DISUSUN
OLEH :
PASCASARJANA
MANADO
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah dengan Judul Konsep Dasar Kebijakan Kesehatan ini dengan baik,
sebagai tugas kelompok pada mata kuliah Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan tugas dan arahan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada kita
tentang Konsep Dasar Kebijakan Kesehatan.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.3 TUJUAN……………………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………24
3
BAB I. PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
4. Mengetahui dan memahami tentang visi dan misi kebijakan kesehatan di Indonesia
5
BAB II. PEMBAHASAN
Kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar/dasar rencana suatu pekerjaan, cara bertindakatau garis haluan.
Pengertian lain menurut Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia menjelaskan
bahwa kebijakan adalah produk suatu proses yang terdiri dari formulasi, implementasi dan
evaluasi kinerja.
Beberapa ahli pula telah menjabarkan mengenai definisi dari kebijakan salah satunya
definisi klasik Ealau dan Pewitt (1973), yang memberikan pengertian kebijakan sebagai sebuah
ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang
membuatnya maupun yang menaatinya.
Kebijakan menurut Heclo tahun 1977 adalah cara bertindak yang sengaja dilaksanakan
untuk menyelesaikan masalah – masalah. Menurut Amara (1976) kebijakan suatu taktik atau
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Definisi kebijakan menurut Friedrik (1963),
kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan seseoranga, group dan pemerintah dalam
lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala – kendala yang dihadapi serta kesempatan
yang memungkinkan pelaksanaan usulan tersebut dalam mencapai tujuan. Menurut Anderson
(1979), kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti
diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk memecahkan masalah ( a purposive corse of
problem or matter of concern ).
Batasan Kebijakan
Batasan kebijakan berlaku untuk bentuk – bentuk kebijakan, baik kebijakan substansif
maupun prosedural. Kebijakan substantif melibatkan apa yang akan pemerintah lakukan, seperti
membangun jalan raya, membayar tunjangan kesejahteraan atau melarang penjualan eceran
6
minuman keras. Kebijakan substantif langsung mengalokasikan kelebihan dan kekurangan,
manfaat dan biaya, kepada masyarakat untuk merespon kebutuhan atau kepentingan mereka.
Sedangkan kebijakan prosedural berbeda yakni berkaitan dengan bagaimana sesuatu atau siapa
yang akan mengambil tindakan. Kebijakan prosedural mungkin memiliki konsekuensi substantif
yang penting. Artinya, bagaimana sesuatu dilakukan atau siapa yang mengambil tindakan dapat
menentukan apa yang sebenarnya dilakukan. Seringkali terjadi upaya – upaya menggunakan isu
– isu kebijakan prosedural untuk menunda atau mencegah adopsi keputusan dan kebijakan
substantif.
a. Kebijakan publik
Jika mengupas pengertian kebijakan pada wilayah publik, kebijakan publik meliputi
semua kebijakan yang berasal dari pemerintah, seperti kebijakan ekonomi, transportasi,
komunikasi, pertahanan dan keamanan serta fasilitas – fasilitas lainnya. Disisi lain, kebijakan
publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang
berorientasi pada tujuan tertentu guna memechakan masalah – masalah publik atau demi
kepentingan publik. Selain itu, kebijakan publik juga didefinisikan sebagai suatu arahan untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu sehingga menggerakkan seluruh sektor atau
perangkat pemerintahan dan menciptakan perubahan pada kehidupan yang terkena dampak dari
kejadian tersebut. Berdasarkan pengertian dari beberapa definisi di atas maka dapat dipahami
bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan
pemerintah untuk memecahkan masalah publik demi terwujudnya kepentingan publik.
7
Redistributive Policy. Suatu kebijakan yang mengatur pemindahan alokasi kekayaan,
pemilikan atau hak – hak.
Regulatory Policy. Suatu kebijakan yang mengatur tentang pambatasan / pelarangan
terhadap perbuatan / tindakan.
c. Material Policy.
Suatu kebijakan yang mengatur tentang pengalokasian / penyediaan sumber – sumber
material yang ada.
d. Public Goods and Private Goods Policies.
Public Goods Policy. Suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang –
barang / pelayanan – pelayanan oleh pemerintah umtuk kepentingan orang banyak.
Private Goods Policy. Suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang –
barang / pelayanan oleh pihak swasta untuk kepentingan – kepentingan individu di
pasar bebas, dengan imbalan biaya tertentu.
a. Kebijakan Keuangan
Uang merupakan salah satu penggerak ekonomi suatu negara. Uang merupakan suatu
benda yang telah disepakati bersama sebagai alat perantara tukar menukar dalam suatu
hal perdagangan. Ada banyak sekali fungsi uang yang telah kita ketahui. Selain uang ada
juga yang sering kita dengar yaitu inflasi, yaitu kecenderungan naik turunnya suatu
barang dan jasa secara terus menerus yang diakibatkan dari tidak adanya keseimbangan
arus barang dan juga arus uang.
b. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Kebijakan moneter
biasanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi jangka pendek. Kebijakan moneter juga
penting dalam pemerintah, sebab hal ini juga dapat mempengaruhi perekonomian.
c. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan suatu kebijakan yang mengatur mengenai penerimaan dan
juga pengeluaran negara. Sumber – sumber penerimaan negara diantaranya yaitu pajak,
penerimaan bukan pajak, serta bantuan ataupun pinjaman dalam dan luar negeri.
8
Sedangkan pengeluaran dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran bersifat rutin, misalnya
membayar gaji pegawai, belanja, ataupun pengeluaran yang bersifat pembangunan. Oleh
karena itu kebijakan fiskal memang sangat penting bagi suatu pemerintahan. Untuk itu,
kebijakan fiskal harus diperhatikan dengan benar.
b. Kebijakan Kesehatan
Hierarki maksudnya peraturan perundang – undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi. Berikut adalah hierarki
Peraturan Perundang -undangan di Indonesia menurut UU No. 12/2011 (yang menggantikan UU
No. 10/2004) tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan :
- UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang – undangan. UUD
1945 ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
- Ketetapan MPR
- Undang – Undang (UU) / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang
- Peraturan Pemerintah
- Peraturan Presiden
9
- Peraturan Daerah, termasuk pula Qanun yang berlaku di Aceh, serta Perdasus dan
Perdasi yang berlaku di Papua dan Papua Barat
- Peraturan Desa
Dari Peraturan Perundang – undangan tersebut aturan mengenai ketentuan pidana hanya
dapat dimuat dalam Undang – Undang dan Peraturan Daerah. Sedangkan peraturan perundang –
undangan selain tercantum di atas, mencakup peraturan yang ditetapkan oleh MPR, DPR, DPD,
MA, MK, BPK, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang
setingkat yang dibentuk dengan Undang – Undang, atau Pemerintah atas perintah Undang –
Undang, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten / Kota, Bupati / Walikota, Kepala Desa
atau yang setingkat diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang – undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan.
Kata policy ada yang menerjemahkan menjadi kebijakan. Kebijakan adalah aturan tertulis
yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku
dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi
rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan
pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan hukum dan peraturan.
Setiap kebijakan adalah bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh obyek kebijakan. Contoh
kebijakan adalah : Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden , Keputusan
Menteri, Peraturan Daerah, Keputusan Bupati, Keputusan Direktur.
Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak; pernyataan cita – cita, tujuan,
prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencpaai sasaran
tertentu negaranya ( Balai Pustaka, 1991 ). Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik
dan swasta tentang kesehatan. kebijakan kesehatan merangkum segala arah tindakan yang
mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan, aturan pembiayaan dalam sistem
kesehatan. kebijakan ini mencakup sektor publik sekaligus swasta.
10
Tetapi karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor penentu diluar sektor kesehatan, para
pengkaji kebijakan kesehatan juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan
dari organisasi diluar system kesehatan yang memiliki dampak bagi kesehatan (misalnya pangan,
tembakau atau industri obat). Namun yang lebih penting lagi, adalah keputusan kebijakan
kesehatan melibatkan persoalan hidup dan mati manusia (Buse, Mays & Walt, 2005). Kebijakan
kesehatan itu adalah tujuan dan sasaran, sebagai instrumen, proses dan gaya dari suatu penilaian
(Lee, Buse, & Fustukian, 2002). Kebijakan kesehatan adealah bagian dari institusi, kekuatan dari
aspek politik yang mempengaruhi masyarakat pada tingkat lokal, nasional, dan dunia (Leppo,
1997). Sama halnya dengan beragam definisi kebijakan kesehatan, ada banyak gagasan
mengenai pengkajian kebijakan kesehatan beserta penekanannya: seorang ahli ekonomi mungkin
berpendapat bahwa kebijakan kesehatan adalah segala sesuatu tentang pengalokasian sumber
daya yang langka bagi kesehatan; seorang perencana melihatnya sebagai cara untuk
memperngaruhi faktor – faktor penentu di bidang kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas
masyarakat; dan bagi seorang dokter, kebijakan keehatan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt, 1994). Menurut Walt, kebijakan kesehatan serupa
dengan politik dan segala penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan
kebijakan, bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan persyaratan apa.
Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza dan Sondorp, 2002).
Kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan terdiri atas visi, misi, strategi dan progaram
kesehatan. Masing – masing memilki peran untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat.
Visi
11
2. Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan masyarakat.
3. Kemampuan masyarakat yang diharapkan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu tanpa adanya hambatan baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi.
Pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan profesi.
Misi
12
Maksudnya bahwa pemeliharaan kesehatan masyarakat ditekankan pada sikap proaktif
yakni meningkatkan usaha – usaha pencegahan sehingga pemeliharaan serta derajat
kesehatan semua masyarakat meningkat, sehingga mereka lebih mandiri dan mampu
menjaga lingkungan mereka dari semua vector penyebab penyakit.
Strategi
13
- Pengadaan, peningkatan, dann perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya
- Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
- Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang – kurangnya
promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana
- Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
4. Kebijakan upaya kesehatan perorangan
- Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS
- Pembangunana sarana dan prasarana RS di daerah tertinggal secara selektif
- Perbaikan sarana dan prasarana RS
- Pengadaan obat dan perbekalan RS
- Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
- Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga
- Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
5. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
- Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
- Peningkatan imunisasi
- Penemuan dan tata laksana penderita
- Peningkatan surveilans epidemiologi
- Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
6. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat
- Peningkatan pendidikan gizi
- Penanggulangan KEP, Anemia gizi besi. GAKI, Kurang vitamin A, kekurangan zat
gizi mikro lainnya.
- Penanggulangan gizi lebih
- Peningkatan surveilans gizi
- Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
7. Kebijakan program sumber daya kesehatan
- Peningkatan mutu pengunaan obat dan perbekalan kesehatan
- Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk
penduduk miskin
14
- Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan RS.
8. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
- Pengkajian dan penyusunan kebijakan
- Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan
pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum
kesehatan.
- Pengembangan sistem informasi kesehatan
- Pengembangan sistem kesehatan daerah
- Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
9. Kebijakan program penelitian dan pengembangan kesehatan
- Penelitian dan pengembangan
- Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian
- Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
Komponen kebijakan
Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam empat komponen yaitu
konten, proses, konteks, dan aktor (Frenk J. 1993; Buse, Walt, and Gilson, 1994; May & Walt,
2005).
1. Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek teknis adalah
penyakit penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek institusi adealah
organisasi publik dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat aspek dalam
pengoperasiannya yaitu :
a. Sistemik atau menyeluruh dimana dasar dari tujuan dan prinsip – prinsip diputuskan
b. Programatik adalah prioritas – prioritas yang berupa perangkat untuk mengintervensi
dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan untuk pelayanan kesehatan.
c. Organisasi dimana difokuskan kepada struktur dari institusi yang bertanggung jawab
terhadap impplementasi kebijakan
d. Instrumen yang memfokuskan untuk mendapatkan informasi dari meningkatkan
fungsi dari sistem kesehatan.
