Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR KEBIJAKAN KESEHATAN


CONTOH KEBIJAKAN KESEHATAN DI
INDONESIA

KELAS 1A

Disusun oleh:
Kamila Syafitri 221030590136
Lisna Fitria 221030590130
Anggun Salsabila asya 221030590119
Salsa Carsini 221030590149
Robiatul Adawiyah 221030590127

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingg
a penulis dapat menyelesaikan makalah dasar kebijakan enyusun mengenai, contoh kasus
implementasi kebijakan kesehatan di Indonesia berdasarkan teori analisis kebijakan
kesehatan. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini ialah, untuk memenuhi tugas mata kuliah da
sar kebijakan enyusun di tempat kami belajar.

Berkat kemauan, kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami mengucapkan terimaka
sih yang sebesar-besarnya kepada,

1. Allah SWT dan Kedua orang tua kami atas semua dukungan yang diberikan.
2. Dr. (HC) Darsono, selaku Ketua Penyusu Widya Dharma Husada.
3. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua STIKes Widya Dharma Husada.
4. Ibu Frida Kasumawati, S.Km, M.Kes., selaku Kepala Program studi Kesehatan Masya
rakat.
5. Ibu Tri Okta, S.Km, M.Kes., selaku Dosen Pengampu Mata kuliah Dasar Kebijakan K
esehatan.

Tak lepas dari kesempurnaan, kami menyadari kekurangan dalam enyusun makalah ini, maka
dari itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan untuk memperbaiki
susunan makalah ini. Kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca a
gar dapat memahami proses dalam merumuskan kebijakan.

Hormat kami,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Implementasi Kebijakan Kesehata.........................................................3
2.2 Definisi Contoh Kasus Implementasi Kebijakan Kesehatan.................4
2.3 Contoh Kasus Implementasi Kebijakan Kesehatan...............................8
BAB III............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................9
3.2 Saran................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan adalah tindakan pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.


Kebijakan yang dibentuk tersebut tak jarang menuai banyak kritik, atau tidak
operasional, atau tidak efektif. Hal ini dapat terjadi karena kebijakan merupakan
produk penilaian subjektif dari manusia, bersifat dinamis, dan tidak lepas dari risiko
kegagalan.

Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses
politik untuk menyusun kebijakan publik. Aktivitas ini tidak dimaksudkan
menggantikan proses politik dalam menyusun kebijakan. Analisis kebijakan
merupakan kolaborasi para teknokrat dari berbagai disiplin ilmu dengan pelaku
kebijakan. Tujuannya, memberikan informasi yang bersifat deskriptif, evaluatif,
atau preskriptif pada suatu masalah publik.

Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas kebijakan publiknya. Jika
kebijakan publiknya buruk bisa dipastikan keadaan negara tersebut juga tidak jauh
dari kualitas kebijakan publiknya. Oleh karena itu, penguasaan materi penyusunan
analisis kebijakan merupakan bagian penting dalam proses penyusunan kebijakan
yang dapat bermanfaat untuk masyarakat luas, bukan kelompok kekuasaan politik
tertentu.

Dalam program ini ada beberapa topik prioritas yang diharapkan dapat dibahas
yaitu:

1. Jaminan Kesehatan Nasional

Kebijakan JKN tetap menjadi topik prioritas untuk dibahas. Tahun ini menjadi
sangat penting karena berada dalam awal periode kerja kabinet baru.

2. Kesehatan Ibu dan Anak

1
Kebijakan KIA dan Gizi merupakan topik sangat penting dalam RPJMN yang akan
datang. Bagaimana kebijakan nasional dan daerah untuk menurunkan AKI dan AKB,
wasting serta stunting dengan intervensi komprhensif promotif, preventif dan kuratif,
termasuk intervensi perubahan perilaku dan kesehatan lingkungan menjadi prioritas
penting. Untuk itu kami akan membahas beberapa contoh kasusnya dengan analisis
dalam pelaksanaan kebijakan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang terdapat dimakalah ini ialah,

1. Apa Definisi Implementasi Kebijakan Kesehatan ?


2. Apa saja contoh kasus Implementasi Kebijakan Kesehatan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini ialah,

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui contoh kasus Implementasi kebijakan


kesehatan di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Contoh kasus Implementasi Kebijakan kesehatan di Indonesia

A. Definisi Implementasi

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan


publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai
dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam
pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur,
teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan
kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

Adapun teori implementasi kebijakan menurut pendapat George C. Edwards III dalam
bukunya yang berjudul Implementing Public Policy yaitu:

“Policy implementation, as we have seen, is the stage of policymaking between the


establishment of a policy – such as the passage of a legislative act, the issuing of an
executive order, the handing down of a judicial decision, or the promulgation of a
regulatory rule –and the consequences of the policy for the people whom it affects.”
(Edwards III, 1980:01)”

Berdasarkan pernyataan dari George C. Edwards III tentang implementasi kebijakan,


maka dapat dikatakan bahwasanya implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan
kebijakan antara pembentukan kebijakan seperti bagian dari tindakan legislatif,
menerbitkan perintah eksekutif, penyerahan down keputusan peradilan, atau
diterbitkannya suatu peraturan dan konsekuensi dari kebijakan bagi orang-orang yang
mempengaruhi.

Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan
implementasi kebijakan publik sebagai:

”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk


mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.

3
Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan
menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam
rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil
yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.

Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran
ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan demikian,
tahap implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana
disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang bersifat praktis dan berbeda dengan
formulasi kebijakan sebagai tahap yang bersifat teoritis. Udoji (dalam Agustino, 2006)
yang mengatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan
mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. kebijakan-kebijakan hanya
akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau
tidak diimplementasikan.

Sejalan dengan pendapat Udoji, George Edward III (dalam Winarno, 2008)
berpandangan bahwa implementasi adalah krusial bagi administrasi publik dan
kebijakan publik. Implementasi merupakan tahap kebijakan antara pembentukan
program dan konsekwensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya.

2.2 Definisi Contoh Implementasi kebujakan kesehatn

1. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program Pemerintah yang bertujuan


untuk memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat
Indonesia agar penduduk indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Manfaat
program ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan perseorangan yang
komprehensif, mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat
dan bahan medis dengan menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan biaya
(managed care). Diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial, dan prinsip
ekuitas, yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan.

4
Manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional,yaitu; (1) Pelayanan Kesehatan
diberikan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang bekerja sama dengan
jaminan sosial, (2) dalam keadaan darurat, pelayanan kesehatan dapat diberikan pada
fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama dengan badan penyelenggara jaminan
sosial, (3) Badan penyelenggara jaminan sosial wajib memberikan kompensasi untuk
memenuhi kebutuhan medik di daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat, (4) layanan rawat inap di Rumah Sakit diberikan di kelas standar, (5)
Badan penyelenggara jaminan sosial menjamin obat-obatan dan bahan medis habis
pakai dengan mempertimbangkan kebutuhan medik, ketersediaan, efektifitas, dan
efisienssi dari obat atau bahan medis habis pakai sesuai ketentuan peraturan
perundangan, (6) Badan Penyelenggara Jaminan sosial menerapkan sistem kendali
mutu, sistem kendali biaya dan sistem pembayaran untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi jaminan kesehatan serta untuk mencegah penyalahgunaan pelayanan
kesehatan, (7) untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan
pelayanan, peserta dikenakan urun biaya.

2. Kesehatan Ibu dan anak (KIA)

Tujuan KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan


derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan
anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program
KIA adalah :

 Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
 Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau
TK.

5
 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
 Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
 Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

2.3 Contoh kasus Implementasi kebijakan kesehatan

1. Contoh Kasus Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengakui ada


kecurangan atau fraud yang terjadi dalam pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Keberadaan kecurangan tersebut diketahui dari hasil audit BPKP.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan kecurangan tersebut telah
mengakibatkan kesenjangan (gap) antara premi yang dibayar peserta dengan biaya
orang per orang per bulan makin melebar. "Kemarin Bu Menteri Keuangan (Sri
Mulyani) sempat menyampaikan setelah audit BPKP dilihat ada fraud, dan secara
nyata ditemukan underprice terhadap iuran," katanya di Gedung DPR.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memang mengatakan keberadaan


peserta BPJS Kesehatan 'sakit' yang hanya ikut program saat butuh perawatan
memang turut memberi sumbangan ke pelebaran defisit keuangan pelaksana Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tersebut. Peserta jenis ini biasanya hanya
membayar iuran ketika sakit dan membutuhkan jaminan biaya kesehatan.

Namun, begitu sehat, mereka tidak lagi membayar iuran kepesertaan BPJS
Kesehatan. Bendahara negara mengungkap hal ini ia uangkap berdasarkan hasil
temuan dan audit yang telah dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). "Ada peserta yang bukan penerima upah, hanya mendaftar
pada saat sakit. Tingkat kepesertaan mereka rendah, tapi menggunakan manfaatnya
tinggi," ujar Sri Mulyani. Bahkan, menurutnya, ada kalangan peserta yang sebenarnya
sudah jelas-jelas tidak aktif lagi, namun begitu menggunakan kartu BPJS Kesehatan,
rupanya masih bisa mendapatkan klaim. Alhasil, ada biaya layanan kesehatan yang

6
ditanggung perusahaan, padahal peserta sudah tidak aktif. Untuk mengatasi masalah
fraud tersebut, Fachmi mengatakan pihaknya menerapkan beberapa kebijakan. Salah
satunya, merekam sidik jari peserta untuk peserta yang mendaftar. "Ini untuk
mengeliminasi fraud," katanya.

Selain kebijakan tersebut, pihaknya juga melakukan audit berkala. Sedangkan untuk
meningkatkan kepatuhan peserta, khususnya dari golongan pekerja bukan penerima
upah, pihaknya akan menerapkan kewajiban setor iuran secara autodebet.

Implementasi Kebijakan BPJS Kesehatan di Puskesmas Kopo berdasarkan enam


variabel krusial menurut Donald Van Meter dan Carel Van Horn sebagai berikut :

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Program BPJS Kesehatan membantu masyarakat dalam mengatasi masalah


kesehatan, tetapi pada pelaksanaannya tidak seluruh masyarakat puas karena
kurangnya pemahaman dari masyarakat atau kesalahan yang dilakukan oleh pelaksana
kebijakan. Salah satu kesalahan yang terjadi adalah pendataan terhadap masyarakat
yang berhak menjadi peserta PBI dari program tersebut belum sepenuhnya tepat
sasaran.

2. Sumber Daya

Kemampuan tenaga kesehatan sudah sesuai dengan kompetensi yang


dipersyaratkan BPJS sehingga mampu menangani kasus-kasus yang menjadi
tanggung jawab Faskes Tingkat I.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakter para pelaksana yang patuh terhadap kebijakan dapat mempermudah


terjadinya kesamaan pemahaman dan saling merespon sehingga terjadi kompak untuk
mencapai tujuan implementasi kebijakan secara efektif. Tetapi kenyataannya untuk
terjadinya sinergitas dalam implementasi kebijakan bukan hal mudah karena banyak
unsur yang terlibat dan diperlukan kontrol yang tepat dari pimpinan.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana

7
Sikap tenaga kesehatan sudah memberikan dukungan dalam melaksanakan program
secara lebih baik dalam melayani masyarakat sebagai peserta BPJS Kesehatan.

5. Komunikasi Antar Organisasi

Sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor BPJS cukup baik, yaitu adanya sosialisasi
melalui website dalam menjelaskan program, mekanisme serta prosedur BPJS
Kesehatan dan informasinya juga terus diperbaharui. Namun tidak semua masyarakat
mampu mengakses informasi melalui internet karena tingkat pendidikan dan tingkat
pemahaman akan teknologinya tidak sama.

6. Lingkungan Ekosopol

Masyarakat dalam area kerja Puskesmas Kopo dilihat dari aspek sosial memiliki
tingkat kepeduliaan yang tinggi terhadap program BPJS Kesehatan karena merasa
bahwa adanya program tersebut membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

Cara Penyelesaian:

1. Puskesmas Kopo memilih tenaga kesehatan yang mampu memahami tujuan


kebijakan BPJS kesehatan dan tenaga kesehatan mampu menangani kasus-kasus yang
menjadi tanggung jawab fasilitas kesehatan tingkat 1 dengan kecenderungan sikap
yang antusias dalam mengimplementasikan kebijakan BPJS kesehatan.

2. Puskesmas kopo melakukan hubungan yang intens dengan kantor BPJS dalam
implementasi kebijakan..

2. Contoh Kasus KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

PELAYANAN KIA – KB adalah Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, termasuk


pelayanan Keluarga Berencana, yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Yang termasuk pelayanan KIA-KB ini misalnya pemeriksaan
kehamilan (ANC), nifas, pengobatan bayi dan balita, imunisasi, DDTK, kesehatan
reproduksi remaja termasuk calon pengantin, pelayanan KB pil, kondom, suntik, IUD,
dan implan.

8
Di Puskesmas Punggur Pelayanan KIA – KB bertujuan untuk meningkatkan status
Kesehatan Ibu dan Anak serta menurunkan Angka Kematian Ibu Hamil dan
Melahirkan, menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita serta meningkatkan
akseptor KB.

Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KIA – KB di Puskesmas Punggur


terdiri dari 23 orang Bidan (12 Orang PNS, 8 Orang tenaga honor daerah, 4 orang
tenaga honor desa dan 3 orang tenaga sukarela) yang semuanya telah memenuhi
standar kompetensi yang dipersyaratkan untuk memberikan pelayanan KIA – KB.

Dalam menjalankan fungsinya Pelayanan KIA – KB Puskesmas Punggur


bekerjasama dengan seluruh unit pelayanan kesehatan lainnya yang terdapat di
Puskesmas Punggur, seperti Pelayanan Pemeriksaan Umum, Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut, Pelayanan Gizi, Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan Laboratorium
dan lain-lain.

Cara Penyelesaian menggunakan model Adam Smith :

1. Pemerintah harus memperhatikan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggung


jawaban anggaran dan penyaluran dana sesuai dengan peraturan.

2. Aturan mengenai kriteria penyaluran dana dan penggunaan dana diperjelas


batasannya dan diperketat proses penetapan sasarannya.

9
3. Pemberian sanksi tegas kepada instansi yang menyalurkan dan anggaran KIA
yang tidak sesuai kriteria/sasaran.

10
BAB III

PENUTUP

a. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang berkaitan dengan pelaksnaan Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) pada bab-bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Ada hubungan antar Stakeholder lembaga BPJS dengan Fasilitas Kesehatan.


Pola kerja sama BPJS dengan Fasilitas Kesehatan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor. 85 Tahun 2013. Kerja sama dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas BPJS Kesehatan atau pelayanan kepada peserta. Secara
fungsional BPJS sebagai penjamin pelayanan kesehatan bagi pesertanya dan
fasilitas kesehatan salah satunya Rumah Sakit dan Puskesmas adalah pelaksana
pelayanan kesehatan. yang bekerja sama dengan BPJS dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sosialisasi BPJS
terhadap peserta BPJS belum optimal dilihat dari edukasi peserta BPJS yang
igin langsung berobat ke fasilitas tingkat lanjut dan peserta tidak memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang sudah.

Berdasarkan uraian yang berkaitan dengan pelaksnaan Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) pada bab-bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Ada hubungan antar Stakeholder lembaga BPJS dengan Fasilitas Kesehatan.


Pola kerja sama BPJS dengan Fasilitas Kesehatan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor. 85 Tahun 2013. Kerja sama dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas BPJS Kesehatan atau pelayanan kepada peserta. Secara
fungsional BPJS sebagai penjamin pelayanan kesehatan bagi pesertanya dan
fasilitas kesehatan salah satunya Rumah Sakit dan Puskesmas adalah pelaksana
pelayanan kesehatan.

yang bekerja sama dengan BPJS dalam rangka meningkatkan pelayanan


kesehatan kepada masyarakat. Sosialisasi BPJS terhadap peserta BPJS belum

11
optimal dilihat dari edukasi peserta BPJS yang igin langsung berobat ke fasilitas
tingkat lanjut dan peserta tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
yang sudah ditetapkan pemerintah.

Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan


jangkauanserta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Tujuan program
Kesehatan Ibudan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatanderajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang.Serta manajemen kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan
Wilayah setempat-KIA (PWS-KIA).

Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan yang dialami setiap negara


terutama negara berkembang. Tahun 2010 dibuatlah Peraturan Presiden tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Sebelumnya pada tahun 2007
pemerintah membuat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM Mandiri) yang memuat 3 aspek yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial
yang disebut tridaya. Desa Sumber Agung adalah salah satu desa di tingkat
kelurahan yang ditunjuk untuk mendapatkan program PNPM Mandiri
Perkotaan. Dari aspek ekonomi terdapat program ekonomi bergulir yang
dikelola oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK). Kegiatan ekonomi bergulir
berupa peminjaman dan dapat berupa tabungan. Akan tetapi pada desa Sumber
Agung hanya pinjaman. Dari tahun 2007 hingga sekarang banyak terjadi
kemacetan angsuran oleh masyarakat peminjam. Pasal 3 Perpres Nomor 96
tahun 2015 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

b. Saran

1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) perlu adanya sosialisi lebih


inten kepada peserta BPJS Kesehatan.

2. Kordinasi antar lembaga BPJS Kesehatan dengan Fasiltas Kesehatan dalam


keselarasan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

12
3. Model pembiayaan saat ini dianggap idel, namun perlu ditinjau kembali
terkait kontribusi JKN dan KIA terhadap pemberi pelayanan kesehatan.

4. Pihak KIA Kesehatan perlu menyederhanakan prosedur pelayanan dari


fasilitas tingkat pertama ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alfina, Nabila. 2014. "Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat (Pemeliharaan


Kesehatan Pada Ibu)", Jakarta.

Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Milenium
Development Goals (MDGs).Yogyakarta: Nuha Medika.

Tanna, Indriyati. 2015. "Peran SKM Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak",
Bandung.

Idris, Fahmi. 2019. “BPJS Kesehatan Akui Ada Kecurangan Dalam Program JKN”.
Jakarta: CNN Indonesia

Rokom. 2012. “Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Prioritas Utama


Pembangunan Kesehatan”. Jakarta: Kementrian Kesehatan.

Noviastuti. 2017. "Advokasi, Kemitraan Dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk


mendudkung Upaya-Upaya Kesehatan Ibu dan Anak”. Jakarta.

Wiguna, Candra. 2014. "Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat”. Jakarta.

Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran, 2017. “Dasar-


Dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia”. Jakarta: Kementerian
Keuangan Republik Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai