Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK 3.1
GANGGUAN UROGENITAL

PEMERIKSAAN URIN RUTIN

Hari/ Tanggal Praktikum : Rabu/ 18 September 2019

Nama : Siti Faizah

NIM : 170610009

Kelompok : 1 (Satu)

Dosen Pembibing : dr.Husna, Sp.PK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI MALIKUSSALEH
TA. 2019/2020
PERCOBAAN I

PEMERIKSAAN URIN RUTIN

A. Judul Praktikum

Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urine

B. Tujuan Praktikum :

untuk mempersiapkan urine pasien dan melakukan pemeriksaan laboratorium


makroskopis dan mikroskopis urine(selepitel, leukosit, eritrosit, silinder,
mikroorganisma, kristal, dan lain-lain) serta menginterpretasi hasil pemeriksaan.

C. Dasar Teori
Urine dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2
fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa metabolisme dalam bentuk larutan dan
mempertahankan homeostasis tubuh (Harahap, 2001). Pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis urine atau urinalisis merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium
yang penting sebagai parameter untuk mendeteksi dan menegakkan berbagai
diagnosis penyakit (Lembar S, dkk, 2012). Pemeriksaan urin tidak hanya dapat
memberikan fakta tentang ginjal dan saluran urine, tetapi juga berbagai faal berbagai
organ dalam tubuh seperti : hati, saluran empedu, korteks adrenal, dan lain-lain
(Gandasoebrata, 2008). Pemeriksaan makroskopis urine dapat mencakup volume,
warna, bau, Berat jenis, kejernihan, pH. Sedangkan pemeriksaan mikroskopis dapat
menilai ada atau tidaknya sedimen urine, eritrosit, leukosit, sel epitel, silinder,
kristal,sel ragi, bakteri dan parasit (Holmes, dkk., 2010).Pemeriksaan kimiawi urine
mencakup protein, glukosa, urobilinogen, bilirubin,darah samar dan benda
keton.Tujuan urinalisis berdasarkan rekomendasi NCCLS ( National Committee for
Clinical
Laboratory Standards) adalah: 1) menunjang diagnosis suatu penyakit, 2) memantau
perjalanan penyakit, 3) memantau efektivitas pengobatan serta komplikasi penyakit,
dan 4) skrining/pemantauan penyakit asimptomatik kongenital atau herediter.
Memilih Sampel Urine
1. Urin sewaktu
Urin yang dikeluarkan dalam satu waktu yang tidak ditentukan secara khusus.
2. Urin pagi
Urin yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur, biasanya
lebih pekat. Baik digunakan untuk pemeriksaan sediment, berat jenis urine,
protein, serta tes HCG pada kehamilan.
3. Urine postparandial
Urine ini dikeluarkan 1,5-3jam setelah makan, untuk pemeriksaan glukosuria.
4. Urine 24 jam
Urine ini dikumpulkan apabila penetapan kuantitatif suatu zat dalam urin
sewaktu, sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses metabolik
dalam tubuh. Untuk mengumpulkannya diperlukan wadah besar 1,5 liter atau
lebih , bersih dan dapat ditutup dengan baik, biasanya dipakai pengawet.
Urine yang diperiksa harus segar, jika disimpan terlalu lama dapat terjadi
kontaminasi dari kuman-kuman, karena itu wadah tampung harus steril, terutama
kultur urine. Urine yang disimpan juga dapat berubah susunannya tanpa adanya
kuman, contoh asam urat dan garam yang mengendap. Jika urine terpaksa harus
dismpan lama, maka digunakan pengawet seperti : Toluen, thymol, formaldehide,
asam sulfat pekat, natrium bikarbonat, sesuai dengan tujuan pemeriksaan urine
(Gandasoebrata, 2008).
D. Metode kerja
Alat dan bahan

Wadah dgn Gelas Ukur Mikroskop


penutup

urinometer Kertas indikator urin


dan lakmus

Cover dan Pipet tetes conical


objek glass centrifuge tube

sentrifus
Prosedur kerja
1. Pemeriksaan urin makroskpis
 Menilai Volume, bau, warna dan kejernihan dapat langsung dinilai dari urine
yang sudah terkumpul. Untuk kejernihan dapat dinilai jernih, agak keruh,
keruh dan sangat keruh (dinilai pada tempat terang).

 Penilaian BJ dengan urinometer


 Urin dalam suhu kamar, dituang ke dalam gelas urinometer. Busa yang
timbul dibuang dengan kertas saring.
 Masukkan urinometer ke dalam gelas tersebut sampai terapung (urin
harus cukup banyak).
 Lepas urinometer dari dinding gelas dengan cara putar urinometer
dengan ibu jari dan telunjuk, sehingga urinometer akan mengapung
ditengah gelas. Baca BJ urine pada tangkai urinometer tersebut.
 Penentuan pH dengan kertas lakmus
 Basahi sepotong kertas lakmus biru atau merah dengan urin yang akan
diperiksa, tunggu 1 menit dan perhatikan perubahan warna yang terjadi.
 Urine netral tidak merubah kertas lakmus, tetapi urine asam atau basa
dapat merubah warna kertas lakmus. Sudah jarang digunakan.

 Penentuan pH urine dengan kertas nitrazin


 Basahi sepotong kecil kertas nitrazin dengan urine yang ada di wadah,
tunggu 1 menit dan bandingkan warna kertas dengan pH yang tersedia.
 Kertas nitrazin dapat mebaca pH 4,5-7,5. Pada pH 4,5 kertas berwarna
kuning, dan menjadi biru pada pH tinggi.
2. Pemeriksaaan urin mikroskopis
1. Masukkan 10-15 mL urine ke dalam conical centrifuge tube, lalu urine tersebut
disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm.
2. Buanglah cairan di bagian atas tabung sehingga volume cairan dan sedimen
tinggal kira-kira 0,5-1 mL.
3. Kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen urine.
4. Letakkanlah 1-2 tetes suspensi tersebut di atas kaca objek lalu tutup dengan kaca
penutup.
5. Periksa sedimen di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x (10x10) untuk
LPK dan pembesaran 400x (10x40) untuk LPB.

E. Hasil praktikum
1. Pemeriksaan makroskopis
Makroskopis Hasil Pemeriksaaan
Volume 80 ml
pH 6
Warna Kuning muda
Kertas lakmus merah Merah

Kertas lakmus biru Merah

Bau Amonia
Kejernihan Bening
Berat jenis 1,005
Mikroskopis Hasil Pemeriksaaan
leukosit +
Eritrost +
Sel epite +
Parasit -
Kristal +
F. Pembahasan Hasil Praktikum

Yang dinilai dari pemeriksaan makroskopis urine adalah sebagai berikut:


1. Volume urine
Untuk menetapkan kadar suatu senyawa dalam urin diperlukan urin yang
dikumpulkan 24 jam (Harahap, 2001). Banyak faktor yang mempengaruhi volume
urine 24 jam, seperti suhu, jenis makanan dan minuman, kondisi psikis. Volume
urne 24 jam orang dewasa normal berkisar antara 600-2500 ml (Hardjasasmita,
2006).
2. Berat Jenis (BJ)
Biasanya bervariasi, terutama dipengaruhi oleh kepekatan urine seseorang. Berat
jenis urine dewasa normal berkisar antara 1.003-1,030 (Hardjasasmita, 2006).
Variasi BJ urine normal terutama diakibatkan oleh kandungan urea, NaCl dan
fosfat. Berat jenis pada keadaan patologis akan berubah, BJ urine pada diabetes
mellitus akan meningkat akibat adanya glukosa dalam urine. Untuk penetapan BJ
urine digunakan urinometer (Harahap, 2001).Berat jenis (yang berbanding lurus
dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur
kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengencerkan urin. Berat jenis urine berhubungan dengan
diuresis, makin besaR diuresis, makin rendah Berat jenisnya (Gandasoebrata.,
2008).
3. Warna dan kejernihan urine
Warna urine normal adalah kuning jernih dan transparan, warna tersebut terutama
karena adanya urokrom dalam urine. Warna dapat dipengaruhi oleh faktor lain, bila
urine encer warnanya akan lebih muda dibandingkan urine pekat (Hardjasasmita,
2006). Perubahan warna urine dapat disebabkan oleh diet, obat-obatan, makanan,
dan banyak penyakit (Holmes, dkk., 2010). Unsur sedimen dalam jumlah besar dan
bakteri dapat menimbulkan kekeruhan pada urine
4. Derajat keasaman (pH)
Normal pH urine berkisar antara 4,7-8.0 (rata-rata 6). Banyak faktor yang
mempengaruhi, diantaranya intake protein tinggi menyebabkan peningkatan
keasaman urine (Harahap, 2001). Pemeriksaan pH dapat memberi petunjuk kearah
gangguan keseimbangan asam basa dan etiologi infeksi saluran kemih
(Gandasoebrata, 2008).Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam,
sedangkan infeksi olehproteus biasanya menyebabkan urine alkali.Penetapan pH
urine dapat dilakukan dengan menggunakan indikator strip atau reagen strip.
pH urine normal berkisar antara 4,6-8,5.
5. Bau
Bau pada urine normal disebabkan oleh adanya asam organik yang mudah
menguap. Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya makanan, obat-obatan,
amoniak dari bakteri pemecah ureum, bau keton, bau busuk (Gandasoebrata,
2008).

Pemeriksaan mikroskopis urine berupa pemeriksaan sedimen urine. Pemeriksaan


sedimen urin termasuk pemeriksaan urin rutin, yang digunakan adalah urin segar atau
urin dengan pengawet (formalin). Yang lebih baik adalah urine pekat atau urine pagi
hari. pemeriksaan ini secara semikuantitif dengan menyebut jumlah unsur sedimen
yang bermakna per lapangan pandang (Gandasoebrata, 2008). Hasil yang ditemukan
dapat berupa unsur organik dan anorganik. Unsur yang bermakna (eritrosit, leukosit,
silinder) dilaporkan secara semikuantitatif, yaitu rata-rata per-lapangan pandang
kecil/LPK (10x10) untuk silinder dan rata-rata perlapangan pandang besar/LPB
(10x40) untuk eritrosit dan leukosit. Unsur-unsur lain seperti epitel dan kristal
dilaporkan dengan ada (+), banyak (++), dan banyak sekali (+++) pada lapangan
pandang kecil.

Unsur-unsur organik
- Sel epitel gepeng, bulat, dan transisional
Sel epitel adalah sel berinti satu dengan ukuran lebih besar dari leukosit.
Bentuknyaberbeda menurut tempat asalnya sehingga dapat menggambarkan lokasi
kelainan. Sel epitel gepeng berasal dari vulva dan uretra bagian distal, sel epitel
transisional berasal dari kandung kemih, dan sel epitel bulat dari pelvis/tubuli ginjal.
- Leukosit
Nilai rujukan < 5/LPB. Jumlah leukosit 6-10/LPB = (+), >10-20/LPB = (++), dan
>20/LPB = (+++). Sebaiknya disebutkan jumlah rerata leukosit per-LPB, misal: 25-
28/LPB Jumlah leukosit meningkat pada infeksi saluran kemih. Leukosit lebih jelas
terlihat kalau sedimen urine diberikan setetes larutan asam asetat10%.
- Eritrosit
Nilai rujukan 0-1/LPB. Hematuri mikroskopis menunjukkan adanya perdarahan pada
saluran kemih.
- Silinder
Silinder terbentuk pada tubulus ginjal dengan matriks glikoprotein yang berasal
dari sel epitel ginjal. Silinder pada urine menunjukkan keadaan abnormal pada
parenkim ginjal yang biasanya berhubungan dengan proteinuria, anuria/oliguria/aliran
urin yang lambat, dan pH asam.Macam-macam silinder yang dapat ditemukan adalah:
silinder hialin, silinder sel (eritrosit, leukosit, epitel), silinder granular (berbutir),
silinder lemak, dan silinder lilin.
- Oval fat bodies
Merupaksn sel epitel tubulus berbentuk bulat yang mengalami degenerasi lemak,
dapatditemukan pada sindrom nefrotik.
- spermatozoa
- mikroorganisma (bakteri, sel yeast dan kandida, parasit)

Unsur-unsur anorganik
- Bahan amorf, yaitu urat-urat dalam urin asam dan fosfat dalam urin alkali
- kristal-kristal
Pada urine normal dapat ditemukan kristal asam urat, tripel fosfat, kalsium oksalat,
kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium sulfat. Dalam keadaan abnormal dapat
ditemukan kristal sistin, leusin, tirosin, dan kolesterol.Dapat juga ditemukan kristal
sulfonamid yang berasal dari obat.
- Zat lemak
Pada lipiduria dapat ditemukan butir-butir lemak bebas yang terlihat dengan
pewarnaan Sudan III.

G. Kesimpulan Hasil praktikum


Dari hasil percobaan yang dilakukan pada tanggal 19 september 2019 didapatkan
beberapa hasil dari pemeriksaan urin rutin sebagai berikut
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume : 80 ml (normal urin 24 jam atau 1 hari 600-2500 ml) atau 750-
1250 ml
b. Warna : kuning muda ( normal ) disebabkan oleh urochrome dan urobilin
c. Bau : Amonia (normal)
d. pH : 6 (asam ) normal ( 4,7-8,0 rata –rata 6 ) atau ( 4,6-6,0)
e. kejernihan : bening ( normal ) tidak menunjukan adanya infeksi .
f. Berat jenis : 1.005 ( normal 1,001-1,1135 )
2. Pemeriksaan Mikroskopis

Pada uji mikroskopis didapatkan adanya leukosit, eritrosit, sel epitel, dan kristal
dibawah lapang pandang mikroskop. Namun tidak ditemukan parasite pada saat
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop. Ini menunjukkan bahwa
kemungkinan urine yang di periksa merupakan urine dari pasien yang mengalami
dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan sel-sel epitel ikut
tereksresi didalam urin. Dan tidak ditemukannya parasite pada urin ini menandakan
tidak terjadi infeksi saluran kemih. Akan tetapi untuk menegakkan diagnosis tersebut
harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Daftar Pustaka

Harahap Indriaty pramodo., 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium.


Bagian biokimia FKUI. Jakarta. Widya medika. Hal 170-172
Gandasoebrata R., 2008. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta. Dian
Rakyat. Hal. 70-75
Hardjasasmita Pantjita., 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar A. Jakarta. Balai
penerbit FKUI. Hal 155-159.
Holmes N., et al., 2010. Buku Pegangan Uji Diagnostik, ed 3. Jakarta. EGC.
Hal 423-425
Graff SL, 1983. A Handbook of Routine Urinalysis. JB Lippincott Co,
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai