Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INTERPERSONAL SKILL

“ HAL – HAL YANG MEMBANGUN KEMAMPUAN MENDENGAR YANG BAIK “

Disusun Oleh : Dosen Pengampu :


DEDI PRAMANA NESDI EVRILYAN ROZANDA, S.Kom, M.Sc.
NIM.11950310418

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
A. Pengantar
Komunikasi sangat diperlukan dalam menjalin hubungan antara sesama manusia.
Berbicara dan mendengarkan merupakan dua aspek penting dalam menjalin hubungan baik.
Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada ketrampilan seseorang dalam mengirim
maupun menerima pesan.
Kita menyaksikan begitu banyak proses kegiatan belajar mengajar yang tidak berhasil
mentransformasi pengetahauan karena kurangnya keterampilan mendegarkan peserta didik.
Proyek atau program Perusahaan macet ditengah jalan hanya gara-gara dis-komunikasi para
anggotanya.
Teknik komunikasi diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sumber
informasi atau penyampai komunikasi saat menyampaikan suatu pesan kepada penerima
pesan. Teknik komunikasi merupakan hal-hal yang dapat mendukung keberhasilan kegiatan
komunikasi sehingga tujuan yang diinginkan tersebut dapat tercapai. Teknik komunikasi
salah satunya berhubungan dengan keterampilan mendengarkan dalam menciptakan
komunikasi yang efetif.
Komunikasi efektif adalah suatu kegiatan pengiriman makna (pesan) dari seorang
individu ke individu yang lain di mana kegiatan tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi
kedua belah pihak. Komunikasi Efektif, inilah yang menjadi permasalah sekarang karena
orang masih awam terhadap budaya komunikasi Efektif dan kurangnya ketrampilan
“mendengarkan” dalam berkomunikasi yang mengakibatkan mereka lebih banyak
“berpendapat untuk mengemukakan masalah” daripada “berpendapat untuk memecahkan
masalah”.
Membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus: (1) Berusaha benar-
benar mengerti orang lain (emphatetic communication), (2) Memenuhi komitmen atau janji,
(3) Menjelaskan harapan atau rencana yang akan di lakukan, (4) Meminta maaf denga tulus
ketika membuat kesalahan, (5) Memperlihatkan integritas pribadi.
Masalah yang paling sederhana dan sering muncul dalam berkomunikasi di karenakan
kurangnya keterampilan mendengarkan. Keterampilan mendengarkan seharusnya mengiringi
keterampilan bertanya. Karena sebaik apa pun komunikasi terhadap seseorang tanpa diiringi
dengan kemampuan mendengarkan maka komunikasi tidak efektif.
Mendengarkan (Listening) salah satu keterampilan performansi. Keterampilan
mendengarkan adalah kemampuan menyimak atau memperhatikan penuturan Komunikator
sebagai pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan kepada komunikan (penerima pesan)
dalam sebuah proses komunikasi.
Kata “Mendengarkan” dengan “mendengar”, keduanya sangatlah berbeda meskipun
sekilas hampir sama. Mendengar merupakan istilah di mana manusia menangkap bunyi,
kemudian diteruskan ke otak. Kegiatan ini dilakukan tanpa adanya kesengajaan. Berbeda
dengan mendengarkan, yang mana manusia berusaha mendapatkan informasi dari apa yang
didengar dengan sengaja.
Dengan kata lain, mendengarkan adalah dengan memadukan indra pendengaran
dengan pikiran, sehingga dapat menangkap dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan
pembicara yang tujuannya untuk memahami pembicaraan tersebut secara objektif.