15
2. Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses rancang
dan implementasi. Ada perbedaan model yang digunakan oleh analisa kebijakan antara
lain:
- Model persperktif (rational model) adalah semua asumsi yang mengformulasikan
kebijakan yang masuk akal berdasarkan iinformasi yang benar. Menurut Laswell
(1956) model rational menekankan bahwa proses kebijakan merupakan proses yang
rasional dan dilakukan oleh aktor-aktor yang memiliki cara berpikir yang rasional.
Menurut model ini, proses kebijakan meliputi tahap – tahap tertentu dan berjalan
seperti sebuah siklus. Para aktornya dapat secara jelas melihat tujuan dari kebijakan
dan cara mencapai tujuan tersebut. Sejak tahun 1950-an konsep ini telah berkembang
dan menghasilkan berbagai variasi, namun memiliki esensi yang sama. Apabila
dielaborasi, maka proses kebijakan akan dimulai dari adanya masalah yang
teridentifikasi masuk ke dalam agenda kebijakan (atau agenda setting). Kemudian
setelah informasi yang diperlukan terkumpul, ditemukan beebagai pilihan dan
alternatif kebijakan yang paling efisien dan efektif, dan diputuskan sebagai suatu
kebijakan yang memiliki kekuatan hukum (decision making). Hasilnya adalah sebuah
kebijakan yang hampir ideal dan optimal. Setelah ini kebijakan dijalankan (policy
implementation) dan dievaluasi (monitoring dan evaluation), apabila ditemukan
masalah – masalah baru, masalah tersebut akan masuk menjadi agenda kebijakan dan
memulai siklus ini kembali.
- Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara pelan dan
bernegosiasi dengan kelompok – kelompok yang berminat untuk menyeleksi
kebijakan yang diprioritaskan. Menurut model ini, proses pencarian informasi yang
diperlukan berlangsung terbatas, tidak seluruhnya sistematis, dan dikendalikan oleh
terlalu banyak pemain. Kadang cara mencapai tujuan tidak dapat telihat nyata.
Tekadang pilihan dan alternatif kebijakan yang tersedia hanya bisa dinilai dengan
cara melihat sejauh mana manfaat kebijakan terdistribusi. Lebih lagi, kebijakan yang
dipilih seringkali adalah kebijakan yang mendukung kelompok peserta dari proses ini,
dan kurang mempertimbangkan pihak lainyang kebetulan tidak terlibat dalam proses
16
ini. Hasilnya, kebijakan seringkali tidak optimal dan harus diperbaiki terus menerus,
sedikit demi sedikit.
- Model rational (mixed scanning model) dimana penentu kebijakan mengambil
langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan
kelompok – kelompok yang memprioritaskan model kebijakan.
- Model punctuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang menjadi
pokok perhatian utama penentu kebijakan. Model ini melihat bahwa suatu kebijakan
dapat dipicu dari tiga arah : dari masalah (problem stream), kebijakan sebelumnya
atau kebijakan terkait (policy stream) atau dari kepentingan politis (political stream).
Ketiga aliran ini dapat saja tercampur dan seringkali tidak terduga arahnya.
Akibatnya, baik masalah, para aktornya, maupun solusi yang diperkirakan dapat
berubah dengan cepat. Akhirnya, sebuah kebijakan bisa saja diambil karena
dimotivasi hal-hal lain, yaitu :
a. Decision by oversight : kebijakan dibuat for the sake of making decision tanpa
peduli apakah menyelesaikan masalah atau tidak.
b. Decision by flight : keputusan tidak dibuat smapai masalahnya pergi
meninggalkan pilihan yang ada.
c. Decision by resolution : masalah akan diselesaikan secara ad hoc. Jadi, menurut
model ini, kebijakan seringkali tidak menyentuh esensi permasalahan. Para
pengambil keputusan harus segera pindah ke ‘penyelesaian’ masalah berikutnya.
Masing – masing model di atas memilih proses kebijakan ke dalam komponen
untuk memfasilitasi analisis. Meskipun pada kenyataannya, proses kebijakan itu
memiliki karakteristik tersendiri yang merujuk pada model – model tersebut.
3. Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat
dan di implementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996). Faktor –
faktor yang ada berada di dalamnya antara lain yaitu politik, ekonomi, sosial dan kultur di
mana hal – hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan
(Walt,1994). Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam konteks kebijakan
yaitu peran tingkat pusat yang dominan, dukungan birokrasi, dan pengaruh aktor-aktor
internasional juga turut berperan.
17
4. Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan.
Aktor – aktor ini biasanya memperngaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang – kadang disebut juga
mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat tersebut
(Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya) sebagai pengambil
keputusan adalah sangat tergantung pada politik, daripada dengan hal – hal dalam debat –
debat kebijakan yang masuk di akal (Buse, Walt, and Gilson, 1994). Kebijakan kesehatan
adalah efektif apabila pada tingkatan maksimal dapat mencapai tujuan yang optimal dan
efisien apabila diimplementasikan dengan biaya yang rendah (Sutton & Gormley, 1999).
Efisiensi dalam hal ini karena pemerintah memiliki keterbatasan dalam investasi untuk
memantapkan status kesehatan. Jadi adalah sangat penting untuk mengalokasikan sumber
daya itu kepada masyarakat yang membutuhkan dan tentu saja berdeasarkan bukti – bukti
(Peabody, 1999).
Context
Actors
Actors
Content Process
Proses kebijakan adalah cara dari kebijakan itu diinisiasi, dikembangkan atau
diformulasikan, di negosiasikan, dikomunikasikan, diimplementasi dan dievaluasi (Sutcliffe &
Court, 2006). Ada dua langkah dalam memformulasikan proses kebijakan yaitu tentukan pilihan
18
dari kebijakan dan pilihlah yang diutamakan. Pada kedua tahapan ini pembuat kebijakan
idealnya harus memahami situasi yang spesifik dan membandingkan pilihan – pilihan secara
rinci, sehingga dapat membuat keputusan untuk dapat diimplementasikan.
Menurut Pollard & Court (2005) pendekatan yang paling sering digunakan untuk
mengerti suatu proses kebijakan adalah yang disebut “stages heuristic” yaitu memilah proses
kebijakan tersebut ke dalam suatu rangkaian tingkatan yang menggunakan teori dan model serta
tidak mewakaili apa yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Langkah – langkahnya :
1. Identifikasi masalah dan pengenalan akan hal – hal yang baru termasuk besar persoalan –
persoalannya. Pada langkah ini dieksplorasi bagaimana hal – hal yang menjadi perhatian
masuk ke dalam angka.
2. Formulasi kebijakan yang mengeksplorasi siapa – siapa saja yang terlibat dalam
perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan itu disepakati dan bagaimana akan
dikomunikasikan
3. Implementasi kebijakan. Tahap ini seringkali diabaikan namun demikian merupakan fase
yang sangat penting dalam mambuat suatu kebijakan, karena apabila kebijakan tidak
diimplementasikan maka dapat dianggap keliru. Implementasi sering didefinisikan apa
yang terjadi sesuai dengan harapan dan akibat dari kebijakan yang dirasakan (DeLeon,
1999). Implementasi kebijakan cenderung memobilisasikeberadaan lembaga (Blakie &
Soussan, 2001). Pada kebijakan ini dilihat apakah ada kesenjangan antara yang
direncanakan dan yang terjadi sebagai suatu akibat dari kebijakan. Contohnya, studi
kebijakan upaya penanggulangan kekurangan garam yodium di mana kesenjangan antara
aktor – aktor yang berperan dan proses juga implementasi tidak terlibat. Pendekatan
pengembangan kebijakan oleh pembuat kebijakan biasanya berdasarkan hal – hal yang
masuk akal dan mempertimbangkan informasi – informasi yang relevan. Namun
demikian apabila pada implementasi tidak mencapai apa yang diharapkan kesalahan
19
seringkali bukan pada kebijakan itu, namun kepada faktor politik atau managemen
implementasi yang tidak mendukung (Juna & Clarke, 1995). Sebagai contoh kegagalan
dari implementasi kebijakan bisa disebabkan oleh karena tidak adanya dukungan politik,
managemen yang tidak sesuai atau sedikitnya sumber daya pendukung yang tersedia
(Sutton, 1999). Suatu kebijakan kessehatan dapat berubah saat diimplementasikan,
dimana bisa muncul output dan dampak yang tidak diharapkan dan tidak bermanfaat
untuk masyarakat (Baker, 1996).
4. Evaluasi kebijakan dimana diidentifikasi apa saja yang terjadi termasuk hal – hal yang
muncul dan tidak diharapkan dari suatu kebijakan.
Agenda Setting
Policy
Policy Change
formulatin
Policy Policy
evaluation legitimation
Implementatio
n
20
Menurut Springate, Baginsky, & Soussan, 2007, ada beberapa tujuan untuk
melaksanakan analisis dari kebijakan yaitu :
21
dari aktor – aktor utama di setiap tingkatan pada proses pengembangan kebijakan, yang
meliputi peran dan kekuatan, dan bagaiman kebijakan tersebut dilakukan pengujian.
Jelasnya, kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung
jawab pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk memformulasikan dan implementasi
kebijakan kesehatan dalam suatu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan
(WHO, 2000).
Relevansi hukum di bidang kesehatan memiliki fungsi yang sangat strategis. Oleh
karena itu perumusan peraturan perundang – undangan dalam bidang kesehatan yang baik
dan responsif, yang memenuhi rasa keadilan, dan memenuhi harapan masyarakat, telah
menjadi bagian integral dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (RENSTRA)
Tahun 2010-2014.
Khusus peraturan perundang – undangan dalam bidang kesehatan kita ketahui ada
UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, UU
No. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran, dll. Begitupun dalam bentuk Peraturan
Pemerintah juga sangat banyak diantaranya PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan,
PP No. 51 tahun 2009 tentang Tenaga Kefarmasian, dan lainnya.
22
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebijakan merupakan suatu rangkaian tindakan yang menjadi keputusan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertujuan untuk
memecahkan masalah demi kepentingan masyarakat. Kebijakan di bidang kesehatan
adalah berbagai keputusan, rencana dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
kesehatan tertentu dalam masyarakat. Lahirnya kebijakan kesehatan dimaksudkan untuk
mencapai visi dam masa depan sektor kesehatan melalui penetapan target dan titik acuan
jangka pendek dan menengah. Kebijakan ini penting dalam memutuskan, merencanakan,
mengambil keputusan yang dilakukan oleh pemerintah agar dapat mengakomodir
kepentingan masyarakat terlebih dalam hal kesehatan dimana pemerintah membuat
kebijakan untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.
3.2. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi teman-teman
untuk lebih mengerti dan memahami tentang konsep dasar kebijakan kesehatan.
23
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Ayu, Dumilah. 2018. Analisis Kebijakan Kesehatan – Prinsip dan Aplikasi. Jakarta :
Rajawali Pers.
2. Dachi R. Alyakin, 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan ( Suatu
Pendekatan Konseptual ). CV. Budi Utama : Yogyakarta.
3. Depkes RI. Indikator Indonesia Sehat 2010 Visi Baru, Misi Kebijakan dan Strategi
Pembangunan Kesehatan. Jakarta, 1999.
4. Depkes RI. Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan. Jakarta, 2003.
5. Wiyono, D. Managemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga
University Pers, Surabaya, 1997.
24