PENDAHULUAN
Laboratorium adalah tempat atau ruangan dimana para ilmuwan bekerja dengan
peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu bahan atau benda (Procter, 1981).
Kegiatan di laboratorium meliputi kegiatan yang sangat kompleks mulai dari pengukuran,
pengamatan, pengujian,penyelidikan, penelian dan sebagainya. Dalam mempelajari dan
melakukan percobaan analisis di laboratorium, diperlukan suatu alat atau instrumentasi, yang
sangat penting guna memperlancar dalam melakukan percobaan- percobaan. Salah satu
instrument yang penting dalam menunjang kegiatan analisis di laboratorium adalah alat ukur.
Alat ukur merupakan suatu alat yang kita gunakan untuk mengetahui nilai ataupun besar dari
satuan yang kita ukur. Alat ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur massa, volume,
suhu,waktu dan lain sebagainya. Alat ukur merupakan ujung tombak dalam kualitas produk
yang dihasilkan, karena langsung berhubungan dengan proses, sehingga perlu dipelihara
untuk mendapatkan umur (life time) yang panjang. Alat ukur ini banyak digunakan dalam
berbagai kegiatan di laboratorium terutama untuk melakukan proses pengukuran dalam suatu
analisis kuantitatif. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi,atau kapasitas,biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran adalah berupa proses
menyatakan suatu angka secara empirik dan objektif pada kejadian nyata sedemikian rupa,
sebagai angka tadi dapat menjadikan gambaran yang jelas mengenai objek atau kejadian
tersebut. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas
untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian.
Di dalam pengukuran suatu alat ukur tidak ada satupun hasil pengukuran yang mempunyai
nilai kebenaran mutlak. Oleh karena itu laboratorium pengujian perlu mengetahui tentang
nilai ketidakpastian dari alat ukur yang digunakan. Cara untuk mengetahui nilai
ketidakpastian dari alat ukur yang digunakan adalah dengan melakukan kalibrasi.
Kalibrasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan antara nilai yang
ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui, yang berkaitan dengan
besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, atau bisa dikatakan kalibrasi sebagai suatu
kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan
ukur dengan cara membandingkan terhadap standar yang tertelusur. Kalibrasi merupakan
proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa
dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional
maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Seringkali hasil pengukuran yang
diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat
tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar lagi dengan adanya pengaruh
lingkungan, operator, serta metode pengukuran. Padahal dalam menghasilkan hasil
pengukuran tersebut sangat diharapkan bahwa setiap alat ukur yang digunakan dimanapun
memberikan hasil ukur yang sama dalam kaitannya dengan keperluan keamanan, kesehatan,
transaksi, dan keselamatan. Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan
yang sama, alat ukur tersebut perlu mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau
standar internasional. Setiap instrumen alat ukur sebelum digunakan atau setelah digunakan
pada periode tertentu (6 bulan atau 12 bulan), harus dilakukan pengukuran dan dikalibrasi
sesuai standar nasional ataupun internasional. Untuk proses kalibrasi, perlu ada pengukuran
terlebih dahulu pada objek yang ada misalnya pada temperatur proses. Ada beberapa metode
dalam kalibrasi antara lain simulasi, perbedaan fasa. Umumnya yang banyak digunakan
berupa metode kalibrasi perbandingan untuk membandingkan kalibrator standar alat ukur
terhadap beban ukur yang dipakai, baru dilakukan perhitungan deviasi berdasarkan standar.
Cara ini memerlukan standar kalibrator yang harus dikalibrasi di Lembaga Kalibrasi
KAN/LIPI sehingga harganya mahal. Dalam penerapan standar ISO/IEC 17025 : 2005,
kiranya upaya-upaya untuk menyamakan persepsi bagi semua pihak terkait perlu
dilaksanakan. Ketelusuran pengukuran tidak hanya sekedar menjadi persyaratan
administratif, melainkan telah menjadi kebutuhan teknis yang mendasar terutama dengan
diwajibkannya mencantumkan estimasi ketidakpastian dalam hasil uji. Bagi dunia industri
(perusahaan), layanan kesehatan, dan pendidikan yang menerapkan sistem manajemen mutu
ISO (misalnya ISO 9000:2008), kalibrasi alat ukur merupakan syarat mutlak dalam usaha
menjamin mutu dan daya saing produk sesuai standar nasional maupun internasional. Dalam
bidang layanan medis, Undang – Undang No. 44 Pasal 16 tentang Rumah Sakit Tahun 2009
telah mewajibkan bahwa setiap peralatan medis di rumah sakit dan laboratorium harus
dilakukan pengujian dan kalibrasi. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan bukan
hanya sekedar mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan atau mematuhi Undang-Undang,
tetapi yang lebih penting lagi adalah dalam rangka menjamin kualitas pelayanan dan
keamanan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kalibrasi
Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur
yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan
ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Dalam melakukan kalibrasi tidak mungkin suatu alat ukur dengan ketepatan lebih besar dari
standar kalibrasi pembanding. Suatu aturan yang sering diikuti adalah suatu standar kalibrasi
yang paling sedikit mempunyai ketepatan 10 kali alat ukur yang dikalibrasi. Jadi adalah amat
penting bahwa orang yang melakukan kalibrasi alat ukur harus yakin bahwa standar kalibrasi
mempunyai ketepatan yang memadai sebagai pembanding.
Pada penggunaan yang berkesinambungan, mungkin terjadi bawhwa setelah beberapa waktu
alat ukur mengalami kesalahan penyetelan menyebabkan kesalahan nilai nol. Jadi bagi semua
jenis alat ukur kalibrasi angka nol dan jangka waktunya perlu dilakukan. Penting pula bagi
pemakai untuk mengetahui bagaimana kalibrasi dilakukan.
b. Nilai Koreksi/Penyimpangan.
c. Nilai Ketidakpastian Pengukuran
• Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya.
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan
kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain pada
kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan
dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian
alat, waktu kalender atau gabungan dari keduanya.
2. Frekuensi pemakaian
3. Stabilitas
4. Kondisi pemakaiaan
1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali, 1(satu) tahun sekali,
dst.
2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, 5000 jam pakai, dst.
3. Kombinasi carapertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000 jam pakai,tergantung mana
yang lebih dulu tercapai.
Instrumen ukur besaran dasar yang perlu dikalibrasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Sedangkan instrumen ukur besaran turunan yang harus dikalibrasi diantaranya adalah:
c. Kecepatan : Tachomete
g. Luas : Planimetri
Adapun alat laboratorium medis yang lain yang harus dikalibrasi antara lain :
Encerkan larutan zat warna (evans blue, BSP atau bathophenanthroline) dengan
aquades menggunakan diluter yang akan dikalibrasi. Lakukan hal yang sama
dengan menggunakan pipet atau labu ukur yang bersertifikat kelas A dari National
Bureau Stadar ( NBS ).
Baca absorbans larutan warna hasil pengeceran dengan diluter menggunakan
spektrofotometer yang telah dikalibrasi. Lakukan hal yang sama pada larutan
warna hasil pengenceran dengan pipet/labu ukur.
Catat kedua hasil tersebut dan bandingkan.
Diluter dalam keadaan baik bila pembacaan hasil keduanya sama atau hampir
sama ( berbeda 0,5 – 1 % ).
b. Diluter Mikro ( diluter micro )
Hal hal yang perlu diperhatikan adalah :
Setiap kali sebelum alat dipakai harus direndam atau dibasahi dengan aquades atau
bahan pelarut yang sesuai selama ± 1 menit untuk menghindari timbulnya gelembung
pada waktu logam diluter menyentuh cairan, sehingga volume di dalam cakram
mikrodiluter berkurang.
Setelah direndam, segera tiriskan di atas kertas tissue/kertas penghisap untuk
menghilangkan kelebihan cairan yang menempel pada logam.
Untuk kalibrasi volume mikro diluter digunakan “ Diluter Delitery tester “ yaitu karton
penghisap dengan gambaran lingkaran – lingkaran dengan diameter tertentu yang
menunjukkan volume tertentu pula. Misalnya diameter 0,9 cm menunjukkan volume 0,025
Cara :
Tegakkan mikrodiluter yang telah berisi cairan di atas karton dengan diameter
lingkaran yang sesuai dengan volume mikrodiluter yang akan dikalibrasi.
Tempelkan cakram diluter tepat pada tengah lingkaran.
Apabila cairan membasahi lingkaran sampai batas tepinya, berarti volume cairan di
dalam cakram sesuai atau tepat.
Apabila cairan tidak mencapai tepi, berarti volume kurang dari yang seharusnya, dan
sebaliknya bila cairan melebar keluar lingkaran berarti volumenya melebihi dari yang
seharusnya.
c. Inkubator ( incubator )
Cara :
1) Catat suhu inkubator pada kartu setiap hari sebelum mulai bekerja.
2) Penyimpangan suhu yang melebihi 2 oC, pengatur suhu perlu disetel
kembali.
d. Lemari es ( Refrigerator/freezer )
Catat suhu setiap hari dengan termometer atau suhu yang terlihat pada digital display
pada freezer. Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang
dikalibrasi, misalnya 2 – 8 oC, - 20 oC atau – 76 oC.
Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar.
Cocokkan hasil yang didapat antara suu yang ditunjukkan oleh termometer digital
display dengan termometer standar.
e. Oven
Cara :
1) Secara berkala lakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan termometer.
2) Cocokkan hasil yang di dapat antara suhu yang tercantum dalam oven dengan
suhu yang di tunjukkan oleh termometer standar.
f. Otoklaf ( Autoclave )
Digunakan untuk menguji apakah fungsi alat, suhu, waktu dan tekanannya sudah
benar.
Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Autoclave indicator tape.
Cara :
Rekatkan indicator tape secara melingkar pada kemasan yang aikan disterilisasi. Pada
otoklaf yang besar, kemasan diletakkan pada bagian atas dan bagian bawah otoklaf.
Atur suhu, waktu dan tekanan
Hidupkan otoklaf
Setelah selesai baca indicator tape dengan melihat perubahan warna ang terjadi pada
garis – garis diagonal. Bila proses sterilisasi berjalan dengan baik, garis – garis
diagonal berubah warna dari putih menjadi coklat kehitam – hitaman.
2. Bacillus stearothermophilus
Cara :
Masukkan bacillus stearothermophilus dalam bentuk liofilisasi dalam otoklaf.
Atur suhu, waktu dan tekanan.
Hidupkan otoklaf.
Setelah selesai, ambil Bacillus stearothermophilus dan taman pada agar darah (blood
agar) dan inkubasi pada suhu 40 – 60 oC selama 24 – 48 jam.
Proses sterilisasi berjalan baik bila tidak ada pertumbuhan Bacillus
stearothermophilus.
2. Elisa Washer
Yang perlu dikalibrasi pada alat ini adalah :
a). Volume dispenser
Waktu dispensing, volume di dalam washer harus sesuai dengan sertifikasi masing – masing
alat. Apabila volume tidak tepat, di kalibrasi sesuai dengan petunjuk yang ada pada alat.
b). Sisa yang tertinggal dalam sumur (rest volume)
Sisa yang tertinggal tidak boleh melebihi volume yang ditentukan untuk masing – masing
alat. Apabila volume melebihi volume yang ditentukan maka alat perlu di kalibrasi.
c). Posisi sumur
Hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu pada waktu dispensing atau asperasi, bagian head
tidak boleh menyentuh tepi atau dasar sumur.
3. Inkubator (Incubator)
Suhu yang dipakai harus sesuai dengan sertifikasi masing – masing alat dan dipantau setiap
kali digunakan.
4. Heating block
Suhu haeting block harus dikalibrasi dengan cara :
Letakkan alat NTC pada ruangan inkubasi.
Pasang digital nilai Ohm.
Amati perubahan nilai Ohm.
Hasil yang diperoleh adalah sebesar 702 Ohm untuk suhu 37 oC dan 557,5 Ohm
untuk suhu 50 oC.
Bila hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan nilai di atas, harus dilakukan
penyesuian dengan cara memutar potensio P3 dan P4 yang terdapat di dalam haeting
block.
h. pH meter
Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :
Letakkan konektor pada pH meter untuk tepat elektroda harus diperhatikan dengan
baik, jangan sampai salah menghubungkan ke konektor lain.
Pada saat menuang cairan kimia harus hati – hati jangan sampai tumpah ke pH meter,
karena akan merusak komponen di dalamnya.
Selain dari pada hal – hal tersebut di atas, perlu dilakukan kitaan khusus terhadap
elektroda, yaitu :
Penggunaan elektroda harus hati – hati jangan sampai terbentur benda – benda keras,
karena elektroda terbuat dari bahan gelas yang dapat pecah.
Cuci elektroda sebelum dan sesudah digunakan
Kalibrasi perlu dilakukan setiap kali akan digunakan. Dilakukan dengan menggunakan :
1. pH Simulator
Cara :
Siapkan alat pH meter yang akan diperiksa dan pH simulator.
Hubungkan pH simulator ke tombol yang digunakan untuk menghubungkan dengan
elektroda pada pH meter.
Hubungkan masing – masing alat yang telah disambungkan tersebut ke listrik.
Berikan input pH 7 dari pH simulator dan atur zero.
Ulangi tindakan tersebut sampai penunjukan pH meter konstan dan menunjuk 7 atau
0 mV.
Kemudian berikan input pH 4 pada pH simulator, amati dan tepatkan penunjuk pada
pH meter sampai menunjuk angka 4 dengan mengatur kompensasi temperatur.
Lakukan hal yang sama untuk input pH 9 dari pH simulator ke pH meter sampai
penunjukkan konstan.
pH meter siap untuk digunakan.
i. Pipet
Cara :
Timbang botol timbangan dengan timbang analitik, kemudian catat hasilnya.
Isap aquadest yang sudah diukur suhunya dengan pipet yang sudah dikalibrasi,
masukkan dalam botol timbang. Timbang botol timbangan yang sudah berisi aquadest
dan catat hasilnya.
Hitung perbedaan antara volume hasil perhitungan dengan volume yang dipipet.
Batas penyimpangan yang masih diperbolehkan sesuai dengan jenis pipet dapat dilihat
pada tabel 12 di bawah.
Cara kalibrasi ini juga dapat dilakukan pula untuk labu volumetrik dan gelas ukur dan lain –
lain.
k. Rotator (Shaker)
Kalibrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menggunakan tachometer
Bila kecepatan antara tachometer dengan alat pengukur kecepatan pada rotator
menunjukkan angka yang sama, berarti alat dalam keadaan baik.
2. menggunakan cara sederhana sebagai berikut :
Pegang pensil secara tegak disamping plate.
Jalankan rotator sambil memilih jam
Hitung sentuhan plate pada pinsil dalam waktu 1 menit
Bila jumlah hitungan sesuai dengan alat pengukur kecepatan, berarti alat dalam keadaan
baik.
l. Sentrifus (centrifuge)
Kalibrasi sentrifus dilakukan dengan mengukur kecepatan permenit dan waktu. Pada
refrigerated centrufuge selain kalibrasi rpm dan waktu juga perlu kalibrasi suhu.
1. Kalibrasi rpm
Dapat dilakukan dengan menggunakan :
a). Tachometer mekanik yaitu dengan kabel yang lentur.
Cara :
Ujung kabel yang satu kaitkan pada kumparan motor di dalam, sedangkan ujung yang
lain dihubungkan dengan alat meter.
Set sentrifus pada rpm tertentu, kemudian jalankan.
Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer.
Ulangi beberapa kali, hitung rata – rata.
b). Tachometer elektrik
Letakkan bagian magnit di keliling coil, sehingga menimbulkan aliran listrik bila alat
dijalankan.
Set sentrifus pada rpm tertentu.
Aliran listrik yang timbul akan menggerakkan bagian meter
Catat rpm yang di tunjukkan oleh meter pada tachometer.
Ulangi beberapa kali, hitung rata – rata.
m. Spektrofotometer (spectrophotometer)
Kalibrasi meliputi :
1. Ketepatan pengukuran absorban
Kalibrasi dilakukan tiap minggu, kalibrasi dulakukan dengan memakai larutan 50 mg atau
100 mg/l potasium bichromat (K2Cr2O7) 0,8 N asam sulfat (H2SO4). Format larutan
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Larutan tersebut mempunyai nilai absorban
pada setiap panjang gelombang.
3. Linearitas alat
Lakukan kalibrasi setiap 6 bulan.
Kalibrasi linearitas dapat dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang
tertentu terhadap konsentrasi tertentu terhadap konsentrasi larutan yang berbeda – beda yang
telah diketahui nilainya.
p. Termometer
Kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan cara sebagai berikut :
Letakkan thermometer yang dikalibrasi dan thermometer standar bersertifikat
berdekatan dalam ruang ber AC (suhu 20o – 25oC) dan diamkan selama 1 jam.
Catat suhu yang ditunjukkan oleh kedua alat thermometer.
Thermometer memenuhi syarat bila perbedaan pembacaan suhu antara kedua
thermometer adalah ± 0,5 oC.
Ulangi pemeriksaan di atas dengan menggunakan suhu 30 oC – 40 oC (dalam oven).
a) Kecermatan (Accuracy)
Kecermatan adalah kemampuan dari instrumenukur untuk memberikan indikasi
pendekatan terhadap harga sebenarnya dari obyek yang diukur. Akurasi pengukuran
atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. Akurasi didefinisikan sebagai beda
atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai
sebenarnya. Dengan demikian, tingkat kesalahan pengukuran menjadi lebih kecil.
Keteletian dan kecermatan sangat berkaitan dengan alat ukur yang akan digunakan
pada saat pengukuran.
Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi
operasi tertentu dan dapat diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi
dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat
diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada
akurasinya.
b) Ketepatan (Precision)
Ketepatan adalah kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang
didistribusikansekitar nilai rata –ratanya atau penyebaran nilai pengukuranindividual
dari nilai rata –ratanya. Definisi lain dari ketepatan adalah tingkat kesamaan nilai
pada sekelompok pengukuran atau sejumlah nilai dimana pengukuran dilakukan
secara berulang-ulang dengan instrument yang sama. Ketepatan bisa juga dikatakan
sebagai tingkat perbedaan yang sekecil-kecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai
sebenarnya. Untuk memperoleh ketepatan yang diharapkan kalibrasi alat ukur, perlu
dilakukan secara berkala dengan menggunakan standar konstan yang telah diketahui.
Alat ukur yang mempunyai presisi yang bagus tidak menjamin bahwa alat ukur
tersebut memiliki akurasi yang baik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana cara melakukan pengukuran agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam
ketepatan atau presisi. Contoh masalah yang sering terjadi menyangkut ketepatan atau
presisi :
Adanya kesalahan parallax
Adanya kesesuaian (conformity)
Adanya jumlah angka berarti (jumlah angka dibelakang koma untuk
menyatakan hasil pengukuran).
c) Koreksi (Corection)
Koreksi adalah suatu harga yang ditambahkan secara aljabar pada hasil dari alat ukur
untuk mengkompensasi / mengimbangi penambahan kesalahan sistematik.
d) Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan adalah perubahan pada reaksi alat ukur yang dibagi oleh hubungan
perubahan aksinya. Kepekaan adalah perbandingan antara sinyal keluaran atau respon
instrumen terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur. Perbandingan
pergerakan linier y dengan pergerakan variabel x. Semakin sensitif alat maka
kurva semakin mendatar, sedangkan semakin tidak sensitif alat maka kurva semakin
tegak.
Kepekaan alat ukur secara umum mengacu kepada dua hal. Pada beberapa kasus
kepekaan menyatakan perubahan terkecil nilai peubah yang diukurr dimana alat ukur
memberikan tanggapan sementara aliran pemikiran lain menganggap kepekaan
sebagai ukuran perubahan yang dihasilkan oleh alat ukur untuk suatu perubahan
peubah yang diukur.
e) Daya Baca (Resolution)
Daya Baca adalah besar pernyataan dari kemampuan peralatan untuk membedakan
artidari dua tanda harga/skala yang paling berdekatan dari besaran yangditunjukkan.
f) Rentang Ukur (Range)
Rentang Ukur adalah besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan batas ukur atas.
Batas ukur berbeda-beda tergantung kebutuhan. Untuk kebutuhan hasil penelitian
yang lebih akurat maka dibutuhkan rentang ukur yang lebih kecil, begitu juga
sebaliknya.
a) Kecermatan (Accuracy)
Dalam suatu proses menganalisis kadar akuadest dengan menggunakan oven,
hasil pengukuran tersebut ternyata dipengaruhi oleh suhu yang ada di dalam
oven, hal ini menunjukkan oven tersebut harus dikalibrasi.
Dua buah thermometer akan digunakan dalam sebuah percobaan yaitu
thermometer alcohol dan thermometer raksa. Ketika melakukan pengukuran
suhu dengan menggunakan termometer alkohol,didapatkan angka 25oC.
Sedangkan jika diukur dengan menggunakan termometer raksa menunjukkan
suhu 28oC. Hal ini menunjukkan bahwa terdapatnya perbedaan pada akurasi
pengukuran kedua thermometer tersebut. Seharusnya kedua thermometer
menunjukkan skala atau nilai yang sama, namun diperkirakan terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam percobaan tersebut sehingga perlu dilakukan
verifikasi terhadap standar yang ditetapkan dan dilakukannya kalibrasi.
Dilakukan sebuah pengukuran volume akuadest dengan 2 alat ukur yaitu
menggunakan pipet ukur dan gelas ukur. Pertama diambil 20 ml akuadest
dengan menggunakan pipet ukur, kemudian akuadest tersebut dialirkan ke
gelas ukur. Akuadest yang dialirkan dengan pipet ukur menuju ke gelas ukur
tersebut menunjukkan angka 18 ml pada takaran gelas ukur. Darisana kita
dapat melihat perbedaan volume akuadest di awal yang 20 ml dengan volume
akuadest di gelas ukur 18 ml dengan perbedaan 2 angka. Dan dapat kita
simpulkan bahwa pada pengukuran volume tersebut tidak mendapatkan hasil
yang sama, sehingga harus dilakukan kalibrasi agar nilai yang dihasilkan tetap
sama dengan nilai awalnya.
b) Ketepatan (Precision)
Dalam kegiatan penimbangan, suatu padatan NaCl (Natrium Klorida)
sebanyak 25,50 gr ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian
dilakukan penimbangan kembali padatan NaCl tersebut. Hasilnya
menunjukkan angka yang sama dengan nilai padatan yang tetap dengan nilai
awal yaitu 25,50 gram. Hal ini menunjukkan bahwa neraca analitik tersebut
rutin dilakukannya kalibrasi dan disetarakan atau disesuaikan kembali dengan
standar yang sudah ditetapkan.
Pada kegiatan penimbangan Erlenmeyer dengan menggunakan neraca analitik
didapatkan angka 55,75 gr. Beberapa saat kemudian dilakukan kembali
penimbangan menggunakan neraca analitik yang sama dan menghasilkan
angka 52,90 gr. Terlihat jelas perbedaan yang dihasilkan, yaitu penurunan
nilai. Dapat kita simpulkan bahwa neraca analitik berkurang ketepatannya. Itu
bisa saja terjadi karena faktor ketelitian petugas dalam melakukan
penimbangan yang seharusnya diawali dengan angka 0, ataupun faktor-faktor
lain, sehingga neraca analitik tersebut perlu dikalibrasi kembali agar sesuai
dengan standar.
Bila termokopel digunakan untuk mengukur suhu api, misalnya pada 1.000oC
5
dengan ketepatan ± 5oC, maka persentase kesalahannya adalah ±1.000x 100 =
± 0,5 %. Namun bila kesalahan ± 5oC terjadi pada pengukuran suhu air
5
mendidih pada 100oC, maka persentase kesalahannya adalah ± x 100 = ± 5
1.000
d) Kepekaan (Sensitivity)
Cara kerja suatu waterbath adalah dengan memasukkan air ke dalam bejana,
lalu atur suhu yang dikehendaki dan hidupkan water bath. Masukkan benda
yang akan dipanaskan ke dalam air ( untuk tangas air ), letakkan benda pada
salah satu lubang ( untuk tangas uap ), lubang lain yang tidak digunakan tetap
ditutup. Pada saat percobaan, waterbath ini diletakkan berdekatan dengan oven
yang tidak digunakan. Pada saat waterbath menjalankan kerjanya, suhu
lingkungan sekitar oven ikut meningkat dikarenakan waterbath mengeluarkan
uap ke sekitarnya dan jarak yang terlalu dekat antara waterbath dengan oven.
Jarak yang berdekatan juga memicu kepekaan dari Oven yang membuktikan
kenaikan suhu. Dengan hal itu, disarankan untuk memberikan jarak antara alat
satu dengan yang lainnya pada saat percobaan dilakukan.
e) Daya Baca (Resolution)
Suatu timbangan pada jarum penunjuk yang menunjukkan perubahan 0,1 gr
(terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi dari timbangan
tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan pula dalam persen
skala penuh.
f) Rentang ukur (Range)
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratusmilimeter. Terdiri dari dua bagian,yaitu skala utama dan skala
nonius. Skala utama tidak dapat digerak –gerakkan; sedangkan skala nonius
dapat digeserkan/ digeser.Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung
pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Jangka sorong terbaru
sudah dilengkapi dengan bacaan digital. Jangka sorong yang ad memiliki
ketelitian 0,1 mm, 0,05 mm dan 0,02mm. Tingkat ketelitian pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan penggaris.
Seorang peneliti melakukan pengukuran massa suatu padatan dengan
menggunakan alat ukur massa dengan ketelitian 0,5. Karena tidak puas
dengan akurasi data, kemudian peneliti ingin hasil peneltian lebih akurat.
Dengan cara kembali mengukur dengan menggunakan alat ukur massa dengan
ketelitian yang dianggap lebih akurat yaitu 0,05.
Pada awal saat sebelum dilakukannya titrasi terlihat batas bawah dan batas
atas pada buret menunjukkan angka 22 ml. Namun sesaat setelah dilakukan
kegiatan titrasi, larutan yang jatuh sebanyak 25 ml. Terjadi perbedaan nilai
akhir yang dimana hal ini disebabkan oleh proses pemuaian yang terjadi pada
buret.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kalibrasi adalah proses yang sangat penting untuk menentukan akurasi dan presisi
suatu alat ukur. Oleh karena itu, diharapkan pada saat proses kalibrasi petugas harus benar –
benar teliti dan memperhatikan setiap elemen atau faktor yang dapat mempengaruhi hasil
dari proses kalibrasi tersebut agar nilai yang dihasilkan tepat dan tidak berubah-ubah.
DAFTAR PUSTAKA
https://ayuuyulissetyoningsih.wordpress.com/2014/06/08/kalibrasi-alat-ukur/
ayuuyulissetyoningsih, 8 Juni 2014
http://iqmal.staff.ugm.ac.id/wp-content/iqmal-2008-kalibrasi.pdf
tahir, 2008. arti penting kalibrasi pada proses pengukuran analitik: aplikasi pada penggunaan
phmeter dan spektrofotometer Uv0vis. laboratorium kimia dasar, jurusan kimia, fmipa,
universitas gadjah mada
. http://www.elektro.pnj.ac.id/upload/artikel/files/07_Edit&Layout_CecepS_JEE-
Sep2011_Kalibrasi%20Temperatur.pdf
http://sainstkim.teknik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/INSTRUKSI-KERJA-ALAT-
hotplate-stirer-IKA-C-mag.pdf
Prinsip Kerja Alat Lab Oct 31, 2012 by Widi Restu Gumelar
https://www.scribd.com/doc/111626966/Prinsip-Kerja-Alat-Lab
http://biosains.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/10/INSTRUKSI-KERJA-ALAT-OVEN-
MEMMERT.pdf
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=daya%20baca%20(resolution)&source=web&cd
=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiNiIzj_onPAhUBlZQKHUBjC_oQFggaMAA&url=htt
p%3A%2F%2Fshare.its.ac.id%2Fmod%2Fresource%2Fview.php%3Fid%3D237&usg=AFQj
CNFcNYloW8jW0a9Esn3DIE_dRjicAA&sig2=ipf23Pc06tvYgYrDtRb5_A
LAMPIRAN