Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

TEORI TENTANG KEBIJAKAN


Dosen Pengampu : Ahmad Suja’I Tanjung, M.Si

Kelompok I :
Devi Novita Sari (0103181001)
Yuliani Hidayati (0103181002)
Rizka Pratiwi Pramono (0103181003)
Abdur Rahman Rahim Marbun (0103181005)
Fauzia Faradilla (0103181006)
Lisma Rezeki (0103181007)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM-A


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang menjadi
salah satu tugas dari mata kuliah Analisis Kebijakan Pembangunan ini dengan
baik dan lancar.
Merupakan suatu tambahan pengetahuan dan wawasan bagi kami untuk
menyusun makalah ini terutama materi-materi baru yang dapat memberikan
pemahaman-pemahaman yang lebih bervariatif tentang Teori Kebijakan
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di
masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan
penulis makalah ini pada khususnya dan bagi para pembaca.

Medan, 2 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang........................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebijakan .............................................................2
B. Batasan kebijakan Kebijakan Publik........................................4
C. Aktor Dalam Pembuatan Kebijakan........................................5

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................9
B. Saran .....................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan publik merupakan segala hal yang diputuskan oleh pemerintah.
Definisi ini menunjukkan bagaimana pemerintah memiliki otoritas untuk membuat
kebijakan yang bersifat mengikat. Dalam proses pembuatan Idealnya proses
pembuatan kebijakan hasil dari dialog antara masyarakat dengan pemerintah.
Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang merupakan
sebuah aturan dari pemerintah yang harus di ikuti oleh siapapun tanpa terkecuali,
kebijakan tersebut diberlakukan agar terciptanya suatu peraturan yang dapat
membuat masyarakat ikut patuh terhadap kebijakan yang sudah dibuat.
Di dalam menyusun perencanaan kota pada umumnya di Indonesia seringkali
hanya melihat pada kegiatan – kegiatan formal saja. Pengambil kebijakan, dalam hal
ini Pemerintah menyusun rencana tata lahan, bangunan dan lingkungan hanya untuk
kegiatan formal, seperti kawasan perumahan, perdagangan, industri dan
sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari kebijakan ?
2. Apa saja batasan kebijakan-kebijakan publik?
3. Siapa saja Aktor dalam pembuatan kebijakan?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Pembangunan.
2. Untuk mengetahui apa defenisi dari kebijakan.
3. Untuk mengetahui apa saja batasan kebijakan-kebijakan publik.
4. Untuk mengetahui siapa saja Aktor dalam pembuatan kebijakan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja dalam arti
government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula gevernance
yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya merupakan
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur
pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi
kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara.
Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi
antara berbagai gagasan, teori, ideology dan kepentingan-kepentingan yang
mewakili sistem politik suatu negara.
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6) dalam
perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan tetap yang
dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkahlaku dari mereka yang
membuat dan dari mereka mematuhi keputusan.
Adapun dari Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7) yang
mengatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan terutama
dimana terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana
kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai
tujuan yang diamaksud.
Menurut Bridgman dan Davis, 2005 dalam Edi Suharto (2007:3)
menerangkan kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian mengenai
‘whatever government choose to do or not to do’. Artinya, kebijakan publik adalah
‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
Sedangkan menurut Hogwood dan Gunn, 1990 Edi Suharto (2007:4)
menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang
didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna
‘kebijakan’ hanyalah milik atau dominan pemerintah saja. Organisasi-organisasi non-
pemerintah, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Sosial
(Misalnya Karang Taruna, Pendidikan Kesejahtraan Keluarga/PKK) dan
lembagalembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula.

2
Menurut Bridgeman dan Davis, 2004 dalam Edi Suharto (2007:5)
menerangkan bahwa kebijakan publik setidaknya memiliki tiga dimensi yang saling
bertautan, yakni sebagai tujuan (objective), sebagai pilihan tindakan yang legal atau
sah secara hukum(authoritative choice), dan sebagai hipotesis (hypothesis).
1. Kebijakan publik sebagai tujuan Kebijakan publik pada akhirnya
menyangkut pencapaian publik. Artinya, kebijakan publik adalah serangkaian
tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang
diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.
2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal Pilihan tindakan
dalam kebijakan bersifat legal atau otoritatif karena dibuat oleh lembaga yang
memiliki legitimasi dalam sistem pemerintahan. Keputusan itu mengikat para
pegawai negri untuk bertindak atau mengarahkan pilihan tindakan atau kegiatan
seperti menyiapkan rancangan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk
dipertimbangkan oleh parlemen atau mengalokasikan anggaran guna
mengimplementasikan program tertentu.
3. Kebijakan publik sebagai hipotesis Kebijakan dibuat berdasarkan teori,
model atau hipotesis mengenai sebab dan akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa
bersandar pada asumsi- asumsi mengenai prilaku. Kebijakan selalu mengandung
insentif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakn juga selalu
memuat disensetif yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu. Kebijakan harus
mampu menyatukan perkiraan-perkiraan mengenai keberhasilan yang akan dicapai
dan mekanisme mengatasi kegagalan yang mungkin terjadi.
Dalam kaitanya dengan definisi-definisi tersebut di atas maka dapat
disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik.
Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan
yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau
acak.Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.
Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh
pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan
perumahan rakyat, bukan apa yang dimaksud dikerjakan atau akan dikerjakan.
Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif,
kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani
suatu permasalahan, secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu
keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak
mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat

3
diperlukan.Kelima, kebijakan publik paling tidak secara positif, didasarkan pada
hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.1

B. Batasan Kebijakan-Kebijakan Publik

Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang
dimaksud dengan kebijakan publik (public policy) dalam literature-literatur ilmu politik.
Masing-masing definisi tersebut memberi penekanan yang berbedabeda.Perbedaan
ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
Sementara disisi lain, pendekatan dan model yang digunakan oleh para ahli pada
akhirnya juga akan menentukan bagaimana kebijakan publik itu hendak didefinisikan.
Salah satu mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyestone.Ia
mengatakan bahwa “secara luas” kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai
“hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya”. Konsep yang ditawarkan
Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa
yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal. Batasan lain
tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye yang mengatakan bahwa
“kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan
tidak dilakukan”. Walaupun batasan-batasan yang diberikan oleh Dye ini dianggap
agak tepat, namun batasan ini tidak cukup memberikan pembedaan yang jelas
antara apa yang diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan dan apa sebenarnya
dilakukan oleh pemerintah.2
Abdul Wahab mengatakan batasan kebijakan public adalah suatu tujuan
tertentu atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada periode
tertentu dalam hubungan dengan suatu subyek atau tanggapan atau suatu krisis.
Batasan kebijakan public yaitu :
1. Kebijakan sebagai kosep filosofis : kebijakan sebagai rangkaian prinsip
atau kondisi yang diinginkan.
2. Kebijakan sebagai suatu produk : kebijakan sebagai rangkaian
kesimpulan atau rekomendasi.

Muchlis Hamdi. Kebijakan Publik: Proses, Analisis, dan pasrtisipasi. (Bogor. Ghalia Indonesia :
2012) Hlm 87

2
Amin Ibrahim. Pokok-pokok Administrasi Publik & Implementasinya. (Bandung. Refika
Aditama : 2009) Hlm 54

4
3. Kebijakan sebagai suatu proses : cara dimana melalui cara tersebut suatu
organisasi dapat mengtahui apa yang diharapkan darinya, yakni program
dan mekanisme dalam mencapai produknya.
4. Kebijakan sebagai suatu kerangka kerja : kebijakan sebagai suatu proses
tawar menawar dan negosiasi untuk merumuskan isu-isu dan metode
implementasinya.

C. Aktor Dalam Pembutan Kebijakan Publik


Secara Umum, istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk mengunjuk
seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga
pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Pengertian
kegiatan seperti ini dapat kita gunakan dan relative memadai untuk keperluan
pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi kurang memadai untuk
pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut
analisis kebijakan publik.Oleh karena itu, kita memerlukan batasan atau konsep
kebijakan publik yang lebih tepat.
Aktor dalam pembuat kebijakan publik dalam lembaga Pemerintah yaitu
terdiri atas :
a. Legislatif
- Legislatif berhubungan dengan tugas politik sentral dalam pembuatan
peraturan dan pembentukan kebijakan dalam suatu sistem politik.
- Legislatif ditunjuk secara formal yang mempunyai fungsi memutuskan
keputusan-keputusan politik secara bebas.
- Dalam melakukan penetapan perundangan, parlemen mempunyai peran
sentral dalam mempertimbangkan, meneliti, mengoreksi sampai
menyebarluaskan kebijakan kepada masyarakat.
- Di negara-negara komunis, legislatifnya hanya melakukan ratifikasi atau
konfirmasi atas keputusan yang telah dibuat oleh pejabat tinggi dalam partai
komunis.

b. Eksekutif (Presiden)

- Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai peran yang sangat penting


dalam pembuatan kebijakan publik.

- Keterlibatan presiden dalam pembuatan kebijakan dapt dilihat dalam komisi-


komisi presidensial atau dalam rapat-rapat kabinet. Dalam beberapa kasus,
presiden terlibat secara personal dalam pembuatan kebijakan.

5
- Selain keterlibatan secara langsung, kadangkala presiden juga membentuk
kelompok-kelompok atau komisi-komisi penasehat yang terdiri dari warga
negara swasta maupun pejabat- pejabat yang ditunjuk untuk menyelidiki
kebijakan tertentu dan mengembangkan usulan-usulan kebijakan

c. Yudikatif

- Lembaga yudikatif mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk


mempengaruhi kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-
undang atau peraturan. (melalui peninjauan yudisial dan penafsiran undang-
undang)

- Tinjauan yudisial merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan


apakah tindakan-tindakan yang diambil oleh eksekutif atau legislatif sesuai
dengan konstitusi atau tidak. Bila keputusan-keputusan tersebut
bertentangan dengan konstitusi, maka yudikatif berhak membatalkan atau
menyatakan tidak sah terhadap peraturan perundangan yang dudah
ditetapkan.

