Anda di halaman 1dari 21

REVITALISASI KEPEMIMPINAN DAN

MANAJEMEN ORGANISASI HMI DAN


KEIKUTSERTAAN DALAM DUNIA POLITIK

Disusun untuk melengkapi Persyaratan Peserta Intermediate Training (LK II)


Oleh : Feri Handika

INTERMEDIATE TRAINING (LKII) HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


(HMI) CABANG BANGKALAN 13 – 19 MARET 2023
ASAL KOMISARIAT HMI CAKRANINGRAT GALIS
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur atas kehadira Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya saya
dimampukan untuk menyusun serta menyelesaikan makalah ini sebagai salah
satu syarat untuk dapat mengikuti Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam
( HMI ) di Cabang Bangkalan
Saya juga ingin menyampaikan terimakasih kepada Kedua orang tua saya dan
keluarga saya yang lain karena telah merawat saya dari kecil hingga sekarang
serta bisa menyekolahkan saya dari TK sampai perguruan tinggi sehingga saya
bisa belajar di perguruan tinggi serta berproses dalam wadah organisasi HMI
Himpunan Mahasiswa Islam Dari LK I hingga LK II yang akan saya ikuti
sekarang di Cabang Bangkalan.
Semoga orang - orang yang saya kenal selalu berada dilindungan-Nya
serta dipanjangkan umurnya, serta dilimpah luaskan juga rezekinya oleh allah
SWT.
Mungkin makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca.
Akhir kata saya berharap, semoga makalah ini bisa menjadi motivasi
pembangkit semangat kader kader HMI dalam berproses

Billahit taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bangkalan 28 Februari 2023

Feri Handika
ii

DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................
i
Kata Pengantar ........................................................................................................
ii
Daftar Isi.................................................................................................................
iii
BAB I PEMBUKAAN A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
A. Kepemimpinan dan Manajemen..................................................................3
B. Konsep Kepemimpinan Hmi........................................................................8
C. Problematika HMI Hari Ini........................................................................10
D. Peran Pemimpin Dalam Manajemen Organisasi Modern Hmi Untuk
Menjawab Tantangan Zaman.........................................................................11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sempurna ciptaan Tuhan yang Maha


Kuasa, sebab manusia dibekali anugrah akal dan fitrah, manusia juga
merupakan makhluk sosial (Homo Socius) yang mana selalu hidup
berdampingan dalam masyarakat, manusia tidak bisa hidup individual
melainkan membutuhn orang lain. Ketergantungan manusia dengan
sesamanya tak pernah berhenti sejak ia lahir hingga meninggal dunia
(Syahrani,1999).

Manusia sering diistilahkan jugaa dengan sebutan Homo Faber


yaknisebagai makhluk yang menciptakan alat alat dengan sebuah
pengetahuan, kemudian pengetahuan berkembang dengan sebuah alat
(Suriasumantri, 2013) agar dapat melakukan kegiatan ilmiah denganbaik
diperlukan media berfikir. Tersedianya media tersebut menjadi mungkin
dilakukannya penelaahan ilmiah dengan cermat.

Manusia juga memiliki kecenderungan untuk memimimpin, karena


ia diciptakan untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi seperti yang
dijelaskan oleh Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30. Pada sepanjang
hidupnya, manusia selalu mempunyai kecendrungan sebagai seorang
pemimpin. Agar mendapatkan posisi tersebut, maka dibutuhkan sebuah
pengetahuan serta penerapan usaha dalam mencapainya, sebab pada
hakikatnya, kekuasaan tidak dapat datang dengan sendirinya, akan tetapi
perlu suatu usaha didalamnya.

Secara bahasa kepemimpinan diartikan sebagai sifat ataupun


kemampuan dan Pemimpin ialah orang yang mempunyai keahlian dalam
mempengaruhi para anggotanya untuk bekerja sama agar mencapai sebuah
tujuan yang telah disepakati atau ditetapkan (Daryanto, 2013). Maka
demikian jelas bahwa seorang pemimpin harus Mempunyai
kelebihan secara wawasan dan intelektual dibanding dengan para anggotanya.

