Anda di halaman 1dari 16

penanganan bahan kimia

BAHAN-BAHAN KIMIA DAN PENANGANANNYA


Kemungkinan penanganan bahan-bahan kimia berbaahaya dalam laboratorium

cukup banyak. Hal ini disebabkan oleh banyaknya reagen kimia yang dapat dipakai,

meskipun penggunaannya kaadangkala relative sedikit dibandingkan dengan industry.

Suatu bahan kimia dapat dikatakan berbahaya jika beracun, korosif, karsinogen, mudah

terbakar, mudah meledak atau bersifat radioaktif.Untuk itu perlu pengetahuan berbagai

hal tentang zat kimia diantaranya tipe bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia, rambu-

rambu bahan kimia, penangan bahan kimia serta pemusnahan bahan sisa-sisa. Diperlukan

penanganan inventarisasi dan keamanan laboratorium, mencakup inventarisasi peralatan

laboratorium yang ada secara rinci, darimana sumber alat, lokasi penyimpanan yakni

spesifikasi alat mencakup pengamanan peralatan agar aman dan mudah diakses

Tujuan yang akan dicapai adalah :

 Mencegah kehilangan

 Mengurangi biaya operasi

 Meningkatkan kualitas kerja

 Mencegah pemakaian yang berlebihan

Pengamanan laboratorium

Prinsip umum pengamanan laboratorium meliputi :

 Tanggung jawab (kepala lab, laboran, pemakai laboratorium)

 Penempatan alat dan bahan

 Kerapian (lantai tdk ada hambatan, penempatan zat dan peralatan)

 Kebersihan lab dan pengguna laboratorium

 First aid (utk mata, P3K, Pemadam)

 Pakaian (jas lab, pakaian yg dilarang)

 Dilarang berlari di laboratorium

Penanganan alat-alat gelas harus hati-hati dan memperhatikan keadaan alat sebelum

dipergunakan, misalnya

 Pipa gelas

 Bejana bergerigi dan tajam


 Pelabelan bejana gelas

 Penggunaan (pipet, buret, labu ukur)

 Melepaskan tutup botol

Disiplin dan Ketrampilan Laboran

Disiplin laboran akan mempengaruhi terhadap efisensi kerja di laboratorium, perlu

kerjasama yang baik dalam menyelesaikan permasalahan di laboratorium.

Ketrampilan laboran harus ditingkatkan melaui :

 Melalui pendidikan formal dan informal

 Melalui bimbingan guru di lingkungan sendiri atau guru dari luar

 Melalui tim kerja di laboratorium dan di luar laboratorium

Tipe bahaya oleh bahan kimia

1. Ledakan

Ledakan dapat terjadi oleh adanya gesekan, loncatan api, pemanasan atau

bantingan terhadap bahan kimia tertentu. Contoh : Ammonium karbonat akan

meledak bila dibanting.

2. Kebakaran

Bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kebakaran oleh adanya bunga api,

panas, atau loncatan listrik. Contoh enter akan terbakar oleh adanya nyala api.

Adapula bahan kimia tertentu yang bila berkontak dengan bahan kimia lainnya

akan menimbulkan api. Contoh n-Butil litium dengan adanya air yang terdapat di

udara dalam bentuk uap air akan dapat menyala.

3. Keracunan

Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan pernafasan.

Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah keracunan yang

terjadi oleh pengaru dosis tertentu dalam waktu relative pendek, sedangkan

kronis akibatnya baru dirasakan pada waktu yang relative lama. Untuk keracunan

yang disebabkan bahan kimia dapat didefenisikan sebagai berikut:

Bersifat akut
e Dosage) 50 : Dosis yang memberikan respon terhadap 50% hewan percobaan

osage) 50 : Dosis yang memberikan kematian 50% terhadap percobaan

Concentration) : Konsentrasi gas yang dapat memberikan kematian 50% terhadap binatang

percobaan.

Bersifat kronis

TLV (Threshold Limite Value) atau NAB (Nilai Ambang Batas) adalah adalah

konsentrasi zat di udara yang dapat dihirup 8 jam/ hari selama 5 minggu tanpa

gangguan berarti.

Tingkat keracunan dapat dilihat pada tabel nilai ambang batas di bawah ini.

Tingkat Keracunan NAB pada LD 50

1. Tidak beracun 15 gr/kg berat badan

2. Sedikit beracun 5 – 15 gr / kg berat badan

3. Keracunan sedang 0,5 – 5 gr / kg berat badan

4. Beracun 50 – 500 mg / kg berat badan

5. Sangat beracun 5 – 50 mg / kg berat badan

6. Super beracun <50 mg / kg berat badan

4. Bahaya kecil (Nicives)

Bila bahan ini masuk ke dalam tubuh, akan menyebabkan gangguan kesehatan.

5. Korosif

Bahan kimia tertentu bila berkontak dengan organ tubuh maka akan merusak

jaringan.

Contoh : Brom

6. Iritasi

Bila terjadi kontak antara bahan kimia dengan organ tubuh, maka tubuh akan

menjadi lecet misalkan pada mata, kulit dan pernapasan

7. Radiasi

Bahan kimia yang dapat menyebabkan radiasi adalah bahan radioaktif.


Rambu – rambu bahan kimia

Bahan kimia dikemas dalam bebrbagai wadah : berupa botol kaca, polimer, dan

kemasan logam atau kaleng.Bahan berupa cairan biasanya dikemas dalam botol

kaca (gelap dan transparan), Kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan

powder biasanya dalam kemasan polimer atau kemasan kalne yang di dalamnya

dilengkapindengan kemasan plastic.Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan

etiket (label) serta rambu-rambu tentang bahaya yang dapat terjadi yaitu salah

satu dari gambar berikut :

Selain rambu-rambu di atas adalagi keterangan yang lebih rinci dengan kode R

dan S

R = Renseigement = penjelasan yang lebih rinci

S = Security = pengamanan dengan perlakuan

Beberapa arti dari kode-kode R dan S adalah sebagai berikut :

R1 = meledak dalam keadaan kering


R2 = meledak oleh bantingan, api dan gesekan
R3 = berbahaya besar oleh ledakan akibat terbanting, gesekan, api
atau sumber
nyala
R14 = berekasi cepat dengan air
R15 = bila berkontak dengan air membebaskan gas yang mudah terbakar
R47 = bahaya terhadap kesehatan dalam waktu lama
Kombinasi : bila ada nomor ganda berarti informasi juga ganda, contoh :

R14/15 = bereaksi keras dengan air dan membebaskan gas mudah

terbakar

R15/29 = bila kontak dengan air menbentuk racun dan gas mudah

terbakar

R20/21 = melukai bila terhirup dan kontak dengan kulit

Penjelasan lebih lanjut kode S adalah sebagai berikut

S1 = simpan dalam lemari terkunsi

S2 = simpan di luar jangkauan anak-anak


S3 = simpan di tempat yang dingin

S4 = simpan jauh dari tempat tinggal

S14.1 = jagalah dari bahan pereduksi, logam berat,asam dan alkali

S14.2 = jaga dari bahan pengoksidasi asam dan logam berat

S28.1 = jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun dan air

S28.3 = jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun,air + polietilenglikol

400

S43 = pergunakan untuk pemadaman api

S43.1 = pergunakan untuk pemadam api air

S43.2 = pergunakan pemadam api bubuk

S43.7 = pergunakan pemadam api logam

S52 = bukan untuk digunakan di daerah tempat tinggal atau rekreasi

S53 = jangan dibanting, cari informasi sebelum dipakai

Perlakuan Bahan Kimia yang Berbahaya

1. Bahan kimia yang mudah meledak

Bahan kimia yang reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak.

Peledakan terjadi karena reaksi amat cepat serta menghasilkan panas dan gas

dalam jumlah yang besar. Ledakan adalah kecelakaan yang sering terjadi di

laboratorium kimia, sehingga banyak menimbulkan korban dan jiwa.

Simpanlah bahan yang mudah meledak di tempat yang segar. Jangan biarkan

penyimpanan lembab atau kotor waktu hujan.Hindari pula sesuatu yang dapat

menyebabkan pemanasan dan loncatan api dan jangan simpan berdekatan dengan

zat yang dapat bereaksi, karena peristiwa peledakan selalu disertai kebakaran.

Jika melakukan percobaan dengan senyawa yang dapat meledak maka lakukan

dalam lemari asam, pakai alat pelindung dan siapkan alat pemadam kebakaran.

2. Bahan kimia beracun

Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada aksinya lambat dan ada

yang cepat. Bahan kimia di laboratorium pada umumnya aksinya lebih cepat
disbanding dengan yang digunakan dalam industry. Bila memungkinkan penggunaan

bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara dan tidak

beracun atau sifat toksisitasnya rendah.Contoh benzene diganti dengan toluene,

CCl4, atau CHCl3 diganti dengan CH2Cl2.

Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka pengamannya di lemari asam

dengan menggunakan masker yang spesifik ( tidak universal). Spesifikasi masker

dapat dilihat dari pita yang melekat pada filternya seperti tabel di bawah ini

Warna Pita Bahan beracun yang dicegah

Putih Asam pekat

Hitam Asam sianida

Hijau Amoniak

Biru CO

Putih strip kuning Gas klor

Kuning Asam dan uap organic

Coklat Asam, uap organic, dan

amoniak

Mekanik (perban) Debu

Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipis dari karet, penahan panas

digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat kepanasannya.

3. Bahan korosif

Bahan kimia seperti asam klorida, asam nitrat, dan asam sulfat, belerang

dioksida, asam-asam, asam anhidrida dan alkali dapat merusak logam (mineral)

yang ada dalam tubuh kita, missal aasam sulfat dapat menyebabkan luka

setempat dan asam sulfide dapat menyebabkan efek sistemik.


Bahan korosif yang berbentuk gas lebih berbahaya daripada yang berbentuk

cairan dan cairan lebih berbahaya dari yang berbentuk padatan. Bahaya dapat

diproteksi dengan masker, sarung tangan, kacamata dan lemari asam. Bahan

korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat,

berlabel, hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan serta kontak dengan

kulit dan mata, dan dipisahkan dari bahan beracun (toxic).

4. Bahan yang mudah terbakar

Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan senyawa

organic makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber api dapat dari

peralatan yang digunakan untuk pemanasan termasuk dari instalasi listrik.

Contoh eter dapat terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api. Logam

Natrium, Butil-Litium bila kontak dengan air akan menimbulkan api (kebakaran).

Terjadinya kebakaran dapat dimengerti bila kita memahami segitiga api

oksigen

bahan bakar sumber api

Kebakaran akan terjadi bila tiga unsure di atas terpenuhi sehingga untuk

mencegah kebakaran adalah dengan hanya mengisolasi salah satu unsure di

atas.Bila kebakaran terjadi maka perlu diketahui jenis kebakarannya agar dapat

diambil langkah yang tepat, karena tidak semua kebakaran dapat dipadamkan

dengan air. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis bahan

bakarnya seperti tabel di bawah ini :

Kelas Bahan mudah terbakar (Burning material)


Kebakaran

(Fire Class)

A Kertas, Kayu, Tekstil, Plastik, dan sejenisnya

B Pelarut yang mudah terbakar seperti

Benzene, Toluene, dan Eter

C Instalasi Listrik seperti Travo, dan peralatan

listrik

D Logam alkali seperti logam Na dan Li

Memadamkan kebakarazzn dilakukan dengan cara disesuaikan dengan kelas

kebakarannya sebagai tindakan pertama sebelum memanggil pemadam kebakaran

sebagai berikut :

Tindakan pertama Warna Tabung Untuk Kelas Kebakaran

Air Merah A, B, dan C

Busa (foam) Krem A dan B

Tepung (powder) Biru A,B, C, dan D

Halon (halogen) Hijau A,B, C, dan D

Karbon dioksida Hitam A,B, C, dan D

Pasir - A dan B

Selain alat pemadam kebakaran maka di laboratorium sudah harus disediakan

selimut api, dan manual caara memadamkan kebakaran.

5. Gas bertekanan

Disimpan di ruangan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari.

Hindari panas, api, bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak

digunakan disimpan dalam keadaan tidur, bila digunakan disimpan dalam keadaan

berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk tabung yang tinggi.

6. Bahan radioaktif
Contoh : Uranium, Radium dan Torium. Ruangan penyimpan perlu didesain khusus.

Penanganan Sampah/ Limbah Bahan Kimia

Pengertian Limbah (BAPPEDAL) adalah

Bahan beracun dan berbahaya (B3) adalah setiap sisa bahan suatu kegiatan

yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat (toxicity,

flammability, dan corosivity), konsentrasi atau jumlahnya baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan atau

membahayakan kesehatan mahluk hidup khususnya manusia.

Setelah menyelesaikan aktivitas dengan berbagai bahan kimia, maka akan

ditinggalkan sisa berupa residu (sisa), slurries (campuran encer dari bahan-bahan

tidak terlarut, endapan-endapan, zat warna dan lain-lain) dan larutan sisa yang

harus dibuang. Sebelum membuang sampah kimia hendaknya memahami MSDS

(Material Safety Data Sheet) dan bila ragu-ragu harus berkonsultasi dengan

ahlinya (pembimbing) sebelum membuang limbah tersebut.

1. Pembuangan langsung dari laboratorium

Bahan kimia netral tidak beracun dan larut dalam air dapat dibuang langsung

melalui saluran air (sink), tetapi jika asam harus dinetralkan lebih dulu.

Aturan Pembuangan Sampah Kimia

a. Jangan membuang sampah asam dan basa pekat atau slurries ke sink. Membuang

sampah tertentu ke system saluran air (sink) di laboratorium mungkin diijinkan,

tetapi harus mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan. Sebaiknya bahan-bahan

yang larut dalam air seperti asam basa yang diijinkan dibuang melalui sink itupun

sebaiknya diencerkan lebih dulu dengan pH 3 - 11 dan kecepatan pembuangan

juga harus dibatasi.

b. Ketika membuang sampah asam, basa, slurries ke sink maka air harus dialirkan

terus-menerus untuk mengencerkan bahan yang dibuang.Bila proses pembuangan

telah selesai maka bilas sink untuk membuang bahan-bahan korosif.


c. Sampah-sampah dan bahan-bahan pelarut yang tidak bersifat korosif dan tidak

reaktif serta tidak mengandung benda padat biasanya dikumpulkan dalam wadah

gelas atau logam.

d. Sampah kimia berbahaya harus ditempatkan dalam wadah yang diberi label.

Sampah-sampah yang sangat berbahaya biasanya diubah terlebih dulu

(dioksidasi, direduksi, dinetralisasi, dan lain-lain) menjadi bahan yang tidak

berbahaya sebelum ditempatkan dalam wadah pembuangan.

e. Penanganan sampah organic dan residu yang tidak larut dalam air

f. Tempatkan residu dalam wadah pembuangan yang aman.

g. Tempatkan semua pelarut yang mudah menguap dalam satu wadah penampung

pelarut yang berisi/ menghasilkan uap air dan tidak terdapat bahaya api. Pelarut-

pelarut yang mudah menguap adalah yang menguap pada suhu relative rendah.

Uap yang dihasilkan dapat berupa racun, menimbulkan rasa mual, menyebabkan

iritasi,mudah terbakar dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak

menyenangkan.

h. Sampah Natrium dan Kalium dihancurkan dengan cara memasukkannya secara

perlahan pada etanol absolute yang akan membentuk alkoksida yang larut dalam

air.

i. Hindari pembuangan sampah kimia yang sembarangan untuk mencegah

kemungkinan terjadinya reaksi spontan, peledakan dan kebakaran.

j. Untuk pembuangan yang menggunakan wadah maka hatus diperhatikan

kemungkinan terjadinya reaksi bahan dengan wadahnya.

2. Pembakaran terbuka

Pelarut sisa yang mudah terbakar haruslah dikumpulkan dalam sebuah jerigen

besar yang tertutup rapat dan dikumpulkan adalah yang tidak beracun dan tidak

bisa didaur ulang. Hasil ini dibawa ke suatu tempat pembakaran khusus yang

disediakan. Sampah cairan yang mudah terbakar tidak boleh dibuang di


sink.Sampah tersebut harus dikemas dalam botol berlebel untuk dihancurkan

diluar laboratorium dengan cara membakar.

3. Pembakaran dalam tanur

Jika zat beracun atau berbahaya maka pembakaran dilakukan dalam tanur yang

panasnya hingga 1000 oC sehingga pembakaran berlangsung sempurna.

Jika cara yang dikemukan di atas tidak dapat dilakukan maka cara lainnya adalah

dengan penguburan. Dalam penguburan perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi

perembesan ke sumur dan tidak berbahaya pada penggalian di waktu yang akan

datang.

Bahan Kimia Yang Tertumpah

a. Tumpahan Bahan kering dan padat

Dapat disapu dan dimasukkan dalam wadah pembuangan yang sesuai.

b. Tumpahan Larutan Asam

Disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase.

Untuk menetralisir residu dapat digunakan abu soda atau natrium bikarbonat

padatan yang diikuti penyiraman dengan air ke drainase. Tumpahan asam sulfat

pekat untuk menghindari percikan dan panas disiram dengan air yang banyak atau

dinetralkan dengan kapur atau basa sebelum dibersihkan.

c. Tumpahan Larutan Alkali

Tumpahan disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase.

Dapat juga digunakan alat pengepel dan ember (untuk tempat perasan pel/tidak

diperas dengan tangan).

Hindari percikan dan tukar air pencuci pel beberapa kali. Larutan alkali

mengakibatkan lantai menjadi licin,sehingga pasi bersih bias ditaburkan di

atasnya kemudian disapu dan dikumpulkan pada wadah pembuangan yang sesuai.

Tumpahan alkali kuat harus diencerkan dengan air atau dinetralkan dengan asam

encr sebelum dibersihkan.


Perhatikan agar kain yang digunakan untuk melap tidak mengandung sisa lagi

sebelum membuangnya.

d. Tumpahan Bahan-Bahan Yang Berminyak

Tumpahan bahan berminyak harus dibersihkan dengan cara melapnya secara

langsung. Kain pel dicuci dengan pelarutnya dan dilap lagi dengan cara yang sama.

Cairan pencuci kain lap juga ditukar beberapa kali. Selanjutnya dibersihkan

dengan air dan detergen untuk menghilangkan minyak sisa.

Cara lain adalah dengan menaburi bahan berminyak dengan serbuk gergajian /

abu kayu, kemudian disapu dan dikumpulkan dalam wadah logam.

Hindarkan kertas, kain lap dan bahan lain yang terkontaminasi dari sumber api

untuk mencegah kebakaran

e. Tumpahan Pelarut Yang Mudah Menguap

Hal pertama dilakukan adalah menjauhkannya dari sumber api.Selanjutnya bila

tumpahannya tinggal sedikit dapat dilap dengan kain dan kain lap ditempatkan di

wadah pembuangan yang sesuai. Bila tumpahannya banyak maka dapat dibersihkan

dengan kain pel dan air.

f. Tumpahan Merkuri

Sifat bahaya dari tumpahan merkuri adalah uap merkuri yang sangat berbahaya

dan getaran dapat mempercepat penguapan merkuri.

Cara membersihkan tumpahan merkuri :

a. Ditarik dengan lempengan tembaga bentuk lingkaran yang diberi tangkai (gagang)

b. Bila tumpahan masuk celah lantai retak sehingga tidak mungkin disedot maka

lantai ditutup dengan lilin lantai (floor wax) untuk mencegah atau mengurangi

penguapan merkuri.

c. Tepung sulfur dapat juga digunakan untuk mengikat merkuri.

d. Bila dilaboratorium mempunyai alat pembersih merkuri maka pekerjaan akan

lebih mudah. Alat pembersih merkuri tersedia secara komersial di pasar yang

dikenal dengan mercury clean-up kits.


Penanganan Sampah Biologi

Membakar sampah biologi (botani dan zoology) adalah jalan terbaik untuk

meyakinkan bahan-bahan busuk tersebut tidak menyebabkan resiko untuk

kesehatan. Perancangan alat dan tempat pembakarannya perlu diperhitungkan

agar tidak menimbulkan masalah pada lingkungan dan masyarakat. Sampah berupa

preparat biologi seperti staina, fixative dan clering agent yang kemungkinan

menyebabkan bahaya tidak dibuang ke sink.SAmpah tersebut harus dikumpulkan

dalam wadah gelas tertutup dan diberi label.

Penanganan Sampah Plastik, Kertas, dan Tajam

Secara prinsip penanganan sampah ini relative lebih mudah karena secara

langsung tidak berefek bagi kesehatan :

 Sampah plastic diusahakan jangan dibakar kecuali alat pembakar yang dirancang

khusus da juga tidak boleh dikubur karena tidak ada bakteri pembusuk untuk

plastic. Sampah ini dapat dikumpulkan pada wadah khusus dan dapat dijual ke

perusahaan yang mendaur ulang sampah.

 Sampah kertas dapat dibakar pada tempat pembakaran khusus dan dapat juga

didaur ulang.

 Sampah-sampah tajam seperti mata pisau, jarum suntik dan lain-lain harus

ditempatkan pada wadah khusus dan juga dapat didaur ulang.

Pengamanan Sarana Laboratorium

Sarana dan Prasarana harus ditangani dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan. Pelaksanaan aktivitas di laboratorium seharusnya dilengkapi

yakni dengan :

1. Listrik

 Hindari pemakaian kabel terlalu panjang dan berbelit-belit.


 Periksa voltase alat elektronik sebelum menggunakan dan samakan dengan

voltase di laboratorium

 Wajib mengetahui letak sekring pemutus arus

 Bila tidak digunakan sebaiknya arus pada alat dilepas

 Untuk memudahkan memutus arus kea lat sebaiknya menggunakan stop kontak

 Instalasi listrik harus menggunakan grown sedangkan peralatan sebaiknya

menggunakan arde.

2. Air

Air juga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas di laboratorium termasuk untuk

mencuci peralatan sebelum digunakan. Air perlu penangan yang baik agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki. Kontak air dengan alat elektronik dapat

merusak alat.

3. Gas

Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboratorium untuk sumber

bahan bakar dan juga untuk keperluan percobaan/penelitian. Bagi laboratorium

yang memiliki penyaluran pipa gas alam dari Perum Gas Negara, semua Bunsen

yang dipasang pada meja laboratorium dapat langsung dioperasikan. Sedangkan

bagi laboratorium yang menggunakan gas LPG, hendaknya tabung ditempatkan

pada suatu ruang khusus dengan kelengkapan selang anti bocor dan alat pengaman

lainnya.

4. Alat Penangas

Penangas juga merupakan prasarana yang banyak digunakan di laboratorium.

Beberapa bahan kimia dapat menggunakan dapat menggunakan penangas langsung

dengan api seperti spiritus.Untuk pengabuan digunakan furnace, sedangkan untuk

bahan-bahan organic penangas yang digunakan tergantung sifat bahan tersebut

sebagai berikut :

 S.d 100 oC : penangas air

 S.d 200 oC : penangas minyak / vaselin


 S.d 300 oC : penangas silicon

 > 300 oC : penangas timah

5. Pendingin

Pendingin berupa kulkas / freezer digunakan untuk penyimpanan bahan-bahan

yang mudah menguap atau untuk system pendinginan. Pendinginan yang

dibutuhkan tergantung suhu bahan / material yang akan didinginkan seperti

ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Suhu yang Pendingin

diperlukan

(oC)

15 s.d 20 Air kran

0 Es

-15 s.d -20 Es : garam (3:1)

-40 s.d -50 Es : CaCl2 (4 :5)

-72 s.d -77 CO2 dengan glikol, etanol, kloroform dan

etanol

s.d -196 Nitrogen cair

6. Ventilasi

Ventilasi wajib diperhatikan untuk kelancaran sirkulasi udara di

laboratorium.Untuk bahan kimia yang menghasilkan gas yang korosif atau

beracun penangannya dilakukan di lemari asam. Untuk laboratorium yang

bertingkat maka semua sistim pembuangan gas dari lemari asam semuanya harus

disalurkan ke tingkat paling atas.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Sanusi dan Sitorus Marham; 2013; Teknik Laboratorium Kimia Organik;
Graha Ilmu; Yogyakarta
Sitorus Marham dan Sutiani Ani; 2013; Laboratorium Kimia Pengelolaan dan
Manajemen; Graha Ilmu; Yogyakarta
wikipedia

Anda mungkin juga menyukai