Anda di halaman 1dari 20

1

INSIDEN PAJAK, EFISIENSI EKONOMI


DAN PAJAK OPTIMAL

MAKALAH

Oleh :

DESTI ZULTIFIKA TASYA


2015210077

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS SOSIAL SAINS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Ekonomi Publik ini
dengan baik yang berjudul “Insiden Pajak, Efisiensi Ekonomi dan Pajak Optimal”
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik sebagai
salah satu tugas pada Progam Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Sosial Sains
Universitas Pembangunan Panca Budi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Ekonomi
Publik Bapak Sanusi Gazali Pane, SE., M.Si, karena telah memberikan materi
dengan baik dan benar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan izin selama penulis mengerjakan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk
memperbaiki isi laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Juni 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I. LATAR BELAKANG MASALAH
1.1 Latar Balakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................. 2

BAB II. LANDASAN TEORITIS


2.1 Pengertian Pajak ............................................................................ 3
2.2 Wajib Pajak .................................................................................... 3
2.3 Fungsi Pajak ................................................................................... 3
2.4 Pengertian Efisiensi ....................................................................... 4
2.5 Faktor Efisiensi Ekonomi .............................................................. 4
2.6 Tax Amnesty................................................................................... 5
2.7 Latar Belakang Tax Amnesty......................................................... 5

BAB III. PEMBAHASAN


3.1 Insiden Pajak .................................................................................. 6
3.2 Efisiensi Ekonomi .......................................................................... 8
3.3 Pajak dan Efisiensi Ekonomi ......................................................... 11
3.4 Pajak Optimal ................................................................................ 13

BAB IV. KESIMPULAN


Kesimpulan........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 Latar Belakang


Insiden pajak (Tax Incidence) adalah istilah ekonomi untuk memahami
pembagian beban pajak antara pemangku kepentingan, seperti pembeli dan
penjual atau produsen dan konsumen. Insiden pajak menggambarkan kasus ketika
pembeli dan penjual membagi beban pajak. Insiden pajak juga akan menjabarkan
siapa yang menanggung beban pajak baru, misalnya di antara produsen dan
konsumen, atau di antara berbagai segmen kelas suatu populasi. Elastisitas
permintaan suatu barang dapat membantu memahami besarnya pajak di antara
pihak (Johan et al., 2019).
Efisiensi ekonomi (economic efficiency) adalah keadaan dimana sumber daya
dialokasikan untuk penggunaan bernilai tertinggi di dalam perekonomian. Ini
melibatkan penggunaan sumber daya sebaik mungkin dan menghindari
pemborosan. Efisiensi dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk pada
sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan
seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa (Suandy, 2011).
Teori pajak optimal atau teori pemajakan optimal adalah studi tentang
perancangan dan penerapan pajak yang mengurangi ketakefisienan dan distorsi
dalam pasar di bawah kendala ekonomi tertentu. Umumnya, kriteria ini terdiri dari
kepentingan individu - individu dan optimasi masalah melibatkan meminimalkan
kerugian yang disebabkan oleh pajak. Pajak yang netral merupakan teori pajak
tentang penghindaran kerugian dan ketidakefisienan secara utuh. Hal-hal lain
disamakan, jika seorang pembayar pajak harus memilih antara dua proyek
ekonomi yang saling menguntungkan (katakanlah investasi) yang sama-sama
memiliki risiko pra-pajak dan imbal hasil, yang satu dengan pajak yang lebih
rendah atau dengan pembebasan pajak akan dipilih oleh orang yang tepat. Dengan
demikian para ekonom berpendapat bahwa pajak pada umumnya akan
mengubah perilaku masyarakat (Hadipurnomo, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


5

1. Apa yang dimaksud dengan Insiden Pajak?


2. Apa yang dimaksud dengan Efisiensi Ekonomi?
3. Apa saja Masalah Efisiensi dalam Perpajakan?
4. Apa yang dimaksud dengan Pajak Optimal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Insiden Pajak
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Efisiensi Ekonomi
3. Untuk mengetahui apa saja Masalah Efisiensi dalam Perpajakan
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pajak Optimal
6

BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pajak


Pengertian pajak berdasarkan Pasal 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana
telah disempurnakan terakhir dengan (sttdd) UU No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terhutang oleh Orang Pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Pemerintah Republik Indonesia).
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditujukan, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluran - pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Suandy, 2011).

