Dosen Pengampu:
Dr. Susanto, MA
Oleh:
Fathia Habibah (182520040)
Kata Pengantar.............................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................3
Bab I Pendahuluan.......................................................................................4
Bab II Pembahasan.......................................................................................6
A. Kepemimpinan........................................................................................6
B. Etika kepemimpinan................................................................................20
Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kepemimpinan
1. Pengertian
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, kepemimpinan berasal
dari kata “pimpin” yang berarti tuntunan, bimbingan, hasil
memimpin. Kepemimpinan yaitu tindakan atau perbuatan seseorang
yang menyebabkan seseorang atau kelompok lain menjadi bergerak
ke arah tujuan-tujuan tertentu. Seseorang dikatakan sebagai
pemimpin apabila orang itu dapat mempengaruhi pikiran, perasaan,
dan perilaku orang lain, baik dalam bentuk individu, maupun
kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Makna kata
“kepemimpinan” erat kaitannya dengan kata “memimpin”. Kata
memimpin mengandung makna yaitu kemampuan untuk
menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Jika pengertian secara harfiah yang tersaji di atas terkait dengan
kata kerja yaitu memimpin, maka masih terdapat pengertian harfiah
lainnya yang melekat pada kata atau konsep tersebut. Pemaknaan lain
terkait dengan pengertian harfiah tersebut dapat dikupas dari aspek
subjek atau pihak yang menjadi pelaku dalam kepemimpinan. Artinya
kepemimpinan juga harus dipahami dari sisi pelaku kepemimpinan,
yang disebut dengan istilah leader (pemimpin), yaitu orang yag
melakukan aktivitas atau kegiatan untuk memimpin. Pemimpin
merupakan orang yang menjalankan kepemimpinan atau dapat
dimengerti sebagai a person who leads others a long way guidance.1
Manusia diciptakan oleh Allah selain menjadi hamba-Nya juga
menjadi penguasa (khalifah) di atas bumi. Selaku hamba dan
khalifah, manusia diberi kelengkapan kemampuan jasmani (biologis)
dan rohaniah (psikologis) yang dapat ditumbuhkembangkan
seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat budaya, guna dalam
ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas kehidupan di
dunia. 2
Hadirnya manusia di muka bumi ini bukan atas kehendak dan
kemauan sendiri, tetapi manusia diciptakan atas kehendak dan
kekuasaan yang Maha Pencipta. Diciptakannya manusia bukan tanpa
maksud, tetapi sebagaimana firman Allah SWT, bahwa Dijadikan
manusia adalah untuk menjadi khalifah atau penguasa di muka bumi.
Amanat mengemban misi suci ini disebutkan dalam surat al Ahzab
ayat 72:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.” (QS. Al
Ahzab[33] : 72)
Manusia yang lahir dalam keadaan tidak tahu apa-apa telah diberi
kemampuan termasuk akal serta pengetahuan-pengetahuan sehingga
akan mampu melaksanakan tugasnya selaku khalifah atau penguasa
di muka bumi ini. Dengan indra, akal, dan segenap kemampuan yang
dikaruniakan Allah SWT ini, manusia mempunyai kemampuan untuk
memimpin, memelihara, dan membangun kehidupan di dunia. 3
Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan
persoalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah satu persoalan
1
Warsito Utomo,Kepemimpinan Profesional (Pendekatan Leadership Games),
(Yogyakarta: Gava Media, 2008), h. 10
2
M Tatang Arifin,Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta:Rajawali, 1990), h. 156.
3
Moh Sholeh, Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, ( Yogyakarta:Pustaka
Belajar, 2005), h. 79.
pokok dalam ajarannya. Beberapa pedoman atau panduan telah
digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang diridhai Allah
SWT, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di
dunia dan di akhirat kelak. Pemimpin yang dicintai dan dipercaya
serta diikuti oleh para pengikutnya adalah pemimpin yang memiliki
kemampuan untuk memecahkan persoalan mereka. Ini dapat berupa
masalah personal, publik, atau masalah yang berhubungan dengan
kehidupan pribadi seseorang, komunitas sosial, persoalan ekonomi
dan politik.
Maju mundurnya kelompok atau organisasi itu sangat tergantung
oleh pemimpinnya. Seseorang pemimpin akan dikatakan berhasil jika
dalam melakukan proses kepemimpinannya itu, ia mempunyai visi
dan misi yang jelas. Sehingga dalam melakukan proses
kepemimpinannya itu akan sesuai dengan arah yang sudah
direncanakan.
Kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari dalam
hidup ini. Sudah merupakan fitrah manusia untuk selalu membentuk
sebuah komunitas. Dan dalam sebuah komunitas selalu dibutuhkan
seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang dijadikan rujukan
ketika komunitas tersebut. Pemimpin adalah orang yang memberikan
visi dan tujuan.
Dalam suatu kelompok katakanlah organisasi, bila tidak
mempunyai tujuan sama saja dengan membubarkan organsasi
tersebut. Hal terebut bahkan berlangsung sampai kedalam tataran
Negara. Dan hanya pemimpinlah yang mampu mengatur dan
mengarahkan semua itu. Dan sejarah teori kepemimpinan
menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan Islam adalah
model terbaik. Model kepemimpinan yang disebut sebagai Prophetic
leadership yang contoh nyatanya adalah orang teragung sepanjang
sejarah kemanusiaan yaitu Rasullullah SAW.
Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan
dihayati oleh setiap umat Islam di negeri yang mayoritas warganya
beragama Islam ini. Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang
adalah pemimpin, Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di
muka bumi sebagai khalifatullah, yang diberi tugas untuk senantiasa
mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Menurut Geprge R. Terry, leadership is activity of influencing
people to strive willing for mutual objective, Kepemimpinan adalah
suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam upaya
perumusan dan pencapaian tujuan. 4
Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan.5
Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk memberikan
inspirasi kepada semua lembaga yang terkait agar bekerja sebaik-
baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Menurut Anoraga, diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
dapat mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakan
orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan
senang hati bersedia mengikuti kehendak-kehendak pemimpin itu.6
Kepemimpinan ialah ssuatu upaya mempengaruhi banyak orang
melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi
orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan
orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan
positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan
mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan,
kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan
diantara bawahan agar tujuan organisasional dapat tercapai.
Di dalam konsep Islam, seorang pemimpin menempati kedudukan
yang sangat fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam
bangunan masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama’ah,
pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki
peranan yang strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan gerakan
(harakah). Kecakapan dalam kepemimpinan akan mengarahkan
ummatnya kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan
kesejahteraan ummat dengan ridha Allah SWT seperti dalam QS. Al-
Baqarah ayat 207:
4
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
h. 249.
5
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta:
Liberty, 2008), h. 48.
6
Pandji Anoraga, Psikologi Kepemimpinan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.2.
Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun
kepada hamba-hamba-Nya.”
Sebenarnya pemimpin yang harus diteladani adalah Rasulullah ,
karena semua yang beliau lakukan adalah berasal dari al-Qur’an.
Beliau mendidik umatnya agar menjadi pemimpin yang berakhlak
seperti apa yang beliau ajarkan kepada umatnya yaitu mengikuti al-
Qur’an dan as-Sunnah. Nabi Muhammad mempunyai semua kualitas
kepemimpinan yang diperlukan untuk keberhasilannya dalam segala
aspek kehidupan. Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah beliau
mampu memimpin umatnya menuju keberhasilan di segala bidang.
Beliau adalah sumber yang mengalirkan semua perkembangan
selanjutnya yang berhubungan dengan komando, kenegaraan, agama,
perkembangan spiritual dan sebagainya di seluruh dunia muslim.
Beliaulah kiblat dari semua pendidik sekaligus pemimpin bagi umat
Islam di dunia ini. 7
Fenomena kehidupan sekarang ini yang semakin bobrok saja
moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin
yang baik (good leader). Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa
mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya, malah terlihat
adanya pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak
peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir
untuk melayani masyarakat. Karena kepemimpinan mereka lebih
dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih mengutamakan
kepentingan kelompok.
Banyak pemimpin yang pada awalnya bertekad untuk selalu
berbuat adil. Keadilan ditegakkan tidak pandang bulu, jika ada yang
melakukan kesalahan, siapapun orang tersebut akan diproses dan
diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal itu disosialisasikan
misalnya pada saat masa kampanye politik. Pada awal masa
pemerintahannya, boleh jadi masih terlihat ketegasan dalam
menjalankan sifat keadilan. Namun, lambat laun, seiring dengan
waktu, tekad itupun sirna sedikit demi sedikit, lalu tampaklah sifat
7
M. Faetullah Gulen, Versi Terdalam Kehidupan Rasul Allah Muhammad
(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 290.
otoriternya. Sikapnya sudah melampaui batas. Manusia menjadi
angkuh dan semena-mena atas kekuasaan yang dipegangnya.
Pantaslah jika Allah mengkritik sifat tersebut dengan firman-Nya:
Artinya: “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas,karena Dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al-
Alaq: 6-7).
8
P Sondang Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi aksara,
1992), h. 27.
segalanya akan diputuskan sendiri, serta punnya anggapan
bahwa bawahanya tidak mampu memutuskan sesuatu.
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa
kepemimpinan adalah hak pribadinya (pemimpin),
sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain
dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang
pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian
karakteristik yang biasanya dipandang sebagai
karakteristik yang negatif.
b. Tipe Paternalistik
Kepemimpinan paternalistik adalah seorang pemimpin
yang mempunyai ciri menggabungkan antara ciri negatif
dan positif, ciri-cirinya adalah:
1) Bersikap selalu melindungi
2) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengambil keputusan sendiri.
3) Tidak memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif dan mengembangkan imajinasi
dan daya kreativitas mereka sendiri.
4) Sering menonjolkan sikap paling mengetahui.
5) Melakukan pengawasan yang ketat
c. Tipe Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan
energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasauntuk
mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain itu bersedia
untuk mengikutinya tanpa selalu bisa menjelaskan apa
penyebab kesediaan itu. Menurut Max Webber, pemimpin
yang kharismatik biasanya dipandang sebagai orang yang
mempunyai kemampuan atau kualitas supernatural dan
mempunyai daya yang istimewa. Kemampuan ini tidak
dimiliki oleh orang biasa karena kemampuan ini
bersumber dari Illahi, dan berdasarkan hal ini seseorang
kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin.
Pemimpin kharismatik mempunyai banyak cara untuk
memperoleh simpati dari karyawannya yaitu dengan
menggunakan pernyataan visi untuk menanamkan tujuan
dan sasaran kepada karyawannya, kemudian
mengkomunikasikan ekspektasi kinerja yang tinggi dan
meyakini dengan meningkatkan ras percaya diri bahwa
bawahan bisa mencapainya, kemudian pemimpin
memberikan contoh melalui kata-kata dan tindakan, serta
memberikan teladan supaya ditiru para bawahannya.
d. Tipe Laissez Faire (kendali bebas)
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe
kepemimpinan otokratik. Dalam tipe ini sang pemimpin
biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali
menghindar diri dari tanggung jawab. Seorang pemimpin
kendali bebas cenderung memilih peran yang pasif dan
membiarkan organisasi berjalan menurut temponya
sendiri. Sifat kepemimpinan pada tipe kendali bebas
seolah – olah tidak tampak. Kepemimpinannya dijalankan
dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang
dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan
kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing –
masing, baik perseorangan maupun kelompok – kelompok
kecil. Disini seorang pemimpin mempunyai keyakinan
bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas –
luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan
cepat berhasil.
e. Tipe Demokratik
Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan yang
selalu mendelegasikan wewenangnya yang praktis dan
realistik tanpa kehilangan kendali organisasional dan
melibatkan bawahannya secara aktif dalam menentukan
nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses
pengambilan keputusan serta memperlakukan bawahan
sebagai makhluk politik, ekonomi, sosial, dan sebagai
individu dengan karakteristik dan jati diri. Pemimpin ini
dihormati dan disegani dan bukan ditakutikarena
perilakunya dalam kehidupan organisasional mendorong
para bawahannya menumbuhkan dan mengembangkan
daya inovasi dan kreatifitasnya.
3. Indikator Kepemimpinan
Menurut Wahjosumidjo (1991:154) secara garis besar indikator
kepemimpinan adalah sebagai berikut: 9
a. Bersifat adil Dalam kegiatan suatu organisasi, rasa
kebersamaan diantara para anggota adalah mutlak, sebab
rasa kebersamaan pada hakikatnya merupakan
pencerminan dari pada kesepakatan antara para bawahan
maupun antara pemimpin dengan bawahan dalam
mencapai tujuan organisasi
b. Memberi sugesti Sugesti biasanya disebut sebagai saran
atau anjuran. Dalam rangka kepemimpinan, sugesti
merupakan pengaruh dan sebagainya, yang mampu
menggerakkan hati orang lain dan sugesti mempunyai
peranan yang sangat penting di dalam memelihara dan
membina harga diri serta rasa pengabdian, partisipasi, dan
rasa kebersamaan diantara para bawahan.
c. Mendukung tujuan Tercapainya tujuan organisasi tidak
secara otomatis terbentuk, melainkan harus didukung oleh
adanya kepemimpinan. Oleh karena itu, agar setiap
organisasi dapat efektif dalam arti mampu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, maka setiap tujuan yang
ingin dicapai perlu disesuaikan dengan keadaan organisasi
serta memungkinkan para bawahan untuk bekerja sama.
d. Katalisator Seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai
katalisator, apabila pemimpin itu selalu dapat
meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada,
berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat
dan daya kerja cepat semaksimal mungkin.
e. Menciptakan rasa aman Setiap pemimpin berkewajiban
menciptakan rasa aman bagi para bawahannya. Dan ini
hanya dapat dilaksanakan apabila setiap pemimpin
mampu memelihara hal-hal yang positif, sikap optimisme
di dalam menghadapi segala permasalahan, sehingga
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bawahan merasa
aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran,
merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.
9
Wahjosumidjo, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 154.
f. Sebagai wakil organisasi Setiap bawahan yang bekerja
pada unit organisasi apapun, selalu memandang atasan
atau pimpinannya mempunyai peranan dalam segala
bidang kegiatan, lebih-lebih yang menganut prinsip-
prinsip keteladanan atau panutan-panutan. Seorang
pemimpin adalah segalasegalanya, oleh karena itu segala
perilaku, perbuatan, dan katakatanya akan selalu
memberikan kesan-kesan tertentu terhadap organisasinya.
4. Sifat-sifat kepemimpinan
Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu dalam
melaksanakan proses kepemimpinan antara lain dapat dilakukan
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu
perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai
kepemimpinannya. 10
Quraish Shihab dalam bukunya “Secercah Cahaya Ilahi”
menuturkan bahwa setidaknya ada lima sifat pokok yang
hendaknya dimiliki oleh sang pemimpin/imam. Kelima sifat
tersebut terungkap dalam dua ayat, yaitu Surah As-Sajdah (32):24
dan Al-Anbiya (21): 73:
Artinya: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika
mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” QS.
As-Sajdah (32):24.
Artinya: “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan
telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada
kamilah mereka selalu menyembah”. (QS. Al-Anbiya(21):73)
Sifat yang dimaksud adalah :
10
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal
Itu?), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 37.
a. Kesabaran dan ketabahan, Kami jadikan mereka
pemimpinpemimpin ketika mereka tabah/sabar.
b. “Yahduna bi amrina”, mengantar (masyarakatnya) ke
tujuan yang sesuai dengan petunjuk Kami (Allah).
c. “Wa auhaina ilaihim fi‟la al khairat”, (telah membudaya
pada diri mereka kebaikan).
d. “Abidin”, (Beribadah, termasuk melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat).
e. “Yuqinun”, (Penuh keyakinan).
11
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal
Itu?). (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 38
menyenangkan bagi semua pihak. Keramah-tamahan itu
mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka
setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan
tersebut.
e. Integritas (keutuhan, kejujuran, dan ketulusan hati) Pemimpin
itu harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan
seperasaan dengan bawahannya bahkan merasa senasib dan
sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama.
f. Penguasaan Teknis Kecakapan dalam memimpin sangatlah
dibutuhkan. Setiap pemimpin harus memiliki satu atau
beberapa kemahiran teknis 31 tertentu, agar ia mempunyai
kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.
g. Ketegasan dalam mengambil keputusan Pemimpin yang
berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat,
tegas dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan
pengalamannya. Selanjutnya ia mampu meyakinkan para
anggotanya akan kebenaran keputusannya.
h. Kecerdasan (Intellegence) Kecerdasan yang perlu dimiliki
oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk
melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan
akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat
menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat.
i. Keterampilan mengajar (teaching skill) Pemimpin yang baik
itu adalah seorang guru yang mampu menuntun, mendidik,
mengarahkan, dan mendorong, serta menggerakkan
bawahannya untuk berbuat sesuatu. Sesuatu tersebut tidaklah
akan terjadi tanpa dorongan dan bimbingan dari orang yang
memimpinnya.
j. Kepercayaan (Faith) Keberhasilan pemimpin itu pada
umumnya selalu didukung oleh kepercayaan dan loyalitas
bawahannya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti
dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan
diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan
bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota
kelompoknya secara bersama-bersama rela berjuang untuk
mencapai tujuan yang bernilai.
Dengan demikian sifat-sifat pemimpin tersebut merupakan
landasan utama seorang pemimpin dapat membangun sebuah
perilaku positif jika dilandasi oleh sifat yang positif. Dengan kata
lain ketika seorang pemimpin memiliki sifat-sifat kepemimpinan
yang baik, maka potensial untuk menerapkan gaya kepemimpinan
yang baik, sehingga dapat mencapai efektivitas kepemimpinan
pula. Jika sifat pemimpin tersebut buruk, maka seorang pemimpin
cenderung mempraktikan gaya kepemimpinan yang kurang
disukai orang lain sehingga menjadi kurang efektif.
12
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori
ke Praktik (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 154
mereka. Allah berfirman dalam Surah An-Nisa (4) ayat
58:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. An
Nisa [4]: 58)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada para hamba-
Nya yang beriman agar menjadi orang-orang yang benar-
benar menegakkan keadilan ditengah-tengah masyarakat.
Ajaran Allah yang baik ini, yaitu 32 melaksanakan amanat
dan hukum dengan seadil-adilnya, jangan sekali-kali
diabaikan tetapi hendaklah diterapkan dalam kehidupan,
untuk dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semua perintah itu jika dilakukan oleh manusia dengan
sebaik-baiknya, niscaya akan menjadikan kebiasaan yang
meresap di dalam jiwanya.
c. Kebebasan Berfikir
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu
memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok
untuk mampu mengemukakan kritiknya. Para anggota
diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau
keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat
memberikan jawaban atas setiap masalah yang diajukan.
Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin
hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berpikir
dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik
dan saling menasihati satu sama lain, sehingga para
pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau
persoalan yang menjadi kepentingan bersama.
B. Nilai
1. Pengertian
Kata “nilai” merupakan terjemahan dari kata “value” dalam
bahasa Inggris dan berasal dari bahasa Latin “valere” atau bahasa
Prancis Kuno “valoir” yang dalam makna denotatif berarti harga.
Namun, ketika kata tersebut sudah dihubungkan dengan suatu
obyek atau dipersepsi dari suatu sudut pandang tertentu, maka
harga yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran bermacam-
macam.
Rohmat Mulyana mengutip beberapa ahli menyatakan,
pertama menurut Gordon Allport, “Nilai adalah keyakinan yang
membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya”. Kedua,
menurut Kuperman, “Nilai adalah patokan normatif yang
mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara
ciri-ciri tindakan alternative”. 13
Berdasarkan empat definisi tersebut, dapat ditarik suatu definisi
baru yaitu nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan.
Bagi manusia nilai dijadikan landasan, motivasi, atau alasan
dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadarinya maupun
tidak. Setiap manusia tentu melakukan semua aktivitas dan
tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga perlu
adanya suatu patokan atau tolak ukur untuk mengatur tindakan
manusia. Jadi nilai itu sesuatu yang penting dan berkualitas dalam
jiwa serta tindakan manusia yang menyempurnakan manusia
sesuai dengan hakikatnya.
Keberhasilan suatu organisasi maupun suatu lembaga pasti
tidak lepas dari peran besar seorang pemimpin. Keberhasilan
sekolah ditentukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan segala
perannya sebagai pemimpin pendidikan. Pengaruh perilaku yang
baik dan benar di pengaruhi oleh nilai dan etika yang di terapkan
oleh pemimpin. Nilai etika adalah perilaku, sikap (attitude) dan
nilai-nilai kehidupan yang baik atau buruknya diakui oleh seluruh
umat manusia tanpa memandang agama, budaya, suku, atau
bangsa.
13
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet- 2, hal. 9
2. Nilai inti
a. Integritas
Kami senantiasa menerapkan standar etika dan moral tertinggi
dengan selalu mengedepankan asas kejujuran dan keadilan
dalam setiap kegiatan.
b. Pengembangan Berkelanjutan
Kami bertekad untuk senantiasa mengembangkan perusahaan
kami berikut sumber daya manusianya.
c. Keunggulan
Kami terus berupaya mencapai standar kinerja tertinggi.
d. Proaktif
Kami terus mencari dan mengadopsi teknik dan pendekatan
baru untuk meningkatkan mutu bisnis kami.
e. Tanggung Jawab
Kami bertanggung jawab kepada seluruh pemangku
kepentingan atas segala keputusan dan tindakan yang kami
ambil kami.
f. Kerjasama Kelompok
Kami mendorong dan mendukung keanekaragaman tenaga
kerja berdasarkan asas saling percaya dan menghormati serta
bersama-sama mencapai semua sasaran yang telah ditetapkan
dengan berkomunikasi secara baik.
C. Etika
Dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam keluarga, masyarakat
atau bernegara, diperlukan suatu aturan-aturan baik tertulis maupun tidak
tertulis untuk mengatur hubungan antar individu. Pada dasarnya setiap
individu memiliki kepentingan-kepentingan pribadi yang berbeda karena
itu diperlukan aturan-aturan yang menjamin agar tidak terjadi atau
meminimalisir gesekan antar kepentingan.
1. Etika etika pemimpin
Etika-etika pemimpin sangat diperlukan oleh pemimpin untuk
membatasi perilaku atau sikap yang dapat menyebabkan
hubungan antara pemimpin dengan bawahan menjadi renggang
atau keharmonisan menjadi tercipta. Karena itu pemimpin
diharapkan dapat memiliki etika-etika luhur antara lain: 14
a. Dedikasi, merupakan etika yang ditunjukan pemimpin
kepada karyawannya agar dapat merasakan kenyamanan
dalam bekerja. Pemimpin yang mempunyai dedikasi yang
cukup tinggi akan membela, melayani, mendorong baik
karyawannya maupun rekan kerjanya untuk mencapai
cita-cita bersama sebagai wujud kecintaan dan
pengabdiannya untuk perkembangan serta kemajuan
perusahaan.
b. Emphaty, merupakan etika yang ditunjukkan pemimpin
kepada bawahannya dengan merasakan apa yang
dirasakan oleh bawahannya. Karena pemimpin
mempunyai kemampuan dapat mengetahui lewat
kenyataan dan perasaan sehingga dapat mengetahui
kelemahan dan kekuatan kelompok kerja, baik karyawan
lingkingan. Efek yang ditimbulkan adalah kegairahan
untuk memperkuat kredibilitas dan kompetensi orang
yang dipimpinnya tanpa henti-henti.
c. Memaafkan dan melupakan kesalahan, merupakan etika
yang ditunjukkan pemimpin kepada bawahannya, karena
pemimpin yang baik adalah orang yang mempunyai jiwa
besar dengan memaafkan bawahan/ karyawannya yang
telah mekakukan kesalahan betapa pun besar kesalahan
yang diperbuat begitu juga sebaliknya.
d. Cinta, merupakan etika yang ditujukan pemimpin, karena
hidup nya yang penuh dengan cinta dan dia mampu
menumbuhkan sikap saling mencintai di lingkungan
pekerjaannya.
e. Melayani, merupakan etika yang ditujukan pemimpin,
karena dia adalah orang yang selalu haus untuk melayani
sesamanya bukan hanya di tempat kerja akan tetapi di
manapun dia berada.
15
Hersey P. dan K.H Blanchard, Manajemen Perilaku Organisasi, Pendayagunaan
Sumber Daya Manusia edisi 4 (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 118-128.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA