Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah : Dosen Pengampu :

Oleh :
MUHAMMAAD ALFA RYSQI

JURUSAN SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLMA NEGER SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 5 Oktober 2022


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
1. Pengertian Kalibrasi......................................................................................................................2
2. Tujuan Kalibrasi............................................................................................................................2
3. Prosedur Kalibrasi........................................................................................................................3
4. Jenis Kalibrasi...............................................................................................................................4
5. Tujuan Kalibrasi............................................................................................................................6
6. Prosedur Kalibrasi........................................................................................................................6

BAB III..................................................................................................................................15

PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................................15
B. SARAN.........................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran merupakan kegiatan penentuan besaran dimensi atau kapasitas.
Biasanya dilakukan terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Menyatakan
suatu angka secara empiris dan objektif, pada kejadian nyata sedemikian rupa.
Angka yang diperoleh dapat dijadikan gambaran yang jelas mengenai objek atau
kejadian tersebut. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga
dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,
sSeperti tingkat ketidakpastian. Di dalam pengukuran suatu alat ukur tidak ada
satupun hasil pengukuran yang mempunyai nilai kebenaran mutlak. Oleh karena itu
laboratorium pengujian perlu mengetahui tentang nilai ketidakpastian dari alat ukur
yang digunakan. Cara untuk mengetahui nilai ketidakpastian dari alat ukur yang
digunakan adalah dengan melakukan kalibrasi.
Dalam melakukan kalibrasi tidak mungkin suatu alat ukur dengan ketepatan
lebih besar dari standar kalibrasi pembanding. Suatu aturan yang sering diikuti
adalah suatu standar kalibrasi yang paling sedikit mempunyai ketepatan sepuluh kali
alat ukur yang dikalibrasi.
Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan
cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi diperlukan untuk
memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan akurat dan konsisten dengan
instrumen lainya. Hasil pengukuran yang tidak konsisten akan berpengaruh langsung
terhadap kualitas produk .
Alat ukur warnayang paling mahal dan akurat juga dapat rusak atau melenceng
setelah dipakai dalam jangka waktu tertentu. Sangatlah penting bahwa alat ukur
warna sepert spectrophotometer atau chroma meter dikalibrasi secara teratur dan
mengikuti sistem manajemen kualitas yang ada (E.g ISO).
Kalibrasi juga dapat dilakukan secara rutin (setiap hari) atau setiap tahun.
Kalibrasi yang dilakukan setiap hari biasanya mudah dan gampang dilakukan oleh
konsumen sendiri. Sedangkan kalibrasi tahunan memerlukan konsumen untuk

iii
mengirimkan instrumennya ke perusahaan kalibrasi yang sudah disertifikasi untuk
melakukan servis.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kalibrasi

Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan
cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi diperlukan untuk
memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan akurat dan konsisten dengan
instrumen lainya. Hasil pengukuran yang tidak konsisten akan berpengaruh langsung
terhadap kualitas produk .
Alat ukur warnayang paling mahal dan akurat juga dapat rusak atau melenceng
setelah dipakai dalam jangka waktu tertentu. Sangatlah penting bahwa alat ukur warna
sepert spectrophotometer atau chroma meter dikalibrasi secara teratur dan mengikuti
sistem manajemen kualitas yang ada (E.g ISO).
Kalibrasi juga dapat dilakukan secara rutin (setiap hari) atau setiap tahun.
Kalibrasi yang dilakukan setiap hari biasanya mudah dan gampang dilakukan oleh
konsumen sendiri. Sedangkan kalibrasi tahunan memerlukan konsumen untuk
mengirimkan instrumennya ke perusahaan kalibrasi yang sudah disertifikasi untuk
melakukan servis.

2. Tujuan Kalibrasi

Ada beberapa tujuan yang akan Anda dapatkan dengan melakukan kalibrasi,
diantaranya adalah :

1. Untuk menentukan deviasi kebenaran yang ada pada suatu nilai konvensional.

Nilai tersebut didapatkan dari alat ukur yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Untuk menjamin hasil pengukuran, sehingga sesuai dengan standar yang

berlaku. Jika dilakukan pada suatu objek, diharapkan objek tersebut dapat

dihitung secara menyeluruh tanpa adanya kesalahan.

3. Untuk menjamin ketelitian, sehingga mendukung upaya untuk meningkatkan

mutu pelayanan atau objek dalam jangka waktu mendatang.

1
4. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan pada suatu objek atau aktivitas

dan mengukur apakah sebuah alat masih layak pakai atau tidak.

5. Untuk mencapai kondisi layak pakai, sehingga objek bisa digunakan secara

optimal.

Dengan melakukan kalibrasi, maka dapat diketahui sejauh mana perbedaan

yang sedang terjadi menggunakan alat ukur yang sudah ditentukan.

3. Prosedur Kalibrasi
Setiap sistematika pengukuran membutuhkan prosedur yang tepat dalam
penanganannya supaya dapat terarah dan bersifat konstan. Kalibrasi memiliki
prosedur yang diterapkan baik dari segi prinsip dasar maupun persyaratannya
diantaranya sebagai berikut.:
A. Prinsip Dasar
Dalam menjalankan prosedur kalibrasi hal yang pertama harus diketahui
adalah prinsip-prinsip dasarnya yaitu:
1. Memperhatikan obyek ukur, standar ukur yang mengacu pada standar
kalibrasi internasional harus sudah teruji,
2. Memiliki operator atau teknisi yang bersertifikat resmi, dan
3. Lingkungan dengan kondisi baik.
B. Syarat

Tidak hanya prinsip dasar yang mengacu pada prosedur utama, aktivitas

kalibrasi juga memiliki persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

1. Standar acuan dapat ditelusuri sampai ke standar nasional atau

internasional,

2. Metode kalibrasi yang digunakan telah diakui baik dalam skala nasional

maupun internasional,

3. Memiliki personil kalibrasi yang terlatih, dengan dibuktikannya sertifikasi

dari laboratorium yang sudah terakreditasi,

2
4. Didukung dengan alat kalibrasi yang sangat baik atau tidak mengalami

kerusakan, dan

5. Memiliki ruangan yang terkondisikan sebagai tempat berlangsungnya

proses kalibras

4. Jenis Kalibrasi
Bagi Anda yang bertanya-tanya tentang jenis kalibrasi yang populer di
masyarakat, maka penjelasan di bawah akan sangat membantu. Berikut jenis-jenis
kalibrasi yang ditinjau dari fungsi dan pengukurannya.

A. Kalibrasi Tekanan

     Kalibrasi tekanan memiliki fungsi utama di berbagai industri yang mana

peralatan pengukuran digunakan untuk memantau kinerja dan keselamatan pada

prosesnya, biasanya digunakan untuk mengukur tekanan gas dan hidrolik.

Beberapa contoh instrumen tekanan yang dikalibrasi secara teratur adalah

Pengukur Tekanan Digital, Indikator Digital, Transduser, Pemancar, Pengukur

Tekanan Analog, dan Barometer.

B. Kalibrasi Suhu

Dalam semua proses di mana pembacaan suhu memiliki peran penting,

kalibrasi suhu dapat dilakukan dalam lingkungan yang terkendali. Kalibrasi suhu

hanya dapat dilakukan dengan membandingkan standar yang diketahui, dalam

lingkungan suhu yang stabil dengan probe yang diuji. Beberapa contoh peralatan

yang memerlukan kalibrasi suhu secara berkala adalah: Sistem Akuisisi Data,

Termometer, Termometer panggil, Meteran Inframerah, PRT dan Termistor, dan

Kamera Termal

C. Kalibrasi Aliran

             Pengukur kalibrasi aliran (atau sensor aliran) adalah alat uji yang

digunakan untuk mengukur laju aliran linier, nonlinier, massa, atau volumetrik

3
dari cairan atau gas. Laju aliran mengacu pada kecepatan dimana proses cairan

bergerak melalui pipa, lubang, atau kapal pada waktu tertentu. Empat jenis utama

kalibrasi aliran atau flow meter yang sering dibutuhkan adalah: Pengukur Aliran

Massa Termal, Pengukur Aliran Laminar, Rotometer – Gas dan Udara, dan

Pengukur Turbin.

D. Kalibrasi Pipet

Untuk laboratorium pengujian yang sering menggunakan alat ukur ini,

kalibrasi pipet sangat penting dalam hasil pemipetan yang akurat dan presisi.

Semua jenis pipet yang digunakan di laboratorium antara lain pipet manual

saluran tunggal, multisaluran, dan pipet elektronik harus mengikuti beberapa

aspek proses kalibrasi dan prosedurnya. Tujuan utama kalibrasi pipet adalah

untuk memastikan bahwa pengukuran dapat dilakukan dengan akurasi yang

diinginkan.

E. Kalibrasi listrik

Kalibrasi listrik mengacu pada proses verifikasi kinerja instrumen apa pun

yang mengukur atau menguji parameter listrik seperti: tegangan, arus, resistansi,

induktansi, kapasitansi, waktu dan frekuensi. Kalibrasi listrik memerlukan

penggunaan perangkat atau kalibrator presisi yang mengevaluasi kinerja properti

utama untuk perangkat lain yang disebut unit yang diuji (UUT).

Instrumen yang sering digunakan untuk kalibrasi listrik adalah: Pencatat Data,

Meteran Listrik, Multi-meter, Osiloskop, Penghitung Frekuensi, Penguji Isolasi,

dan Penguji Lingkaran.

F. Kalibrasi mekanis

Kalibrasi mekanis yaitu pengukuran yang dapat dilakukan dengan alat

yang relatif sederhana untuk mencatat perubahan dimensi suatu benda karena

kerusakan atau keausan selama penggunaan. Kalibrasi mekanis sangat dibutuhkan

4
untuk penggunaan reguler, kejutan mekanis, dan paparan terhadap berbagai

kondisi atmosfer dan lingkungan.

Beberapa instrumen yang paling sering diuji untuk kalibrasi mekanis meliputi:

Akselerometer, Timbangan/Saldo, Muat Sel & Pengukur Kekuatan, Mikrometer,

Vernier, Pengukur Tinggi, Kunci Pas & Obeng Torsi, dan Set Berat & Massa.

5. Tujuan Kalibrasi
Ada beberapa tujuan yang akan Anda dapatkan dengan melakukan
kalibrasi, diantaranya adalah :
1. Untuk menentukan deviasi kebenaran yang ada pada suatu nilai konvensional.
Nilai tersebut didapatkan dari alat ukur yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Untuk menjamin hasil pengukuran, sehingga sesuai dengan standar yang
berlaku. Jika dilakukan pada suatu objek, diharapkan objek tersebut dapat
dihitung secara menyeluruh tanpa adanya kesalahan.
3. Untuk menjamin ketelitian, sehingga mendukung upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan atau objek dalam jangka waktu mendatang.
4. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan pada suatu objek atau aktivitas
dan mengukur apakah sebuah alat masih layak pakai atau tidak.
5. Untuk mencapai kondisi layak pakai, sehingga objek bisa digunakan secara
optimal.
Dengan melakukan kalibrasi, maka dapat diketahui sejauh mana
perbedaan yang sedang terjadi menggunakan alat ukur yang sudah ditentukan.
6. Prosedur Kalibrasi
Setiap sistematika pengukuran membutuhkan prosedur yang tepat dalam
penanganannya supaya dapat terarah dan bersifat konstan. Kalibrasi memiliki
prosedur yang diterapkan baik dari segi prinsip dasar maupun persyaratannya
diantaranya sebagai berikut.:
1. Prinsip Klibrasi
Oleh: Trisna Elma Danti (H021171507)

5
Sensor biasanya digunakan untuk mengukur sesuatu yang dapat
diukur. Syarat yang jelas pada pengukuran akan tentukan hasilnya dan
aplikasikannya pada sensor. Akurasi (ketidakpastian) pengukuran harus
selalu dipertimbangkan. Seringkali, ketidakpastian diharapkan terjadi
seminimal mungkin. Di sisi lain, banyak sistem akuisisi data modern
mampu akurasi jauh lebih besar daripada sensor yang melakukan
pengukuran. Seorang pengguna tidak boleh disesatkan dengan berpikir
bahwa resolusi tinggi dalam sistem akuisisi data akan menghasilkan data
akurasi tinggi dari sensor akurasi rendah (Wilson, 2005).
Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan keluaran instrumen atau
sensor yang diuji terhadap keluaran instrumen dengan akurasi yang
diketahui ketika input yang sama (kuantitas yang diukur) diterapkan pada
kedua instrumen. Prosedur ini dilakukan untuk berbagai input yang
mencakup seluruh rentang pengukuran instrumen atau sensor. Kalibrasi
memastikan bahwa akurasi pengukuran semua instrumen dan sensor yang
digunakan dalam sistem pengukuran diketahui pada seluruh rentang
pengukuran, asalkan instrumen dan sensor yang dikalibrasi digunakan
dalam kondisi lingkungan yang sama dengan yang digunakan untuk
kalibrasi. Untuk penggunaan instrumen dan sensor dalam kondisi
lingkungan yang berbeda, koreksi yang tepat harus dilakukan untuk input
pengubah berikutnya (Morris, 2001).
Setiap kalibrasi harus dilakukan dengan toleransi yang ditentukan.
Istilah toleransi dan akurasi sering digunakan secara tidak benar. Akurasi
yaitu rasio kesalahan terhadap output skala penuh atau rasio kesalahan
terhadap output, masing-masing dinyatakan dalam persen rentang atau
persen. Sedangkan toleransi yaitu penyimpangan yang diizinkan dari nilai
yang ditentukan; dapat dinyatakan dalam satuan pengukuran, persen
bentang, atau persen bacaan. Toleransi ditentukan dalam unit pengukuran,
digunakan untuk persyaratan kalibrasi yang
dilakukan. Dengan menentukan nilai aktual, kesalahan yang
disebabkan oleh perhitungan persentase rentang atau pembacaan

6
dihilangkan. Toleransi juga harus ditentukan dalam satuan yang diukur
untuk kalibrasi (Cable, 2005).

Seluruh sistem harus dikalibrasi dan berdasarkan organisasi standar


nasional. Tanpa penelusuran yang terdokumentasi, ketidakpastian
pengukuran apa pun tidak diketahui. Baik setiap bagian dari sistem
pengukuran harus dikalibrasi dan ketidakpastian keseluruhan dihitung,
atau total sistem harus dikalibrasi seperti yang akan digunakan. Karena
sebagian besar sensor tidak memiliki kemampuan penyesuaian untuk
kalibrasi konvensional, karakterisasi atau evaluasi parameter sensor paling
sering diperlukan. Untuk ketidakpastian terendah dalam pengukuran,
karakterisasi harus dilakukan dengan pemasangan dan lingkungan semirip
mungkin dengan kondisi pengukuran aktual (Wilson, 2005).
Instrumen yang digunakan sebagai standar dalam prosedur kalibrasi
biasanya dipilih dengan akurasi bawaan yang lebih besar daripada
instrumen yang digunakan untuk mengkalibrasi. Karena instrumen tersebut
hanya digunakan untuk tujuan kalibrasi, akurasi yang lebih besar
seringkali dapat dicapai dengan menetapkan jenis instrumen yang tidak
sesuai untuk pengukuran proses normal. Dalam praktiknya, instrumen
bertipe null-akurasi tinggi sangat umum digunakan untuk tugas kalibrasi,
karena kebutuhan akan operator manusia tidak menjadi masalah dalam
kondisi ini (Morris, 2001).
Istilah rasio akurasi digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara keakuratan standar pengujian dan keakuratan instrumen yang diuji.
Aturan praktis yang baik adalah memastikan rasio akurasi 4:1 saat
melakukan kalibrasi. Ini berarti instrumen atau standar yang digunakan
harus empat kali lebih akurat daripada instrumen yang diperiksa. Oleh
karena itu, alat uji (seperti standar lapangan) yang digunakan untuk
mengkalibrasi instrumen proses harus empat kali lebih akurat daripada
instrumen proses, standar laboratorium yang digunakan untuk

7
mengkalibrasi standar lapangan harus empat kali lebih akurat daripada
standar lapangan, dan begitu seterusnya (Cable, 2005).
Penentuan frekuensi di mana instrumen harus dikalibrasi tergantung
pada beberapa faktor yang memerlukan pengetahuan khusus. Jika suatu
instrument diperlukan untuk mengukur jumlah tertentu dan ketidaktepatan
±2% dapat diterima, maka sejumlah penurunan kinerja dapat diizinkan jika
ketidakakuratannya segera setelah rekalibrasi ±1%. Jika pola penurunan
kinerja dikuantifikasi, sehingga instrumen dapat dikalibrasi ulang sebelum
akurasinya berkurang hingga batas yang ditentukan oleh aplikasi (Morris,
2001).
Tingkat kesalahan pengukuran ini yang dicapai instrumen sebelum
kalibrasi ulang adalah batas kesalahan yang terdokumentasi untuk
instrumen tersebut. Ketika outputnya berbeda dengan instrumen kalibrasi
ketika input yang sama diterapkan. Tindakan yang diperlukan sangat
tergantung pada sifat perbedaan dan jenis instrumen yang terlibat. Dalam
banyak kasus, penyimpangan dalam bentuk bias keluaran sederhana dapat
diperbaiki dengan penyesuaian kecil pada instrument, skala output
instrumen mungkin harus digambar ulang, atau faktor penskalaan diubah
di mana output instrumen merupakan bagian dari beberapa kontrol
otomatis atau sistem inspeksi, dan prosedur kalibrasi menunjukkan tanda-
tanda kerusakan instrument, sehingga mungkin perlu mengirim instrumen
untuk diperbaiki atau bahkan menggoresnya (Morris, 2001).
2. Kontrol Lingkungan Kalibrasi
Oleh : Sitti Hajar (H021171001)
Setiap instrumen yang digunakan sebagai standar dalam prosedur
kalibrasi harus disimpan hanya untuk tugas kalibrasi dan tidak boleh
digunakan untuk tujuan lain. Hal itu tidak boleh dianggap sebagai
instrumen cadangan yang dapat digunakan untuk pengukuran proses jika
instrumen yang biasanya digunakan untuk tujuan itu rusak. Penyediaan
yang tepat untuk kegagalan instrumen proses harus dilakukan dengan

8
menyimpan seperangkat instrumen proses cadangan. Instrumen kalibrasi
standar harus benar-benar terpisah (Morris, 2001).
Untuk memastikan bahwa kondisi ini terpenuhi, fungsi kalibrasi harus
dikelola dan dijalankan secara profesional. Ini biasanya berarti
menyisihkan tempat tertentu dalam departemen instrumentasi perusahaan
di mana semua operasi kalibrasi berlangsung dan di mana semua
instrumen yang digunakan untuk kalibrasi disimpan. Sejauh mungkin, ini
harus berupa ruang yang terpisah, dan bukan bagian yang dipotong dalam
ruangan yang digunakan untuk keperluan lain juga. Ini akan
memungkinkan kontrol lingkungan yang lebih baik untuk diterapkan di
area kalibrasi dan juga akan menawarkan perlindungan yang lebih baik
terhadap penanganan atau penggunaan instrumen kalibrasi yang tidak
sah.Tingkat kontrol lingkungan yang diperlukan selama kalibrasi harus
dipertimbangkan dengan hati-hati dengan memperhatikan tingkat akurasi
apa yang diperlukan dalam prosedur kalibrasi, tetapi jangan dinilai terlalu
berlebihan karena ini akan menyebabkan biaya yang tidak perlu.
Pendinginan udara penuh biasanya tidak diperlukan untuk kalibrasi pada
tingkat ini, karena sangat mahal, tetapi tindakan pencegahan yang masuk
akal harus diambil untuk menjaga daerah dari panas atau dingin yang
ekstrem, dan juga standar kebersihan yang baik harus dipertahankan.
Panduan yang berguna tentang pengoperasian fasilitas standar dapat
ditemukan di tempat lain (British Standards Society, 1979).
Meskipun diinginkan bahwa semua fungsi kalibrasi dilakukan di
lingkungan yang dikontrol dengan cermat ini, tidak selalu praktis untuk
mencapai ini. Kadang-kadang, tidak nyaman atau mungkin untuk
menghapus instrumen dari pabrik proses, dan dalam kasus ini, merupakan
praktik standar untuk mengkalibrasi mereka di tempat. Dalam keadaan ini,
koreksi yang tepat harus dilakukan untuk penyimpangan dalam kondisi
lingkungan kalibrasi jauh dari yang ditentukan. Praktik ini tidak
menghilangkan kebutuhan untuk melindungi instrumen kalibrasi dan

9
mempertahankannya dalam kondisi konstan di laboratorium kalibrasi
setiap saat selain ketika mereka terlibat dalam tugas kalibrasi pada pabrik.
Sejauh menyangkut manajemen prosedur kalibrasi, penting bahwa
kinerja semua operasi kalibrasi ditetapkan sebagai tanggung jawab yang
jelas dari hanya satu orang. Orang itu harus memiliki kontrol total atas
fungsi kalibrasi, dan dapat membatasi akses ke laboratorium kalibrasi
hanya untuk personel yang ditunjuk dan disetujui. Hanya dengan
memberikan kontrol penuh kepada orang yang ditunjuk ini atas fungsi
kalibrasi maka fungsi tersebut diharapkan dapat beroperasi secara efisien
dan efektif Kurangnya manajemen pasti seperti itu hanya dapat mengarah
pada pengabaian sistem kalibrasi yang tidak disengaja, yang
mengakibatkan penggunaan peralatan dalam kondisi kalibrasi yang
ketinggalan zaman dan hilangnya penelusuran setelahnya ke standar
referensi. Manajemen profesional sangat penting agar pelanggan dapat
diyakinkan bahwa sistem kalibrasi efisien beroperasi dan akurasi
pengukuran dijamin (Morris, 2001).
3. Kalibrasi dan Ketelusuran
(Traceability) Oleh: Agung Prawira Negara (H021171510)
Untuk dapat diverifikasi dan digunakan, semua (alat) yang terkalibrasi
haruslah terlacak (traceability) ke standar nasional atau pada fenomena
fisis yang berkaitan. Di Amerika Serikat, alat yang dikalibrasi dapat
dilacak di National Institute of Standards and Technology (NIST) atau
badan standarisasi dan teknologi nasional jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Setiap negara memiliki standarnya tersendiri untuk
berbagai variasi atau jenis parameter seperti tekanan, suhu, tegangan,
tahanan atau resistansi, berat, waktu, dan banyak lagi. Badan standarisasi
nasional ini biasanya menggunakan kalibrasi standar primer. Standar
primer merupakan sebuah alat yang dikalibrasi di badan standarisasi
nasional yang kemudian digunakan untuk mengalibrasi instrumen (baca:
alat) lainnya. Sebagai contoh misalnya Standar primer untuk mengalibrasi
detektor tahanan suhu (resistance temperature detectors a.k.a RTDs)

10
adalah RTD yang (sangat) presisi yang disebut standard platinum
resistance thermometer or SPRT. Setiap laboratorium RTD memiliki satu
atau lebih SPRT yang dikirimkan ke badan standarisasi secara periodik
untuk dikalibrasi (Bela, 1995).
Jadi dengan bahasa sederhana, perusahaan A memiliki instrumen B
dan C di mana instrumen B merupakan Standar Primer, Instrumen B
digunakan untuk mengalibrasi berbagai macam alat termasuk instrumen C,
dan instrumen B ini secara periodik akan dikirimkan ke badan standarisasi
nasional untuk dikalibrasi, karena apabila dia tidak terkalibrasi maka
semua instrumen yang dikalibrasi menggunakan instrumen B juga tentu
akan tidak akurat hasil pembacaan atau hasil pengukurannya (Morris,
2001).
Untuk dapat dikalibrasi oleh Badan Standarisasi Nasional seperti
NIST, standar primer harus bekerja dalam kondisi yang bagus dan
memenuhi beberapa kriteria. Jika tidak, NIST mungkin saja tidak akan
mengalibrasinya. NIST dan lembaga sejenisnya pada umumnya bertugas
untuk membantu mempertahankan akurasi dari standar primer, dan oleh
karena itu tidak mengalibrasi instrumen lainnya, serta tidak untuk
memperbaiki instrumen yang rusak (Morris, 2001).
Untuk melindungi instrumen standar primer, pada umumnya
secondary standard atau standar sekunder (atau dalam bahasa inggris juga
disebut transfer standard) digunakan. Pada kasus ini, instrumen standar
primer digunakan untuk mengalibrasi instrumen standar sekunder, yang
mana nantinya akan digunakan untuk mengalibrasi instrumen lainnya.
Keuntungan dari pendekatan semacam ini adalah dapat menjaga akurasi
dari instrumen standar primer dengan meminimalkan servisnya (oleh NIST
misalnya) dan penggunaannya. Adapun kekurangan dari pendekatan ini
adalah bahwa setiap kali suatu instrumen dikalibrasi, akurasi dari
instrumen yang dikalibrasi akan berada di bawah level instrumen
pengalibrasi atau dengan kata lain akurasi instrumen sekunder tidak lebih

11
baik daripada akurasi instrumen standar primer, ecara singkat terjadi loss
akurasi ketika menggunakan pendekatan semacam ini.
Aturan yang berlaku (umumnya) sebuah instrumen harus dikalibrasi
dengan menggunakan instrumen yang empat kali lebih akurat dari pada
instrumen (yang dikalibrasi ini) atau pengalibrasi harus empat kali lebih
akurat daripada instrumen yang dikalibrasi, sehingga aturan ini terkadang
cukup sulit untuk direalisasikan. Seperti misalnya sebuah instrumen yang
telah beroperasi selama beberapa tahun terakhir sehingga orang mungkin
tidak menemukan standar yang bisa menjadi empat kali lebih akurat dari
ini (instrumen yang ingin dikalibrasi) (Morris, 2001).

Gambar II.1 Rantai Kalibrasi Instrumen (Morris, 2001).

Kalibrasi tidak menjamin unjuk kerja instrumen tetapi sebagai


indikator baik apakah unjuk kerja instrumen memenuhi ketelitian dan
spesifikasi jangkauan (rentang) pada pemakaian alat itu. Kalibrasi kembali
selalu diperlukan karena instrumen telah diubah penyetelannya, karena
berubah dengan waktu/tua, baru direparasi, pemakaian berlebihan.
Sertifikat kalibrasi yang telah didapatkan dapat digunakan sebagai tanda
verifikasi oleh pembuatnya dan memberikan kepercayaan kepada pemakai

12
alat sebagai jaminan. Standar yang diterima dapat dikategorikan sebagai
standar primer, sekunder dan standar kerja (Morris, 2001).
Standar primer sangat teliti dan harga satuan absolutnya telah diberi
sertifikat oleh National Standard Institution yang harus berada dalam
toleransi yang diizinkan. Standar ini sangat mahal untuk membeli dan
memeliharanya. Absolut memberi arti tidak bergantung atau bebas, tidak
relatif tetapi pasti.
Standar referensi terkalibrasi yang diturunkan dari standar absolut
disebut standar sekunder. Standar ini dapat dimiliki oleh banyak instansi
yang dapat ditera dengan standar primer kembali. Jarak waktu kalibrasi
standar sekunder bergantungan pada ketelitian dan tipe standar yang
dipelihara. Standar normal yang diperlukan di industri dan laboratorium,
mempunyai ketelitian setingkat lebih rendah dari standar sekunder, disebut
standar kerja (working standard). Pada fasilitas kalibrasi industri yang
dilengkapi baik harus memiliki standar primer/sekunder, beserta alat
kalibrasi untuk simpangan (displacement) kecepatan, percepatan, gaya,
tekanan, aliran, temperatur, tegangan listrik, arus listrik, waktu dan
frekuensi yang banyak dibutuhkan industri.
Dalam semua prosedur kalibrasi dianjurkan untuk melakukan
pembacaan naik dan menurun. Pada transduser mekanik atau elektro-
mekanik, prosedur ini memperlihatkan adanya kerugian karena gesekan,
histerisis atau semacamnya, sedangkan dalam alat listrik murni
menunjukkan non linear dan reaktansi magnet (Samadikum dkk., 1989).

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prinsip dasar kalibrasi yaitu objek ukur, standar ukur, prosedur/metrode standar,
operator /teknisi yang dipersyaratkan mempunyai kemampuan teknis kalibrasi
(bersertifikat), kalibrasi menyeluruh untuk mendapatkan keakuratan, dan lingkungan
yang dikondisikan.
2. Dalam lingkungan kalibrasi membuktikan bahwa tidak boleh digunakan untuk fungsi
lain hanya untuk kalibrasi saja. Selain itu tingkat kontrol lingkungan yang diperlukan
selama kalibrasi harus dipertimbangkan dengan hati-hati dengan memperhatikan
tingkat akurasi (suhu dan kelembaban selalu dikontrol, gangguan faktor lingkungan
luar selalu diminimalkan dan sumber ketidakpastian pengukuran).
3. Semua alat yang terkalibrasi haruslah terlacak (traceability) ke standar nasional atau
pada fenomena fisis yang berkaitan. Badan standarisasi nasional ini biasanya
menggunakan kalibrasi standar primer. Standar primer merupakan sebuah alat yang
dikalibrasi di badan standarisasi nasional yang kemudian digunakan untuk
mengalibrasi instrumen
4. Format standar untuk merekam hasil kalibrasi harus ditentukan dalam dokumentasi.
Catatan terpisah harus disimpan untuk setiap instrumen yang ada dalam tempat kerja,

14
terlepas dari apakah instrumen biasanya digunakan atau hanya disimpan sebagai
cadangan.

B. SARAN
Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kami harapkan saran dan kritik
dari pembaca demi kesempurnaan pada makalah ini, agar menjadi makalah yang
sempurna dan bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Cable, M. 2005. Calibration: A Technician’s Guide. United States of America: ISA –

Instrumentation, Systems,and Automotion Society.

Lipták, B. 1995. Instrument Engineer Handbook. Florida: CRC Press.

Morris, A.S. 2001. Measurement and instrumentation principles 3rd edition.

Oxford: Butterworth-Heinemann.

Samadikun, S., Rio, S.R., Mengko, T. 1989. Sistem Instrumentasi Elektronika.

Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Wilson, J. 2005. Sensor Technology Handbook. Oxford: Elsevier Inc.

15
16

Anda mungkin juga menyukai