2.2 Wajib Pajak


Sesuai dengan isi dari Pasal 1 angka 2 UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sttdd UU No. 28 Tahun 2007 (UU
KUP), Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotongan pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - udangan perpajakan
(Pemerintahan Republik Indonesia).

2.3 Fungsi Pajak


Ada dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran
- pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (regulerend)
7

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan


pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman
keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif
c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor
produk Indonesia dipasaran dunia.
Dapat dikatakan bahwa pajak selama ini masih menjadi sektor penerimaan
Negara yang paling besar, dan hampir membiayai pembangunan negara
sepenuhnya. Dalam APBN Tahun 2016 sebesar 75% pendapatan Negara
diperoleh dari sektor pajak (www.kemenkeu.go.id).

2.4 Pengertian Efisiensi


Secara sederhana efisiensi dapat diartikan tidak adanya pemborosan.
efisiensi adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan tujuan, hubungan
antara keluaran dengan tujuan yang ingin dicapai, dan kemampuan untuk
mengerjakan dengan benar mengartikan efisiensi sebagai suatu tolak ukur dan
digunakan untuk berbagai keperluan, perbandingan antara masukan terhadap
keluaran. Apa saja yang dimasukkan dalam masukan, serta bagaimana angka
perbandingan itu diperoleh, akan tergantung dari tujuan penggunaan tolak ukur
tersebut. Walaupun unsur-unsur yang menentukan efisiensi ada berbagai macam,
namun penghematan pada nilai masukan akan sesuai dengan pemecahan masalah
yang kita hadapi saat ini (Kusuma Arsana A.B, 2013).

2.5 Faktor Efisiensi Ekonomi


Ada dua faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan input
yang sama menghasilakan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil
menghasilkan output yang sama. Jika pengertian efisiensi dijelaskan dengan
pengertian input-output maka efisiensi merupakan rasio antara output dengan
input. Efisiensi merupakan hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik.
8

Semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi
yang dicapai. Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai pencapaian output
maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang dihasilkan
lebih besar daripada sumber daya yang digunakan maka semakin tinggi pula
efisiensi yang dapat dicapai (Badjuri et al., 2021).

2.6 Tax Amnesty


Pengertian pengampunan pajak (tax amnesty) yaitu kebijakan pemerintah
di bidang perpajakan dalam bentuk pengampunan pajak terhadap Wajib Pajak
dengan memberikan penghapusan pajak yang seharusnya terhutang oleh Wajib
Pajak dalam Tahun pajak. Tujuan utama pengampunan pajak ini yaitu
meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), dan meningkatkan
penerimaan otoritas pajak atau penerimaan Negara. Umumnya Wajib Pajak
mengikuti pengampunan pajak ini dengan membayar uang tebusan yang
kriterianya telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut (Tiaras & Wijaya, 2017).

2.7 Latar Belakang Tax Amnesty


Latar belakang diadakannya tax amnesty adalah :
1. Kebutuhan dana untuk pembangunan sangat besar, sementara banyak harta
WNI diparkir di luar negeri. Hal ini menyebabkan APBN mengalami
defisit yang besar pada Tahun ini.
2. Kepatuhan perpajakan secara keseluruhan masih rendah sehingga
partisipasi masyarakat dalam pembangunan belum optimal.
3. Data base perpajakan masih kurang memadai, sehingga masih banyak
pelaporan yang belum benar.
4. Indonesia segera memasuki era keterbukaan informasi, termasuk
automatic exchange of information sehingga tidak mungkin lagi
menghindar dari kewajiban pajak (www.pajak.go.id).
9

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Insiden Pajak


3.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negar (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber
penerimaan negara adalah bersumber dari sektor pajak (Suwandoko, 2014).
Pajak yang dibayar oleh wajib pajak dimaksudkan untuk membantu
pemerintah dalam membiayai keperluan penyelenggaraan kenegaraan yakni
pembangunan nasional, dimana pelaksanaan pembangunan nasional diatur
dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan
bangsa dan negara (A.A.B.Widanta, 2008).

3.1.2 Pengertian Insiden Pajak


Insiden pajak adalah istilah ekonomi untuk memahami pembagian beban
pajak antara pemangku kepentingan, seperti pembeli dan penjual atau
produsen dan konsumen. Insiden pajak juga dapat dikaitkan dengan elastisitas
harga penawaran dan permintaan. Ketika penawaran lebih elastis daripada
permintaan, beban pajak menjadi beban pembeli. Jika permintaan lebih elastis
daripada penawaran, produsen akan menanggung biaya pajak(Suandy, 2011).
Insiden pajak menggambarkan kasus ketika pembeli dan penjual
membagi beban pajak. Insiden pajak juga akan menjabarkan siapa yang
menanggung beban pajak baru, misalnya di antara produsen dan konsumen, atau
di antara berbagai segmen kelas suatu populasi. Elastisitas permintaan suatu
barang dapat membantu memahami besarnya pajak di antara para pihak.
Insiden pajak menggambarkan distribusi kewajiban pajak, yang harus
ditanggung oleh pembeli dan penjual. Tingkat di mana masing-masing pihak
berpartisipasi dalam menanggung kewajiban bergeser berdasarkan elastisitas
10

harga terkait produk atau jasa yang dimaksud serta bagaimana produk atau jasa
saat ini dipengaruhi oleh prinsip penawaran dan permintaan.

3.1.3 Jenis-Jenis Insiden Pajak


Menurut (Mar'atun Kariimah, 2018) insiden pajak memiliki beberapa
jenis, diantaranya Insiden Pajak Anggaran Berimbang, Insiden Pajak
Diferensial, dan Insiden Pajak Absolut. Berikut adalah pembahasan dari ketiga
jenis Insiden pajak tersebut diatas :
1. Insiden Pajak Anggaran Berimbang
Insiden Pajak Anggaran Berimbang adalah pengaruh distributif
suatu pajak terhadap pengeluaran pemerintah yang dibiayai dari
penerimaan- penerimaan pajak dalam jumlah yang sama. Insiden Pajak
dengan Anggaran Berimbang menunjukkan bagaimana beban biaya suatu
program pemerintah didistribusikan diantara para anggota masyarakat.
Beban biaya melalui pajak untuk suatu program pemerintah berdampak
pada pengurangan kegiatan lain secara keseluruhan di masyarakat
2. Insiden Pajak Diferensial
Insiden Pajak Diferensial menganalisis tentang pengaruh distribusi
pendapatan dari suatu jenis pajak apabila digantikan dengan jenis pajak
lain untuk membiayai aktivitas pemerintah dalam jumlah yang sama.Atau
secara singkat insiden pajak deferensial menganalisis berbagai
alternative pembiayaan dengan pajak akan suatu program pemerintah.
Analisis model ini tidak menghiraukan pengeluaran pemerintah
karena pengeluaran pemerintah dianggap konstan sehingga analisis
insiden deferensial hanaya memerlukan suatu jenis pajak sebagai dasar
perbandingan,biasanya adalah pajak pendapatan dengan tarif proporsional
3. Insiden Pajak Absolut
Insiden Pajak Absolut melihat pengaruh suatu jenis pajak
terhadap distribusi pendapatan masyarakat tanpa melihat efek
distributif jenis-jenis pajak lainnya atau efek distributif dari suatu
program pemerintah atau pengeluaran pemerintah.
11

3.2 Efisiensi Ekonomi


3.2.1 Pengertian Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi (economic efficiency) adalah keadaan dimana sumber
daya dialokasikan untuk penggunaan bernilai tertinggi di dalam perekonomian.
Ini melibatkan penggunaan sumber daya sebaik mungkin dan menghindari
pemborosan. Dalam kondisi tersebut, tidak ada alokasi sumber daya berikutnya
yang dapat lebih meningkatkan kesejahteraan siapapun tanpa membuat orang
lain menjadi lebih buruk. Itu mengasumsikan perekonomian menghasilkan
produk barang dan jasa pada biaya rata-rata minimum dan menciptakan total
surplus yang maksimum (Nugraha, 2015).

3.2.2 Jenis-Jenis Efisiensi Ekonomi


Dalam ekonomi, ekonom mengaitkan efisiensi dengan penggunaan
sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita yang
tidak terbatas. Efisiensi ekonomi menyiratkan penggunaan penuh sumber daya
yang tersedia untuk menghasilkan barang dan jasa yang memberikan
kesejahteraan maksimal (Nugraha, 2015).

3.2.3 Pentingnya Efisiensi Ekonomi


Kita memiliki sumber daya terbatas. Di sisi lain, kebutuhan dan keinginan
kita tidak terbatas. Itu memunculkan kelangkaan karena sumber daya tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan dan keinginan kita. Akhirnya, kita harus membuat
pilihan. Efisiensi ekonomi memberitahu kita bahwa pilihan untuk
mengalokasikan sumber daya harus dilakukan secara optimal dan menghasilkan
barang dan jasa yang paling kita inginkan. Barang dan jasa tersebut harus
memberikan kesejahteraan maksimum bagi pelaku ekonomi. Dalam kasus ini,
pelaku ekonomi hanya terdiri dari konsumen dan produsen dan mengasumsikan
nol intervensi peran pemerintah dalam alokasi sumber daya (pasar bebas). Dalam
mengoptimalkan penggunaan sumber daya, perusahaan harus beroperasi pada
tingkat yang paling efisien. Mereka harus meminimalkan pemborosan dan
inefisiensi dan menggunakan teknik produksi dan teknologi terbaik.
12

Total kesejahteraan di dalam perekonomian maksimum jika kepuasan


tambahan yang konsumen peroleh dari setiap tambahan produk sama dengan
biaya tambahan yang produsen tanggung untuk menghasilkan produk tambahan
tersebut. Singkat cerita, itu tercapai ketika pasar berada pada ekuilibrium di
bawah persaingan sempurna (Nugraha, 2015).

3.2.4 Prasyarat Efisiensi Ekonomi


Disadur pada (Prasetyia, 2011) dalam ekonomi, ekonom mengaitkan
efisiensi dengan penggunaan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan kita yang tidak terbatas. Efisiensi ekonomi menyiratkan
penggunaan penuh sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan barang dan
jasa yang memberikan kesejahteraan maksimal.
1. Efisiensi Alokatif
Efisiensi Alokatif menggunakan sumber daya untuk menghasilkan
kombinasi barang dan jasa yang paling kita inginkan. Itu akhirnya
memaksimalkan total surplus di dalam perekonomian (surplus konsumen
plus surplus produsen).
Penggunaan sumber daya mencapai efisiensi alokatif ketika
harga sama dengan biaya marginal. Harga mewakili manfaat (kepuasan
atau utilitas) tambahan yang kita peroleh dari setiap tambahan barang yang
kita konsumsi. Jika kita menggambarkannya ke dalam sebuah grafik, kurva
manfaat marginal akan sama dengan kurva permintaan.
Sementara itu, biaya marginal sama dengan kenaikan biaya ketika
produsen menambah satu unit produksi lagi. Kurva penawaran mewakili
kurva biaya marginal, yang mana menunjukkan ke anda kesediaan produsen
untuk memasok produk pada harga yang berbeda. Perusahaan bersedia
menghasilkan lebih banyak produk hanya jika harga lebih tinggi.
Di bawah persaingan sempurna, efisiensi alokatif akan tercapai.
Ekuilibrium pasar (harga dan kuantitas) mewakili kepentingan terbaik
bagi produsen dan konsumen sehingga menghasilkan total surplus yang
maksimum. Itu tercapai ketika kuantitas yang dipasok sama dengan
kuantitas yang diminta untuk barang dan jasa yang paling kita inginkan.
13

Selanjutnya, ketika beroperasi di bawah persaingan sempurna, perusahaan


hanya dapat membebankan harga pada tingkat biaya marginal dalam jangka
panjang. Ketika menetapkan harga yang lebih tinggi, itu akan mengundang
pemain baru untuk masuk. Pemain baru membawa kapasitas baru dan
menekan harga ke bawah.
Sebaliknya, beberapa pemain mungkin tidak dapat bersaing dan
keluar dari pasar. Pasokan pasar menurun dan menaikkan harga. Tapi,
sekali lagi, karena perusahaan bebas keluar dan masuk pasar, harga akan
turun kembali karena pemain baru masuk. Akhirnya, ekuilibrium jangka
panjang hanya tercapai jika harga sama dengan biaya marginal. Sebaliknya,
di pasar persaingan tidak sempurna, efisiensi alokatif tidak akan tercapai.
Perusahaan memiliki beberapa kekuatan pasar, memungkinkan mereka
menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga di bawah persaingan
sempurna. Kekuatan tersebut mungkin berasal dari diferensiasi produk
atau kontrol pasokan. Sehingga, harga berada di atas biaya marjinal. Secara
teori, pasar monopoli mungkin menghasilkan efisiensi alokatif asalkan
pemonopoli dapat menerapkan diskriminasi harga derajat pertama
(diskriminasi harga sempurna). Pemonopoli menetapkan harga tertinggi
yang bersedia konsumen bayar (harga reservasi) untuk masing-masing
konsumen. Dengan kata lain, perusahaan menetapkan harga dan menjual
output di setiap titik kurva permintaan. Di bawah diskriminasi harga
sempurna, perusahaan mengekstrak semua surplus konsumen menjadi
surplus produsen. Total surplus di dalam perekonomian tidak berubah.
2. Efisiensi Produktif
Efisiensi Produktif menggunakan teknik produksi yang paling
efisien untuk menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan. Dengan
begitu, produksi berada pada titik minimum biaya rata-rata. Efisiensi
produktif tercapai harga sama dengan biaya total rata-rata minimum. Dalam
sebuah grafik, itu terjadi di sepanjang garis lengkung kurva kemungkinan
produksi.
Efisiensi produktif tercapai hanya pasar beroperasi di bawah
persaingan sempurna, di mana harga ekuilibrium jangka panjang akan
14

berada di titik minimum biaya total rata-rata. Sebaliknya, efisiensi


produktif tidak tercapai di bawah persaingan tidak sempurna karena
output pasar akan lebih kecil daripada output pada biaya rata-rata minimum.
Di beberapa industri, monopoli alami membutuhkan skala ekonomi
yang signifikan untuk menghasilkan produksi yang efisien. Tapi, kekuatan
pasar dan motif keuntungan seringkali membuat enggan menetapkan harga
pada biaya rata-rata minimum. Selain itu, masalah X-inefficiency dan rent-
seeking juga membuat efisiensi produktif tidak tercapai di pasar monopoli.
Di pasar monopoli alami, proporsi biaya tetap terhadap biaya operasi
sangat signifikan. Sehingga, untuk menghasilkan output yang efisien,
produsen harus beroperasi pada skala ekonomi yang tinggi untuk
menghasilkan biaya rata-rata minimum. Dan, meski telah mencapai biaya
rata-rata minimum, pemonopoli kemungkinan enggan menetapkan harga
sama dengan biaya total rata-rata minimum. Sebagai produsen tunggal,
pemonopoli secara rasional akan berusaha memaksimalkan keuntungan dan
menetapkan harga di atas biaya rata-rata minimum.
Selanjutnya, dalam kebanyakan kasus, pemonopoli sulit untuk
berproduksi pada biaya seminimal mungkin karena tidak ada tekanan
persaingan. Mereka tidak memiliki insentif untuk mengendalikan biaya
dan beroperasi pada tingkat efisien secara teknis. Sebagai hasilnya,
biaya produksi rata-rata menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya.
Inefisiensi semacam itu kita sebut sebagai X-inefficiency. Sementara
itu, efisiensi produktif juga tidak tercapai di bawah monopoli alami karena
rent-seeking. Pemonopoli berusaha untuk memperoleh atau
mempertahankan hak istimewa monopoli, yang mana memunculkan biaya
yang substansial seperti untuk biaya lobi dan hukum.

3.3 Pajak dan Efesiensi Ekonomi


3.3.1 Prinsip-Prinsip Perpajakan
Menurut (Bawazier, 2011) ada dua prinsip perpajakan, prinsip keuntungan
dan prinsip kemampuan untuk membayar. Para ekonom dari filsuf politik telah
15

mengajukan 2 prinsip utama untuk mengatur suatu sistem pajak. Prinsip tersebut
adalah :
1. Prinsip keuntungan. Prinsip keuntungan menyatakan bahwa individu
harus dibebani pajak dengan proporsi untuk mereka dapatkan dari
program-program pemerintah.
2. Prinsip kemampuan untuk membayar. Prinsip ini menyakatakan
bahwa jumlah pajak harus dibayar oleh seseorang harus berkaitan
dengan pendapatan mereka. Semakin tinggi pendapatan,semakin
tinggi pula pajaknya.

3.3.2 Kompromi Pragmatis dalam perpajakan


Pemerintah biasanya mengambil penyelesaian berdasarkan pendekatan
keuntugan dan kemampuan untuk membayar. Sistem perpajakan modern
merupakan kompromi yang tidak mudah antara prinsip-prinsip yang tinggi dan
pragmais politik (Aziz, 2009).

3.3.3 Perpajakan dan Efisiensi


Pajak mempengaruhi baik efisiensi ekonomi maupun distribusi
pendapatan. Dalam tahun-tahun terakhir ,dampak efisiensi menjadi keprihatinan
yang utama dari kebijakan ekonomi karena para ekonom dan pembuat kebijakan
efek dari intensif atas perilaku individu dan bisnis.
Dalam bidang tabungan dan investasi,pajak memiliki dampak utama atas
aktivitas perekonomian. Ketika pajak tinggi di satu sektor,sumberdaya akan
bergerak mengalir ke bidang-bidang yang dikenal pajak lebih ringan. Jika
investasi yang berisiko pajak tidak menguntungkan ,para investor mungkin
memilih investasi yang lebih aman (Jawak, 2009).

3.3.4 Efisiensi dan keadilan


Para ekonom telah khawatir mengenai dampak perpajakan atas
efisinei ekonomi. Teori modern dari perpajakan yang efisien mengusahakan
hukum pajak ramsey,yang menyatakan bahwa pemerintah harus memungut
16

pajak-pajak yang terberat atas input- inout dan output yang sangat tidak elastis
dalam harga baik penawaran maupun permintaan (Hadipurnomo, 2003).
Pemikiran atas hukum pajak ramsey adalah bahwa jika suatu komoditas
sangat tidak elastis dalam harga baik penawaran maupun permintaan,pajak atas
komidas itu akan memiliki dampak yang lebih kecil pada konsumsi dan produksi.
Dalam beberapa keadaan,pajak ramsey mungkin mengganti cara meningkatkan
pendapatan dengan kerugian minuman dari efisiensi ekonomi (Sumantry, 2011).

3.4 Pajak Optimal


Bab ini memperkenalkan konsep efisiensi Pareto. Efisiensi Pareto adalah
kondisi dimana sudah tidak mungkin lagi mengubah alokasi sumber daya
untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi tanpa mengorbankan pelaku
ekonomi yang lain. Demikian pula, dalam menilai struktur pajak
menggunakan konsep efisiensi Pareto; suatu struktur pajak yang efisien
menurut Pareto adalah suatu struktur pajak alternatif yang dapat membuat
beberapa individu menjadi lebih baik dengan membuat individu lain lebih buruk.
Jika sistem pajak alternatif seperti itu ada, maka sistem pajak saat ini jelas tidak
efisien (Dina, 2002).
Ada banyak struktur pajak efisien Pareto, sama seperti ada banyak alokasi
sumber daya yang efisien Pareto tanpa pajak masing-masing tidak ada yang
dapat dibuat tanpa bantuan orang lain (Theresia, 2004).
Sistem perpajakan yang optimal adalah seperangkat pajak yang
memaksimalkan kesejahteraan sosial. Jelaslah, fungsi kesejahteraan sosial yang
berbeda akan mempengaruhi struktur pajak optimal yang berbeda. Pada tingkat
yang praktis, misalnya, fungsi kesejahteraan sosial yang mencerminkan
kepedulian yang lebih besar terhadap kesetaraan (seperti fungsi kesejahteraan
sosial radikal) dapat menyiratkan bahwa struktur pajak yang optimal adalah
progresif, dengan orang kaya yang menanggung sebagian besar beban untuk
orang atau barang publik (Suryadi, 2006).
Secara keseluruhan pajak pareto merupakan satu-satunya pajak yang
efisien: pajak lain mana pun akan menimbulkan distorsi, sehingga pemerintah
dapat meningkatkan pendapatan yang sama dan menjadikan setiap individu lebih
17

baik. Dan jika semua orang sama tidak akan ada alasan untuk mendistribusikan
pendapatan. Dengan demikian, kesetaraan dan kebebasan menuntut agar
pendapatan apa pun yang dibutuhkan pemerintah harus dinaikkan dengan
menetapkan pajak total seragam pada semua individu (Thohari, 2018).
Namun pada kenyataanya setiap individu rata-rata berbeda, ada
kewajiban yang kuat terhadap individu yang mampu untuk membayar pajak
hendaknya membayar pajak yang lebih besar daripada mereka yang tidak dapat
membayar secara sadar (Suryadi, 2003).
18

BAB IV
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Insiden pajak (atau insiden pajak) adalah istilah ekonomi untuk
memahami pembagian beban pajak antara pemangku kepentingan, seperti
pembeli dan penjual atau produsen dan konsumen. Insiden pajak juga dapat
dikaitkan dengan elastisitas harga penawaran dan permintaan.
Sistem perpajakan yang optimal adalah seperangkat pajak yang
memaksimalkan kesejahteraan sosial. Jelaslah, fungsi kesejahteraan sosial yang
berbeda akan mempengaruhi struktur pajak optimal yang berbeda. Pada
tingkat yang praktis, misalnya, fungsi kesejahteraan sosial yang
mencerminkan kepedulian yang lebih besar terhadap kesetaraan (seperti fungsi
kesejahteraan sosial radikal) dapat menyiratkan bahwa struktur pajak yang
optimal adalah progresif, dengan orang kaya yang menanggung sebagian besar
beban untuk orang atau barang publik.
19

DAFTAR PUSTAKA

A.A.B.Widanta. (2008). Peranan Pembiayaan Pembangunan Daerah Dan Investasi


Dalam Pembangunan Daerah. Jurnal Ekonomi Dan Sosial, 104–112.
Aziz, M. (2009). Landasan Formil Dan Materiil Konstitusional Peraturan
Perundang-Undangan. Jurnal Legislasi Indonesia, 6(3), 585–594.
Badjuri, A., Jaeni, & Kartika, A. (2021). Peran Corporate Social Responsibility
Sebagai Pemoderasi Dalam Memprediksi Profitabilitas Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak Di Indonesia: Kajian Teori
Legitimasi. Jbe, 28(1), 1–19. Https://Www.Unisbank.Ac.Id/Ojs;
Bawazier, F. (2011). Reformasi Pajak Di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia,
8(1), 1–12.
Dina Pertiwi, Lela. “Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Propinsi Jawa
Tengah”, Fakultas Ekonomi UII, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 123-139,
Yogyakarta. 2002.
Hadipurnomo, T. (2003). Penghindaran Pajak Optimal Versus Penetapan Pajak
Optimal. October, 1–21.
Https://Www.Rudyct.Com/Pps702-Ipb/07134/Tidar_Hadipurnomo.Pdf
Jawak, E. R. B. (2009). Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan
Pada Pt Agricon Putra Citra Optima Cabang Medan.
Johan, A., Hikmah, F., & Anditya, A. (2019). Perpajakan Optimal Dalam
Perspektif Hukum Pajak Berfalsafah Pancasila. Jurnal Magister Hukum
Udayana (Udayana Master Law Journal), 8(3), 317.
Https://Doi.Org/10.24843/Jmhu.2019.V08.I03.P03
Kusuma Arsana A.B, I. (2013). Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pajak Reklame
Serta Prospeknya Di Kabupaten Badung. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana, 2(4), 190–199.
Mar Atun Kariimah, R. S. (2018). Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi
Berkelanjutan Indonesia, 2(1), 17–38.
Nugraha, M. (2015). Diponegoro Journal Of Accounting. Diponegoro Journal Of
20

Accounting, Vol. 4 No.(Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran


Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Capital Intensity Terhadap
Agresivitas Pajak), 1–14.
Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Accounting
Prasetyia, F. (2011). Rekonstruksi Sistem Fiskal Nasional Dalam Bingkai
Konstitusi. Journal Of Indonesian Applied Economics, 005(02), 141–156.
Https://Doi.Org/10.21776/Ub.Jiae.2016.005.02.8
Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Perencanaan Pajak (Edisi 5), 11(2), 122–
139.
Suwandoko. (2014). Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Dalam Rangka
Meningkatkan Penerimaan Pajak Di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Tengah I. Unnes Of Law Journal - Jurnal Hukum Universitas
Semarang, 3(2), 9–23.
Sumantry, D. (2011). “Reformasi Perpajakan sebagai Perlindungan Hukum yang
Seimbang antara Wajib Pajak dengan Fiskus sebagai Pelaksanaan terhadap
Undang-Undang Perpajakan”, Jurnal Legislasi Indonesia. 8(1).
Suryadi. ”Model Hubungan Kausal Kausal,Pelayanan,Kepatuhan Wajib Pajak dan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah
Jawa Timur”, Jurnal Keuangan Publik, Vol.6, No.2. 2003
Suryadi. ”Model Hubungan Kausal Kausal,Pelayanan,Kepatuhan Wajib Pajak dan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah
Jawa Timur”, Jurnal Keuangan Publik, Vol.4, No.1, April. 105-121. 2006
Tiaras, I., & Wijaya, H. (2017). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba,
Komisaris Independen Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak.
Jurnal Akuntansi, 19(3), 380. Https://Doi.Org/10.24912/Ja.V19i3.87
Theresia Woro, Damayanti. “Pelaksanaan Self Assessment System Menurut
Persepsi Wajib Pajak (studi kasus pada wajib pajak Badan Salatiga)”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Vol.X No.1, Maret, PP. 109-128. 2004
Thohari, A. A. (2018). Epistemologi Pajak, Perspektif Hukum Tata Negara Taxes
Epistemology, Constitutional Law Perspective. Jurnal Legislasi Indonesia,
8(1), 69-78.

Anda mungkin juga menyukai