Anda di halaman 1dari 15

Materi : Mission

Jenjang : Latihan Kader I


Alokasi Waktu : 3 jam
Metode : Ice Breaking, ceramah, diskusi, Tanya jawab, FGD,
dan Games.
Bahan : Buku/sumber lain yang relevan, Spidol, papan tulis
Evaluasi : Test partisipatif, Test Objektif/Subjektif, dan
Membuat skema Mission HMI.

Tujuan Umum :
Peserta dapat memahami missi HMI dan hubungannya dengan
status, sifat, asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara integral.

Tujuan Khusus :
1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan perannya sebagai mahasiswa.
2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI.
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran HMI.
4. Peserta dapat menjelaskan hubungan status, sifat, asas, tujuan, fungsi
dan peran organisasi HMI secara integral.

Proses 1. Intruktur membuka materi dengan mengucapkan salam.


2. Sebelum materi ini dimulai, sapa terlebih dahulu peserta
training, tanyakan kabar dan kondisi hari ini, serta kesiapan
peserta untuk mengikuti proses training hari ini dan
selanjutnya.
3. Agar peserta training lebih segar dan siap mengikuti materi,
buat sebuah ice breaker yang dapat menyegarkan kondisi
peserta. Ice breaker yang dapat digunakan yakni:

 Bisik-bisikan hingga peserta terakhir.


 Intruktur memberikan penjelasan kepada peserta
bahwa apa yang kita sampaikan belum tentu bisa
benar hingga akhir, begitu juga rasul berdakwah
dengan melihat realita saat ini ada yang ditambahi
bahkan dikurangi. Begitu juga dengan kita yang saat
ini akan menjadi missionaris mesti berhati-hati
dalam menyampaikan sesuatu sebelum jelas
kebenarannya.

4. Setelah kelihatan segar dan mulai semangat, tanya ke


peserta aktivitas apa yang akan dilakukan saat ini di forum.
Untuk ini arahkan agar peserta mengutarakan keinginannya
masing-masing. Setelah peserta mengutarakan 2-3 kegiatan
yang berbeda maka eksplorasi dan arahkan agar peserta
menyepakati penyampaian materi sebagai aktivitas
selanjutnya.
5. Setelah rata-rata menyepakati untuk penyampaian materi,
maka tanyakan ke audiens materi apa yang akan dibahas,
sekaligus mencari tahu kesiapan peserta mengenai materi
dan relevansinya terhadap aktivitas training, dengan
pertanyaan ”kenapa harus materi ini?” dan arahkan agar
peserta menyepakati untuk masuk ke Mission HMI.
6. Setelah dieksplorasi dan disepakati bersama bahwa materi
yang akan disampaikan adalah Mission HMI
7. Sebelum masuk kepada materi Mission HMI, pastikan
peserta sudah memiliki bekal. Tentang Sejarah HMI, dan
Konstitusi.
8. Untuk memulai penyampaian materi eksplor kembali ke
peserta apa itu Mahasiswa, Pergerakan, Misi, Mission,
Misionaris, dan mafaat mempelajari Mission HMI.
9. Setelah peserta terpancing untuk berfikir maka perhatian
peserta akan tertuju kepada Mission, setelah itu mulailah
instruktur menyajikan materi Mission HMI hingga peserta
benar-benar betapa pentingnya Mission HMI.
Instruktur juga harus peka terhadap suasana forum, jika mulai tidak kondusif maka sajikan games
Pada akhir materi ajak peserta untuk membuat skema tentang Mission HMI dan simulasi sikap kad

Pokok Pembahasan :
I. Makna HMI sebagai Organisasi Mahasiswa.
A. Pengertian Mahasiswa.
Mahasiswa adalah seseorang yang belajar/ menuntut ilmu di
perguruan tinggi tertentu dan masih terdaftar di perguruan tinggi
tersebut. Dengan demikian mahasiswa merupakan kaum intelektual
yang memiliki tanggungjawab sosial yang khas sebagai mana yang
telah dirumuskan oleh Edward Shill. menurutnya kaum intelektual
memiliki lima fungsi yakni mencipta dan menyebar kebudayaan
tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa,
membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan
sosial dan memainkan peran politik. Sedangkan menurut Arbi Sanit
mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir.
Berdasar beberapa pendapat di atas tentunya kita selaku
mahasiswa harus menyadari fungsi dan perannya di masyarakat,
sehingga bisa menempatkan diri secara proporsional sesuai dengan
potensi, kapabilitasnya serta kualitas kemahasiswaan.

B. Mahasiswa sebagai Inti Kekuatan Perubahan.


Mahasiswa sebagai kelompok yang memiliki power dan
idealisme yang tinggi dari masa ke masa senantiasa ada sesuatu hal
yang tetap melekat dalam dirinya yakni keberanian dalam
menyuarakan idealisme dan keberpihakan terhadap keadilan dan
kebenaran serta kaum tertindas seperti buruh tani, buruh pabrik,
rakyat miskin, dan yang lainnya.
Sekian potensi yang dimilikinya menjadikan mahasiswa selalu
dinanti segala tindakannya yang secara tulus membela kaum lemah
dan terlemahkan, tindakan mahasiswa yang konsisten dari masa ke
masa tersebut menjadikannya memiliki tempat tersendiri dalam
elemen masyarakat.
Inti kekuatan perubahan mahasiswa terletak pada gerakan
nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan istilah lain
sebagai gerakan sosial dimaksudkan sebagai upaya kolektif untuk
memajukan atau melawan perubahan dalam sebuah masyarakat atau
kelompok atau berbagai ragam usaha kolektif untuk mengadakan
perubahan tertentu pada lembaga-lembaga sosial atau menciptakan
orde baru. Bahkan Eric Hoffer menilai bahwa gerakan sosial
bertujuan untuk mengadakan perubahan.
Ciri khas gerakan mahasiswa adalah mengaktualisasikan nilai-nilai
ideal mereka karena ketidakpuasan terhadap lingkungan sekitarnya.
Gerakan moral ini sebenarnya sikap moral mahasiswa yang lahir dari
karakteristiknya mereka sendiri, di mana mahasiswa lebih
menekankan peranannya sebagai kekuatan moral bukan kekuatan
politik. Kemurnian sikap dan tingkah laku ,mahasiswa menyebabkan
mereka dikategorikan sebagai kekuatan moral, yang dengan
sendirinya memerankan politik moral.
Namun seperti halnya gerakan sosial umumnya senantiasa
melibatkan pengorganisasian. Melalui organisasi inilah gerakan
mahasiswa melakukan pula aksi massa, demonstrasi dan sejumlah
aksi lainnya untuk mendorong kepentingannya. Dengan kata lain
gerakan massa turun ke jalan atau aksi pendudukan gedung-gedung
publik merupakan salah satu jalan untuk mendorong tuntutan
mereka. Dalam mewujudkan fungsi sebagai kaum intelektual itu
mahasiswa memainkan peran sosial mulai dari pemikir, pemimpin
dan pelaksana. Sebagai pemikir mahasiswa mencoba menyusun dan
menawarkan gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat.
Peran kepemimpinan dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong
dan menggerakan masyarakat. Sedangkan keterlibatan mereka dalam
aksi sosial, budaya dan politik di sepanjang sejarah merupakan
perwujudan dari peran pelaksanaan tersebut. Upaya mahasiswa
membangun organiasai sebagai alat bagi pelaksanaan fungsi
intelektual dan peran tidak lepas dari kekhawasannya. Motif
mahasiswa membangun organisasi adalah untuk membangun dan
memperlihatkan identitas mereka didalam merealisasikan peran-
peran dalam masyarakatnya. Bahkan mereka membangun organisasi
karena yakin akan kemampuan lembaga masyarakat tersebut sebagai
alat perjuangan. Bentuk-bentuk gerakan mahasiswa mulai dari
aktivias intelektual yang kritis melalui seminar, diskusi dan
penelitian merupakan bentuk aktualisasi .Selain kegiatan ilmiah,
gerakan mahasiswa juga menyuarakan sikap moralnya dalam bentuk
petisi, pernyataan dan suara protes. Bentuk-bentuk konservatif ini
kemudian berkembang menjadi radikalisme yang dimulai dari aksi
demonstrasi di dalam kampus. Secara perlahan karena
perkembangan di lapangan dan keberanian mahasiswa maka aksi
protes dilanjutkan dengan turun ke jalan-jalan.
C. Dinamika Gerakan Mahasiswa.
Mahasiswa sebagai kelompok elit menjadi pelopor bagi
adanya sebuah gerakan baik skala lokal maupun nasional. Hal ini
bisa dilihat dalam sejarah gerakan mahasiswa sejak masa penjajahan
hingga masa kemerdekaan saat ini. Status kelompok elit disandang
mahasiswa dikarenakan dia secara akademis dan intelektual berada
pada posisi di atas kebanyakan masyarakat. Status tersebut telah
melekat sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini. Bahkan
secara internasional mahasiswa juga masuk kelompok elit.
Sejenak kita menengok kebelakang, tahun 1908 tepat tanggal
20 Mei lahir Budi Utomo dikenal dengan sebutan BU. Didirikan
oleh pemuda-pelajar-mahasiswa STOVIA. Berdirinya BU ini
menjadi inspirasi bagi kelompok lain untuk ikut juga mendirikan
organisasi dalam rangka ikut memperhatikan kondisi bangsa yang
masih terjajah. Diantara bidang garapnya adalah memajukan
pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri,
serta kebudayaan. Pada tanggal itu pula diperingati sebagai hari
kebangkitan nasional.
Kehadiran Boedi Oetomo, dll pada masa itu merupakan suatu
episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan
pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor
terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908,
dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan
hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk
memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui
penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk
berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
Peristiwa lain yang dimana para pemuda dan mahasiswa
menjadi pelopor adalah sumpah pemuda tahun1928, peristiwa
Rengasdengklok ketika Sukarno dan Moh. Hatta diculik oleh
kelompok di bawah pimpinan Chaerul Shaleh dan Sukarni yang
mendesak keduanya untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan
Negara Indonesia, turunnya orde lama yang kemudian diganti orde
baru sering dikenal sebagai angkatan ’66 juga dipelopori oleh
mahasiswa, era tahun 1974 yang menolak kenaikan harga BBM
beberapa gerakannya antara lain:

 Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa


Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
 Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah
pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di
lokasi tersebut.

Dan yang paling kekinian adalah meletusnya gerakan


reformasi yang juga dipelopori oleh mahasiswa. Dari sini cukup
menjadi bukti bahwa mahasiswa menjadi garis terdepan dalam
merubah dan mengganti setiap sistem maupun kondisi sosial yang
ada di negeri ini.

II. Tujuan HMI.


Tujuan HMI tertera dalam Anggaran Dasar pasal 4 yang
berbunyi: Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.
Dari rumusan tersebut dapat dipahami ada satu fokus tujuan yang
ingin dicapai yakni terbentuknya kualitas insan cita. Kualitas insan cita
HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam
pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta
mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut
sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai
berikut :
A. Kualitas Insan Akademis.
1. Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,
obyektif, dan kritis.
2. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa
yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan
menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran
3. Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan
sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun
tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap,
teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip
perkembangan.
B. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta.
1. Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih
dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan
bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan
bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan
gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan
pembaharuan..
2. Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang
menyadari dengan sikap demikian potensi kreatifnya dapat
berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
3. Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
C. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi.
1. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak
atau untuk sesama umat.
2. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi
baik.
3. Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang bersungguh-
sungguh mewu-judkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan
ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
D. Kualitas Insan yang bernafaskan Islam : Insan Akademis, pencipta
dan pengabdi yang bernafaskan Islam.
1. Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan
pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai
universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan
menjiwai karyanya.
2. Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality”
dalam dirinya. Nafas Is-lam telah membentuk pribadinya yang
utuh tercegah dari split personality, tidak pernah ada dilema pada
dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim.
Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya
pembangunan nasio-nal bangsa kedalam suksesnya perjuangan
umat Islam Indonesia dan sebaliknya.
E. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
1. Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam
dan bertanggung-jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
2. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari
perbuatannya, sadar bahwa menempuh jalan yang benar
diperlukan adanya keberanian moral.
3. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
4. Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang
menggugah untuk mengam-bil peran aktif dalam suatu bidang
dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT..
5. Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
6. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future” insan
pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh,
bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa
yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu
perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang
dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah “man of
inovator” (duta-duta pembaharu). Penyuara “idea of progress”
insan yang berkepribadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan
jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mereka itu
manusia-manusia yang beriman, berilmu dan mampu beramal saleh
dalam kualitas yang maksimal (insan kamil).
Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus dipahami
dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas
insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas
pengabdi tersebut merupakan insan Islam yang terefleksi dalam
sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang ridhoi Allah SWT.

