lebih Sehat

2. Misi
Dalam mewujudkan Visi tersebut Puskesmas Talise menyusun misi
yaitu :
a. Mendorong kemandirian masyarakat dibidang kesehatan melalui
kerjasama lintas sektor
b. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang adil dan merata
serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
c. Mendorong masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
dilingkungannya baik secara perorangan, kelompok dan
masyarakat.
d. Mengembangkan Dan Meningkatkan Kualitas SDM Serta Sarana
Dan Prasarana Puskesmas Berdasarkan IPTEK Dan IMTAQ
e. Meningkatkan Mutu Layanan dan Kesejahteraan Pegawai

3. Tata Nilai
Di Puskesmas Talise berlaku tata nilai yang menjadi pedoman
perilaku staf Puskesmas Talise.
a. Profesional yaitu bekerja sesuai tanggung jawab, disiplin dan tidak
membeda-bedakan.
b. Sabar yaitu tidak mudah marah dan putus asa
c. Santun yaitu rendah hati, ramah dan menjaga etika

17
d. Bersatu yaitu bekerja sama dan menjaga kerukunan
e. Optimis yaitu selalu melihat solusi/peluang disetiap
masalah/kesulitan10

4. Strategi
a. Peningkatan sumber daya manusia dan pembiayaan. Optimalisasi
sumber daya manusia dengan mendorong dan memberi kesempatan
mengikuti pendidikan bagi setiap tenaga kesehatan, advokasi Dinas
Kesehatan terhadap kesempatan pelatihan termasuk pertemuan
untuk meningkatkan informasi program. Optimalisasi pembiayaan
melalui advokasi pembiayaan, mendorong peningkatan kualitas
pertanggungjawaban keuangan, efisiensi dan efektivitas
pembiayaan melalui perbaikan perencanaan, monitoring dan
evaluasi pembiayaan program.
b. Membangun kemitraan dan peran serta masyarakat terutama kader
kesehatan dalam penyebaran informasi kesehatan di masyarakat
dan mendorong kepesertaan jaminan kesehatan.
c. Memperbaiki managemen Puskesmas dan upaya kesehatan melalui
percepatan akreditasi Puskesmas
d. Meningkatkan upaya promotif preventif dan mendorong
kolaborasi/kerjasama lintas program dan lintas sektor.10

3.4 Manfaat
1. Perencanaan tahunan dapat memberikan petunjuk untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien bagi
pengelola program demi mencapai target yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan tahunan memudahkan pimpinan melakukan monitoring
dan evaluasi serta pertanggung jawaban pembiayaan.
3. Perencanaan tahunan dapat menjadi bahan advokasi pada lintas sektor
terutama bagi Dinas Kesehatan kota Palu.10

18
3.5 Laporan dan Rencana Pemecahan Masalah Kesehatan Ibu dan Anaka di
Puskesmas Talise

Gambar 9. Program KIA Puskesmas Talise Tahun 2016

Gambar 10. Sasaran Program KIA Puskesmas Talise Tahun 2016

19
Gamba
r 11. Jumlah kunjungan antenatal di puskesmas talise tahun 2016

Dari grafik di atas jumlah kunjungan antenatal di puskesmas talise tahun


2016 terbanyak yaitu pada bulan maret, sedangan yang terendah yaitu bulan
februari. Dimana cakupan kunjungan antenatal tahun 2016 seharusnya
sebanyak 748 ibu akan tetapi hanya terpenuhi 727 ibu (97,1%), Sehingga
untuk mencapai target 100 % harus terpenuhi sebanyak -2,9%.

20
Gamba
r 12. Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas talise tahun 2016

Dari grafik di atas jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas


talise tahun 2016 terbanyak yaitu pada bulan maret (69 ibu bersalin) sedangan
yang terendah yaitu bulan april (50 ibu bersalin).

21
Gambar 13. Jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi di puskesmas talise
tahun 2016

Dari grafik di atas jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi di puskesmas
talise tahun yang terbanyak yaitu pada bulan maret, sedangan yang terendah
yaitu bulan mei. Kemudian untuk jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi yang
dideteksi oleh Nakes dan masyarakat yaitu 142 bumil. Sedangakan sasaran
yang ditargetkan oleh puskesmas talise tahun 2016 yaitu 149 bumil untuk
mencapai 100 %.

22
No. KIA Sasaran Cakupan Selisih
(%) (%) (%)
1. Jumlah pelayanan antenatal 100% 97,1% 2,9%

2. Pelaksanaan program perencanaan 100% 100% -


pencegahan dan komplikasi (P4K)
3. Pemantauan bumil resiko tinggi 100% 97,7% 2,3%

4. Pelaksanaan kelas ibu hamil, 100% 100% -


termasuk kelas bumil resti
5. Jumlah persalinan di fasilitas 100% 95,3% 4,7%
kesehatan
6. Deteksi dini bumil resti 100% 100% -
7. Kunjungan rumah pada 100% 100% -
trisemester III sebelum persalinan
8. Jumlah bayi dan neonatus 100% 100% -
Gambar 14. Identifikasi masalah kesehatan di puskesmas talise tahun 2016

Dari tabel diatas identifikasi masalah kesehatan dipuskesmas talise tahun


2016 yang menjadi masalah yaitu program yang tidak mencapai 100%
diantaranya: jumlah pelayanan antenatal, pemantauan bumil resiko tinggi, dan
jumlah persalinan difasilitas kesehatan.

23
Komponen Kemungkinan penyebab masalah
Infut Man Kurangnya sumber daya petugas pelaksana
program KIA
Money Tidak ada masalah
Material Tidak ada masalah
Metode Kurangnya penyuluhan terhadap bumil tentang
resiko tinggi pada kehamilan
Marketing Kurangnya kerjasama bidan dan dukun mengenai
ANC dan persalinan
Lingkungan A. Kurangnya pengetahuan bumil tentang
resiko tinggi pada kehamilan
B. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat
dan bumil mengenai ANC
Proses P1 Tidak ada masalah
(perencanaan
)
P2 Tidak ada masalah
(pelaksanaan)
P3 Tidak ada masalah
(pengawasan)
Gambar 15. Identifikasi masalah dengan pendekatan sistem

Analisis penyebab masalah :

A. Kurangnya sumber daya petugas pelaksana program KIA

B. Kurangnya penyuluhan terhadap bumil tentang resiko tinggi pada kehamilan

C. Kurangnya kerjasama bidan dan dukun mengenai ANC dan persalinan

D. Kurangnya pengetahuan bumil tentang resiko tinggi pada kehamilan

24
E. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat dan bumil mengenai ANC

Gambar 16. Paired comparison

Dari tabel paired comparison yang menjadi masalah utama yaitu :

A. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat dan bumil mengenai ANC

B. Kurangnya kerjasama bidan dan dukun mengenai ANC dan persalinan

E 4 4/10 x 100% 40% 60%


C 3 3/10 x 100% 30% 70%
D 2 2/10 x 100% 20% 80%
B 1 1/10 x 100% 10% 90%
A 0 0 0 0
JUMLAH 10 100%
Gambar 17. Nilai kumulatif

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah pada


program KIA di PKM Talise, cukup menyelesaikan 2 penyebab karena
penyebab tersebut belum mencapai 80 % diantaranya adalah :

25
A. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat dan bumil mengenai ANC
B. Kurangnya kerjasama bidan dan dukun mengenai ANC dan persalinan

Rencana Kegiatan :

A. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat dan bumil tentang ANC

B. Membentuk kerja sama antara bidan dan dukun mengenai ANC dan
persalinan

Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksanaan Tempat


Memberikan Agar Masyarakat Dilaksanakan pemegang Posyandu
penyuluhan masyarakat dan ibu hamil setiap bulan program & dan tempat
terhadap mengetahui selama Petugas KIA pelayanan
masyarakat tentang penyelenggaraan & Kader kesehatan di
dan bumil pentingnya posyandu wilayah
tentang ANC ANC dalam kerja PKM
kehamilan Talise

Membentuk Untuk Dukun Setiap 6 bulan pemegang Tempat


kerja sama mengurangi beranak, program & pelayanan
bidan dan terjadinya Masyarakat Petugas KIA kesehatan di
dukun resiko pada dan ibu hamil & Kader wilayah
mengenai persalinan kerja PKM
ANC dan Talise
persalinan

Gambar 18. Plan of action

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen bina gizi dan KIA, kemenkes RI 2014


2. Profil kesehatan provinsi sulawesi tengah 2015
3. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 1 / Januari 2008
4. Manurung christina, masalah kesehatan ibu dan neonatal di indonesia,
direktorat bina kesehatan ibu,2015
5. www.academia.edu. Kesehatan ibu dan anak
6. Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2015, Pusat Data
Kesehatan, Jakarta
7. Roeshadi, R.H.. 2007. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan
Angka Kematian Ibu pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia.
Bagian KSMF Obstetri dan GinekologiFakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Medan
8. Departemen kesehatan RI. Kajian kematian ibu dan ank di indonesia.
Jakarta 2004
9. WHO. Making pregnancy safer, a health sector strategy for reducing
maternal/perinatal mortality, 2010
10. Profil kesehatan puskesmas talise, tahun 2015
11. Adiyono, Darmono. 1996.Optimalisasi pelayanan kesehatan ibu
dan anak menjelangtahun 2000. Badan Penerbit Undip: Semarang

27

Anda mungkin juga menyukai