B. Pembahasan
Cara Meningkatkan keterampilan mendengarkan
Pernahkah kita memiliki argumen di mana kita terus menjelaskan ide kita, tetapi tidak
peduli berapa kali kita mengulang atau mengulanginya, rasanya seperti mereka tidak
memahami maksud kita?
Pernahkah kita berbicara dengan seseorang yang terus-menerus memeriksa telepon
mereka? Peluangnya adalah orang yang kita ajak bicara untuk mendengar apa yang kita
katakan, tetapi tidak lebih.
Mereka tidak memperhatikan, dan ada kemungkinan besar mereka tidak berusaha
memahami apa yang kita katakan. Singkatnya, mereka tidak secara aktif mendengarkan.
Apa Itu Mendengarkan Aktif (Active Listening) ?
Kontak mata yang baik adalah bagian penting dari mendengarkan secara aktif. Maka
memahami definisi mendengarkan aktif adalah langkah pertama untuk meningkatkan
keterampilan mendengarkan aktif.
Orang mendengarkan dengan dua cara. Mendengarkan musik sambil mengemudi,
mendengarkan ceramah sambil mencatat, adalah contoh dari mendengarkan pasif. Kita
mendengarkan tetapi kita tidak punya niat untuk merespons, dan pikiran kita mengembara
dari waktu ke waktu.
Mendengarkan aktif, di sisi lain, berarti mengabdikan perhatian penuh kita kepada
pembicara dan memberikan respons yang bijaksana terhadap apa yang mereka katakan
sesudahnya.
Berikut ini beberapa jenis mendengar secara aktif
1. Mendengar Evaluatif
Mendengar evaluatif adalah kegiatan mendengar sambil melakukan evaluasi terhadap
kata-kata yang diucapkan pembicara. Kemudian hasil evaluasi tersebut disampaikan kembali
kepada pembicara dalam berbagai bentuk seperti penolakan, persetujuan, dan lain-lain.

2. Mendengar Proyektif
Adalah memproyeksikan diri pendengar ke alam pikiran pembicara merupakan cara
mendengar secara proyektif. Pendengar berusaha memahami pkitangan pembicara dan
memahami setiap arti kata sampai pembicaraan selesai.
Cara yang dapat dilakukan untuk menjadi pendengar yang aktif dan efektif antara lain :
1. Mendengar penuh konsentrasi
2. Menangkap pesan-pesan yang penting atau inti pembicaraannya
3. Mencatat hal yang dirasakan penting
Dengan melakukan ketiga cara diatas keterampilan mendengar akan menjadi efektif.
Sehingga point penting pada saat seseorang mendengar tidak akan terlewatkan. Karena
beberapa jenis pembicaraan ada yang tidak bisa terulang kembali.
Itulah pentingnya keterampilan mendengar dalam meciptakan komunikasi yang
efektif. komunikasi yang efektif dapat mendukung keberhasilan yang ingin dicapai.
Mengapa Mendengarkan Aktif Penting?
Mendengarkan secara aktif adalah keterampilan lembut yang dapat meningkatkan
berbagai bidang kehidupan kita. Kemampuan kita untuk membangun hubungan, menghindari
konflik, mengelola tim, membujuk orang lain, membesarkan anak-anak, dan semuanya
ditingkatkan sebagaimana keterampilan mendengarkan. Inilah sebabnya mengapa
mendengarkan secara aktif penting untuk dikuasai.
Mendengarkan secara aktif menarik kita keluar dari apa yang terjadi di kepala kita
sendiri ke gagasan dan emosi yang dibagikan pembicara, sehingga kita dapat menggunakan
informasi ini untuk merespons dengan lebih baik.
Tiga Komponen untuk Mendengarkan Aktif
1. Memahami. Pendengar memperhatikan bahasa verbal dan non-verbal pembicara
untuk sepenuhnya memahami apa yang mereka coba komunikasikan.

2. Menahan. Pendengar mencoba mengingat poin kunci dari pesan pembicara


menggunakan ingatan mereka atau melalui pencatatan.
3. Menanggapi. Kita merespons pembicara untuk mengkonfirmasi pemahaman kita
tentang pesan mereka dan untuk melanjutkan diskusi kita tentang masalah tersebut.
Ini hanya terjadi setelah menganalisis dan mengingat apa yang mereka katakan
(komponen satu dan dua).

Mendengarkan secara aktif tidak hanya sekedar memberikan perhatian kepada orang,
tetapi juga menunjukkan kata- kata non-verbal kepada mereka. Hal yang menjadi masalah
adalah sebagian besar orang tidak benar-benar mendengarkan. Beberapa alasan yang
mendasarinya adalah ingin menjadi pusat percakapan dan ego yang ada di dalam diri.
Dengan mendengarkan secara aktif, maka kita bisa terlihat menjadi jauh lebih pintar.
Mendengarkan membuat seseorang bisa memberikan umpan balik yang konstan dan inilah
yang membuat rekan dan keluarga menilai bahwa kita cukup pkitai untuk memberikan respon
yang tepat. Aktif mendengarkan apa yang disampaikan orang lain juga bisa membuat kita
menjadi sosok yang karismatik.
Saatnya untuk mengetahui bagaimana belajar meningkatkan keterampilan
mendengarkan. Berikut langkah langkahnya:
1. Hadapi Pembicara
Hadapi mitra percakapan kita. Jangan melihat ponsel, jam tangan, atau orang lain.
Lihatlah siapa pun yang berbicara, bahkan jika mereka tidak melihat kita seperti dalam kasus
kuliah atau seminar.
Melihat lawan bicara kita tidak harus menyeramkan. Kita dapat melihat hal-hal lain
dari waktu ke waktu, tetapi tidak begitu sering sehingga menjadi terlihat. Jika kita merasa
aneh menatap mata orang itu, lihat bahunya atau bagian lain dari wajah mereka.
2. Hindari Gangguan
Matikan notifikasi ponsel kita dan jangan terlalu gelisah, karena ini akan mengganggu
orang yang berbicara kepada kita. Itu membuat mereka merasa seperti kita lebih suka berada
di tempat lain.
3. Menjaga Postur Tubuh Tetap Terbuka dan Menyambut
Sikap yang ramah dan terbuka sangat membantu para pembicara untuk berkomunikasi
dengan lebih baik. Kita bisa melakukannya dengan mencondongkan badan ke depan yang
menunjukkan bahwa kita menyambut orang yang sedang berbicara.
4. Gambar Apa yang Dikomunikasikan
Model visual dan mental terbentuk secara alami di pikiran kita ketika mendengar
informasi. Terlibat dalam menganalisis apa yang dikatakan orang lain. Ingat kata kunci,
tanggal, frasa, dan detail lainnya untuk membantu kita membentuk gambar yang lebih jelas
dari cerita orang lain.
5. Tahan Putusan
Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti tetap netral, dan tidak membentuk
pendapat apa pun tentang apa yang disampaikan pembicara sampai mereka selesai berbicara.
Tidak dapat dihindari untuk merasa negatif terhadap ide orang lain dari waktu ke
waktu, tetapi jangan terlalu lama merenungkan perasaan ini. Jangan mengeluh dalam hati dan
berkata, "Tentu saja, itu tidak akan berhasil!" Karena perhatian dan pemahaman kita tentang
ide pembicara akan dikompromikan segera setelah kita menuruti sentimen negatif ini. Ingat,
pendengar yang baik terbuka untuk gagasan baru bahkan yang bertentangan dengan
keyakinan mereka.
6. Mengajukan Pertanyaan
Mengajukan pertanyaan membuat orang lain berpikir bahwa kita memberikan
perhatian dan benar-benar mendengarkan mereka. Tunjukkan minat pada topik yang sedang
dibicarakan dengan bertanya tentang detail lebih lanjut.
7. Refleksikan dan Klarifikasi
Mencerminkan dan mengklarifikasi adalah dua cara untuk memastikan bahwa kita
dan pembicara berada di halaman yang sama.
Bercermin berarti mengulangi apa yang orang lain katakan dengan kata-kata kita
sendiri untuk mengonfirmasi bahwa kita memahami pesan mereka, sementara
mengklarifikasi berarti mengajukan pertanyaan yang menyelidik untuk menjernihkan
kesalahpahaman potensial.
Kedua teknik bekerja bahu membahu untuk membuat pembicara merasa didengar,
dan memastikan bahwa tidak ada yang hilang dalam terjemahan.
Contoh pernyataan klarifikasi dan refleksi:
"Jadi aku dengar kamu berkata ...."
"Aku mengerti bahwa kamu merasakan ..."
"Mundur satu detik, apa maksudmu dengan ...?"
"Apa yang kamu anggap sebagai ...?"
8. Ringkaslah
Meringkas mirip dengan merefleksikan, kecuali bahwa ketika kita meringkas kita
membuat jelas bahwa kita akan pindah dari topik kita saat ini. Ketika kita merangkum, kita
hanya menjelaskan poin utama dari keseluruhan topik pembicara, detail menit yang mungkin
harus kita perjelas sebelumnya tidak lagi penting di bagian percakapan ini.
9. Bagikan atau Tanggapi
Tanggapi adalah bagian dari mengonfirmasi pemahaman kita tentang pesan orang lain
itu. Setelah kita memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pesan mereka, giliran kita
untuk memperkenalkan ide dan emosi kita ke dalam percakapan.
kita harus melalui semua langkah sebelumnya terlebih dahulu sebelum mendapatkan
hak istimewa untuk membagikan pemikiran kita. Dengan cara ini, pembicara tidak akan
merasa seperti kita hanya mendorong agenda kita sendiri karena kita meluangkan waktu
untuk memvalidasi perasaan dan gagasan mereka terlebih dahulu.
Jujurlah, tetapi tegaskan pendapat kita. Jika takut bahwa saran kita akan dianggap
sebagai upaya untuk mengendalikan tindakan orang lain, prakata saran kita dengan, "Jika itu
terjadi pada saya, saya akan ..."
Teknik Mendengarkan Aktif
Cobalah amati seberapa baik kita mendengarkan percakapan. Apakah kita memahami dan
menyimpan informasi sebelum merespons dalam percakapan?
Setelah kita mendapatkan garis dasar keterampilan mendengarkan, selanjutnya kita
belajar mendengarkan aktif untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seperti kontak mata
atau isyarat verbal, kita kemudian dapat mengikuti langkah-langkah yang tercantum di sini
dan melatih keterampilan mendengarkan kita dengan setiap percakapan yang kita miliki.
Mungkin terasa canggung pada awalnya, jangan khawatir tentang itu. Jika ini
membantu, kita dapat memberi tahu orang lain bahwa kita sedang melakukan latihan
mendengarkan aktif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi kita.
1. Senyum dan Mengangguk
Tersenyum dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa kita setuju dengan pesan
pembicara. Jika kita menggabungkan ini dengan anggukan dan sesekali "uh-ya," orang yang
berbicara dengan kita akan merasa bahwa kita memperhatikan pesan mereka.
Tentu saja tersenyum dan mengangguk tidak selalu tepat. Kita tidak seharusnya
tersenyum jika kita mendengar berita buruk atau sedang ditegur. Kita tidak boleh
mengangguk ketika kita tidak setuju dengan apa yang kita dengar. Dalam kedua kasus, cukup
"Saya paham" atau "Saya mengerti" sudah cukup.
2. Lakukan Kontak Mata
Melakukan kontak mata dengan orang lain menunjukkan bahwa kita mendengarkan
dan mencoba untuk memahami topik yang sedang dibicarakan.
Hal yang penting untuk dilakukan adalah jangan sampai cara kita melakukan kontak
mata terlalu tegas dan terkesan mengintimidasi. Penting untuk memperhatikan durasi saat
akan melakukan kontak mata, sebab tidak semua orang percaya diri untuk melakukan kontak
mata dalam jangka waktu yang lama.
Mempertahankan kontak mata itu rumit karena tidak semua orang merasa nyaman
melakukannya, atau menjadi orang yang menatap dalam hal itu. Tidak ada durasi yang
sempurna tentang berapa lama kita seharusnya menatap pembicara, itu hanya tergantung pada
kita dan orang lain. Kita harus memainkannya di dekat telinga.
Jika kita khawatir tatapan kita terlalu kuat atau sedikit menyeramkan, praktikkan
rileks wajah kita dan mata kita akan mengikuti. Tutup mata kita selama beberapa detik dan
bernapaslah dalam-dalam. Ekspresi wajah kita akan lebih rileks saat membukanya.
Steven Aitchison, pakar kewirausahaan sosial, menyarankan putus kontak mata setiap
lima detik dengan melihat ke samping, seolah-olah kita sedang mencoba mengingat sesuatu.
3. Mengangguk dan Tersenyum
Kedua sikap ini memperlihatkan kepada orang lain bahwa kita setuju dengan apa yang
sedang mereka sampaikan dan semua orang sangat menyukai jika ada orang yang setuju
dengan mereka. Bahasa tubuh yang sangat sederhana, namun memberikan dampak yang
positif kepada kita.
4. Meniru Bahasa Tubuh Pembicara (Mirroring)
Pendengar yang penuh perhatian cenderung condong ke arah pembicara. Terkadang,
kepala mereka condong ke samping atau beristirahat di satu tangan. Kita dapat mempelajari
lebih lanjut tentang bahasa tubuh di sini:
Mirroring adalah tindakan meniru ekspresi wajah pembicara, dan sering digunakan
untuk menunjukkan simpati dan persetujuan terhadap pesan mereka. Misalnya, seorang
teman yang baru saja diterima untuk pekerjaan baru akan menyampaikan berita kepada kita
dengan ekspresi gembira di wajah mereka. Sebagai teman yang menunjukkan dukungan kita,
reaksi alami adalah tersenyum dan terlihat bersemangat juga.
Sedikit trik yang bisa kita lakukan adalah meniru bahasa tubuh yang sedang dilakukan
pembicara. Melakukan hal ini menunjukkan bahwa kita memiliki sikap yang empati kepada
mereka.
5. Berlatih Empati
Tempatkan diri kita pada posisi orang lain. Cobalah rasakan apa yang orang lain
rasakan saat mereka berbicara dengan kita. Bayangkan diri kita dalam situasi mereka. Apa
yang akan kamu rasakan? Bagaimana reaksi kita? Ini adalah praktik empati.
Jangan mengacaukan ini dengan simpati, yang hanya merupakan tindakan mengasihani orang
lain, menurut Psychology Today. Saat kita bersimpati, kita merasa prihatin atas kesejahteraan
orang lain dan berharap mereka merasa lebih baik. Empati melampaui simpati karena ketika
kita berempati; kita tidak hanya merasa kasihan pada orang itu, kita juga mencoba melihat
situasi dari sudut pkitang mereka.
Empati sangat membantu dalam mengkomunikasikan stres dan sulit untuk
menjelaskan pengalaman, karena beberapa cerita hanya sulit untuk dijelaskan— kita harus
berada di sana untuk memahami.
6. Umpan Balik atau Penguatan Positif
Percakapan panjang akan terasa sangat berat sebelah tanpa umpan balik positif dari
pendengar. Jika kita mendengarkan cerita panjang, gunakan sinyal verbal seperti "uh-huh,"
"oke" atau "Saya mengerti" pada jeda strategis dalam percakapan untuk mengonfirmasi
bahwa kita masih mengikuti cerita.
7. Jangan Mengganggu
Menginterupsi orang yang berbicara dengan kita tidak hanya membuat kita kasar,
tetapi juga membatasi kita menyerap informasi yang disampaikan kepada kita.
Jangan menyelesaikan kalimat orang lain, bahkan jika kita pikir kita tahu apa yang
akan mereka katakan. Pencabut kalimat sering membuat kesalahan karena mereka mengikuti
jalan pikiran mereka sendiri — bukan pembicara.
Simpan pertanyaan dan argumen balik kita untuk nanti, bahkan jika pembicara sedang
membahas subjek yang tepat dari pertanyaan kita. Menginterupsi seseorang di tengah-tengah
penjelasan dapat menyebabkan mereka kehilangan pemikiran, dan di samping itu, ada
kemungkinan bahwa pertanyaan atau kontra-argumen kita akan dibahas nanti dalam
penjelasan mereka sehingga kita tidak perlu menyela mereka terlebih dahulu.
8. Arahkan Ulang Percakapan Jika Topiknya Tidak Aktif
Percakapan yang keluar dari topik sering terjadi. Bahkan kita sering membahas tiga
topik tanpa harus menyelesaikan salah satu dari topik. Dalam hal ini, kita atau pembicara
harus mengarahkan pembicaraan kembali ke topik semula. Katakan sesuatu seperti, "Senang
mendengar tentang XYZ, tetapi terus ceritakan tentang (topik asli) terlebih dahulu." Dengan
cara ini kita dapat menyelesaikan percakapan sebelum beralih ke diskusi lain.
Kita mungkin bertanya-tanya, apa yang terpenting dari menyelesaikan satu cerita
sebelum pindah ke yang lain? kita tidak akan merasakan efek dari garis singgung percakapan
jika kita bertemu dengan seorang teman. Tapi kita akan melihatnya begitu kita berputar-putar
dalam suatu argumen atau rapat tim penting.
9. Ingat Detail Kecil
Mengingat poin-poin penting dari suatu percakapan akan membantu ketika giliran kita
untuk berbicara. Tanggal, nama, lokasi, dan informasi terkait lainnya dapat membantu kita
mengajukan pertanyaan menyelidik untuk mengklarifikasi pesan pembicara.
Bahkan jika kita mengerti apa yang mereka katakan, mengulangi detail kisah mereka
ketika kita meringkas poin mereka menunjukkan bahwa kita memahami dan memperhatikan
mereka.
Menerapkan langkah langkah di atas memungkinkan kita untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan menjadi lebih baik. Keterampilan mendengarkan penting dimiliki
untuk bisa berkomunikasi dengan efektif kepada banyak orang.
Saat mampu memberikan empati kepada orang lain dengan kemampuan
mendengarkan secara aktif, maka kita bisa dengan mudah mempengaruhi orang lain.
KESIMPULAN

Tuhan menciptakan manusia dengan 2 telinga dan 1 mulut, Itu artinya Tuhan
menginginkan manusia untuk selalu menjaga lisannya. Tuhan lebih senang dengan
hambaNya yang tidak banyak berbicara. Kurangi berbicara dan perbanyaklah untuk
mendengarkan adalah salah satu sikap menjadi pribadi yang lebih empati, objektif dan
bijaksana.
Ya, hal terpenting ialah bersedia mendengarkan. Dengan mendengarkan, kita akan
mendapatkan berbagai macam informasi penting. Kalau kita tidak mau mendengarkan, kita
tak akan mendapatkan informasi mengenai hal-hal baru. Jangan mengabaikan nasihat-nasihat
orang terdekat yang sebenarnya akan sangat bermanfaat bagi diri sendiri.
Tak mudah menjadi pendengar yang baik. Karena sulitnya menjadi pendengar yang
baik, banyak orang menyebutnya sebagai salah satu keterampilan. Sebab, pada saat
mendengarkan, kita menjadi seseorang yang peduli dan respect. Tentu saja terkadang ada rasa
bosan dan jenuh menghampiri.
Ketika kita menjadi pendengar yang baik, kita harus mau meluangkan waktu. Namun,
ternyata aktivitas mendengarkan ini secara tidak langsung berdampak pada kehidupan karena
memiliki banyak manfaat. Salah satu menfaat yang bisa kamu dapatkan ialah kamu menjadi
orang yang lebih komunikatif (empati, objektif dan bijaksana).
Meskipun kelihatannya sepele, mendengarkan ketika sedang berbicara dapat memberikan
kebaikan serta keuntungan terutama agar orang atau lawan bicara kita dapat merasakan
empati kita dan kita dapat memahami apa yang diutarakan orang lain.
Masih banyak orang tak perduli betapa pentingnya mendegarkan dengan seksama
ketika sedang berbicara dengan lawan bicara baik itu dengan teman, orang yang lebih tua
atau orang yang kita hormati termasuk juga orang yang lebih muda dari kita.
Banyak orang yang gagal menjadi pendengar yang baik, Permasalahannya sebenarnya
ada pada diri mereka sendiri. Misalnya karena memiliki ego yang tidak mau dikalahkan.
Banyak orang lebih suka didengar dengan banyak bicara dibandingkan mendengarkan lawan
bicaranya.
Padahal, menjadi pendengar yang baik akan memberikan banyak kebaikan serta
keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain. Misalnya saja menjadi pribadi yang lebih
bijaksana, dapat mengerti apa yang diutarakan orang lain lebih baik, disenangi dan lain
sebagainya.
Tak hanya di lingkungan keluarga, namun kita juga perlu menjadi pendengar yang
baik dalam berbagai aspek kehidupan seperti pada lingkungan masyarakat dan lingkungan
pekerjaan. Tentu ada proses yang harus dilalui apabila ingin menjadi pendengar yang baik.
Tentu kurangi intensitas berbicara dan perbanyak mendengarkan. Hal tersebut juga harus
dibarengi dengan memiliki sikap rendah hati, lebih berkonsentrasi dan memiliki sikap
objektif.
Ada rasa lega ketika seseorang bercerita atau berkeluh kesah tentang permasalahan
yang sedang dihadapi kepada seseorang. Beban pikiran akan sedikit berkurang ketika
bercerita kepada seseorang, lalu dia mendengarkan dengan sangat antusias. Kekuatan dari
mendengarkan memang sangat luar biasa.
Meskipun menjadi pendengar yang baik sangat penting, bukan berarti kita harus
mendengarkan setiap apa yang datang kepada kita. Berusahalah untuk tidak mendengarkan
hal-hal buruk. Sebagai contohnya, ketika kamu memiliki suatu usaha, pasti akan ada
beberapa orang yang tidak menyukai usahamu kemudian mencemooh. Kalau kita ingin
sukses, abaikan saja mereka. Hal yang perlu dilakukan ialah memilah-milah mana yang perlu
didengarkan dan mana yang tak perlu didengarkan.
Nah, jika kita mampu menjadi pribadi yang memiliki empati dengan cara mau
mendengarkan seseorang ketika mereka perlu didengar, dapat dikatakan kita telah memenuhi
kriteria sebagai pendengar yang baik. Di dalam banyak kesempatan, kita sebaiknya berusaha
untuk menjadi pendengar yang baik agar dapat merasakan serta mengerti permasalahan yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA

De Janasz, S. C., Dowd, K. O., Schneider, B. Z. (2009). Interpersonal Skills in


Organizations. 3rd Edition. New York: McGraw Hill.
DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book. 13th Edition. New
Jersey: Pearson Education.
Lunenburg. F. C. (2010). Communication: The Process, Barriers, and Improving
Effectiveness.
Mulyana, D. (2009). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Orford, J. (1992). Community psychology: Theory and practice. NY: John Wiley &
Sons Ltd.
Purwanto, Djoko, Komunikasi Bisnis, Penerbit Erlangga : Jakarta, 2006
Robbins, S. P, Hunsaker, P. L . (2006). Training nn Interpersonal Skills: Tips for
Managing People at Work. 4th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Schooling, 1(1), 1-11. Matin, H. Z. (2010), Relationship between Interpersonal
Communication Skills and Organizational

Anda mungkin juga menyukai