Sedangkan Aktor dalam pembuat kebijakan publik dalam lembaga Non- Pemerintah
yaitu terdiri atas :

a. Instansi Administratif

- Meskipun terdapat satu doktrin dalam ilmu politik bahwa instansi


administrasi hanya dipengaruhi oleh kebijakan yang ditentukan pemerintah,
namun saat ini diakui bahwa politik dan administrasi dapat berbaur dan
instansi administrasi sering terlibat dalam pengembangan kebijakan publik.

- Konsep administrasi baru New Public Administration (George


Frederickson:1980) tidak lagi membahas dikotomi administrasi publik dengan
politik

- Dalam masyarakat pacsa-industri seperti saat ini dimana keberagaman


(pluralitas) menjadi hal yang lumrah, teknis dan kompleksitas masalah
kebiakan pun bertambah luas sehingga memungkinkan adanya penyerahan
kekuasaan yang lebih luas secara formal pada instansi administrasi terkait.
Hal inilah yang memberikan kesempatan yang lebih luas kepada instansi
administratif untuk menjadi aktor dalam kebijakan.

6
b. Kelompok Kepentingan

- Hampir di semua sistem politik di dunia, kelompok kepentingan mempunyai


fungsi mempertemukan kepentingan “warga tertentu” yang tidak hanya
mengemukakan tuntutan dan dukungan tetapi juga memberikan alternatif
bagi tintakan kebijakan.

- Mereka memberikan banyak informasi kepada pejabat publik , yang bahkan


seringkali pada hal-hal yang bersifat teknis, mengenai sifat dan akibat yang
dapat ditimbulkan dari suatu usulan kebijakan. Dalam hal ini mereka
memberikan rasionalitas pembuatan kebijakan.

- Kelompok kepentingan merupakan sumber utama pemerintah dalam


memproses kebijakan publik.

c. Partai Politik

- Selain berpikir untuk memperoleh kekuasaan partai politik juga berusaha


menghasilkan kebijakan publik yang menguntungkan bagi konstituennya,
manakala mereka memenangkan pemilihan umum.

- Ketika partai politik sudah duduk di parlemen, mereka sering memberikan


suara yang berhubungan dengan posisi kebijakan partai, hal ini menunjukan
posisi tawar yang cukup besar ketika mereka mengusulkan kebijakan-
kebijakan.

- Pada masyarakat pascamodern seperti saat ini umumnya partai politik


memerankan fungsinya sebagai “kumpulan kepentingan”, yaitu mereka
berusaha untuk mengubah permintaan khusus dari kelompok kepentingan
menjadi usulan kebijakan atau bahkan alternatif kebijakan.

d. Warga Negara (Individu)

- Meskipun tugas untuk membuat kebijakan biasanya diberikan kepada


pejabat publik, namun dalam beberapa kejadian warga negara sebagai
individu masih mempunyai peluang untuk berpartisipasi secara langsung
dalam pembuatan kebijakan.

- Dalam tatar normatif demokratik, warga negara mempunyai kewajiban untuk


didengarkan dan pejabat mempunyai kewajiban untuk mendenganrkannya.3

3
, Solahuddin,Kusumanegara. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik.
(Yogyakarta.Gava Media : 2010) Hlm 112-114

7
Menurut Anderson kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai
maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi
suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena
memusatkan perhatian pada apa sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang
diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari
keputusan yang merupakan pilihan diantara berbagai alternatif yang ada.
Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri khas
dalam kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan publik itu
diformulasikan oleh apa yang dikatakan oleh David Easton sebagai Menurut
Anderson kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang
ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah
atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan
perhatian pada apa sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau
dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan
yang merupakan pilihan diantara berbagai alternatif yang ada.
Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri
khas dalam kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan publik
itu diformulasikan oleh apa yang dikatakan oleh David Easton sebagai “penguasa”
dalam sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggotaanggota eksekutif,
legislatif, yudikatif, administrator, penasihat, raja dan semacamnya. Menurut Easton,
mereka ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-hari dalam
suatu sistem politik, diakui oleh sebagian besar oleh anggota sistem politik,
mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-
tindakan yang diterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian
terbesar anggota sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran
yang diharapkan.4

4
Erwan Agus,Purwanto. Implementasi Kebijakan Publik.(Yogyakarta.Gava Media: 2009) Hlm
55

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini membahas tentang pengertian kebijakan public, batasan-batasan
kebijakan public dan actor dalam pembuatan kebijakan. Kebijakan pada intinya
merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung
mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia
demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga
negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan
kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideology dan kepentingan-kepentingan
yang mewakili sistem politik suatu Negara.

B.Saran
Dalam proses penulis makalah ini tentu saja kami menyadari pembahasan
diatas masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Pemakalah berharap
agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritiknya,guna menjadi
pembelajaran untuk para pemakalah dalam membuat makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hamdi, Muchlis. 2012. Kebijakan Publik: Proses, Analisis, dan pasrtisipasi.


Bogor: Ghalia Indonesia.
Ibrahim, Amin. 2009. Pokok-pokok Administrasi Publik & Implementasinya.
Bandung: Refika Aditama.
Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan
Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Purwanto, Erwan Agus. 2012. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gava Media.

10
11

Anda mungkin juga menyukai