PENDAHULAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaanya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperi kecelakaan atau terjatuh di
setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
merupakan persoalan yang sangat krusial di Indonesia sebab kecenderungan untuk
meningkat setiap tahunnya. Tidak mudah mencari solusi untuk persoalan AKI/AKB,
sebab AKI/AKB melibatkan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, ketersediaan
layanan kesehatan dasar dan aksesnya, implementasi dan reaksi atas kebijakan di tingkat
lokal (WHO, 2019).
Angka Kematian Ibu di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup
(ASEAN Secretariat, 2020). Di wilayah Asia Tenggara diperkirakan terdapat 240.000
kematian maternal setiap tahunnya, sehingga diperoleh angka kematian maternal sebesar
210 per 100.000 KH. Angka kematian maternal ini merupakan ukuran yang
mencerminkan risiko obsterik yang ihadapi oleh seorang wanita setiap kali wanita
tersebut menjadi hamil. Risiko ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah kehamilan yang dialami (WHO dalam Fibriana, 2007).
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan ukuran bagi
kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya berkaitan dengan masalahkesehatan ibu dan
anak. Angka kematian maternal merupakan indikator yang mencerminkan status
kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil dan melahirkan.
Kesehatan Ibu adalah masalah pembangunan global. Di beberapa negara, khususnya
negara berkembang dan negara belum berkembang, para ibu masih memiliki resiko tinggi
ketika melahirkan. Situasi ini telah mendorong komunitas internasional untuk
berkomitmen dalam mengatasi permasalahan kesehatan ibu. Komitmen ini diwujudkan
dengan mencantumkan kesehatan ibu menjadi salah satu target MDGs.
Angka Kematian Bayi (AKB) dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempatat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena
dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Indikator AKB terkait
langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan mereflesikan kondisi sosial
ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan kesehatannya.
Kematian Ibu 99% terjadi di negara berkembang. Kematian ibu lebih tinggi pada
wanita yang tinggal didaerah pedesaan dan diantara masyarakat miskin. Remaja muda
menghadapi risiko tinggi komplikasi dan kematian akibat kehamilan daripada wanita
yang lebih tua. Perawatan terampil sebelum, selama dan setelah melahirkan dapat
menyelamatkan nyawa perempuan dan bayi yang baru lahir (WHO,2012).
Pada tahun 2018 angka kematian bayi baru lahir sekitar 18 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Banyak pakar
kesehatan berpendapat bahwa akan mustahil mencapai tujuan nasional dan internasional
di bidang kesehatan termasuk menurunkan angka kematian ibu tanpa investasi yang lebih
besar dan mencari cara yang inovatif untuk meningkatkan keterlibatkan berbagai pihak
(masyarakat, organisasi sosial serta lintas sektor lainnya) dalam pembangunan kesehatan.
(UNICEF 2019).
1. Mengetahui dan memahami apa itu angka kematian ibu dan bayi
2. Mengetahui dan memahami penyebab kematian ibu dan bayi
3. Mengetahui dan memahami apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian
ibu dan bayi
4. Mengetahui dan memahami program pemerintah dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan bayi
BAB II
PEMBAHASAN
Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi pada saat hamil, sewaktu
melahirkan, atau selama masa nifas yakni 42 hari setelah melahirkan, tidak melihat durasi
maupun letak kehamilan, oleh sebab apapun yang berkaitan maupun diperparah dengan adanya
kehamilan tersebut atau tindakan yang dilakukan, namun bukan dari sebab-sebab terkait
kecelakaan. Sementara untuk kepentingan pengukuran AKI, pengertian kematian ibu yang
digunakan adalah kematian yang terjadi pada masa hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari
1) Penyebab langsung
masa kehamilan, proses persalinan, atau masa nifas dan oleh karena intervensi,
kehamilan (HDK), partus lama , infeksi, dan abortus. Perdarahan, HDK, dan
Penyebab tidak langsung dapat berupa penyakit yang telah ada sebelumnya atau
yang muncul dan berkembang selama masa kehamilan, persalinan, atau nifas yang
Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi selama kehamilan dan
6. Sosial Budaya
Masyarakat di berbagai budaya memberi perhatian pada fase krisis. Pada masa
kehamilan ada banyak ritual yang harus dilakukan yang menandakan bahwa masyarakat di
budaya mana pun menganggap kehamilan sebagai peristiwa yang luar biasa, bukan hanya dalam
kehidupan wanita hamil itu sendiri tetapi juga suami dan keluarganya. Perhatian masyarakat
terhadap ibu yang sedang hamil merupakan bentuk dukungan sosial. Menurut McCourt (2006)
ada tiga komponen kunci dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan informasi dan
dukungan praktis. Dukungan emosional ditunjukkan dengan hubungan yang hangat,
Saran dan infomasi yang baik merupakan contoh dari dukungan informasi. Sedangkan
dukungan finansial pada ibu hamil, pijat untuk mengurangi ketidaknyamanan merupakan bentuk
nyata dukungan praktis. Pola dasar kesehatan masyarakat tidak terlepas dari masalah sosial,
budaya, maupun lingkungan setempat. Orientasi budaya menggambarkan sikap, pandangan, dan
perspsi atas masalah kehidupan termasuk kesehatan, yang dapat memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap status kesehatan masyarakat secara umum. Pemahaman tentang budaya
masyarakat terkait masalah kesehatan sangat penting untuk diperhatikan sebagai faktor penentu
untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas. Upaya
Upaya pemerintah dalam pelayanan kesehatan ibu hamil salah satunya adalah
pemberian antenatal care (ANC) minimal enam kali selama kehamilan dengan
pembagian minimal dua kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan
tiga kali pada trimester ketiga. Kegiatan yang dilakukan dalam ANC adalah berupa
deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Selain yang berkaitan dengan antenatal care, pemerintah juga menggalakan program
Upaya dalam pelayanan kesehatan ibu bersalin terutama ditujukan agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, termasuk diantaranya adalah
dokter umum, bidan, dan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, di fasilitas
pembangunan puskesmas yang satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan, atau
pembangunan poskesdes yang dapat menjadi rumah tinggal bagi bidan, dengan harapan
tenaga kesehatan akan siaga di tempat tugasnya dan siap memberikan pertolongan
Sementara untuk daerah dengan akses sulit, diadakan pembangunan rumah tunggu
kelahiran dan program kemitraan bidan dan dukun. Selain itu, diadakan pula pelatihan
Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Upaya dalam pelayanan kesehatan ibu nifas adalah dalam bentuk pelayanan kesehatan
pada ibu nifas sekurang-kurangnya tiga kali dengan pembagian masing-masing satu kali
pada enam jam hingga tiga hari pasca persalinan, hari ke-4 hingga hari ke-28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Pelayanan
persalinan yang bersih dan aman, dan pelayanan pasca persalinan oleh tenaga kesehatan
yang terampil, dan pengadaan pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar
(PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh
Komplikasi (P4K) yang dimasukkan dalam salah satu unsur desa siaga. Program ini
mengajak keluarga dan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam upaya deteksi dini
dan pencegahan risiko maupun komplikasi kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan
akses dan pelayanan PONED dan PONEK di tingkat puskesmas. Tujuan akhirnya adalah
agar keluarga mampu membuat perencanaan persalinan yang baik dan peningkatan
kesiapsiagaan baik keluarga maupun masyarakat sekitar dalam menghadapi tanda bahaya
kehamilan, persalinan, dan nifas.14 Selain itu, diadakan pula kegiatan Audit Maternal
Perinatal (AMP) yang berfungsi sebagai alat evaluasi untuk menilai pelaksanaan
pelayanan kesehatan dan secara tidak langsung meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir. Hasil kajian dari AMP akan menghasilkan rekomendasi
intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa
Berencana (KB). Program ini merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian
ibu terutama pada ibu dengan faktor risiko 4T, yakni terlalu muda melahirkan (di bawah
usia 20 tahun), terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun), terlalu dekat jarak
melahirkan, dan terlalu sering melahirkan. Selain itu, program KB juga bertujuan untuk
batin.14
praktik swasta, dan terutama yang paling banyak adalah praktek bidan swasta. Metode
kontrasepsi dalam KB meliputi suntikan, pil, intra uterine device (IUD), implan,
kondom, metode operasional wanita (MOW), dan metode operasional pria (MOP),
dengan persentase yang paling sering digunakan adalah suntikan dan pil, dan yang paling
sedikit MOP dan kondom. Sasaran dari program KB adalah pasangan usia subur,
terutama kelompok wanita usia subur yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.14
perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah
anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.14
6. Pemberdayaan Masyarakat
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu sangat
Bentuk pelaksanaan UKBM sendiri antara lain berupa pengadaan pos layanan terpadu
(Posyandu), pos kesehatan desa (Poskesdes), dan RW/desa/kelurahan siaga aktif. Selain
intervensi terhadap ibu hamil, yang mana setiap kehamilan tidak ada yang tanpa resiko,
perlu juga untuk intervensi pada kelompok remaja maupun dewasa muda. Hal ini juga
dapat dicapai dengan adanya peran serta masyarakat, terutama keluarga, dalam membina
BAB III
PENUTUP
3.1 `Kesimpulan
Angka kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator kesehatan nasional yang
menjadi prioritas pemerintah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu dan
bayi seperti status gizi, keadaan sosial ekonomi serta penggunaan sarana pelayanan kesehatan
yang rendah. Hal ini tentu saja menjadi perhatian utama karena di Indonesia serta negara
Ada beberapa pogram pemerintah dalam upaya untuk menurunkan angka kematian dan
bayi mulai dari pelayanan kesehatan selama masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas serta
3.2 Saran
Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi dibutuhkan kerjasama yang baik
antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Pentingnya kesadaran masyarakat utntuk
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan dapat berpengaruh dalam peningkatan kesehatan ibu
dan bayi. Dalam hal ini kebudayaan dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat masih menjadi
kesadaran masyarakat akan pentingnya pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi.