Anda di halaman 1dari 19

BAB I

Pendahuluan
A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
saling berkomunikasi dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini memeberi dorongan
manusia untuk saling bekerja sama untuk mempertahankan hidupnya yaitu salah
satunya bekerja sama dalam hal ekonomi. Memperoleh harta adalah hal yang
terpenting dalam mempertahankan hidup untuk menopang kehidupan. Kegiatan bisnis
seperti berorganisasi dan berkooperasi dengan sesama dapat memudahkan seseorang
meraih harta yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Usaha yang dimaksud
adalah usaha koperasi yang dapat diikuti oleh semua kalangan,
Koperasi adalah badan usaha non-profit yang beranggotakan orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan. Prinsip-prinsio koperasi merupakan landasan pokok dalam menjalankan
kegiatannya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat yang terdiri dari prinsip
kemandirian, demokratis, pembagian sisa hasil usaha, keterbukaan, dan sukarela.
Koperasi memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kegiatannya yang
bertujuan mensejahterakan anggotanya. Keterlibatan setiap anggota sangat
berpengaruh dalam kegiatan koperasi, semakin tinggi kontribusi yang diberikan,
semakin banyak pula pendapatan yang akan diterima oleh setiap anggota.
Dengan semakin banyaknya usaha koperasi yang tersebar di penjuru dunia,
tuntutan agar mengetahui berbagai macam tentang pengertian, asas-asas, dan sistem
ekonomi dari koperasi perlu dipelajari. Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian
koperasi menurut para ahli untuk mengetahui secara umum definisi koperasi. Ada juga
asas-asas yang terdapat ketika melakukan kegiatan koperasi yang menjadi dasar usaha
bersama yang dilakukan oleh orang maupun badan usaha. Serta terdapat hubungan
antara sistem ekonomi dan kegiatan koperasi yang dapat membedakannya dari koperasi
yang ada di negara lain.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk
memebuat makalah tentang ekonomi koperasi dengan judul "Pengertian, Asas-Asas,
dan sistem perekonomian koperasi".
B. Perumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari koperasi menurut para ahli dan organisasi internasional?
2. Bagaimanakah perkembangan asas-asas koperasi di dunia?
3. Bagaimanakah sistem ekonomi dapat memengaruhi kinerja koperasi di dunia?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian koperasi menurut para ahli dan organisasi
internasional
2. Untuk mengetahui perkembangan asas-asas koperasi dari awal terbentuk hingga
saat ini
3. Untuk mengetahui hubungan sistem ekonomi dengan kinerja koperasi yanga ada di
dunia

D. Manfaat penelitian
1. Sebagai masukan bagi penulis sendiri untuk menambah wawasan tentang
pengertian, asas-asas, dan sistem ekonomi dari koperasi
2. Sebagai informasi untuk mengetahui perbandingan teori dan praktik koperasi yang
ada di dunia
3. Sebagai bahan dasar ajar untuk mengetahui berbagai macam hal tentang koperasi
BAB II
Pembahasan
A.Identitas Koperasi
Definisi
Ada tiga definisi yang diambil dari sumber berbeda mengenai definisi koperasi.
Definisi yang pertama menurut KBBI, Koperasi ialah perserikatan yang bertujuan
memenuhi keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang keperluan sehari-
hari dengan harga murah atau tidak bermaksud mencari untung.
Sedangkan Definisi kedua menurut UU. 25 tahun 1992 Koperasi ialah badan
usaha yang beranggotakan orang-perorangan atau badan hokum koperasi yang
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan ( UU. 25 tahun 1992 ).
Dan definisi terakhir menurut ICA ( Internasional Cooperative Association ),
Koperasi ialah asosiasi otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk
memenuhi kebutuhan, aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya melalui usaha yang
dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.
Nilai Nilai
Sesuai yang tercantum dalam website ICA ada 8 nilai dari koperasi
1. Menolong diri sendiri, nilai ini berkaitan dengan tujuan awal dan utama dari
keikutsertaan semua anggota koperasi yaitu mereka ingin memperbaiki taraf
kehidupan diri mereka masing masing. Situasi yang sulit pada zaman awal
perkembangannya menjadikan koperasi sebagai wadah bersama untuk
memperbaiki kehidupan mereka.
2. Tanggung jawab, semua anggota koperasi tanpa terkecuali mempunyai
tanggung jawab untuk dapat ikut serta dalam usaha berkembangnya koperasi
3. Demokrasi, nilai demokrasi digunakan dalam pengambilan setiap keputusan
atau kebijakan yang akan dijalankan oleh koperasi melalui rapat anggotanya
dengan cara musyawarah mufakat atau melalui voting
4. Persamaan, nilai ini berkaitan dengan perlakuan yang sama bagi setiap anggota
tanpa memandang besar kecinya simpanan yang di miliki oleh setiap anggota
atau latar belakang lainnya. Dan pada intinya, Setiap anggota mempunyai hak
suara yang sama yaitu satu orang satu suara. Sebagai contoh, walaupun Bapak
A mempunyai simpanan 1000x lebih banyak dibanding anggota lainnya namun
suara Bapak A saat rapat dalam menentukan rencana kerja ke depan koperasi
tetap hanya satu suara sama seperti Bapak B yang simpanannya hanya kurang
dari 100 ribu rupiah. Selain itu dalam contoh kasus yang berbeda, pada koperasi
simpan pinjam, semua anggota berhak mendapatkan kesempatan meminjam
dana tanpa memandang status sosialnya.
5. Keadilan, salah satu penyebab buruknya sistem kapitalisme saat revolusi
industri yaitu adanya ketidakadilan. Nilai keadilan hampir mirip dengan nilai
persamaan. Di dalam koperasi setiap anggotanya diperlakukan adil dalam
pemberian hak maupun kewajibannya. Contohnya, Bagi anggota dengan
belanja paling banyak dalam koperasi konsumsi maka anggota tersebut berhak
mendapat SHU terbesar dibanding anggota anggota lainnya, sedangkan anggota
dengan belanja paling sedikit akan mendapatkan SHU yang sedikit pula.
6. Solidaritas, rasa kekeluargaan atau solidaritas yang tinggi menjadi salah satu
nilai lebih dan nilai yang terpenting dalam organisasi ini. Rasa kekeluargaan
yang kuat membuat organisasi ini jarang mendapatkan konflik internal yang
berat karena semua masalah dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Jika
suatu masalah jarang atau tidak terlalu berat, maka jalannya atau kelangsungan
organisasi semakin terjamin dan organisasi akan mudah untuk berkembang.
7. Keterbukaan, nilai ini berkaitan dengan nilai solidaritas atau kekeluargaan.
Dengan dianggapnya semua anggota ialah keluarga maka hubungan antar
anggota sangat dekat dan terbuka. Setiap anggota tidak akan sungkan untuk
menceritakan masalah hidupnya di ke anggota anggota lain. Mereka pun akan
lapang hati dan bersedia untuk membantu dan mencarikan jalan keluar dari
permasalahan permasalahan tersebut. Oleh karena nilai inilah salah satunya
yang menyebabkan koperasi menjadi organisasi yang kuat hubungan
internalnya.
8. Tanggung jawab diri sendiri, isi nilai ini sama dengan isi nilai kedua yaitu
tanggung jawab.

Prinsip Koperasi
1. Keanggotaan yang sukarela dan terbuka, koperasi merupakan organisasi yang
bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa
jasanya dan menerima tanggung jawab anggota tanpa membedakan jenis
kelamin dan latar belakang lainnya.
2. Pengawasan demokratis oleh anggota, Koperasi adalah organisasi demokratis
yang dikendalikan oleh anggotanya yang secara aktif berpartisipasi dalam
menetapkan kebijakan dan membuat keputusan . Pria dan wanita sebagai wakil
yang terpilih memiliki tanggung jawab kepada anggota. Pada anggota koperasi
primer, semua anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota, satu suara)
dan koperasi di tingkat lain juga diatur secara demokratis.
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi, para anggota secara langsung ikut
berkontribusi dalam permodalan koperasi serta aktif dalam kegiatan usaha yang
dilakukan koperasi. Sebagai contoh, Bapak B ialah anggota koperasi tani. Sudah
semestinya Bapak B membeli segala kebutuhan pertaniannya di koperasi tani
tersebut yang bertujuan untuk mendukung jalannya kegiatan usaha koperasi.
4. Otonomi dan kemandirian, Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri
sendiri serta diawasi oleh para anggotannya. Apabila koperasi mengadakan
perjanjian dengan organisasi lain termasuk pemerintah atau menumpuk modal
dari sumber luar kopersi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin
pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan yang mempertahankan
otonomi mereka.
5. Pendidikan pelatihan dan penerangan, koperasi memberikan pendidikan dan
pelatihan bagi para anggota serta para manajer dan karyawan agar mereka dapat
melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasi.
6. Kerja sama antar koperasi, koperasi melyani para anggotanya secara kolektif
dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerja sama melalui organisasi
koperasi tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional.
7. Kepedulian terhadap masyarakat, koperasi melakukan kegiatan untuk
mengembangkan masyarakat sekitar secara berkelanjutan melalui kebijakan
kebijakan yang diputuskan oleh rapat

B. ASAS-ASAS KOPERASI
Asas koperasi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Coopera-tive Principles ini
berasal dari bahasa Latin: Principium yang berarti basis atau landasan dan inipun bisa
mempunyai beberapa pengertian yaitu sebagai: Cita-cita utama atau
kekuatan/peraturan dari organisasi. Pengertian tentang principium ini perlu
diperhatikan secara seksama dan secara hati-hati. Dalam kepustakaan koperasi
Indonesia, beberapa penulis mengaitkan pengertian principium ini dengan landasan
koperasi atau landasan idiil dan sebagainya. Dalam Bab IV Undang-Undang No.
12/1967 yang membahas masalah Asas dan Sendi Dasar Koperasi, di mana dikatakan
bahwa asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotong-royongan, sedangkan dalam
Sendi Dasar Koperasi di antaranya dimasukkan keanggotaan yang sukarela, pembagian
sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota, pembatasan bunga atas
modal dan sebagainya, yang semuanya ini oleh ICA dikelompokkan sebagai
cooperative principles.
ICA sendiri tampaknya mengalami kesulitan dalam mendefinisikan kata
principle itu, untuk mana akhirnya ICA harus membentuk suatu Komisi. Menurut
Komisi tersebut, principle adalah praktilepraktik/kegiatan-kegiatan utama yang sangat
diperlukan dalam mencapai tujuan-tujuan dari gerakan koperasi. Banyak orang yang
tidak sependapat dengan definisi ini, karena prinsip itu pada dasarnya tetap, sedangkan
praktik itu bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial sesuatu negara.
W.P.Watkins, mantan Direktur ICA, menyatakan bahwa principles itu aaalah cita-cita
yang melekat pada koperasi. Cita-cita itu tetap (tidak berubah), sedang praktik bisa
berubah-ubah sesuai dengan situasi. Jadi kita bisa berpegang pada pendapat bahwa
principle itu adalah cita-cita yang menentukan sifat dari koperasi sebagai suatu
organisasi.
Rochdale atau lebih dikenal dengan "The Rochdale Society of Equitable Pioneers"
terdaftar pada tanggal 24 Oktober 1844 dan memulai usahanya pada tanggal 21
Desember 1844. Cita-cita dari Rochdale Pioneers, yang dinyatakan sebagai peraturan
dari perkumpulan itu kemudian dikenal sebagai asas-asas Rochdale atau Rochdale
Principles, telah mengilhami cara kerja dari gerakan-gerakan koperasi sedunia.
Kedelapan buah asas Rochdale tersebut adalah:
1. Pengendalian secara demokrasi (Democratic control).
2. Keanggotaan yang terbuka (Open membership).
3. Bunga terbatas atas modal (Limited interest on capital).
4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota proporsional dengan pembeliannya
(The distribution of surplus in devidend to the members in Proportion to their
Purchases).
5. Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan (Trading strictly on a cash
basis).
6. Tidak boleh menjual barang-barang palsu dan harus murni (Selling only pure
and unadelterated goods).
7. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya tentang asas-asas koperasi
dan perdagangan yang saling membantu. (Providing for the education of the
members in Co-operative principles as well as for mutual trading).
8. Netral dalam aliran agama dan politik (Political and religious neutrality).
Menjadi pertanyaan sekarang, apakah sesuatu organisasi itu baru dapat disebut
koperasi, kalau organisasi tersebut menjalankan ke-8 asas tersebut? Dalam hal ini
terdapat beberapa pendapat. Dr.Mohammad Hatta dalam Almanak Koperasi 1957-
1958 membagi asas-asas Rochdale tersebut dalam 2 bagian:
Dasar-dasar pokok:
1. Demokrasi koperatif, yang artinya bahwa kemudi (pengelolaan) dan tanggung
jawab, adalah berada di tangan anggota sendiri.
2. Dasar persamaan hak suara.
3. Tiap orang boleh menjadi anggota.
4. Demokrasi ekonomi, keuntungan dibagi kepada anggota menurut jasa-jasanya.
5. Sebagian dari keuntungan diperuntukkan pendidikan anggota.
Menurut Dr. Mohammad Hatta, untuk disebut koperasi, sesuatu organisasi itu
setidak-tidaknya harus melaksanakan 4 asas tersebut di atas.
Dasar-dasar moral.
1. Tidak boleh dijual dan dikedaikan barang-barang palsu.
2. Harga barang harus sama dengan harga pasar setempat.
3. Ukuran dan timbangan barang harus benar dan dijamin.
4. Jual beli dengan tunai. Kredit dilarang karena menggerakkan hati orang untuk
membeli di luar kemampuannya.
Memang dalam kenyataannya, kita melihat, bahwa tidak semua kedelapan buah
asas Rochdale itu dipatuhi oleh perkumpulan koperasi di semua negara di dunia ini.
Untuk mengetahui sejauh mana asas-asas Rochdale itu dilaksanakan di Indonesia, kita
dapat melihat dari ketentuan yang tersurat dalam undang„undang koperasi kita, serta
anggaran dasar dari perkumpulan-perkumpulan koperasi di Indonesia.
Prof. Henzler dari Jerman membagi asas-asas koperasi dalam asas-asas struktural
(structural principles) dan asas fungsional (functional principles). Democratic control,
termasuk dalam asas struktural, sedangkan asas-asas yang berkaitan dengan masalah
manajemen, kebijaksanaan harga, pemberian kredit, menentukan metode dan standar
dari prosedur-prosedur operasi adalah asas-asas fungsional. Asas-asas struktural itu
berlaku sama untuk semua jenis koperasi, sedangkan asas functional bisa berbeda pada
beberapa jenis koperasi. Keraguan orang tentang apakah semua kedelapan asas dari
Rochdale harus diterapkan di semua negara, juga adalah karena sebagaimana kita
ketahui asas-asas Rochdale itu adalah hasil pengalaman koperasi konsumen, sedangkan
pada dewasa ini koperasi sudah berkembang meliputi berbagai bidang usaha dan
kegiatan seperti koperasi simpan pinjam, koperasi kredit, koperasi asuransi, dan
sebagainya. Menjadikan pertanyaan apakah asas-asas Rochdale yang mendasarkan
pada pengalaman koperasi konsumen itu, seluruhnya bisa diterapkan untuk semua jenis
koperasi?
Menanggapi permasalahan tersebut maka dalam Kongres ICA di London yang
diadakan pada tahun 1934 dibentuklah suatu Komite Khusus untuk meneliti
"Pengetrapan dari asas-asas Roch- dale pada Koperasi" dan Komite dapat
menyelesaikan tugasnya pada tahun 1937. Hasil karya dari Komite khusus tersebut
adalah bahwa dari 8 asas Rochdale tersebut, 7 buah dianggap sebagai asas yang pokok
(essential principles), yaitu:

1. Keanggotaan terbuka (Open Membership).


2. Pengendalian yang demokratis (Democratic Control).
3. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota proporsional denganjumlah
transaksinya (Distribution of the Surplus to the members in Proportion to their
transaction).
4. Bunga terbatas atas modal (Limited Interest on Capital).
5. Netral dalam agama dan politik (Political and Religious Neutrality).
6. Pembayaran secara tunai (Cash Trading).
7. Pengadaan pendidikan bagi anggotanya (Promotion of Education) .
Asas yang ke-8 yaitu tentang dilarangnya menjual barang-barang yang dipalsukan
dan harus murni, dihapus.
Meskipun demikian komite memandang perlu bahwa di antara ke-7 asas pokok itu
perlu diadakan pembedaan dalam tingkat kepentingannya; 4 buah asas yang pertama
itu dianggap sebagai wajib dan perlu ditaati oleh semua koperasi sedangkan asas yang
tiga terakhir, tidak merupakan persyaratan bagi keanggotaan pada ICA. Komite
memandang 3 asas terakhir itu sebagai suatu metode untuk bertindak dan cara
bagaimana berorganisasi.
Meskipun laporan dari komite tersebut telah disetujui dan disahkan oleh Kongres
ICA yang diadakan di Paris pada tahun 1937, namun dengan memperhatikan
perkembangan sosial, ekonomi, teknologi dan sebagainya, ICA berusaha untuk
meninjau kembali klasifikasi dari asas-asas Rochdale yang telah mereka sepakati itu,
ualam arti menentukan dari 8 asas koperasi itu, mana yang utama dan perlu tetap
dipertahankan, mana yang perlu dibuang atau mana yang perlu ditambah. Untuk itu
Komite Pusat dari ICA pada tahun 1964 telah membentuk suatu Komisi tentang Asas-
asas Koperasi. Komisi ini diberi wewenang untuk menentukan Asas Rochdale mana,
yang bisa dipertahankan pada dewasa ini, mana yang harus diubah dan bagaimana
mengubahnya, agar bisa tetap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas gerakan
koperasi dan yang dianggap sudah kehilangan arti bagi gerakan koperasi untuk diganti
dengan yang lain. Komite itu juga diberi wewenang untuk merumuskan asas-asas yang
baru, jika memang diperlukan. Hasil kerja komisi ini dilaporkan dalam Kongres ICA
yang ke-23 yang diadakan di Vienna pada tahun 1966 dan laporan tersebut disetujui
oleh Kongres. Hasil kerja dari Komisi adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka (Voluntary and open mem- bership).
2. Pengelolaan secara demokrasi (Democratic administration) .
3. Bunga yang terbatas atas modal (Limited interest on capital) .
4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan
transaksi. (Distribution of the surplus to the members in Proportion to their
transactions) .
5. Pendidikan koperasi (Cooperative education)
6. Kerja sama antar koperasi (Cooperation among Cooperatives).
Asas-asas ini disebut sebagai asas-asas umum (General Principles) yang harus
dipatuhi oleh semua jenis koperasi dalam segala sistem ekonomi sosial. Berbeda
dengan hasil Komite 1937, Komisi 1964 ini tidak memberikan perbedaan tingkatan
dalam keabsahannya dari asas-asas tersebut dan tidak memberikan perbedaan prioritas
antara sesama asas-asas tersebut. Komisi 1964 menyatakan: "Semua mempunyai
wewenang yang sama dan harus ditaati secara sama." (All posses equal authority and .
must be equally observed). Selanjutnya tentang asas„asas hasil dari Komisi 1964
tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Keanggotaan Terbuka dan Atas Dasar Sukarela
Terbuka artinya siapa saja yang bisa menerima manfaat dari koperasi bebas untuk
menjadi anggota. Anggota yang sukarela berarti menggabungkan diri tanpa ada yang
merintangi. Keanggotaan yang terbuka itu hanya mungkin, jika keanggotaannya adalah
sukarela. Rochdale sendiri tidak mengembangkan unsur sukarela ini dalam asasnya,
meskipun organisasi itu sendiri didirikan secara sukarela. Komisi 1964 tidak
menghendaki adanya hambatan-hambatan atau restriksi dalam pelaksanaan
keanggotaan terbuka ini. Hambatan yang direkayasa, seperti penetapan simpanan
pokok yang tinggi untuk menjadi anggota atau menentukan adanya suatu biaya
pendaftaran masuk menjadi anggota (entrance fee), dilarang. Keanggotaan yang
terbuka ini berjalan bersamaan dengan persamaan hak suara. Edgard Milhaud, seorang
sosialis dari Prancis, menyatakan "Berkoperasi itu hanya bisa dilaksanakan jika mereka
mempunyai kedudukan yang sama." Dua unsur lain yang tersirat dalam hasil kerja dari
Komisi 1964 ini adalah: asas nondiskriminasi dan asas pertanggungan jawab. Asas
nondiskriminasi maksudnya adalah bahwa keanggotaan tidak boleh membeda-bedakan
kedudukan sosial, politik dan agama dari para anggotanya. Jadi ini adalah sebagai
akibat wajar dari ke- anggotaan yang terbuka itu.
Tentang unsur pertanggungan jawab anggota tidak hanya ter- batas pada
penyetoran simpanan dan keikutsertaan dalam usaha koperasi, tetapi juga bertanggung
jawab terhadap keikutsertaan mereka dalam pengendalian usaha yang berasaskan
democratic control itu. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam masalah keanggotaan
ini adalah bahwa pada koperasi itu anggota-anggotanya juga adalah pelanggan. Ini
adalah ciri-ciri khusus clari koperasi. Sebagai konsekuensi yang wajar, suatu koperasi
akan kehilangan ciri khususnya ini dan 'tliturunkan" menjadi organisasi yang mata-
mata mencari keuntungan, jika koperasi itu mengambil kebijaksanaan membatasi
penerimaan anggota serta secara luas mengadakan transaksi dengan bukan anggota.
2. Democratic Control
Menurut Prof. Paul Lambert asas ini adalah asas utama yang membedakan
koperasi dengan usaha-usaha yang kapitalistis dan bisa diterapkan kepada semua jenis
koperasi. Asas ini sesungguhnya merupakan pola pemikiran dari gerakan kaum
Chartist di Inggris pada tahun 1830-an, yang rupanya mempengaruhi pemikiran orang-
orang dari Rochdale Pioneers. Dalam pengelolaan organisasi, Rochdale Pioneers telah
memberlakukan ketentuan: satu anggota satu suara dan mengingat bahwa anggota
adalah pelanggan, maka pengendalian secara demokratis itu berarti pengendalian
koperasi oleh anggota pelanggan (member-users) dari koperasi itu sendiri. Selanjutnya
Komisi 1966 tersebut mempertegas bahwa perkumpulan koperasi adalah organisasi
yang demokratis dan bahwa anggota-anggota dari perkumpulan tingkat primer harus
bisa memanfaatkan persamaan hak suara (1 anggota 1 suara) dan berperan serta dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan organisasi.
3. Bunga Tetap Atas Modal
Asas "bunga tetap atas modal" (fixed interest on capital), adalah mula-mula
disuarakan oleh Robert Owen dan ternyata kemudian diterima oleh Koperasi Rochdale.
Mereka khawatir bahwa dengan pembayaran bunga atas modal itu akan menyeret
koperasi ke dalam alam yang kapitalistis. Dasar pertimbangan lain dimasukkannya
unsur ini sebagai asas, adalah agar modal itu tidak merupakan sumber dari keuntungan
usahae Komite 1937 merumuskan asas ini dengan istilah "limited interest on capital".
Tetapi perlu dicatat bahwa ini tidak berarti bahwa koperasi itu wajib membayar bunga
atas modal. Yang dimaksudkan di sini adalah jika koperasi itu akan membayar bunga
atas modal, hendaknya bunga itu terbatas dan tetap.
4. Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada Anggota Secara Propor- sional dengan
Transaksinya (Patronage Dividend)
Umumnya orang menganggap bahwa asas ini berasal dari Roch- dale Pioneers,
tetapi sesungguhnya sebelumnya asas ini sudah dite- rapkan oleh Lennoxtown Society
of Scotland, di mana pada dasarnya mereka berpendapat bahwa bilamana ada suatu
surplus dalam usaha, hendaknya surplus tersebut digunakan untuk mem- bangun atau
mengembangkan masyarakat koperasi.
Dalam hal inilah terdapat perbedaan pendapat antara Owenisme dan Rochdale
Pioneers, di mana yang disebut terakhir ini berpendapat bahwa surplus tersebut dapat
dibagikan kepada anggota sesuai dengan jumlah pembeliannya. Mereka ini menyadari
bahwa pada tahun 1840-an buruh-buruh di Inggris sedang menghadapi kelaparan, yang
membutuhkan dana dan bantuan. Dasar pertimbangan lain adalah kebijaksanaan harga
yang mereka ambil. Dalam menjual barang mereka lebih senang memilih harga pasar
(at current market price) daripada harga menurut biaya (at cost price). Dengan
demikian berarti koperasi bisa menyisihkan suatu margin di atas biaya, yang dapat
digunakan untuk membiayai pengelolaan, penyusutan serta bisa menyisihkan dana-
dana untuk pendidikan dan cadangan dan bisa menyisihkan suatu jumlah ter- tentu
untuk dikembalikan kepada anggota, atas kelebihan terhadap biaya yang telah mereka
bayarkan.
5. Pendidikan Koperasi
Pendidikan Koperasi adalah mutlak untuk dilaksanakan oleh setiap organisasi koperasi.
Komisi 1966 ICA menyatakan bahwa semua koperasi harus menyelenggarakan
pendidikan bagi peng- urus, petugas, karyawan dan umum tentang asas-asas dan teknik
berkoperasi baik dipandang dari sudut ekonomi maupun dari sudut demokrasi. Dengan
ditingkatkannya pengetahuan parapengurus, petugas, karyawan dan umum, diharapkan
bahwa asas-asas koperasi akan lebih mudah dapat diterapkan dalam praktik, karena
selama ini tampaknya terdapat jurang antara cita-cita berkoperasi dan praktik
berkoperasi. Sesungguhnya Komite 1937 juga telah menyatakan bahwa pendidikan
adalah merupakan asas yang penting dari Rochdale Pioneers, tetapi anehnya Komite
1937 itu menempatkan pendidikan itu sebagai asas-asas sekunder.
6. Kerja Sama antar Koperasi
Kerja sama antar koperasi ini adalah suatu keharusan kalau koperasi ingin tetap
hidup dan demi untuk pertumbuhan gerakan koperasi dalam memperjuangkan
kebebasan dan menjunjung martabat manusia. Sebagaimana kita ketahui menjelang
akhir abad ke-20 ini teknologi telah mengalami perkembangan yang cepat sekali dan
bahkan oleh beberapa pakar disebut sebagai era technological revolution. Perusahaan-
perusahaan dan industri-industri berkem- bang dan menjadi semakin besar. Terjadilah
konsentrasi ekonomi baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat internasional.
Perkembangan yang semakin pesat ini dikhawatirkan akan memperkecil peran dari
seseorang, konsumen, pengusaha kecil dan pro dusen primer dan akhirnya mereka akan
kehilangan kebebasannya. Melihat kenyataan kehidupan yang demikian ini, ICA,
berpendapat bahwa kerja sama antar koperasi itu merupakan suatu keharusan, kalau
koperasi ingin tetap hidup dan demi untuk perkembangan dari gerakan koperasi dalam
memperjuangkan kebebasan dan menjunjung martabat manusia.
Tentang permasalahan asas-asas koperasi seperti tersebut di atas tampaknya
tidak berhenti sampai di sini saja. Pada Kongresnya di Stockholm, Swedia, 1988 timbul
keinginan-keinginan untuk mengkaji ulang asas-asas koperasi. Dalam pertemuan
tersebut dipertanyakan "sejauh mana prinsip-prinsip koperasi itu masih bisa bertahan
dalam susunan ekonomi pasar bebas yang mengarah pada globalisasi." Sebagaimana
kita ketahui, asas-asas Rochdale itu dilahirkan dalam era Revolusi Industri di Inggris,
bersamaan dengan timbulnya Kapitalisme yang masih dini, sedangkan sekarang ini,
setelah 150 tahun dihitung dari lahirnya asas-asas Rochdale, kapitalisme sudah jauh
berkembang. Jika pada tahun 1884 yaitu tahun di mana dilahirkan asas-asas koperasi
Rochdale, Inggris dan beberapa negara di Eropa sedang mengalami Revolusi Industri,
maka pada dewasa ini negara-negara tersebut telah menjadi negara- negara industri
maju dan sudah mengarah kepada tahap pasca in- dustri.
Disamping itu perlu juga diperhatikan adanya perubahan politik dan sistem
ekonomi di Uni Soviet yang terjadi pada akhir abad ke-20 yang diikuti oleh negara-
negara Blok Timur lainnya, yaitu dari sistem ekonomi sosialis, yang bersifat otoriter,
ke sistem ekonomi pasar. Hal ini bisa terjadi berkat kebijaksanaan glasnostnya
Gorbachev yang dilakukan secara hati-hati dan bertahap seperti telah diuraikan dalam
Bab I. Mereka telah melepaskan struktur kehidupan lama dan secara mantap bergerak
ke arah sistem pasar dan mau tidak mau mereka harus menyiapkan diri menyongsong
datangnya kebijaksanaan ekonomi dunia yang baru, yang mengarah kepada liberalisasi
perdagangan secara global maupun secara regional. Bagi negara-negar.a yang sedang
berkembang, yang industrinya belum sangat maju, mau tidak mau harus dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang selalu berkembang dan ini bukan
merupakan pekerjaan yang mudah, mengingat bahwa negara-negara sedang
berkembang, pada umumnya dalam bidang ekonomiaya tertinggal beberapa dasawarsa,
dibandingkan dengan negara- negara industri. Perkembangan ekonomi dunia
menjelang akhir abad ke-20 ini merupakan era baru ekonomi dunia, yang mengacu
kepada globalisasi. Globalisasi yang ditumpang oleh liberalisasi perdagangan
internasional, mau tidak mau akan mendorong negara-negara di dunia ini mengadakan
deregulasi dan debirokrasi, dalam kebijaksanaan dan pelaksanaan ekonominya.
Mengadakan deregulasi dan debirokrasi berarti meniadakan atau menguraagi "bariers
of entry" (hambatan-hambatan masuk dalam industri), mengurangi aturan-aturan yang
membatasi dunia usaha dan swastanisasi badan-badan usaha milik negara. Situasi dan
kondisi yang demikian ini dengan sendirinya akan menekan kehidupan dan
perkembangan gerakan koperasi, terutama bagi gerakan koperasi di negara-negara
sedang berkembang dan ini merupakan tantangan yang harus dijawab oleh gerakan
koperasi dengan kondisi seperti sekarang ini di mana koperasi cara bekerjanya masih
harus menda- sarkan pada asas-asas yang disusun 150 tahun yang lalu. Liberalisasi
perdagangan internasional akan berpengaruh ter- hadap kehidupan dunia usaha di
dalam negeri dari masing-masing negara, berupa peningkatan persaingan dalam dunia
usaha. Perubahan yang terjadi dalam dunia usaha tersebut bisa merupakan peluang bagi
usaha koperasi tetapi sekaligus bisa merupakan ancaman bagi dunia usaha koperasi.
Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan seperti tersebut di atas dan
dalam rangka usaha penyesuaian diri menyongsong datangnya era globalisasi, rupanya
gerakan koperasi di negara- negara industri, berada pada posisi yang lebih
menguntungkan dibandingkan posisi dari gerakan koperasi di negara-negara sedang
berkembang, karena, sebagaimana kita ketahui, pada umumnya sistem ekonomi dari
negarænegara industri itu adalah kapitalistis dan bahwa sistem ini bekerja berdasarkan
kondisi-kondisi persa- ingan, yang selanjutnya akan mendorong perusahaan baik
koperasi maupun nonkoperasi untuk bekerja secara efisien. Persaingan ini tidak hanya
terbatas pada persaingan pangsa pasar antara para produsen/penjual atau persaingan
antara para pembeli atas barang- barang yang mereka inginkan, tetapi juga meliputi
persaingan antara para pembeli dan penjual sumber daya, dan sebagainya. Kondisi-
kondisi persaingan-persaingan bebas di negara-negara industri ini umumnya berjalan
dengan baik, karena didukung oleh Undang-Undang AntiTrust, yang pada dasarnya
tidak memberi ruang hidup bagi monopoli, seperti yang di Amerika Serikat dikenal
dengan Sherman Antitrust Act (1890) di mana dalam Pasal 2 dikatakan "Every person
who shall monopolize, or attempt to monopolize, or combine or conspire with any other
persons to monopolize any part of the trade or commerce among the several states, or
with foreign nations, shall be deemed quilty of a misdemeanor and) on conviction there
of, shall be punished by fine not exceeding five thousand dollars (raised to $. 50.000
in 1955) or by imprisonment not exceeding one year, or by both said Punishments in
the discretion of the court". (Setiap orang yang akan melakukan monopoli atau
berusaha melakukan monopoli atau menggabungkan atau bersekutu dengan seseorang
atau dengan orang-orang untuk melakukan monopoli dari sebagian perdagangan atau
usahanya di antara beberapa negara bagian atau dengan negara asing, dapat dinyatakan
bersalah melakukan perbuatan buruk dan dapat dituntut, dapat dihukum dengan denda
sebanyak-banyaknya $. 5000 (tahun 1955 dinaikkan menjadi $. 50.000) atau hukuman
penjara setinggi-tingginya I tahun atau menurut kedua-duanya sebagaimana ditetapkan
oleh pengadilan). Dalam amandemen tahun 1974 kata misdemeanor diubah men- jadi
felony dan dendanya dinaikkan menjadi $. 1 juta untuk badan- badan hukum dan $.
100.000 untuk yang lain dan hukuman penj aranya dinaikkan menjadi 3 tahun. Dengan
kondisi-kondisi seperti tersebut di atas maka koperasi-koperasi di negara-negara
industri umumnya mempunyai keunggulan dalam daya saing dan efisiensi kerja
dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang dimiliki oleh koperasi-koperasi di negara-
negara sedang berkembang. Hal ini berarti bahwa dalam menyongsong era globalisasi
diperkirakan koperasi-koperasi di negara-negara industri tersebut tidak akan
mengalami tekanan-tekanan sangat berat seperti apa yang akan dialami oleh koperasi-
koperasi di negara-negara sedang berkembang. Kongres ICA tahun 1988 yang
diadakan di Stockholm itu telah memilih "Koperasi dan Nilai Dasarnya" sebagai salah
satu tema, dan menurut beberapa pakar koperasi, usaha ICA tersebut dipacu oleh
tulisan dari Alexander Laidlaw dalam bukunya yang berjudul: 'Cooperative in the Year
2000" yang diterbitkan pada tahun 1980. Dengan adanya refleksi awal ini, Kongres
memutuskan agar refleksi tersebut diikuti dengan analisa yang lebih terinci, termasuk
konsultasi secara meluas dengan organisasi-organisasi anggota ICA, Tugas ini oleh
ICA dipercayakan kepada SVEN ARE Boor, Ketua Kelompok Kerja Riset ICA dan
mantan Direktur Institut Riset Koperasi di Swediay dengan dibantu oleh Komisi
Penasihat yang terdiri dari 13 pakar perkoperasian clunia, berasal dari 12 negara,
ditambah seorang dari Sekretariat ICA, yang bertindak sebagai Sekietaris Tim. Hasil
kerja dari BOOK ini yang berjudul: "Cooperative Values in a Changing World"
dilaporkan dalam Kongres ICA yang diadakan di Tokyo pada tahun 1992, yang
ternyata kemudian dijadikan bahan acuan utama dalam Kongres tersebut. Di samping
itu Kongres juga memberikan tugas kepada Ian Mac Pherson dari University of
Victoria, Canada yang juga adalah anggota Tim Penasihat Book, untuk mengkoordinir
penyusunan rancangan asas-asas koperasi yang nantinya akan menjadi salah satu bahan
pembahasan utama dalam Kongres ICA tahun 1995 yang akan diadakan di Manchaster.
Laporan dari Sven Ake Book tersebut disusun melalui beberapa pendekatan, yaitu
dengan cara mengidentifikasi nilai-nilai koperasi yang tradisional dan kemudian
mendiskusikannya untuk dikaji berdasarkan pengalaman-pengalaman pada dasawarsa
sekarang ini untuk mengetahui prospeknya di masa mendatang. Menjadi pertanyaan,
adakah koperasi mempunyai perilaku untuk menjadikan dunianya cepat tanggap
terhadap lingkungannya. Apakah asas-asas koperasi yang sudah kuno itu benar-benar
meru- pakan salah satu faktor penyebab mengapa koperasi itu tidak bisa bertindak
secara cepat tanggap? Berbicara soal perdagangan bebas dan globalisasi, maka
permasalahannya tidak bisa terlepas dari masalah peluang usaha. Mampukah gerakan
koperasi di Indonesia menangkap peluang-peluang usaha yang diciptakan oleh sistem
per- dagangan bebas itu? Untuk menjawab tantangan Abad Globalisasi bagi gerakaii
koperasi maka pada tanggal 20-23 September 1995 ICA telah menyelenggarakan
Kongresnya yang Ice-31 di kota Manchaster, suatu kota yang berdekatan dengan
Rochdale tempat kelahiran perkum- pulan koperasi pertama di Inggris. Kongres
tersebut dihadiri oleh wakil-wakil dari gerakan koperasi-koperasi berasal dari 100
negara. Kongres dibuka oleh Ketuanya, Lars Marcus. Kongres ke-31, mendapat
sambutan dan tanggapan dari para wakil-wakil negara dan tampak sudah keinginan
mereka untuk dapat mengantisipasi globalisasi perekonomian dunia pada abad ke-210
Berbagai resolusi disampaikan di Kongres di antaranya: masalah identitas (jati diri)
koperasi dan deklarasi gerakan koperasi terhadap abad ke-21, resolusi tentang
demokrasi koperasi, pem- bangunan sumber daya manusia koperasi dan resolusi
tentang pendanaan. Rapat Anggota ICA (ICA General Assembly) yang diadakan dalam
bulan September 1995, yaitu pada Kongres Seratus Tahun ICA mengesahkan
pernyataan ICA tentang Identitas Koperasi yang memuat Definisi Koperasi, Nilai-nilai
Koperasi dan Prinsip-prinsip Koperasi, seperti yang tertera dalam halaman 46. Jati diri
koperasi yang telah dirumuskan oleh Kongres ICA tahun 1995 di Manchester Inggris,
kini sudah diakui secara interna- sional dan bahkan sudah dikukuhkan di kawasan Asia
Pasifik pada Konferensi Menteri-Menteri Koperasi Asia Pasifik padå Oktober 1999 di
Beijing. Selanjutnya Rapat Anggota ICA menyatakan bahwa prinsip- prinsip koperasi
yang tercakup dalam identitas koperasi tersebut akan menggantikan prinsip-prinsip
koperasi yang telah diterima dan disetujui oleh ICA dalam Kongresnya di Wina pada
tahun 1966. Diharapkan dengan prinsip-prinsip yang baru, seperti yang tercakup dalam
Identitas Koperasi tersebut, koperasi mampu mem- perkuat dan memperjelas
jatidirinya, khususnya dalam era globalisasi abad Ice-21 yang akan datang.

C. KOPERASI DAN SISTEM-SISTEM EKONOMI


Dalam perkembangannya dan sejalan dengan perkembangan politik maka pada
saat ini paling tidak terdapat 5 buah sistem ekonomi, yaitu kapitalisme, fasisme,
sosialisme, komunisme, dan campuran. Kelima buah sistem ekonomi tersebut kini telah
tersebar dan dianut oleh negara-negara di dunia. Umumnya negara-negara di dunia
menganut sistem ekonomi yang berbeda-beda. Namun, sebagai satu kenyataan hampir
di semua negara pada saat ini terdapat atau tumbuh dan berkembang organisasi dan
usaha koperasi.
Dalam era kapitalisme, koperasi beserta gerakannya dilahirkan dan merupakan
cara yang digunakan masyarakat golongan ekonomi lemah, khususnya kaum buruh,
untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang dihadapinya dan yang dalam
perkembangannya kemudian menjadi suatu sistem sendiri dalam kehidupan ekonomi
dalam masyarakat. Paul Hubert Casselman dalam bukunya yang berjudul :”The
Cooperative movement and some of its Problems” mengatakan :”Cooperation is an
economic system with social content”.(Koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang
mengandung unsur sosial).
Sebagaimana telah diketahui dari pernyataan di atas bahwa koperasi merupakan
suatu sistem, namun hal tersebut mendorong timbulnya pertanyaa-pertanyaan dan
perbedaan pandangan yang mempermasalahkan “Apakah koperasi itu merupakan suatu
sistem ekonomi yang bediri sendiri atau merupakan subsistem dari kelimaa buah sistem
ekonomi yang telah dianut oleh berbagai negara di dunia?”.
Prof. Ewell Paul Roy Ph.D. dari Lousiana State University, memberikan
definisi sistem ekonomi sebagai suatu tatanan dari kebiasaan, ketentuan, dan peraturan
yang berkaitan dengan produksi, konsumsi, dan tukar menukar dari barang dan jasa
yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Atau dalam kata lain
dikatakan bahwa sistem ekonomi terdiri dari pengawasan yang menentukan cara-cara
di dalam mana berbagai sumber biaya yang tersedia dapat digunakan untuk pemenuhan
pemuasan keinginan. Hal tersebut daapat dikaitkan dengan asas-asas Rochdale yang
diciptakan oleh pendiri-pendirinya, pada dasarnya koperasi merupakan suatu tatanan
dari kebiasaan, peraturan, dan ketentuan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
anggotanya dalam rangka usaha mencapai tujuan dari koperasi, yaitu peningkatan
kesejahteraaan aanggota-anggotanya. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, sebagaimana yang dikatakan oleh Paul Hubert
Casselman.
Sebagai sistem ekonomi, maka koperasi harus bekerja berdasarkan efisiensi
ekonomi dan motif ekonomi. Bersamaan dengan itu cara bekerja koperasi harus
melandaskan pada unsur-unsur sosial sebagaimana terkandung dalam asas-asas
koperasi. Di antara sistem-sistem ekonomi terdapat perbedaan yang cukup besar dalam
cara bagaimana individu, organisasi bisnis, dan pemerintah mengawasi sumber daya.
Ciri-ciri khusus yang membedakan satu sistem dengan sistem lainnya umummnya
menyangkut masalah-masalah: kepemilikan harta kekayaan, initiatif untuk berusaha,
intensif ekonomi, mekanisme harga, persaingan pasar. Ciri-ciri tersebut yang kemudian
disebut sebagai parameter.
Parameter sistem-sistem ekonomi
1. Kepemilikan harta kekayaan
Harta kekayaan ini bisa berupa tanah, rumah, pabrik, kendaraan, pakaian, dan
sebagainya. Harta kekayaan dapat dimiliki oleh individu, organisasi, atau
pemerintah.
2. Inisiatif untuk berusaha
Dalam setiap sistem ekonomi, seseorang harus mampu “mempersatukan”
tanah, tenaga kerja dan manajemen untuk memulai dan mengoperasikan usaha.
Pengambilan inisiatif untuk berusaha ini bisa diserahkan kepada individu-
individu dan pemerintah atau kepada kedua-duanya.
3. Insentif ekonomi
Dalam setiap sistem ekonomi harus ada suatu insentif yang akan medorong
orang untuk mau bekerja dengan sepenuhnya. Insentif-insentif ekonomi
tersebut bisa berupa : gaji yang tinggi, promosi, pemberian bonus, pujian, dan
penghargaan yang lainnya.
4. Mekanisme harga
Setiap sistem ekonomi mempunyai mekanisme harga, sehingga para konsumen
dapat menentukan bagaimana dan untuk apa mereka membelanjakan uangnya.
Dalam beberapa sistem, masalah penetapan harga diserahkan kepada pasar,
dalam sistem yang lain pemerintalah yang menentukan.
5. Persaingan pasar
Dalam setiap sistem ekonomi, harus ada persaingan pasar, meskipun dalam
tingkatan yang berbeda-beda. Dalam beberapa sistem ekonomi, persaingan
pasar, bisa terjadi karena individu-individu dan perusahaan saling bersaing di
antara mereka sendiri dan pemerintah bisa bertindak selaku pengawas, agar
persaingan tersebut beerjalan dengan jujur.
Macam-Macam Sistem Ekonomi
1. Sistem Ekonomi Kapitalis/Free Enterprise System
Sistem kapitalisme mengakui dan menghargai pemilikan pribadi, kebebasan
berusaha, insiatif berusaha, persaingan, daya entrepreneurial, kebebasan berpolitik dan
kebebasan berusaha. Tujuan utama yang ingin dicapai oleh sistem ini adalah
memperbaiki standar hidup dan kesejahteraan ekonomi umumnya dari setiap
penduduk. Dalam sistem ini terdapat tindakan-tindakan bebas dari orang yang
mengejar keuntungan yang satu sama lain terikat pada pasar.
Dalam sistem ini individu-individu akan membuat berbagai jenis keputusan
ekonomi atas dasar harga atau atas dasar masalah yang berkaitan dengan harga atau
atas dasar perubahan-perubahan harga.
Persaingan merupakan faktor pendorong yang ada di belakang sistem
kapitalisme. Dalam pasar bebas ini, harga merupakan penunjuk bagi individu-individu
dan perusahaan untuk berproduksi, tukar-menukar, dan berkonsumsi. Perusahaan
saling bersaing dan pemerintah hanya menjaga untuk kemungkinan terjadinya
ketidakjujuran dalam persaingan bebas tersebut.
Dalam sistem ekonomi kapitalis, pemerintah pusat berperan sebagai wasit
dalam pasar, seperti penciptaan kebijaksanaan antitrust, penyediaan barang untuk
keperluan masyarakat umum, mengatur lingkungan dan beberapa lainnya. Koperasi
bisa konsisten dengan ini.
2. Sistem Ekonomi Fasisme
Suatu sistem ekonomi yang pada dasarnya adalah capitalistic yang memaksa
para pengusaha dan konsumen untuk tunduk kepada keinginan negara. Seperti halnya
pada komunisme, sistem fasisme juga menggabungkan doktrin dengan perencanaanya.
Sistem ekonomi ini cenderung dikaitkan dengan kekuasaan politik yang kekuasaannya
dipusatkan pada kediktatoran, atau setidak-tidaknya pada kediktatoran partai. Fasisme
memobilisir semua sumber-sumber fisik, ekonomi, sosial, dan spiritual dan
mengaturnya secara keseluruhan. Hal seperti ini pernah dilakukan oleh Hitler dan
Mussolini menjelang dan dalam Perang Dunia II.
Dalam sistem fasisme, pemilikan harta kekayaan tetap berada di tangan
individu-individu, selama para pemiliknya masih mengikuti tunduk kepada keinginan
negara. Kalau tiddak, harta kekayaaan tersebut akan dikonfikasi (disita) oleh negara.
3. Sistem Ekonomi Sosialisme
Sistem ekonomi sosialis adalah sebuah sistem ekonomi yang menjadikan
negara sebagai pusat komando perekonomian. Dalam artian semua kegiatan ekonomi
masyarakat berupa produksi, distribusi dan kosumsi diatur secara sistematis oleh
negara. Semua sumberdaya ekonomi baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia statusnya adalah milik pemerintah yang nantinya akan digunakan untuk
melaksanakan segala agenda ekonomi yang dibuat oleh pemerintah. Dalam sistem ini,
peran swasta dalam perekonomian sangat sedikit. Hal ini dikarenakan pihak produsen
seperti pabrik, perusahaan ataupun industri hanya berperan sebagai pelaksana
kebijakan ekonomi yang digelontorkan oleh pemerintah.
4. Sistem Ekonomi Komunisme
Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah
sebagai pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak
diperbolehkan memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan
oleh pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki
oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan
sistem komunis tersebut belum pernah sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak
negara yang meninggalkan sistem komunisme tersebut.
Dalam sistem komunisme, masih ada kemungkinan berdirinya koperasi kredit
konsumsi, koperasi perumahan, dan koperasi pekerja, khususnya untuk kerajinan
tangan dan barang-barang kesenian. Tetapi tidak ada satu pun dari jenis-jenis koperasi
tersebut dapat memiliki tanah dan diorganisasi secara bebas. Pemerintah pusat dapat
memberikan izin dan mengawasi operasi-operasi mereka untuk menentukan
kesehatannya dan menjaga agar ada relevansinya dengan perencanaan pemerintah
pusat.
Koperasi diizinkan beroperasi secara eksklusif dengan cara wirlaba
(franchising) di wilayah untuk menghindari persaingan. Pada umunya, jika pada
mulanya di negara-negara komunis koperasi itu boleh berdiri, tetapi dalam
perkembangannya mereka dijadikan usaha-usaha negara, karaena dalam bentuk itu
pengawasannya akan lebih mudah.
5. Sistem Ekonomi Campuran
Dari kenyataan yang kita temukan umumnya tidak ada satu sistem ekonomi
yang diberlakukan secara murni di suatu negara di dunia. Dalam negara yang mengenal
sistem kapitalisme yang sudah maju pun bisa ditemukan perusahaan-perusahaan yang
sosialistik. Sebaliknya di negara dengan sistem ekonomi yang sosialistik dan
komunistik seperti Yugoslavia (sebelum tahun 1990) kepada para pekerja dari
perusahaan negara dapat diberikan bagian keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari
perusahaan negara tersebut.
Oleh karena dari penjelasan di atas muncul sistem ekonomi campuran
yang berusaha mengambil dan memadukan kebaikan dari sistem ekonomi sosialis dan
kapitalis yang dianggap terlalu ekstrim. Dalam sistem ini kedua belah pihak;
pemerintah maupun swasta sama-sama berperan dalam kegiatan ekonomi. Jauh
berbeda dengan sosialis yang menjadikan pemerintah sebagai penguasa otoriter yang
memiliki hak penuh terhadap kebijakan dan kegiatan ekonomi.
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Koperasi ialah sebuah perkumpulan atau organisasi yang bertujuan untuk
menyejahterakan anggotanya. koperasi memiliki asas asas, nilai, serta prinsip yang
mana ketiga hal tersebut diperlukan oleh anggotanya dalam kehidupan berorganisasi di
dalam sebuah koperasi. Jika salah satu dari ketiganya ada yang tidak digunakan maka
kegiatan usaha koperasi atau kelangsungan koperasi akan terganggu karena ketiga hal
tersebutlah membuat koperasi bertahan hingga sekarang ini. Selain itu kita juga
mempelajari sistem sistem ekonomi yang bertujuan agar kita mengetahui kelemahan
serta kelebihan dari sistem ekonomi tersebut dan dapat meneliti atau mengira
kelangsungan atau jalannya koperasi di setiap sistem ekonomi yang berbeda beda
tersebut.
Daftar Pustaka

Drs. Hendrojogi, M.Sc. 2015. Koperasi:Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta.


PT Rajagrafindo Persada.

“Pengertian Sistem Ekonomi sosialis, Ciri-ciri, Kelebihan dan


Kekurangannya”. Pengetahuan Sosial. 2016. Diakses pada 5 Maret 2018.
http://www.pengetahuansosial.com/2016/10/pengertian-sistem-ekonomi-
sosialis-ciri-kelebihan-kekurangan.html

“Pengertian Sistem Ekonomi campuran, Ciri-ciri, Kelebihan dan


Kekurangannya”. Pengetahuan Sosial. 2016. Diakses pada 5 Maret 2018.
http://www.pengetahuansosial.com/2016/10/pengertian-sistem-ekonomi-
campuran-ciri-kelemahan-dan-kekurangan.html
MAKALAH
EKONOMI KOPERASI
PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS KOPERASI

Kelompok 2
Ikhalazul Ammar 175020100111001
Fhatahul Arrazaq Reni 175020100111012
Muhammad Afandi 175020107111020

Ekonomi Pembangunan
Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2018

Anda mungkin juga menyukai