Tugas anggota HMI


Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan
kualitas dirinya pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut diatas.
Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajib-an untuk memberikan
pimpinan-pimpinan, bimbingan yang kondusif bagi perkembang-an
potensi kualitas pribadi anggota-anggota dengan memberikan
fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota
HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang
independen untuk itu :
1. Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur
dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran.
3. Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi
pendirian yang berbeda.
4. Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif.
5. Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan :
a. Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam
yang dimilikinya dengan penuh gairah.
b. Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.
c. Mengadakan tentir club untuk studi ilmu jurusannya dan
study club untuk masalah kesejahteraan dan kenegaraan.
d. Selalu hadir dalam forum ilmiah.
e. Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya
bidang kebudayaan.
f. Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam mengambil
peran dalam kegiatan HMI.
g. Mengadakan kalaqah-kalaqah perkaderan dimasjid-masjid
kampus.
Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal 4 AD
HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dari setiap Anggota
HMI. Insan cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya
seorang anggota HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan
Cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.
Insan Cita HMI pada suatu waktu akan merupakan
“Intelektual community” atau kelompok intelektual yang mampu
merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan
masyarakat yang sejahtera spritual adil dan makmur serta bahagia
(masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).
III. Fungsi dan peran HMI
A. Pengertian Fungsi HMI sebagai organisasi kader.
Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk
dimana HMI berspesialisasi. Dan spesialisasi tugas inilah yang
disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menunjukan dunia cita yang harus
diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau
kegiatan (aktivitas) dalam mewujudkan (final goal). Dalam
melaksanakan spesialisasi tugas tersebut, karena HMI sebagai
organisasi mahasiswa maka sifat serta watak mahasiswa harus
menjiwai dan dijiwai HMI. Mahasiswa sebagai kelompok elit dalam
masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul
tanggung jawab yang benar dalam melaksanakan fungsi generasinya
sebagai kaum muda terdidik yang harus sadar akan kebaikan dan
kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan.
Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu
mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai “kekuatan moral” atau
moral forces yang senantiasa melaksanakan fungsi “social control”.
Untuk itulah maka kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok
yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran
dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini
dan ke masa depan.
Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan
ini, maka dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh
sikap independen.
Mahasiswa, setelah sarjana adalah unsur yang paling sadar
dalam masyarakat. Jadi fungsi lain yang harus diperankan
mahasiswa adalah sifat kepeloporan dalam bentuk dan proses
perubahan masyarakat.
Karenanya kelompok mahasiswa berfungsi sebagai duta-duta
pembaharuan masyarakat atau “agent of social change”. Kelompok
mahasiswa dengan sikap dan watak tersebut di atas adalah
merupakan kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus
mempersiapkan diri untuk menerima estafet kepemimpinan bangsa
dan generasi sebelumnya pada saat yang akan datang. Oleh sebab itu
fungsi kaderisasi mahasiswa sebenarnya merupakan fungsi yang
paling pokok.
Sebagai generasi yang harus melaksanakan fungsi kaderisasi
demi perwujudan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat, bangsa dan
negaranya di masa depan maka kelompok mahasiswa harus
senantiasa memiliki watak yang progresif dinamis dan tidak statis.
Mereka bukan kelompok tradisionalis akan tetapi sebagai “duta-duta
pembaharuan sosial” dalam pengertian harus menghendaki
perubahan yang terus menerus ke arah kemajuan yang dilandasi oleh
nilai-nilai kebenaran.
Oleh sebab itu mereka selalu mencari kebenaran dan
kebenaran itu senantiasa menyatakan dirinya serta dikemukakan
melalui pembuktian di alam semesta dan dalam sejarah umat
manusia. Karenanya untuk menemukan kebenaran demi mereka
yang beradab bagi kesejahteraan umat manusia maka mahasiswa
harus memiliki ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai
kebenaran dan berorientasi pada masa depan dengan bertolak dari
kebenaran Illahi. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang
dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan peradaban
bagi kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara maka setiap
kadernya harus mampu melakukan fungsionalisasi ajaran Islam.
Watak dan sifat mahasiswa seperti tersebut diatas mewarnai dan
memberi ciri HMI sebagai organisasi mahasiswa yang bersifat
independen. Status yang demikian telah memberi petunjuk akan
spesialisasi yang harus dilaksanakan oleh HMI. Spesialisasi tersebut
memberikan ketegasan agar HMI dapat melaksanakan fungsinya
sebagai organisasi kader, melalui aktivitas fungsi kekaderan. Segala
aktivitas HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan
komit dengan nilai-nilai kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah
organisasi kader yang mendorong dan memberikan kesempatan
berkembang pada anggota-anggotanya demi memiliki kualitas
seperti ini agar dengan kualitas dan karakter pribadi yang cenderung
pada kebenaran (hanief) maka setiap kader HMI dapat berkiprah
secara tepat dalam melaksanakan pembaktiannya bagi kehidupan
bangsa dan negaranya.
B. Pengertian peran HMI sebagai organisasi perjuangan.
HMI sebagai organisasi perjuangan adalah kesatuan sistem
yang mendidik para mahasiswa untuk senantiasa menempa diri
sebagaimana tujuan HMI di atas. Organisasi ini dalam mencapai
tujuannya senantiasa memiliki sandaran semata-mata mencari ridho
Allah SWT.

IV. Hubungan Mission secara Integral


Hubungan antara identitas, azas, tujuan, sifat, status, fungsi dan
peran HMI secara integral adalah dimaksudkan dalam pencpaian dan
memperjuangkan Mission HMI secara utuh dan menyeluruh satu sama lain
bersifat saling berpengaruh dan menentukan yang tidak bisa dipisah-
pisahkan.

Dalam diri seorang anggota HMI Yang bernuansa independen harus


1. Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan
bertaqwa kepada Allah SWT
2. Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk mencari kebenaran, HMI
hanya komit dengan kebenaran.
3. Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak mengingkari hati
nuraninya.
4. Teguh dalam pendirian dan objektif rasional jika berhadapan orang yang
berpendirian berbeda.
5. Bersifat kritis dan berfikir bebas dan kreatif.
Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan berperilaku secara
keseluruhan dari watak azasi kader HMI terumus dalam bentuk
kepribadian :
1. Cendrung kepada kebenaran
2. Bebas, merdeka dan terbuka
3. Objektif, rasional dan kritis
4. Progresif, dan dinamis
5. Demokratis, jujur dan adil.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an terjemah
Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelekstual, Suatu Wawasan Islam, Mizan,
1992.
Agus Salim Sitompul, Historiografi HMI tahun 1947-1993
Agus Salim Sitompul, 2006, 44 Indikator kemunduran HMI suatu kritik
dan koreksi untuk kebangkitan kembali HMI , Jakarta, CV. Misaka
Galiza
Budhy Munawar-Rachman, Islam dan Pluralisme Nurcholish Madjid.
M. Dawam Raharjo, Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam.
Machendrawaty, Nanih & Agus Ahmad Safei, Pengambangan
Masyarakat Islam, Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2001.
Konstitusi HMI, KONGRES KE XXX di Kota Ambon.

Anda mungkin juga menyukai