1
B. Rumusan Masalah
1) Apa saja perbedaan dan korelasi antara kepemimpinan dan manajemen
2) Bagaimana karakter kepemimpinan dalam HMI?
3) Seperti apa kondisi kepemimpinan HMI masa ini dan tantangannya
dalam modernisasi
C. Tujuan Makalah
1) Mengetahui konsep kepemimpinan dan manajemen organisasi dalam
ideology HMI
2) Memahami tantangan HMI dalam era modernisasi organisasi.
3) Menemukan rumus kepemimpinan ideal HMI modern.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN


1. Pengertian Kepemimpinan
Secara Bahasa kepemimpinan diartikan sebagai sifat ataupun
kemampuan dan Pemimpin ialah orang yang mempunyai keahlian dalam
mempengaruhi para anggotanya untuk bekerjasama agar mencapai sebuah
tujuan yang telah disepakati atau ditetapkan (Daryanto, 2013)
Kepemimpinan serta pemimpin memiliki sifat yang universal dan bisa
merupakan gejala pada kelompok ataupun sosial. Disebut memiliki sifat
universal dikarenakan selalu dibutuhkan pada segala kegiatan ataupun
usaha bersama. Dapat diartikan bahwa segala kegiatan yang memerlukan
usaha bersama akan selalu membutuhkan pemimpin dan kepemimpinan, di
dalam suatu usaha yang melibatkan dua orang ataulebih yang mana
kegiatan atau usaha tersebut bisa bersifat sederhana ataupun besar
sekalipun. Hal tersebutlah yang dikatakan sebuah gejala kelompok atau
gejala sosial sebab pemimpin dan kepemimpinan hanya akan hadir ketika
sekelompok orang melakukan usaha bersama atau bisa dikatakan ada
sebuah kehidupan sosial.(Pamudji, 2004)
Dalam Islam dijelaskan bahwasanya tugas utama manusia di muka
bumi adalah menjadi khalifah atau pemimpin:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,


sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi. Mereka berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah/2: 30)

Maka dari hal tersebut jelas sudah, urgensi


pemimpin dan kepemimpinan dalam kehidupan sosial dan

3
kehidupan beragama, memimpin tidak sekedar tugas sosial melainkan
juga merupakan tugas individu setiap manusia.

2. Pengertian managemen

Menurut Usman1 kata “manajemen” berasal dari bahasa latin


“manus” yang berarti “tangan” dan “agere” yang berarti “melakukan”.
Dari dua kata tersebut dengan arti masing-masing yang terkandung di
dalamnya merupakan arti secara etimologi. Selanjutnya kata “manus”
dan “agere” digabung menjadi satu kesatuan kata kerja “managere” yang
mengandung arti “menangani”. Pengertian ini dalam ilmu
ketatabahasaan disebut sebagai pengertian secara terminologi.
“Managere” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata
kerja menjadi “to manage” dengan kata benda “management”. Julukan
bagi orang yang melakukan kegiatan managenent disebut manager atau
manajer (dalam bahasa Indonesia). sedangkan dalam bahasa Prancis
disebut “ménagement” yang berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Kata “management” dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
manajemen, yang mengandung arti “pengelolaan”.

3. Korelasi Kepemimpinan daan Manajemen

Pengertian manajemen yang dikemukakan para ahli dapat ditemukan


dalam banyak literatur dan merujuk pada persepsi masing-masing.
Konsekuensinya adalah cenderung memunculkan pengertian yang
berbeda pula antara satu dengan yang lainnya. Berikut ini dipaparkan
beberapa pandangan mengenai pengertian manajemen, adalah2 :

a. Manajemen dipandang sebagai suatu proses mencapai tujuan


organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya melalui interaksi
sumber daya-sumber daya dan pembagian tugas dengan profesional.

1
Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
hal. 3.
2
Ismainar, Hetty. 2015. Manajemen Unit Kerja, Untuk: Perekam Medis dan Informatika
Kesehatan Ilmu Kesehatan Masyarakat Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish. h. 36.

4
b. Manajemen dipandang sebagai upaya-upaya yang dilakukan orang
untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi melalui proses optimasi
sumber daya manusia, material dan keuangan.

c. Manajemen dipandang sebagai bentuk koordinasi dan


pengintegrasian dari berbagai sumber daya (manusia dan cara) untuk
menyelesaikan tujuan-tujuan khusus dan tujuan-tujuan yang
berfariasi (umum).

d. Manajemen dipandang sebagai suatu bentuk kerja yang melingkupi


koordinasi sumber daya-sumber daya manusia-tanah, tenaga kerja,
dan modal untuk menyelesaikan target-target organisasi.

Dari beberapa pandangan yang dikemukakan di atas tersebut,


pada intinya merujuk pada suatu kesimpulan pokok, yaitu adanya
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, baik
tujuan yang bersifat khusus maupun tujuan yang bersifat umum.
Pencapaian tujuan organisasi dilakukan dengan cara interaksi,
koordinasi, pengintegrasian, dan pembagian tugas secara profesional dan
proporsional untuk mengelola sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia (tenaga kerja), material (tanah), keuangan (modal), maupun
cara yang digunakan. Dalam konteks ini, profesional dimaknai sebagai
bentuk pembagian tugas sesuai dengan keahlian dan keterampilan
sumber daya-sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut.
Sedangkan proporsional dimaknai sebagai pembagian tugas yang
seimbang antara kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya
manusianya dengan beban kerja yang harus ditunaikan. Sehingga
dengan upaya ini, setiap sumber daya manusia yang terlibat dalam
pencapaian tujuan organisasi tersebut tidak kelebihan beban yang akan
berakibat pada lambannya pencapaian tujuan dimaksud bahkan terjadi
kegagalan.3

4. Perbandingan Kepemimpinan dan managemen

3
Abd. Rohman. 2017. Dasar-dasar Manajemen. Malang: Intelegensia Media. hal 7-8

5
Cakupan kepemimpinan memiliki arti yang lebih luas, meskipun
ada yang berpendapat sebaliknya. Keduanya tidak dapat di
konfrontasikan: pemimpin perlu paham apa itu manajemen agar dapat
mengaplikasiknnya kepada organisasi yang sederhana hingga kompleks,
manajer butuh kepemimpinan bagaimana menggerakkan anak buah
kedalam efektifitas kinerja mereka.4

Nixon (1982) mengutarakan dalam bukunya Leaders, menurutnya,


kepemimpinan lebih dari sekedar urusan teknis.

Tabel 1.1

Perbeadaan Pemimpin dan Manajer

PEMIMPIN MANAJER

Menjalin hubungan berdasar inspirasi Menjalin hubungan berdasar otoritas


dan pengaruh

Memberikan arahan untuk bersikap dan Menghasilkan sesuatu


bertindak

Melibatkan visi dan nilai Menyelesaikan dan hal-hal yang lebih


rutin

People who do the right things People who the things right

Berinovasi Melaksanakan

Mengembangkan Memelihara

Menginspirasi Mengendalikan

Berpandangan jangka panjang Berpandangan jangka pendek

Bertanya apa dan mengapa Bertanya bagaimana dan kapan

Orisinal Meniru

Menen Menyetujui status quo

4
Alfian, M. Alfan. 2018. Wawasan Kepemimpinan Politik. Bekasi. Penjuru Ilmu. Hal 86-89

6
tang status quo

Efektifitas Efisiensi

Pengambilan risiko Perencanaan

Dinamis Kertas kerja

Kreatifitas Peraturan

Perubahan Regulasi

Inspirasi Pengendalian

Visi Konsistensi

Tabel 2

Perbandingan manajemen dan kepemimpinan

Manajemen Pemimpin
Arah
Perencanaan, Menciptakan visi dan
penganggaran, berfokus strategi berfokus pada
pada bottom line horizon

Kewajiban Menciptakan budaya


Pengorganisasian, dan nilai bersama,
penyusunan staff, menolong orang lain
berkembang,
pengarahan, mengurangi jarak
pengawasan,
menciptakan
batasan/jarak

7
Hubungan Berfokus pada
obyekproduk barang dan Berfokus pada orang,
jasa berdasarkan menginspirasi dan
memotivasi yang
kekuasaan jabatan.
dipimpin. Berdasar
Berposisi kekuatan personal,
sebagai bos berlaku seperti pelatih,
fasilitator, akselerator,

dan pelayan

Kualitas Jarak emosional,


personal berbicara, pikiran Hubungan emosional
cerdas, (hati) pikiran terbuka, ,
kepatuhan, mendengarkan,
memberikan kebebasan
pemahaman ke dalam dan keberanian,
organisasi pemahaman kedalam
diri

Orientasi Mempertahankan
stabilitas Menciptakan perubahan
yang terkadang radikal
dan menentang status
quo

B. KONSEP KEPEMIMPINAN HMI

Sepanjang sejarah perjalanan organisasi, HMI telah melewati berbagai


fase. Mulai dari fase kelahiran hingga tantangannya hari ini.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi ekstra


kampus yang tertua saat ini. Kehadiran HMI di masa lalu sudah sangat
familiar dalam sejarah sebagai sebuah kekuatan civil society yang berasal dari
mahasiswa dan cukup diperhitungkan dalam proses perjalanan sejarah
berbangsa dan bernegara. Pada awalnya, HMI didirikan sebagai buah dari
kegelisahan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia para mahasiswa sehingga mereka bisa memiliki kemampuan yang

8
lebih dibanding dengan mahasiswa lainnya dalam bidang tatacara
berorganisasi atau cara berpikir dan menyampaikan pikiran. Dengan kata lain
bahwa objek utama dari HMI adalah anggotanya itu sendiri atau yang lebih
familiar disebut sebagai kader HMI. Dengan harapan supaya kadernya tersebut
bisa menularkan kebermanfaatan bagi masyarakat yang lebih luas dengan cara
yang luwes dan bijaksana.

Secara empiris vitalitas himpunan berada pada konsep perjuangan


pembebasan. Itulah mengapa proses pendirian HMI tidak lepas dari
progresifitas teologis yang utuh dari seorang Lafran Pane: menjadikan Islam
sebagai kerangka berpikir, bersikap dan berperilaku dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat Indonesia yang berada dalam penindasan. Maka
mengacu ide-ide lahirnya HMI, akan tampak keinginan Lafran Pane untuk
melawan tatanan politik, agama, ekonomi, budaya, dan pendidikan yang
menyengsarakan kehidupan umat manusia. Kehadiran HMI di Indonesia
adalah wujud keberanian untuk membebaskan diri dari dua tirani yang
berdempet.5 Seperti ditulis oleh Ahmad Wahib dalam catatan hariannya:

…pertama, tirani kesombongan: sok Islam tulen, sok ikhlas, sok


modern, sok intelek, sok moralis, sok suci, sok nuchter, dan lain
sebagainya; kedua, tirani ketakutan: konservatif, atheis, kolot, kafir,
disorientasi, lemah ideologi, imannya diragukan, sekularis,
kebaratbaratan, dan lainnya.6

Gerakan harus HMI berlaga dengan tidak mudah terdikte, terkooptasi


atau diintervensi oleh siapapun. Mungkin hanya dengan cara inilah HMI akan
mampu memfokuskan diri berjuangan melawan penindasan dalam segala
macam pembawaannya. Sekarang, ada baiknya kader HMI memagut kembali
tugas kekhalifahan yang membesakan itu. Pelaksanaannya persis yang
lukiskan Ali Syari’ati begitu indah dan kaya akan gairah perlawanan:

5
Anonim, 2021. Dikader di Organisasi yang Sakit. Independent Movement
6
Djohan Effendi dan Ismed Natsir (Penyunting), 2016. Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan
Harian Ahmad Wahib, Jakarta: LP3ES, Hlm. 33.

9
“Hidup dan bergerak di tengah-tengah alam, sang manusia ideal lebih
memahami Allah. Dia mencari dan memperjuangkan umat manusia
dan dengan demikian ia menemukan Allah. Dia tidak meninggalkan
alam dan tidak mengabaikan umat manusia. Di tangannya tergenggam
pedang Caesar sedang dalam dadanya bermukim hati sang Yesus. Dia
berpikir dengan otak Socrates dan mencintai Allah dengan sanubari
alHallaj. Sebagaimana yang didambakan Alexis Carrel, dia adalah
manusia yang paham akan keindahan ilmu dan keindahan Tuhan. Dia
memperhatikan kata-kata Pascal dan kata-kata Descartes. Bagaikan
sang Budha, dia bebas merdeka dari belenggu nafsu dan egoisme.
Bagaikan Abu Dzarr, ditebarkannya benih revolusi bagi mereka yang
lapar. Bagaikan Yesus, dia membawa pesan cinta kasih dan
perdamaian. Dan bagaikan Musa, dia adalah pesuruh jihad dan
pembebasan”7

Berdasarkan hal itu maka organisasi HMI dituntut untuk terus


senantiasa dinamis dengan ke-independenan dalam perjalannya sehingga bisa
memenuhi kebutuhan kader yang sesuai dengan tuntutan zaman dengan selalu
memelihara inti dari nilai-nilai HMI, yaitu terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.8 HMI harus
selalu mengalami perluasan makna dari periode ke periode sesuai dengan
tuntutan zaman yang dilewatinya dan harus mampu melepaskan diri dari
belenggu romantisme masa lalu. HMI sekarang harus mampu dan mau untuk
berbicara masa kini dan masa depan serta mengusahakan
kemungkinankemungkinan terbaik untuk menghadapi periode-periode
tersebut.9

7
Dr. Ali Syari’ati, 2001, Paradigma Kaum Tertindas, Jakarta: Islamic Center Jakarta Al-Huda,
Hlm. 108-109.
8
AD HMI Pasal IV tentang Tujuan HMI
9
Gilang Syachbudy, Qiqi. 2017. HMI Dalam Secangkir Kopi. Jakarta Timur: Cakrawala Budaya.
Hal 19-20

10
C. PROBLEMATIKA HMI HARI INI

HMI saat ini mengalami banyak masalah utamanya berkaitan dengan


masalah kepemimpinan, disintegrasi dan problem adjustifikasi diri dengan
zaman.

Sejatinya, HMI merupakan sebuah wadah yang dapat dikatakan


complete. HMI dengan segala manuvernya cukup mampu untuk menghadapi
tantangan zaman. Akan tetapi, kurangnya pemaksimalan dalam dunia
perkaderan, mengakibatkan HMI semakin lapuk termakan oleh keadaan. Peran
dan fungsinya yang semakin melemah, sehingga menimbulkan permasalahan
di dalam tubuh HMI sendiri. Jangankan menjadi “Harapan Masyarakat

Indonesia”10 seperti yang dikatakan oleh Jendral Sudirman, menjadi harapan


kadernya sendiri HMI masih sangat kewalahan. Hal ini timbul karena orientasi
HMI semakin melenceng dari khittahnya sebagai organisasi mahasiswa yang
berbasis Keislaman, Keindonesiaan dan Kemahasiswaan.

Agussalim Sitompul (2008:27) menyebutkan alah satu faktor utama


kemunduran yang dialami oleh HMI ialah Pola perkaderan Hmi yang
dirancang pertengahan abad ke-20 sudah ketinggalan dan tidak sesuai lagi
untuk memenuhi tuntutan zaman abad ke-21. Hal fundamental lain yang juga
dapat menghambat laju perjalanan HMI adalah: HMI banyak terlibat dalam
kegiatan politik, sehingga banyak menyedot perhatian, tenaga, pikiran, bahkan
dana; HMI sebagai mata rantai gerakan pembaharuan di Indonesia, akhir-akhir
ini tidak menampakkan lagi pemikiran-pemikirannya yang cemerlang untuk
melakukan pembaharuan dalam berbagai pemikiran; Ketika pemilihan Ketua
Umum PB HMI berlangsung di Kongres HMI, nampak gejala terjadi main duit
atau money politic yang sangat merusak moral dan akhlak kepemimpinan serta
citra HMI di mata anggota dan masyarakat luas.

Ditambah lagi pada akhir 2020 ketika dunia sedang mengalami


guncangan di segala bidang, sehingga menuntut perubahan yang radikal demi
bertahan menghadapi situasi pandemi Covid-19, kitamenyebutnya sebagai era

10
Pidato Jend. Soedirman pada peringatan hari ulang tahun HMI pertama, 1948. Jogjakarta.

11
“Disrupsi”. Tak luput pula HMI sebagai sebuah wujud wadaah mobilitas
sosial dituntut untuk menyesuaikan diri, mulai dari system perkaderan yang
terhambat baik di kampus-kampus hingga kegiatan pelatihan formal yang
terbatas, menambah rentetan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar
dapat bertahan sebagai organisasi mahasiswa terbesar yang dapat memberi
dampak besar pula terhadap perjalanan kemajuan bangsa dan agama.

D. PERAN PEMIMPIN DALAM MANAJEMEN ORGANISASI MODERN


HMI UNTUK MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

Pemimpin adalah pengaruh, dari semua definisi yang dapat


menjelaskan tentang kepemimpinan, ada satu kata yang dapat menjembatani
antara “pemimpin” dan “kepemimpinan” yaitu “pengaruh”. Pemimpin adalah
pegaruh, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain.11

Idealnya seorang pemimpin harus mempunyai beberapa kriteria di


antaranya memiliki integritas, kapabilitas, kapasitas, daya saing tinggi,
mempunyai/menguasai kepemimpinan manajemen organisasi dan dapat
memberikan rasa aman terhadap apa yang dipimpinnya seperti pengurus dan
anggota di bawahnya. Sehingga dalam menjalankan roda organisasi tidak
terjadi kepincangan yang mengakibatkan kurang maksimalnya organisasi.
Akan tetapi jika kita amati saat ini banyak seorang pemimpin tidak
mempunyai karakter pemimpin ideal, lebih-lebih di era modernisasi yang
menuntut inovasi tak berkesudahan yang dilandasi kerasnya persaingan.

Akan tetapi, bagaimana kita dapat membentuk karakter pemimpin


seperti yang diinginkan? Maka, di sinilah peran HMI sebagai organisasi
perkaderan. Sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di
Indonesai yang telah memiliki bekal dalam hal perkaderan. Tentunya HMI
telah banyak memakan asam garamnya hidup. Berbagai dinamika telah dilalui,
hanya untuk meneguhkan eksistensinya di bumi pertiwi. Maka HMI akan
lebih mampu dalam menciptakan para pemimpin yang ideal, sehingga mampu

11
Muniruddin, Said. 2014. Bintang Arsy.Banda Aceh: Syiah Kuala Press, Hal. 339

12
menjawab tantangan zaman dan krisis kepemimpinan dengan berlandaskan
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan.

Dari berbagai problem yang disebutkan di belakang, maka penulis


menyimpulkan sebuah solusi untuk memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi HMI hari ini, yaitu “Modernisasi Organisasi”.

Bagaimana modernisasi organisasi tersebut dapat terwujud, kita harus


memahami lebih mendalam lagi apa iu modernisasi, dan bagaimana konsep
tersebut dapat diterapkan dalam HMI hari ini.

Teori modernisasi berasumsi bahwa12 (1) Perubahan adalah unilinear,


karena itu pemimpin yang kurang maju harus mengikuti jalan yang sudah
ditempuh oleh pemimpin yang lebih maju, mengikuti langkah yang sama, atau
berdiri ditangga lebih rendah di eskalator yang sama. (2) Arah perubahan tak
dapat di ubah tanpa terelakkan akan bergerak ke arah modernitas sebagai
tujuan akhir proses perkembangan yang sama dengan pemimpin barat yang
industrialis, kapitalis dan demokratis (3) Perubahan terjadi secara bertahap,
meningkat, damai dan tanpa gangguan (4) Proses perubahan melalui tahapan
berurutan dan tak dapat satu tahappun dapat dilompati. (5) Memusatkan
perhatian pada faktor penyebab dari dalam dan menggambarkan kekuatan
yang menggerakkan perubahan dilihat dari sudut diferensiasi strukturan dan
fungsional (6) Mengajarkan progresivisme keyakinan bahwa proses
modernisasi menciptakan perbaikan kehidupan sosial universal dan
meningkatkan taraf hidup. Cyril Black yang mendasarkan pandangannya
sebagai seorang ahli sejarah menyarankan dalam karangannya bahwa
pemimpin modern di tandai oleh bertumbuhnya ilmu pengetahuan baru, dan
bahwa ini menganggap adanya manusia yang memiliki kemampuan yang
semakin meningkat dalam memahami rahasia – rahasia alam, dan dapat
menerapkan pengetahuan ini dalam berbagai kegiatan organisasi. Pemimpin
modern sesungguhnya merupakan hasil korelasi antara tingginya nilai
peradaban manusia sebagai anggota masyarakat dengan majunya rasionalitas
dalam mengkaji hasil kebudayaan, dengan demikian memungkinkan

12
Piotr Sztompka, 2004. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Media. Hal. 153.

13
terciptanya kehidupan organisasi yang mantap, sejahtera, adil, makmur, dan
merata. (Stomptzka, 2004:153)

Menurut Nurcholish Madjid, pengertian modernisasi hampir identik


dengan pengertian rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan
tata kerja lama yang tidak rasional dan menggantinya dengan pola berpikir dan
tata kerja baru yang rasional.13 Berangkat dari berbagai uraian problem utama
dalam tubuh HMI maka dapat disimpulkan solusi yang diperlukan oleh
pemimpin HMI dalam menghadapi problem modernisasi organisasi ialah
sebagai berikut:

a. Menyesuaikan diri dengan berkembangnya teknologi agar dapat


keberadaanya dijangkau oleh generasi muda yang saat ini sangat

bergantung kepada internet dengan menerapkan integrasi data dan


system informasi yang baku agar koordinasi antar lembaga HMI.
b. Merumuskan format pelatihan dengan bentuk baru dan fleksibel
utamanya ditengah kondisi pandemi agar tidak terhambat oleh
aturan-aturan yang membatasi mobilitas sosial organisasi.
c. Ikhtiar meniadakan praktik politik praktis yang dapat
menghilangkan idealisitas kader-kadernya.
d. Mempelopori usaha mengembalikan tradisi akademis HMI dengan
memperbanyak kegiatan eksternal untuk mewadahi minat dan
bakat mahasiswa dalam bidang akademik.
e. Mempertegas kembali Independensi Etis dan Organisatoris HMI
dengan mengurangi hubungan dengan kekuasaan dan oligarki agar
tidak menghambat gerakan-gerakan yang bersifat
progresifrefolusioner

Pemerintah atau pemimpin selalu berurusan dengan masyarakat yang


terdiri dari kelompok-kelompok. Proses politik juga melibatkan
berbagai kelompok dan faksi. Yang terpilih sebagai pemimpin harus
mampu berdiri di atas semua kelompok, karena ini membutuhkan
karakter keadilan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
13
Madjid, Nurcholish. 1998. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina. Hal 366

14
“ Hai orang-orang yang beriman, jadilah saksi keadilan. Jangan
biarkan kemarahan Anda terhadap satu orang mendorong Anda
untuk bertindak tidak adil. Adillah, karena keadilan lebih dekat
dengan takwa. ”
Dalam bahasa politik Islam, arti negara/pemerintahan atau negara
adalah tugasnya untuk memastikan terpenuhinya syariat Allah di
muka bumi ini.
Al-Mawardi, seorang ahli politik Islam, berpendapat bahwa peran
negara adalah untuk menjaga agama dan mengatur urusan dunia.
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa tujuan negara adalah untuk
mencari keuntungan dari agama dan dunia, yang mengarah pada di
sini.
Adam Smith juga berpendapat bahwa tugas pertama dan
terpenting dari setiap pemerintahan sipil adalah untuk memastikan
keadilan di antara anggota masyarakat dan untuk mencegah semua
penghinaan yang disebabkan oleh orang lain dalam masyarakat
itu.anggota masyarakat.Menurut Smith, pemerintah dapat gunakan
semua kekuatan masyarakat untuk memenuhi tugas ini, untuk
mencegah rakyatnya saling merugikan atau mengganggu
kebahagiaan satu sama lain.14
Dari penjelasan di atas sudah jelas bahwasaanya HMI harus ikut
andil dalam dunia politik, berkolaborasi dengan instansi-instansi
pemerintahan dalam upaya merealisasikan tujuan HMI yakni “
Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
Islam, setta bertanggung jawab atas terwujud rakyat adil makmur
yang di ridhoi Allah SWT “

14
Drs. Azhari Akmal Tarigan, M. Ag. Islam Mazhab HMI. Jakarta : Kultura. Hal. 146-147

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Salah satu bentuk nyata dari perubahan sosial HMI adalah modernisasi
yaitu perubahan sosial dan budaya organisasi yang terarah yang didasarkan
pada suatu perencanaan. Modernisasi organisasi merupakan suatu persoalan
yang harus dihadapi pemimpin HMI, karena proses tersebut mecakup bidang -
bidang yang sangat luas yang menyangkut proses disorganisasi, masalah -
masalah sosial, konflik antar internal, hambatan hambatan terhadap
perubahan, dan lain sebagainya. Dan terlepas dari itu semua, HMI juga harus
berperan dan ikut andil dalam dunia politik sebagai bentuk partisipasi dan
implementasi dalam semangat Keummatan dan Kebangsaan

B. SARAN

Pemimpin HMI harus merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari


keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang kearah yang lebih baik
dengan harapan akan tercapai kehidupan organisasi yang lebih maju,
berkembang.. Tidak sekedar menyangkut aspek yang materil saja melainkan
juga aspek immaterial seperti pola pikir, tingkah laku, budaya organisasi dan
lain sebagainya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara. hal. 3.
Ismainar, Hetty. 2015. Manajemen Unit Kerja, Untuk: Perekam Medis dan
Informatika Kesehatan Ilmu Kesehatan Masyarakat Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish. h. 36.
Abd. Rohman. 2017. Dasar-dasar Manajemen. Malang: Intelegensia Media. hal
78
Alfian, M. Alfan. 2018. Wawasan Kepemimpinan Politik. Bekasi. Penjuru Ilmu.
Hal 86-89
Anonim, 2021. Dikader di Organisasi yang Sakit. Independent Movement Djohan
Effendi dan Ismed Natsir (Penyunting), 2016. Pergolakan Pemikiran Islam:
Catatan Harian Ahmad Wahib, Jakarta: LP3ES, Hlm. 33.
Dr. Ali Syari’ati, 2001, Paradigma Kaum Tertindas, Jakarta: Islamic Center
Jakarta Al-Huda, Hlm. 108-109.
Gilang Syachbudy, Qiqi. 2017. HMI Dalam Secangkir Kopi. Jakarta Timur:
Cakrawala Budaya. Hal 19-20
Muniruddin, Said. 2014. Bintang Arsy.Banda Aceh: Syiah Kuala Press, Hal. 339
Piotr Sztompka, 2004. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Media. Hal.
153.
Madjid, Nurcholish. 1998. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.
Hal 366
Tarigan, Akmal, Azhari. Islam Mazhab HMI. Jakarta : Kultura. Hal. 146-147
Arsip Organisasi
Konstitusi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) pada hasil kongres HMI XXX
Ambon. 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai