Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK

Samuel Pangestu
102017024 – A8
Fakultas kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510
Email : Samuel.2017fk024@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Angka kematian ibu dan bayi merupakan masalah besar yang di hadapi negara. Dimana Survei
Demografi Indonesia (SKDI) 2012 memberikan data bahwa AKI adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan AKB adalah 32 epr 1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita
terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus.
Saat inilah peran puskesmas dibutuhkan, puskesmas merupakan tempat untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat yang utama. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas meliputi
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Salah satu upaya kesehatan yang wajib
dilakukan di setiap puskesmas adalah mengenai kesehatan ibu dan anak, dimana ibu dan anak
diprioritaskan dalam kesehatan keluarga karena termasuk sebagai kelompok yang rentan. Pada puskesmas
dengan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, perlu dilakukan berbagai pengamatan untuk
menyelesaikan masalah yang ada sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih
baik. Terdapat berbagai proses untuk menyelesaikan masalah tersebut dimulai dengan melakukan
evaluasi program yang berjalan. Setelah ditemukan permasalahan yang terjadi, mengingat permasalahan
satu puskesmas tidak sedikit, maka perlu cari prioritas masalah untuk diselesaikan terlebih dahulu.
Kata kunci : AKI, evaluasi program. Penyelesaian masalah
Abstract
Maternal and infant mortality rates are a major problem facing the country. Where the 2012 Indonesian
Demographic Survey (SKDI) provides data that the MMR is 359 per 100,000 live births and the IMR is
32 epr 1,000 live births. More than three-quarters of all under-five deaths occur in the first year of a
child's life and the majority of infant deaths occur in the neonatal period. At this time the role of the
puskesmas is needed, the puskesmas is the place to conduct primary public health efforts. Health services
provided by the puskesmas include promotive, preventive, curative, and rehabilitative services. One of the
mandatory health efforts in every puskesmas is regarding maternal and child health, where mothers and
children are prioritized in family health because it is included as a vulnerable group. In puskesmas with
high maternal and infant mortality rates, various observations need to be made to solve existing problems
so that people get better health services. There are various processes for resolving these problems starting
with evaluating ongoing programs. After finding problems that occur, given the problem of one
puskesmas is not small, it is necessary to look for priority problems to be solved first.
Keyword : AKI. Evaluating program, problem solving

1
Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti dari masih
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian dan kesakitan ibu
hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk
Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh
masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut.
Di samping itu, masih tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait budaya dan perilaku dan
tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali, juga merupakan penyebab kematian bayi baru lahir.
Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti penurunan
kematian ibu di wilayah tersebut.Namun sampai saat ini di wilayah Indonesia masih banyak pertolongan
persalinan dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga banyak
merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir. 1

Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama
42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Jumlah ibuhamil yang meninggal karena hamil ,


AKI per 100.000
bersalin , dan nifas di suatu wilayahtertentu
Kelahiran Hidup = pada periode tertentu
x 100.000
Jumlah kelahiran hidup di wilayah pada periode yang sama

Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan
selama kehamilan dan melahirkan.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi
dibandingkan negara ASEAN lainnya. Survei Demografi Indonesia (SKDI) 2012 memberikan data bahwa
AKI adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah 32 epr 1.000 kelahiran hidup. Lebih dari
tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas
kematian bayi terjadi pada periode neonatus.1

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goal/MDGS 2000), diharapkan tahun


2015 terjadi penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1.000

2
kelahiran hidup. Berbagai upaya kesehatan Ibu dan Anak (KIA) telah dilakukan untuk mengatasi
perbedaan yang sangat besar antara AKI dan AKA antara negara maju dan di negara berkembang, seperti
di Indonesia. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk menyelamatkan ibu sejak awal kehamilan sampai
masa nifas dengan tujuan agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan selamat dan bayi lahir
dalam keadaan sehat.

Definisi kematian ibu tersebut juga membedakan dua kategori kematian ibu. Pertama adalah
kematian yang disebabkan oleh penyebab langsung obstetri (direk) yaitu kematian yang diakibatkan
langsung oleh kehamilan dan persalinannya. Kedua adalah kematian yang disebabkan oleh penyebab
tidak langsung (indirek) yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan
bukan oleh kehamilan atau persalinannya.

Secara global, lima penyebab utama langsung kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi
oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi.
Proporsi ketiga penyebab kematian ini telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi semakin menurun
sedangkan HDK dalam kehamilan proporsinya semakin meningkat, hampir 30 % kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2011 disebabkan oleh HDK. 1

Definisi kematian ibu mengindikasikan bahwa kematian ibu tidak hanya mencakup kematian
yang disebabkan oleh persalinan tetapi mencakup kematian yang disebabkan oleh penyebab non-obstetri.
Sebagai contoh adalah ibu hamil yang meninggal akibat penyakit Tuberkulosis, Anemia, Malaria,
Penyakit Jantung, dll. Penyakit-penyakit tersebut dianggap dapat memperberat kehamilan meningkatkan
resiko terjadinya kesakitan dan kematian. Proporsi kematian ibu indirek di Indonesia cukup signifikan
yaitu sekitar 22% sehingga pencegahan dan penanganannya perlu mendapatkan perhatian. Diperlukan
koordinasi dengan disiplin medis lainnya di RS atau antar RS, antara lain dengan Spesialis Penyakit
Dalam dan Bedah, dalam menangani kematian indirek.

Untuk menurunkan AKI, Kemenkes RI ditahun 2011 menetapkan 5 strategi operasional yaitu
penguatan puskemas dan jaringannya, penguatan manajemen program dan sistem rujukannya,
meningkatkan peran serta masyarakat, kerjasama dan kemitraan, kegiatan akselerasi dan inovasi tahun
2011, penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir. Selain itu, pada tahun yang sama, akan
diluncurkan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang mencangkup pemeriksaan kehamilan, pelayanan
persalinan, nifas, KB pasca persalinan, serta neonatus. Pelayanan yang dijamin melalui Jampersal adalah:
pemeriksaan kehamilan 4x, pertolongan persalinan normal dan dengan komplikasi, pemeriksaan nifas 3x
termasuk pelayanan neonetus dan KB paska persalinan, pelayanan rujukan ibu/bayi baru lahir ke fasilitas
kesehatan yang lebih mampu.2

3
Evaluasi Program Kesehatan

Evaluasi dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Proses penilaian penting karena dengan proses
ini dapat ditentukan nilai keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuannya. Proses ini juga dinilai
penting karena dapat digunakan untuk mengukur akibat yang ditimbulkan dari proses pelaksanaan suatu
program dalam proses mencapai tujuannya. Penilaian terhadap suatu program dapat dilakukan secara
formative evaluation (penilaian dilakukan diawal program), promotive evaluation (penilaian dilakukan
pada pertengahan pelaksanaan program), ataupun secara summative evaluation (dilakukan diakhir
program). Penilaian diawal dilakukan untuk mengkaji masalah yang mungkin timbul, penilaian pada
pertengahan program dilakukan untuk menilai apakah suatu program berjalan sesuai dengan rencana awal
program, sementara penilaian diakhir dilakukan untuk melihat dampak yang dibuat oleh program tersebut
setelah program selesai dilaksanakan.3,4

Terdapat 4 jenis ruang lingkup penilaian dengan pendekatan sistem: penilaian terhadap
masukkan, penilaian terhadap proses, penilaian terhadap keluaran dan penilaian terhadap dampak.
Masukkan sendiri terdiri dari prinsil 4M yaitu men, money, methods, dan material. Proses, menurut G.
Terry, dibagi menjadi 4 aspek yaitu POAC (planning, organizing, actuating, coordinating). Pada
penilaian terhadap keluaran, keluaran disini bermakna sebagai hasil dari suatu program. Sementara
dampak yang dimaksud adalah pengaruh yang terjadi dari pelaksanaan program. Terdapat 6 langkah
untuk melakukan penilaian, antara lain, memahami program, ruang lingkup program, rencana program,
melaksanakan penilaian, kesimpulan penilaian dan susunan saran dari hasil penelitian. 4

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas untuk melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas menyelenggarakan fungsi sebagai penyelenggara Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah
kerjanya. UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menganggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok
dan masyarakat. UKM terdiri dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. UKP adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan dengan tujuan untuk

4
meningkatkan, mencegah, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan akibat penyakit, serta
memulihkan kesehatan perseorangan.5

Menurut pasal 36 Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014, upaya kesehatan masyarakat
esensial meliputi: pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan kesehatan
ibu, anak, dan keluarga berencana; pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Pada poin pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), setiap kelahiran dapat dilihat dari 2 prinsip yang
berbeda tetapi saling berkaitan yaitu yang pertama adalah prinsip penanganan ibu baik sebelum, saat, dan
setelah hamil dan melahirkan anak, dan yang kedua adalah prinsip anak atau bayi. 5

Dalam kasus pada scenario ini, kita dapatkan usia ibu hanya 17 tahun, yang menandakan bahwa
ibu tersebut terlalu muda untuk mengandung. Masalah ini digolongkan sebagai masalah 4T yaitu terlalu
muda untuk hamil pertama kali (pada kasus hamil kedua), terlalu tua untuk hamil pertama kali, terlalu
sering hamil dan terlalu banyak melahirkan. Masalah 4T ini dapat diatasi dengan melaksanakan program
keluarga berencana (KB). Terdapat 2 tipe alat KB yaitu tipe hormonal (contoh: pil KB) dan tipe non
hormonal (contoh: IUD). Selain program KB, scenario ini juga memfokuskan kepada kesehatan
reproduktif wanita, yaitu kemampuan meregulasi dan mengontrol fertilitas. Maka dari pembahasan diatas,
dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Argomulyo gagal dalam mencapai target pada program KB dan
kesadaran mengenai kesehatan reproduktif. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat dari adanya gangguan
pada sistem (input, proses, output), lingkungan, atau merupakan dampak dari perjalanan program
tersebut.

Masalah lain yang bisa didapati dari kasus tersebut adalah 4K yaitu keterlambatan menyadari /
mengetahui adanya kelainan / penyulit pada kehamilan/ persalinan, keterlambatan mengambil keputusan
untuk mencari pertolongan dari tenaga kesehatan, keterlambatan tiba di tempat pelayanan kesehatan dan
keterlambatan mendapatkan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Pada kasus bisa dilihat bahwa masalah
4K yang terjadi adalah pada persalinan ditolong oleh dukun serta selama hamil tidak ada riwayat ante
natal care (ANC).

Pada scenario ini, diketahui bahwa anak pertama ibu tersebut meninggal pada usia 1 bulan,
sementara anak kedua meninggal setelah 3 hari perawatan di rumah dengan berat 1800 g. Untuk
mengatasi kelainan seperti ini, 5 program KIA harus dijalankan dengan baik. Program-program tersebut
adalah ANC, gizi ibu hamil, promosi kesehatan, kursus dukun bersalin, dan gerakan sayang ibu. 3,4

Pemecahan Masalah dan Prioritas Program Kesehatan


Salah satu model proses pemecahan masalah adalah dengan menggunakan siklus pemecahan
masalah (problem solving cycle). Dibentuk dalam siklus, cara pemecahan masalah ini dimenunjukkan

5
proses yang terjadi secara terus menerus yang bertujuan untuk melakukan perbaikan pada pelayanan
kesehatan yang dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Langkah-langkah
pemecahan masalah kesehatan masyarakat menurut menggunakan siklus pemecahan masalah adalah
analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, tujuan, alternative pemecahan masalah, rencana
operasional, pelaksanaan dan penggerakan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian, dan evaluasi. 6

Gambar 3. Tahap Problem Solving Cycle


Sumber: https://www.slideshare.net/dryohanita/proses-dan-metode-perencanaan-program-
kesehatan-masyarakat

 Analisis situasi: merupakan suatu kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi


tentang suatu situasi yang nantinya akan digunakan untuk menetapkan masalah. Terdapat
berbagai cara analisis situasi, namun umumnya yang paling banyak dipakai adalah
analisis kesenjangan (gap analysis) dan analisis sistem.
o Analisis kesenjangan: identifikasi masalah berdasarkan kesenjangan dari apa
yang seharusnya dan apa yang telah dicapai/ kondisi sebenarnya dalam satu
kurun waktu. Standard Pelayanan Minimal (SPM) digunakan sebagai acuan
untuk melihat apakah program kesehatan telah mencapai target atau belum.
Sebagai contoh adalah cakupan air bersih di Puskesmas A sebesar 40% pada
tahun 2007, sementara SPM menetapkan bahwa seharusnya cakupan air bersih
adalah sebesar 85%. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara hasil yang
diharapkan dengan yang sebenarnya terjadi.

6
o Analisis sistem: pendekatan ini menjelaskan hubungan masalah dengan factor
lain yang mempengaruhinya. Sistem yang banyak dipakai adalah pendekatan
input-process-output-outcome-impact. Input yaitu seperti orang, teknologi,
sarana prasarana, dsb. Proses yang dimaksud adalah tahap perencanaan dan
pelaksanaan, manajemen dan kinerja pelayanan kesehatan. Output yaitu
lingkungan, perilaku, akses dan kualitas pelayanan yang akan mempengaruhi
hasil akhir. Outcome (hasil akhir) adalah angka kesakitan, status gizi dan
kematian, dan indicator kesakitan yang dapat memberikan dampak pada derajat
kesehatan. Point terakhir yaitu impact yang dimaksud adalah seperti derajat
kesehatan yang dapat diindikasikan dengan usia harapan hidup.
 Identifikasi masalah dan prioritasnya. Masalah yang dimaksud adalah kesenjangan yang
terjadi antara harapan dan kenyataan. Dengan menggunakan pendekatan epidemiologi,
dapat diketahui distribusi penyakit disuatu wilayah dan dapat ditetapkan prioritasnya,
karena pada kenyataannya, masalah yang akan dihadapi petugas kesehatan tidak hanya
satu. Untuk membentuk rumusan masalah, lakukan identifikasi masalah dengan bantuan
beberapa pertanyaan6,7
o Apakah terdapat suatu masalah?
o Apakah masalah tersebut serius atau gawat?
o Perlu data apa saja dalam merinci permasalahan tersebut?
 Menentukan tujuan program: menetapkan langkah-langkah operasional program serta
melakukan pemantauan dan evaluasi program
 Pengkaji hambatan dan kelemahan program: hambatan dapat bersumber pada
kemampuan organisasi atau terjadi pada lingkungan.
 Penyusunan rencana kerja operasional: menetapkan latar belakang program, tujuan,
kegiatan, pelaksanaan, sasaran, sumber daya pendukung, tempat dan waktu program yang
akan dijalankan untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Setelah memecahkan masalah, dilanjutkan dengan menentukan prioritas pada masalah tersebut.
Prioritas masalah merupakan suatu proses yang dilakukan sekelompok orang untuk menentukan masalah
yang terpenting. Terdapat 2 cara untuk menentukan prioritas masalah. Cara pertama adalah dengan non-
scoring technique, dimana pada teknik ini tidak ada angka pada data yang didapat (contoh: data yang
diperoleh dengan melihat keadaan kurang gizi pada balita). Cara kedua adalah dengan scoring technique
dengan metode Delphi (dengan keahlian yang sama) atau Delbecq (dengan latar belakang berbeda). 3
Selain dengan metode kesepakatan kelompok, dapat juga menentukan prioritas dengan cara
melakukan kajian data. Sebagai tambahan, terdapat juga beberapa teknik khusus yang dapat digunakan

7
untuk memilih prioritas masalah. Yang pertama adalah teknik criteria matriks, dimana pada teknik ini kita
memberikan nilai 1-3 pada 3 bobot criteria yang adalah pentingnya masalah (prevalensi, severity, rate of
increase, degree of unmeet need, public concerbn, political climate dan social benefit), kelayakan
teknologi (ilmu dan teknologi), dan sumber daya (dana, sarana, dan tenaga). 7
Kriteria lainnya adalah dengan menggunakan teknik hukum sebab dan akibat, teknik pemilihan
alternative penyelesaian masalah, metode PAHO, dan metode CARL. Pada teknik hukum sebab akibat,
konsep yang digunakan adalah dengan mengubah penyebab masalah kedalam bentuk nyata di lapangan.
Teknik pemilihan alternative penyelesaian masalah dilakukan dengan memberi nilai pada factor efektif
(magnitude, importancy dan vulnerability) dan efisien (biaya/cost). Umumnya penyelesaian dengan skor
efektivitas tinggi dan biaya rendah akan dipilih sebagai prioritas. Pada metode PAHO, prinsip yang
dipakai untuk menilai suatu penyelesaian adalah magnitude, severity, vulnerability, community and
political climate dan affordability. Pada metode CARL (capability, aceesability, readiness and leverage),
masing-masing aspek dikalikan untuk menentukan prioritas masalah. Teknik hukum sebab dan akibat
adalah teknik yang paling cocok digunakan di scenario ini karena pada skenario hanya diketahui masalah
dalam kasus tersebut.7,8

Penelitian Epidemiologis

Epidemiologi merupakan salah satu bagian ilmu kesehatan masyarakat yang berfokus terhadap
penyakit dan masalah kesehatan lainnya yang terjadi di masyarakat. Masalah penyakit tersebut diketahui
dengan menggunakan pendekatan epidemiologi secara kuantitatif. Pada pengertian epidemiologi, terdapat
3 hal penting yaitu

 frekuensi masalah kesehatan: untuk menunjukkan besar masalah kesehatan yang terjadi,
umumnya dalam bentuk angka seperti prevalensi/insidens.
 distribusi/ penyebaran masalah kesehatan: distribusi orang (who), tempat (where), waktu (when)
 determinan yang didefinisikan sebagai factor-faktor yang mempengaruhi frekuensi serta distribusi
suatu masalah kesehatan. Determinan dilakukan dengan melalui 3 langkah yaitu:
o Merumuskan hipotesa tentang penyebab yang dimaksud
o Melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun
o Menarik kesimpulan

Pada penerapannya, kegiatan epidemiologi dibagi menjadi 2 bentuk utama yaitu epidemiologi
deskriptif dan analitik. Epidemiologi deskriptif merupakan studi yang digunakan untuk menentukan
frekuensi dan distribusi penyakit disuatu daerah berdasarkan beberapa variable antara lain variable orang,

8
tempat, dan waktu. Epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang bertujuan untuk mencari
berbagai factor penyebab timbulnya suatu penyakit atau mencari penyebab terjadinya suatu variasi seperti
tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit diberbagai kelompok individu. Studi ekologi, korelasi, dan cross
sectional merupakan contoh dari epidemiologi deskriptif, sementara contoh dari studi epidemiologi
analitik adalah case control, kohort, dan eksperimental.4,9

Terdapat beberapa istilah yang harus diketahui dalam epidemiologi: 3

 Insidens: jumlah kasus yang terjadi dari populasi yang beresiko pada satu waktu tertentu. (contoh
populasi beresiko: bayi dengan BBLR)
 Prevalensi: jumlah kasus baru dan lama yang terjadi pada sekelompok orang dibandingkan
dengan jumlah total kelompok masyarakat tersebut. Terdapat 2 tipe:
o Point prevalence
o Period prevalence
 Attack rate: jumlah kasus yang terjadi selama suatu masalah terjadi. Jumlah penderita baru
dibandingkan dengan jumlah penderita yang mungkin terkena penyakit di satu waktu yang sama.

Keismpulan
Puskesmas Argomulyo memiliki masalah 4K dan 4T yang terlihat pada evaluasi, dengan angka kematian
bayi dan ibu yang tinggi sebagai masalah yang perlu dipecahkan serta dipilih prioritas masalahnya dengan
menggunakan teknik hukum sebab akibat karena hanya diketahui masalahnya. Dengan pendekatan
epidemiologis, pada permasalahan ini dapat dilakukan epidemiologis deskriptif untuk mengetahui who,
where, dan when dari masalah ini serta epidemiologis analitik untuk mengetahui why pada masalah ini

Daftar Pustaka
1. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi dan KIA Kementrian Kesehatan RI. Rencana aksi
percepatan penurunan angka kematian ibu. Bhakti Swarjana IK. Ilmu kesehatan masyarakat.
Yogyakarta: Andi; 2017
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lima strategi operasional turunkan angka kematian
ibu. Diunduh dari http://www.kemkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=1387&id=lima-
strategi-operasional-turunkan-angka-kematian-ibu.html
3. Swarjana IK. Ilmu kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Andi; 2017
4. Carr S, Uniwn N, Mulloli TP. Kesehatan masyarakat epidemiologi. Jakarta: EGC; 2009

9
5. Peratuan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/PMK-No-75-Th-2014-ttg-Puskesmas.pdf
pada 16 Mei 2020.
6. Academia.edu. Siklus pemecahan masalah. Diunduh dari
http://www.academia.edu/15556271/Pemecahan_Masalah_Kesehatan_Masyarakat_Partisipatif
pada 16 Mei 2020.
7. Kementerian kesehatan Republik Indonesia. 4 Target Kesehatan ini Harus Tercapai di 2019.
Diunduh dari http://www.depkes.go.id/article/view/18030700008/4-target-kesehatan-ini-harus-
tercapai-di-2019.html pada 16 Mei 2020
8. Budidaya dan informasi terbaru. Kriteria penyelesaian matrik. Diunduh dari
http://budidarma.com/menetapkan-prioritas-masalah/ pada 16 Mei 2020
9. Budiarto E, Anggraeni D. Pengantar epidemiologi. Jakarta:EGC;2003. Husada; 2013.h. 3-21.

10

Anda mungkin juga menyukai