Anda di halaman 1dari 49

laporan pemeriksaan urin

A. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk melakukan pemeriksaan
warna urin, bau urin, bobot jenis urin, PH urin, glukosa urin, dan komponen komponen
yang terdapat dalam urin misalnya leukosit, eritrosit, dan kristal asam urat.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan pemeriksaan warna
urin, bau urin, bobot jenis urin, PH urin, glukosa urin, dan komponen komponen yang
terdapat dalam urin misalnya leukosit, eritrosit, dan kristal asam urat.
C. Prinsip Percobaan
Melalukan pemeriksaan urin dengan melihat parameter parameter berupa
warna urin, bau urin, bobot jenis urin, PH urin, glukosa urin, dan komponen komponen
yang terdapat dalam urin misalnya leukosit, eritrosit, dan kristal asam urat dengan nilai
rujukan dari masing masing pengukuran.

D. Deskripsi Data Klinis


1. Pemeriksaan bobot jenis urin
Bobot jenis urin berhubungan erat dengan dieresis . makin kecil atau rendah bobot
jenis makin besar dieresis dan sebaliknya . bobot jenis urin adalah 1,005 1,026 pada
suhu kamar . Bj rendah biasanya dijumpai pada penyakit ginjal seperti glomerunofritis ,
defisiensi ADH , gangguan metabolik pada DM , hidrasi berat berkepanjangan ,
sebaliknya BJ urin tinggi di jumpai pada keadaan puasa dan glukosuria ( anonim ,
2012 ) .
2. Pemeriksaan warna urin
Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya dieresis , makin besar
dieresis makin muda warna urin . biasanya warna normal urin berkisar antara kuning
muda dan kuning tua . warna urin disebabkan oleh beberapa macam zat warna ,
terutama urochrom dan urobilin ( anonim , 2012 ) .
3. Pemeriksaan bau urin
Bau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh macam macam asam
organic yang mudah menguap . bau yang berlainan dari yang normal dapat disebabkan
oleh makanan , obat obatan , bau aromatis , bau ketonuria , dan bau busuk ( anonim ,
2012 ) .

4. Pemeriksaan pH urin
Terjadinya kelainan pada pH urin dapat diakibatkan oleh infeksi saluran kencing .
Contoh : urin asam disebabkan oleh bakteri E.coli . urin basa karena perombakan
ureum menjadi amoniak oleh bakteri Proteus ( anonim , 2012 )
5. Pemeriksaan sedimen urin ( Mikroskopik )
Pada urin normal , tidak ditemukan eritrosit , sedangkan leukosit ditemukan dalam
jumlah kecil yaitu 0-5/LPK . adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria sedangkan
leukosit yang melebihi batas normal disebut piuria ( anonim , 2012 ) .
6. Pemeriksaan Glukosa urin
Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih
dan untuk mendeteksi penyakit gangguan metabolism yang tidak berhubungan dengan
ginjal. Banyak pemeriksaan rutin urinalisis dilakukan ditempat praktik dokter
( Joyce,1997 ) .

A. Nilai rujukan data klinis

- Pemeriksaan bobot jenis urin


Dewasa
: 1,005 1,030 gr/ml
Bayi baru lahir : 1,001 1,020 gr/ml
Anak anak
: 1,005 1,030 gr/ml
- Pemeriksaan pH urin
Dewasa
: 4,5 8,0
Bayi
: 5,0 7,0
Anak anak
: 4,5 8,0
- Pemeriksaan glukosa urin
Glukosa
: negatif
:
B. Interpretasi Data Klinis
-

Pemeriksaan bobot jenis urin


Berat jenis < 1,005 gram/mL : diabetes insipidus, banyak minum, penyakit ginjal,
kekurangan dan kelebihan kalium.
Berat jenis > 1,026 gram/mL : kurang minum, demam, diabetes melitus, muntah, diare,

dehidrasi.
- Pemeriksaan pH urin
pH < 4,5 : Asidosis , metabolit , diare berat , diet tinggi protein hewani .
pH > 8,0 : Mengandung bakteri , ISK .
- Pemeriksaan sedimen Urin ( Mikroskop )
Penurunan kadar
Penyakit-penyakit ginjal (glomerulonefritis, obstruksi perkemihan, uremia), ekslampsia.
Peningkatan kadar
Gout, leukimia dengan diet tinggi purin, gangguan neurologi, penyakit manik depresif,
-

ulseratif kolitis.
Pemeriksaan glukosa urin
Glukosa : > 15mg atau +4 : Diabetes mellitus, gangguan system sarafn pusat (stroke),
sindrom Cushing, anesthesia, infuse glukosa, stress berat, infeksi, Obat ; asam
askorbat, aspirin, sefalosporin, epinefrin.

C. Obat obat dan makanan yang berpengaruh


D. Fisiologi
E. Patofisiologi

F. Pengambilan spesimen
1. Mencuci tangan terlebih dahulu dan membersihkan daerah genital sebelum berkemih
2. Urin yang diambil urin sewaktu yaitu urinsewaktu , ialah urin yang dikeluarkan
padawaktu yangtidak ditentukan dengan khusus.
3. Urin yang diambil probandus yang berpuasa dan tidak berpuasa
4. Aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah (pot
plastic) yang telah disediakan.
5. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.
6. Sesudah pengumpulan urine,mencuci tangan kembali hingga besih.
- Pemeriksaan Fisika Urin
1. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang piknometer kosong
c. Dipipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut piknometer
d. Ditimbang berat piknometer + urin (urin sewaktu puasa) pada suhu kamar.
e. Dicatat masing masing bobotnya
f. Dilakukan hal yang sama pada urin sewaktu tidak puasa
Normal urin Bj normal 1,005gr/ml 1,026 gr/ml
Perhitungan
Bj Urin = Berat piknometer
dan urin berat piknometer kosong
Volume urin

2. Pemeriksaan Warna Urin


a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Urin (urin sewaktu puasa) ditampung dalam pot plastic.
c. Ditinjaulah dalam sikap serong pada cahaya tembus.
d. Catatlah hasil pengamatan.
e. Dilakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)
Normal bila warna kuning atau kuning tua.
1. Pemeriksaan Bau urin
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Urin (urin sewaktu puasa) ditampung dalam pot plastic.
c. Dicium bau yang ditimbulkan oleh urin tersebut.

d. Dicatat hasil pengamatan


e. Dilakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)
Normal bila bau asam-asam organic yang mudah menguap.
2. Pemeriksaan PH Urin
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Urin (Urin sewaktu puasa) ditampung pada pot plastic.
c. Dilakukan pengujian dengan menggunakan PH universal
d. Diamati PHnya dan dicatat.
e. Di lakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)
Normal PH urin yaitu 4,5 8,0
3. Pemeriksaan Sedimen Urin
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Urin (urin sewaktu puasa) dipipet kedalam tabung sentrifuge
c. Urin (urin sewaktu puasa) disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm
d. Supernatannya dibuang, diambil endapannya
e. Diteteskan diatas objek gelas
f. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 x
g. Digambar (eritrosit, leukosit dan Kristal asam urat)
h. Di lakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)
Pemeriksaan Zat Organik
1.
a.
b.
c.
d.
e.

Pemeriksaan Glukosa Urin


Disiapkan alat dan bahan.
Dmasukkan 5ml reagen benedict ke dalam tabung reraksi
Diteteskan 8 tetes urin.
Dipanaskan diatas api selama kurang lebih 2 menit
Diangkat dan kocok perlahan lahan setelah itu amati warnanya
Nilai normal adalah negatif.

(-)

: larutan tetap biru jernih atau sedikit ke hijau hijauan agak kereuh tanpa endapan
: hijau kekuning kuningan keruh
: kuning keruh
: jingga atau warna lumpur
: merah keruh
G. Metode pengujian
H. Perhitungan nilai data klinis
I. Pembahasan

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,

akhirnya

dibuang keluar tubuh melalui uretra. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah.
Pembentukan urin terjadi dalam empat proses, yaitu Penyaringan (Filtrasi),
Penyerapan (Absorbsi), Penyerapan Kembali (Reabsorbsi), dan Augmentasi.
Urin segar yakni urin yang baru dikeluarkan, jernih sampai sedikit sekali keruh
dan berwarna kuning. Intensitas warna sejajar dengan konsentrasi. Urin yang sangat
encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang sangat pekat berwarna kuning tua.
Ph urin berkisar antara 4,5 8,0 dan volume urin berkisa 1 2 liter sedangkan berat
jenis berkisar 1,005 g/ml 1,030g/ml .
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam
keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus
diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana
aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang
telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama
urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak
mencemari spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan
dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih
atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita

yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung
spesimen.
Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan bobot jenis, PH urin, mengetahui dan
mendiagnosa adanya gangguan fisiologis (penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih)
dengan menggunakan beberapa parameter baik pemeriksaan secara fisika (warna,
bau, sedimen atau mikroskopik, PH, Bj) dan pemeriksaan zat organic (pemeriksaan
glukosa).

Sebagai nilai rujukan dari beberapa literature yang diperoleh bahwa :


1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.

Bonot jenis (Bj) normal urin adalah 1,005 1,026 g/ml pada suhu kamar.
Normal bila warna urin yaitu kuning atau kuning tua.
Normal bila bau urin yaitu bau asam asam organic yang mudah menguap.
PH urin normal 4,5 8,0
Pada sedimen urin (mikroskopik) dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :
Eritrosit dimana normal bila tidak terdapat eritrosit (sel darah merah) dalam urin
Leukosit dimana pada urin normal biasanya tidak ada tetapi kadang ditemukan 0

5/LPK.
6. Untuk urin normal tidak terdapat glukosa dalam urin.
Dalam pemeriksaan urin ini dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan fisika
urin yang meliputi pemeriksaan berat jenis, warna, bau, PH dan sedimen (mikroskopik)
urin dan pemeriksaan zat organic meliputi pemeriksaan glukosa urin.
Pemeriksaan Bobot Jenis Urin yang dilakukan pertama kali yaitu menimbang
piknometer kosong setelah itu pipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut
piknometer dan ditimbang berat piknometer + urin (urin sewaktu puasa) pada suhu
kamar setelah itu dicatat masing masing bobotnya dan dilakukan hal yang sama pada
urin sewaktu tidak puasa. Dimana perhitungan bobot jenis urin yaitu sebagai berikut :

Bj Urin = Berat piknometer


dan urin berat piknometer kosong
Volume urin
Dalam pemeriksaan warna dan bau urin, pertama kali urin (urin sewaktu puasa)
ditampung dalam pot plastic dan ditinjau dalam sikap serong pada cahaya tembus serta
dicium bau yang ditimbulkan oleh urin tersebut setelah itu catatlah hasil pengamatan
kemudian dilakukan hal ang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)
Dalam pemeriksaan PH urin, pertama kali urin (urin sewaktu puasa) ditampung
dalam pot plastic kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan PH universal
dan diamati PHnya dan dicatat setelah itu dlakukan hal yang sama pada urin (urin
sewaktu tidak puasa)
Dalam pemeriksaan sedimen urin, pertama kali urin (urin sewaktu puasa) dipipet
kedalam tabung sentrifuge kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan
3000 rpm dan hasil supernatannya dibuang sedanhkan yang diambil endapannya yang
diteteskan diatas objek gelas setelah itu diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 40 x dan digambar (eritrosit, leukosit dan Kristal asam urat) serta
dilakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)
Pemeriksaan glukosa urin, pertama kali dimasukkan 5ml reagen benedict ke
dalam tabung reraksi dan diteteskan 8 tetes urin setelah itu dipanaskan diatas api
selama kurang lebih 2 menit dan diangkat dan kocok perlahan lahan setelah itu amati
warnanya. Jika hasilnya negatif (-) maka akan menunjukkan larutan tetap biru jernih
atau sedikit ke hijau hijauan agak kereuh tanpa endapan, positif + (1+) menunjkkan
hijau kekuning kuningan keruh, positif ++ (2+) menunjukkan kuning keruh, positif +++

(3+) menunjukkan jingga atau warna lumpur. positif ++++ (4+) menunjukkan merah
keruh.
Prinsip pemeriksaan glukosa urin adalah berdasarkan reaksi reduksi dari urin
yang mengindikasikan adanya glukosa (gula) dan ditandai dengan terjadinya
perubahan warna urin. Glukosa mereduksi ion kupri dalam larutan alkalis menjadi ion
kupro dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O berwarna kuning hingga merah
bata (reagen benedict dan fehling). Reagen benedict lebih dipilih karena tidak direduksi
oleh kreatinin dan asam urat.
Urin yang digunakan adalah urinsewaktu dimana urin sewaktu ialah urin yang
dikeluarkan padawaktu yangtidak ditentukan dengan khusus
Hasil yang diperoleh dalam praktikum sebagai berikut :
-

urin sewaktu puasa memiliki hasil yaitu dari warna menghasilkan warna kuning jernih,
bau menghasilkan bau amoniak, PH yang dimiliki yaitu 7. Bj yang dimiliki 0,99212 g/ml,
eritrosit, leukosit dan glukosa menghasilkan hasil negatif sedangkan terdapat kristal urat

dalam pemeriksaan urinnya.


urin sewaktu tidak puasa memiliki hasil yaitu dari warna menghasilkan warna kuning,
bau menghasilkan bau amoniak, PH yang dimiliki yaitu 6, Bj yang dimiliki 0,99946 g/ml,
eritrosit, leukosit dan glukosa menghasilkan hasil negatif sedangkan terdapat kristal urat
dalam pemeriksaan urinnya.
Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui interpretasi data adalah sebagai

berikut :
urin sewaktu puasa dari hasil pengamatan interpretasi data yang dapat diketahui bahwa
dilihat dari hasil warna, bau, PH, eritrosit dan leukosit merupakan hasil dari urin yang
normal. Sedangkan dilihat dari hasil Bj yang dimiliki 0,99212 g/ml maka dapat diketahui
pasien menandakan diabetes insipidus, banyak minum, penyakit ginjal, kekurangan dan

kelebihan kalium karena kurang dari berat jenis urin normal yaitu <1,005g/ml. Selain itu
dari hasil sedimen (mikroskopik) terdapat kristal urat yang menandakan penderita
-

memiliki penyakt asam urat.


urin sewaktu tidak puasa dari hasil pengamatan interpretasi data yang dapat diketahui
bahwa dilihat dari hasil warna, bau, PH, eritrosit dan leukosit merupakan hasil dari urin
yang normal. Sedangkan dilihat dari hasil Bj yang dimiliki 0,99946 g/ml maka dapat
diketahui pasien menandakan diabetes insipidus, banyak minum, penyakit ginjal,
kekurangan dan kelebihan kalium karena kurang dari berat jenis urin normal yaitu <
1,005g/ml.. Selain itu dari hasil sedimen (mikroskopik) terdapat kristal urat yang
menandakan penderita memiliki penyakt asam urat.

N. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum maka diperoleh :
1. Urin sewaktu
a. Warna urin yaitu kuning jernih
b. Bau urin yaitu amonia
c. Bj urin yaitu 0,999 mg/ml
d. PH urin yaitu 7 ( netral)
e. Glukosa menghasilkan warna biru yaitu negatif tidak mengandung Diabetes Melitus
f. Tidak terdapat eritrosit, leukosit dan kristal asam urat.
2. Urin Puasa
a. Warna urin yaitu kuning bening
b. Bau urin yaitu amonia
c. Bj urin yaitu 0,99212 mg/ml
d. PH urin yaitu 6
e. Glukosa menghasilkan warna biru yaitu negatif tidak mengandung Diabetes Melitus
f. Tidak terdapat eritrosit, leukosit dan kristal asam urat.

Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Tuntunan Praktikum Kimia Klinik. Universitas Muslim Indondesia :
Makassar.
Guyton. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.
Joyce. 1997. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Edisi II. Penerbit Buku
Kedokteran : Jakarta.

Shargel, Leon, 2002. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University


Press : Surabaya
Sherwood. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran : Jakarta.

BAB I
PENDAHULUAN
A. MAKSUD PRAKTIKUM
Untukmengetahuikondisiginjaldenganmelakukanpemeriksaanfisikurin,
sedimenurin(mikroskopik) sertazat organic dalamurin.
B. TUJUAN PRAKTIKUM

Untukmenentukandanmengetahuikondisiginjaldenganmelakukanpemeriksaanfi
sikaurinmeliputi

pH,warna,

bobotjenis,

dansedimenurin

(mikroskopik)

sertapemeriksaanzat organic yaitukadarglukosadarah.


C. PRINSIP PRAKTIKUM
Mahasiswadapatmengetahuidanmemahamibagaimanacarapemeriksaandanme
nentukankondisikadarkandungandalamurinsaat

normal

dansaattidak

normal,

sehinggadapatdiketahuiadanyagangguanfungsi organ atautidak.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI DATA KLINIK
Pembentukan urine mellibatkan tiga proses utama yaitu filtrasi glomerolus yang
berlangsung di korpuskulum renalis, proses kedua dan ketiga adalah reabsorbsi tubulus
dan sekresi tubular yang berlangsung ditubulus renalis( Leon, 2005 ).
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli yang
terletak di bagian luar ginjal. Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan
halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh
dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang
mengelilingi setiap glomelurus (kapsul bowman) dan kemudian di salurkan di pipa kecil.
Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknnya masing masing dekat
dan jauh dari glomelurus, kedua bagian ini dihubungi oleh sebuah lengkungan (Henles
loop). Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditamoung di suatu saluran pengumpul (ductus
colligens), dimana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir di
salurkan ke kandung kemih dan ditimbun di sini sebagai urin (Tjay, 2008)

Sistem urinaria ( ginjal ) terdiri dari organ organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (Ethel, 2004).
Karakteristik urin (Ethel, 2004) :
A. Komposisi.
Urin terdiri dari 95 % air dan mengandung zat terlarut berikut :
1. Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari katabolisme
asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian kreatin fosfat dalam jaringan otot.
2. Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah.
3. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal
dalam jumlah kecil.
4. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, amnium, sulfat, fosfat, kalsium dan
megnesium.
5. Hormon atau katabolit hormon ada secara normal dalam urin
6. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen,vitamin, atau enzim secara normal
ditemukan dalam jumlah kecil.
7. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan
keton, zat kapur (terbentuk saat zat mengeras dalam tubulus dan dikeluarkan), dan
batu ginjal atau kalkuli.
B. Sifat fisik
1. Warna. Urine encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urine segar
biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
2. Bau. Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika didiamkan. Bau
ini dapat bervariasi sesuai dengan diet, misalnya setelah makan aspargus. Pada
diabetes yang tidak terkontrol,aseton menghasilkan bau manis pada urine.
3. Asiditas atau alkalinitas. pH urine bervariasi antara 4,8 samapi 7,5 dan biasanya sekitar
6,0 tetapi juga bergantung diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan
meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan alkalinitas.

4. Berat jenis urine berkisar antara 1,001 sampai 1,035 bergantung pada konsentrasi urin.
C.
1.

NILAI RUJUKAN DATA KLINIS


Pemeriksaan Bobot Jenis Urin (Lefever ,1997)
Dewasa
: 1,005 - 1,030 gram/ml
Bayi baru lahir
: 1,001 1,020 gram/ml
Anak
: 1,005 1,030 gram/ml
`

2. Pemeriksaan pH

Dewasa
Bayi baru lahir
Anak

: 4,5 8,0
: 5,0 7,0
: 4,5 8,0

3. Pemeriksaan Glukosa pada Urin (Sutedjo.2008)

Negatif (-)

: tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak ada

glukosa).

Positif 1 (+)
: warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5 1% glukosa).

Positif 2 (++)
: warna kuning keruh (terdapat 1 1,5% glukosa).

Positif 3 (+++) : warna jingga, seperti lumpur keruh (2 -3,5% glukosa).

Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa).


D. INTERPRETASI DATA KLINIS
1. Pemeriksaan Mikroskopik (Lefever ,1997)
a. Penurunan Kadar
Penyakit-penyakit ginjal (glomerulonefritis, obstruksi perkemihan, uremia),
ekslampsia, toksisitas timah hitam.
b. Peningkatan Kadar
Gout, leukemia dengan diet tinggi purin, gangguan neurologi, penyakit manic
depresif, ulseratif colitis.
2. Pemeriksaan Bobot jenis Urin (Lefever ,1997)
- Berat Jenis < 1,005
: Diabetes insipidus, banyak minum, kelebihan cairan, penyakit
-

ginjal,kekurangan dan kelebihan kalium; berat jenis.


Berat jenis > 1,026
: kurang minum, diabetes militus, muntah, diare, dehidrasi,

penggunaanzat kontras pada sinar x.


3. Pemeriksaan pH urin (Lefever ,1997)
- < 4,5
: asidosis metabolic, asidosis respiratorik, diare berat, diet tinggi protein
hewani.

- > 8,0
: Bakteriuria, infeksi saluran kencing.
4. Pemeriksaan Glukosa Urin (Lefever ,1997)
>15 mg/dL atau +4 ; diabetes militus, gangguan system saraf pusat (stroke),
sindrom Cushings, anesthesia, infuse glukosa, stress berat, infeksi.

5. Pemeriksaan Organoleptik (Lefever, 1997)


- Warna

a. Tidak Berwarna atau pucat

; banyak minum, diabetes insipidus, GGK, minum

alcohol.
b. Merah atau merah kecoklatan ; hemoglobinuria, porfirin, kontaminasi dengan
menstruasi.
c. Jingga tua

; pembatasan masukan cairan, urin pekat,

urobilin,panas.
d. Biru atau hijau ; toksemia Pseudomonas
e. Coklat atau hitam ; keracunan lisol, melanin, bilirubin, metemoglobin, porfirin.
- Bau :
a. Amonia ; pecahan urea oleh bakteri
b. Busuk atau tengik ; Bakteria (infeksi saluran kencing)
c. Mousey ; fenilketonuria
d. Manis atau berbau buah ; asidosis diabetic, kelaparan.
E. OBAT-OBAT DAN MAKANAN YANG BERPENGARUH
1. Pemeriksaan Organoleptik
No.

WarnaUrin

Obat atau Makanan yang Berpengaruh

1.

Merah

- Karena zat makanan tertentu, missal

Biet,

senna,

Robarber

dan

pewarna

makanan.
- obat ; Azogantrisin, Fenitoin (Dilantin),
kaskara, klorpromazin (Therozin), dokusat
2.

Jingga

kalsium dan fenolftalein (Doxidan)


- Karena obat-obat ; antiseptic saluran

3.

Kuning

kencing, Pyridium dan obat Fenothiazin


- Banyak makan wortel

Hijau
Biru
Coklat
Hitam/hampir

- Obat Fenacetin, Kaskara, Nitrofurantoin


Obat preparat vitamin dan obat Psikoaktif
Obat Diuretika tertentu
Obat-obat Nitrofurantoin, Levodopa
Obat Levodopa, Kaskara, senyawa besi

4.
5.
6.
7.

hitam
2. Pemeriksaan pH Urin
No.
1.
2.

pH
< 4,5
> 8,0

dan fenol.
Obat atau Makanan yang Berpengaruh
Amonium klorida, asam mandelik
Antibiotik (neomisin, Kanamisin), Sulfonamid,
Natrium

karbonat,

Asetazolamid

(Diamox),

Kalium sitrat
3. Pemeriksaan Glukosa Urin
No.
1.

Nilai Rujukan
Obat atau Makanan yang Berpengaruh
> 15 mg/dL atau Asam askorbat, aspirin, sefalosporin dan
+4

epinefrin

F. FISIOLOGIS
Mekanisme pembentukan urin yaitu dimulai dari mengalirnya darah kedalam
glomerulus yang terletak dibagian luar ginjal (cortex).Dinding glomerulus ini yang
bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,garam-garam dan

glukosa. Ultra filtrat yang diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta elektrolit akan
ditampung diwadah yang mengelilingi setiap glomerulus seperti kapsul Bowman dan
kemudian disalurkan ke pipa kecil (tobuli). Tobuli ini terdiri dari bagian proksimal (terjadi
reabsorbsi garam Na,air,glukosa dan ureun) dan distal,yang letaknya masing-masing
dekat dan jauh dari glomerulus,kedua bagian ini dihubungkan oleh sebuah lengkungan
(Hellens loop). Disini terjadi penarikan kembali secara aktif air dan komponen yang
sangat penting bagi tubuh,seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na +. Zat-zat
ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sisaya yang tak
berguna seperti ampas perombakan metabolism protein (ureum) untuk sebagian besar
tidak diserap kembali. Sebelum kesaluran pengumpul ditubulus distal terjadi reabsorbsi
aktif Na tanpa air dan ion Na ditukar dengan ion K + atau NH4+. Dan akhirnya filtrate dari
semua tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul,dimana terutam berlangsung
penyerap air kembali.Filtrat disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin
(Tjay Tan ; 2000).
Pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 3, bentuk ginjal seperti biji kacang
jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan
pada umunya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. Setiap ginjal memiliki
panjang sekitar 12 cm, lebar 7 cm, dan tebal maksimun 2,5 cm yang terletak pada
dindng posterior abdomen, terutama didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang
belakang, dibungkus oleh jaringan lemak pernefrik yang tebal di belakang (luar rongga)
peritoneum (Khidri : 2004).
Berkemih merupakan proses pengosongan vasika urinaria (kandung kemih).
Vasika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi kurang lebih

250- 450 cc (pada oranf dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak). Mekanisme
berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan
rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut
diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di
korteks serebral. Selanjutnya, otak memberikan implus atau rangsangan melalui
medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sacral, kemudian terjadi koneksasi otot
detrusor dan relaksasi otot spincter internal. Urine dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi
masih tertahan spincter eksternal. Jika waktu dan tepat memungkinkan dikeluarkan
(berkemih) (Uliyah ; 2008).
Urin memiliki berat jenis 1,005-1,030 dan biasanya asam. Volume dan konsentrasi
akhir urea dan zat terlarut bergantung pada asupan cairan. Tidur dan aktivitas otot juga
menghambat produksi urine. Warna kuning gading disebabkan oleh urobilin, yaitu
pigmen empedu. Urin memiliki bau khas, yang bila segar tidak terlalu berbau. Bau atau
kekeruhan biasanya menunjukan infeksi (Coad ; 2006).
Kejernihan. Normalnya jernih karena hanya mengandung sedikit komponen urin.
Bila agak keruh (bahkan keruh), berarti komponen yang ada lebih dari normal. Bisa
mengandung satu jenis komponen atau lebih. Untuk mengetahuinya menggunakan
bantuan mikroskop. Nanti kelihatan komponennya, antara lain sel epitel, Sel darah
merah, sel darah putih, kristal-kristal, jamur, bakteri dll (Uliyah ; 2008).
Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme
protein, asam urea, amoniak, dan kreatinnin. Flektrolit, natrium, kalsium, NH3,
bikorbonat, fosfat dan sulfat. Taksin, Hormone. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tetapi
berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye
tanpa ada endapan. Baunya tajam. Reaksinya sedikit asam terhadap lekmus dengan
pH rata-rata 6. (Wirawan ; 2010).

Volume urin yang dihasilkan setiap hari bervariasi dari 600 ml sampai 2.500 ml
lebih. Jika volume urin tinggi, zat buangnya diekresikan dalam larutan encer, Hipotonik
(hipoosmotik) terhaadap plasma. Berat jenis urin mendekati berat jenis air (sekitar
1.003). Jika tubuh perlu menahan air, maka urin yang dihasilkan kental seingga volume
urin yang sedikit tetap mengandung jumlah zat buangan yang sama yang harus
dikeluarkan. Konsentrasi zat terlarut lebih besar, urin hipotonik (hipoosmotik) terhadap
plasma jika berat jenis urin lebih tinggi di atas (1.030) (Ethel ; 2003).
Komposisi Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat berlarut sebagai berikut
zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari metabolism
asam nukleat, dan keratin dari proses penguraian keratin fosfat dalam jaringan otot.
Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah. Badan keton
yang di hasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal dalam jumlah
kecil. Elektrolit meliputi ion atrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat, kalsium, dan
magnesium. Hormone atau metabolism hormone ada secara normal dalam urine.
Sebagai jenis taksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim,secara normal
ditemukan dalam jumlah kecil.
Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar
badan keton, zat kapur (terbentuk saat zat menggeras dalam tubulus dan dikeluarkan),
dan batu ginjal atau kalkuli. Urin encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jia
kental, urin segar biasanya jernih dan menjadi keruh juka didiamkan. Urin memiliki bau
yang khas dan cenderung berbau ammonia jika didiamkan. Bau ini dapat berfariasi
sesuai dengan diet ; misalnya, setelah makan asparagus. Pada diabetes yang tidak
terkontrol aseton menghasilkan bau manis pada urin. Asiditas Atau Alkalinitas. pH urin

berfariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar 6,0. Tetapi juga tergantung pada
diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan meningkatkan asiditas, sementara
diet sayuran meningkatkan alkalinitas. Berat Jenis Urin. Berkisar sekitar 1,001 sampai
1,030 bergantung pada konsentrasi urine (Ethel ; 2003).
G. PATOLOGI
Adapun beberapa patologis dari ginjal, yaitu (Pearce.2004) :
a. Infeksi Ginjal
Termasuk pielitis, pielonefritis, dan nefritis supuratif akut (jelas beda dengan
nefritis akut). Dapat ditimbulkan oleh penyakit tuberkulosa atau penyakit ganas pada
ginjal.
b. Batu dalam kandung kencing
Dapat terbentuk di tempat atau berasal dari ginjal, masuk ke dalam kandung
kencing dank arena kandung kencing berkontraksi untuk mengeluarkan air kencing,
maka batu tertekan pada trigonum yang peka itu, maka menyebabkan sangat sakit.
Biasanya terdapat sedikit hematuria.
c. Kegagalan ginjal
Kegagalan ginjal yang akut dapat disebabkan nefritis akut oleh peracunan ginjal
atau yang paling umum karena mengurangi darah.
d. Diabetes Mellitus
Kelainan

metabolik

dimana

ditemukan

ketidakmampuan

untuk

mengoksidasikarbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal,


menimbulkan hiperglikemia, glkosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus,
kelemahan, asidosis, sering menyebabkan dispnea,lipemia, ketonuria, dan akhirnya
koma.

e. Diabetes Insipidus
Kelainan

metabolik

yang

disebabkan

defisiensi

hormon

antidiuretik,

menyebabkan kegagalan reabsorpsi air pada tubulus dalam ginjal, menimbulkan


pengeluaran urin dfalam jumlah besar, dan rasa haus yang hebat.
f. Gout
Kelompok gangguan metabolik purin dan pirimidin, ditandai dengan typhi yang
menimbulkan serangan peradangan artfritis akut sendi paroksismal berulang biasanya
mengenai sendi perifer tunggal, biasanya bereaksi baik dfengan kolkisin, dan biasanya
diikuti dengan penyembuhan total; pada kasus yang lanjut juga dapat ditemui adanya
hiperurisemia dan urolitiasis asa urat.

g. uremia
keseluruhan kumpulan tanda dan gejala gagal ginjal kronis.
h. Asidosis Metabilok
Gangguan dimana status asam basa bergeser ke sisi asam akibat kehilangan
basa atau retensi asam nonkarbonat, atau asam tetap (tidak menguap).
i. Asidosis Respiratorik
Asidosis metabolik yang diakibatkan retensi karbon dioksida berlebihan dalam
tubuh.

BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
Alatyang digunakanadalahbunsen,tabungreaksi, tabungsentrifuge, deg glass,
objek

glass,gelaskimia,

piknometer,

pipet,

pot

plastik,

raktabung,

sentrifuge,

timbangananalitik.
Bahan yang digunakanadalahaquadest,reagen benedict, kertas pH universal,
urinepuasa(A) dan urine tidakpuasa(B), kertastimbang, dan tissue.
B.
1.
a.
b.

PENGAMBILAN SPESIMEN (Anonim,2013)


Urin Puasa
Diambil urin baru, masukkan ke dalam pot plastic yang bersih dan kering.
Pengambilan urin dilakukan saat probandus puasa selama 8 jam sebelum masuk

laboratorium.
c. Kemudian dilakukan pemeriksaan (meliputi mikroskopik, pH, bobot jenis dan glukosa).
2. Urin Sewaktu
a. Diambil urin baru, masukkan ke dalam pot plastic yang bersih dan kering.
b. Pengambilan urin dilakukan pada probandus yang tidak puasa dan dapat diambil kapan
saja saat dilakukannya pemeriksaan.
c. Kemudiandilakukan pemeriksaan (meliputi pemeriksaan mikroskopik, pH, bobot jenis
dan glukosa).
C. METODE PENGUJIAN(Anonim,2013)
1. PemeriksaanFisikaUrin
a. Pemeriksaan Warna Urin

Disiapkan alat dan bahan, ditampung sampel urin A (probandus puasa) dan urin
B urin (probandus tidakpuasa) masing-masing sebanyak 200 ml ke dalam pot plastik
dan diamati warna urin.
b. Pemeriksaan BauUrin

Disiapkan alat dan bahan, ditampung sampel urin A (probandus puasa) dan urin
B urin (probandus tidakpuasa) masing-masing sebanyak 200 ml kedalam pot pastik
kemudian dicium bau yang ditimbulkan oleh urin.
c. Pemeriksaan pHUrin

Disiapkan alat dan bahan, ditampung sampel urin A (probandus puasa) dan urin
B urin (probandus tidakpuasa) masing-masing sebanyak 200 ml kedalam pot plastik
kemudian dicelupkan kertas pH universal, diamati pH-nya kemudian dicatat.
d. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin

Disiapkan alat dan bahan, ditampung sampel urin A (probandus puasa) dan urin
B urin (probandus tidakpuasa) masing-masing sebanyak 200 ml. Ditimbang piknometer
kosong. Dipipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut piknometer.
Didinginkan hingga 250C dalam suhu kamar.Ditimbang berat piknometer + urin. Dicatat
masing-masing bobotnya dan dihitung bobot jenis urin menggunakan rumus :
Berat pikno dan urin Berat pikno kosong
BJ Urin =
Volume urin
e. Pemeriksaan Sedimen Urin(leukosit, eritrosit, dan kristal asam urat)
Disiapkan alat dan bahan, sampel urin dimasukkan kedalam tabung sentrifuge
sebanyak 20 ml lalu disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000
rpm.Supernatannya dibuang dan diambil endapannya. Diteteskan di atas objek gelas.

Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x Digambar (eritrosit, leukosit, dan
kristal asam urat).
2. Pemeriksaan ZatOrganik (Glukosa)Urin

Dimasukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi kemudian teteskan 8 tetes


urin. Lalu dipanaskan diatas api bunsen selama kurang lebih 2 menit.Angkat dan kocok
perlahan-lahan setelah itu amati warnanya.

BAB IV
TINJAUAN HASIL PRAKTIKUM
A. PERHITUNGAN DATA KLINIS

Hasil perhitungan Bobot jenis urin :


Berat pikno dan urin Berat pikno kosong
BJ Urin =
Volume urin
Diketahui

:Berat pikno kosong (puasa)

= 29,6361gram

Berat pikno + urin (puasa) = 79,5773gram


Berat pikno kosong (tidakpuasa)= 32,3214gram
Berat pikno + urin (tidakpuasa) = 82,0203gram
Ditanya

: Berapa bobot jenis urin puasa dan urin sewaktu ?

Penyelesaian

BJ UrinA =
= 0,9988gram/ml
BJ Urin B =
= 0,9939 gram/ml
Keterangan :
BJ Urin A

= BJ urin puasa

BJ Urin B

= BJ urin tidakpuasa

B. PEMBAHASAN
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk
mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan
salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat
seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan. Pemeriksaan urin meliputi
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik/sedimen dan kimia urin.

Penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih seperti
infeksi, radang, adanya trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi di luar ginjal juga
dapat dideteksi dengan pemeriksaan urin, seperti adanya diabetes melitus (DM) dapat
diketahui dengan pemeriksaan glukosa urin, hepatitis dengan memeriksa adanya
bilirubin dalam urin; perdarahan saluran kemih dapat pula diketahui terutama yang
belum terlihat warna merah dalam urin yang disebut mikrohematuria. Dengan adanya
penyalahgunaan obat akhir-akhir ini dapat diketahui hasil metabolit obat narkotika di
dalam urin.
Pemeriksaan

urin

meliputi

pemeriksaan

makroskopik,

mikroskopik,

danbobotjenis.
Tujuan dari pemeriksaan warna urineyaitu untuk menentukan warna yang ada
pada urine. Warna dari urine menunjukan keadaan normal atau tidaknya urine.
Tujuandaripemeriksaanbau

urine

adalahuntukmengetahuibaudari

urine

dimanaterdiridaribauamoniak, ketonuriadanbaubusuk.
Tujuan dari pemeriksaan pH urine adalah untuk mengetahui derajat keasaman
urin dalam hal ini menggunakan kertas pH universal.
Tujuan dari pemeriksaan bobot jenis urine adalah untuk menentukan kepekatan
urin dengan mengukur bobot jenisnya. Makin kecil atau rendah bobot jenis makin besar
diuresis dan sebaliknya.
Pemeriksaan sedimen urine bertujuan untuk mengamati komponen-komponen
yang terdapat dalam urine seperti Kristal asamurat, leukositdaneritrosi. Pemeriksaan
glukosa yaitu untuk memeriksa secara kualitatif adanya glukosa dalam urin.

Ciri-ciri dari urine normal adalah jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari,
tetapiberbedadenganjumlahcairan yang masukkedalamtubuh. Banyaknya protein yang
dikonsumsimakinbanyakjuga volume urine, sehingga tersedia cukup cairan yang
diperlukan untuk melarutkan ureanya.
Urine

yang

normal

warnanya

bening

agakkekuningantanpa

endapan,

terkadangjugaterdapat jonjot lendir tipis nampak terapung didalam urine. Baudari urine
tajam dan reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, serta berat
jenis untuk orang dewasa berkisar dari 1,005 g/ml sampai 1,030 g/ml. Komposisidari
urin normal terdiri atas air, urea dan natrium klorida.
Pada praktikuminidilakukanpemeriksaan urine yang meliputi pemeriksaan fisik
(warna, bau, pH, bobot jenis, serta kandungan leukosit, eritrosit, dan kristal asam urat)
dan pemeriksaan zat organik yaitu pemeriksaan glukosa pada urin probandus yang
puasa dan urin probandus yang tidak puasa (sewaktu).
Cara kerja dari praktikum ini adalah disiapkan alat dan bahan, ditampung urine
pada pot urine sebanyak 200 ml pada masing-masing pot urine yaitu urine
probanduspuasadan urine probandustidakpuasa.
Pemeriksaan warna urin, dilakukan dengan cara mengamati urine yang
terdapatdalammasing-masing

pot

urine

yaitu

urine

probanduspuasadan

urine

probandustidakpuasakemudiandicatathasilpengamatan.
Pemeriksaanbau urine dilakukandengancara urine yang terdapatdalammasingmasing pot urine diciumyaitu urine probanduspuasadan urine probandustidakpuasa.
Sedangkan pada pemeriksaan pH urin dilakukan dengan cara mencelupkan
kertas pH universal ke dalam masing-masing urin dari probandus yang puasa dan

probandus yang tidak puasa yang telah ditampung pada pot plastik, kemudian dicatat
pH-nya.
Lalu dilakukan pemeriksaan bobot jenis urin dari sampel urin A (probandus yang
puasa) dan sampel urin B (probandus yang tidak puasa), dimana urin yang digunakan
masing-masing sebanyak 200 ml. Dan dilakukan dengan cara ditimbang piknometer
kosong. Dipipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut piknometer.
Didinginkan hingga 25C dalam suhu kamar. Ditimbang berat piknometer + urin.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan sedimen urin yang dilakukan dengan cara
sampel urin dari masing-masing urin probandus yang puasa dan urin probandus yang
tidak puasa dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge sebanyak 20 ml lalu disentrifuge
selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatannya dibuang dan diambil
endapannya. Diteteskan di atas objek gelas. Dan diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 40x, kemudian diamati eritrosit, leukosit, dan kristal asam urat dari masingmasing urin.
kemudian dilakukan pemeriksaan zat organik yaitu pemeriksaan glukosa urin,
yaitu dimasukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
8 tetes urin. Lalu dipanaskan di atas api bunsen selama kurang lebih 2 menit. Angkat
dan kocok perlahan-lahan setelah itu amati warnanya.Dari masing-masing pengamatan
diperoleh hasil warna untuk urin

sewaktu (tidak puasa) yaitu kuning pekat dan

memiliki bau obat urin. Sedangkan untuk urin puasa memiliki warna kuning jernih dan
bau amoniak, dan pH spesimen urin sewaktu dan puasa sama yaitu 6. Dimana untuk
urin sewaktu warna dan bau yang dihasilkan tidak normal ini disebabkan karena
probandus urin sewaktu (tidak puasa) sebelumnya telah mengkonsumsi obat jadi itulah

yang mempengaruhi warna dan bau urin yang dihasilkan, utnuk pHnya normal.
Sedangkan untuk urin puasa, warna, bau dan pH adalah normal.
Untuk hasil bobot jenis urin yaitu untuk urin puasa diperoleh 0,9988 gram/ml,
sedangkan untuk urin sewaktu (tidak puasa) yaitu 0,9939 gram/ml. Dari data ini, dapat
dilihat bahwa pada berat jenis urin puasa dan sewaktu (tidak puasa) berada pada
range berat jenis normal. Adapun interpretasi data untuk berat jenis dibawah 1,005
gram/ml adalah kemungkinan penyakit diabetes insipidus, banyak minum, penyakit
ginjal, kekurangan dan kelebihan kalium dan untuk berat jenis diatas 1,026 gram/ml
kemungkinan kurang minum, diabetes millitus, muntah, diare, dehidrasi. Adanya berat
jenis yang lebih rendah dan lebih tinggi dari range normal dapat disebabkan adanya
perbedaan besarnya diuresis dari setiap individu, dimana perbadaan diuresis ini
dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Pada pemeriksaan ada tidaknya eritrosit dan leukosit dalam urin dengan
menggunakan pemeriksaan mikroskop, diketahui bahwa semua spesimen urin dari
probandus yang puasa dan probandus yang tidak puasa memiliki hasil yang negatif
tetapi pada pemeriksaan kristal asam urat, urine sewaktu positif memiliki kristal asam
urat lebih banyak dari pada urine puasa
Dan kemudian pada pemeriksaan glukosa urin mendapatkan hasil bahwa semua
spesimen urin , baik dari spesimen urin dari probandus yang puasa dan spesimen urin
dari probandus yang tidak puasa, hasilnya negatif.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Warna dan bau dari spesimen urin sewaktu normal karena warna dan bau yang
dihasilkan adalah kuning dan berbau amoniak dengan pH 6. Sedangkan untuk urin
puasa adalah normal karena warna yang dihasilkan yaitu kuning dengan bau amoniak,
dan pH 6.
2. Untuk hasil berat jenis urin yaitu urin puasa 0,9988 gram/ml. Sedangkan untuk urin
sewaktu

yaitu

0,9939

gram/ml.

Artinya

berat

jenis

kedua

urin

tersebut

kuranglebihberada dirange nilai normal untuk orang dewasa.


3. Pemeriksaan ada tidaknya eritrosit dan leukosit dalam urin dengan menggunakan
pemeriksaan mikroskop, diketahui bahwa semua spesimen urin memiliki hasil yang
negatif tetapi pada pemeriksaan kristal asam urat semua spesimen memiliki kristal
asam urattetepidalamjumlahsedikit .
4. Pada pemeriksaan glukosa urin mendapatkan hasil bahwa semua spesimen urin
hasilnya negative

B.SARAN
Disarankan

agar

kelancaranpraktikum.

lebihdilengkapilagialatdanbahandalamlaboratorium

demi

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Tuntunan Praktikum Kimia Klinik. Universitas Muslim Indonesia: Makassar.
Coad,jane. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Bidan. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Kidhri Muh, 2004. Biomedik 1. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Lefever Kee, Joyce. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik dengan
Implikasi Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Pearce, Evelyn., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta.
Sutedjo, 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Amara Books: Jakarta.
Tjay,Tan Hoan. 2000. Obat-Obat Penting. PT Elex media kompotindo.Jakarta
Uliyah, Musrifatul, 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika. Jakarta.
Wirawan,R. 2010. http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-pemeriksaanurine. Jakarta. Diakses tanggal 15 juli 2011
http://r-pramayudhapharmacy.blogspot.com/2013/04/pemeriksaan-urine.html

III. Teori Dasar


Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine dari
penyaringan unsur-unsur plasma (Frandson, 1992). Urine atau urin merupakan cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Ningsih,
2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan),
reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu kapiler
darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel
endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi
pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut
dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang
komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer dapat
ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya (Budiyanto,
2013).

Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi setelah
urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Bahan-bahan
yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih berguna, antara lain
glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu, air yang terdapat dalam
urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis, sedangkan reabsorpsi bahanbahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses penyerapan air juga terjadi di dalam
tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh tubulus proksimal
dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses
reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi
adalah urine sekunder yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan
urine primer. Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan
kadar urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Budiyanto, 2013).
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke tubulus
kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat
sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung
kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran
protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obatobatan, dan hormon serta garam-garam (Budiyanto, 2013).
KarakteristikUrin
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning
keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 7,5 dan akan
menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 1,035 g/ml (Uliyah, 2008).
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam urin terkandung
bermacam macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat,
dan amoniak, (2) zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam,
terutama NaCl, dan (4) zat zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat
obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon
(Ethel, 2003).
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein,
berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti
tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh
kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi
batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada
filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan gula menjadi
glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat. Orang yang demikian menderita
penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal
dan sering memberi warna pada urin. Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja
keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau
terlalu banyak mengkonsumsi obat obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).
Pemeriksaan Urin
Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu penting, karena banyak penyakit
dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang

dapat dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat adalah glukosa, aseton, albumin,
darah dan nanah (Wulangi, 1990). Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk
mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya,
kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba
dan mendeteksi adanya kehamilan (Medika, 2012).
Bahan urin yang biasa di periksa di laboratorium dibedakan berdasarkan pengumpulannya
yaitu : urin sewaktu, urin pagi, urin puasa, urin postprandial (urin setelah makan) dan urin 24 jam
(untuk dihitung volumenya). Tiap-tiap jenis sampel urin mempunyai kelebihan masing-masing
untuk pemeriksaan yang berbeda misalnya urin pagi sangat baik untuk memeriksa sedimen
(endapan) urin dan urin postprandial baik untuk pemeriksaan glukosa urin. Jadi sebaiknya
sebelum kita melakukan pemeriksaan urin sebaiknya meminta keterangan dari petugas
laboratorium tentang bahan urin yang mana yang diperlukan untuk pemeriksaan (Djojodibroto,
2001).
Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan pemeriksaan
sedimen. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin /
keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang
diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ2 tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti
penyakit kuning yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin
yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang
dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang berbeda (Djojodibroto, 2001).
Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa kristal,
granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda
normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan keadaan
organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa
menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan
ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu
ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal
dalam saluran kemih terutama ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal
(Djojodibroto, 2001).

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan analisis pendahuluan sampel urin secara kimia
menggunakan reagent strip. Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengevaluasi fungsi ginjal dengan cara urinalisis dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan
yang diperoleh. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi),
dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Ginjal mempunyai kemampuan memilih dan menahan zat-zat esensial pada saat
mengekskresikan produk akhir metabolisme dan kelebihan zat dari makanan. Maka untuk
mengetahui fungsi ginjal diantaranya dapat dilkakukan dengan cara skrining pada urin dengan
metode urinalisis.

Pada urinalisis, banyak metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat yang
terkandung di dalam urin. Analisis urin sebagai uji pendahuluan meliputi analisis fisik, analisis
kimiawi dan analisis secara mikroskopik.
Sampel urin yang digunakan adalah urin dari wanita dan pria. Sampel urin yang digunakan
untuk uji haruslah dalam keadaan segar. Artinya, reagent strip langsung dicelupkan ke dalam
urin yang baru keluar dari tubuh. Alasannya karena ada kemungkinan urin mengalami perubahan
jika tidak segera dilakukan pengujian. Dimana perubahan ini akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Pemeriksaan urin dengan menggunakan reagent strip mempunyai beberapa
keuntungan yaitu mudah dilakukan, cepat dan biaya relatif murah. Akan tetapi, reagent strip
tidak dapat dijadikan informasi yang akurat tentang adanya kelainan karena analisis urin reagent
strip ini merupakan tes secara kualitatif. Untuk membuktikan adanya kelainan harus dilakukan
tes lebih lanjut lagi.
Reagent strip merupakan strip plastik kecil yang memiliki beberapa kotak berwarna yang
melekat padanya. Pada masing-masing kotak merupakan komponen dari uji yang digunakan
untuk menafsirkan urinalisis berdasarkan nilai referensi urin. Uji kimia yang tersedia pada
reagent strip umumnya adalah specific gravity (SG)/ berat jenis, pH, leukosit, nitrogen, protein,
glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin, eritrosit dan Hb.
Cara analisis urin yaitu strip dicelupkan ke dalam sampel urin setelah itu dilihat perubahan
warna pada kotak-kotak kecil tersebut. Setiap perubahan pada kotak kecil tersebut harus selalu
diperhatikan dengan cermat dan dicatat karena warna pada reagent strip mudah berubah.
Perubahan warna ini terjadi setelah beberapa detik hingga beberapa menit dari mencelupkan
strip. Pembacaan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lama agar didapat hasil yang akurat. Setiap
perubahan warna pada kotak tertentu mungkin menunjukkan kelainan tertentu dalam sampel urin
yang disebabkan oleh reaksi kimia tertentu. Acuan perubahan warna terdapat pada wadah botol
plastik strip tes urine, sehingga perubahan warna-warna tersebut dapat diinterpretasikan.
Ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan saat pengujian menggunakan reagent strip
dalam pengujian spesimen urin. Sampel urin harus diuji setelah 2 jam, kecuali untuk pengujian
bilirubin dan urobilinogen harus segera dilakukan pengujian. Jika tidak, maka hasil pengujian
bisa eror. Penyimpanan sampel urin dalam lemari pendingin dapat meningkatkan specific gravity
dan mengganggu proses pengujian dengan reagent strip. Sebaiknya sampel urin yang digunakan
adalah sampel yang disimpan pada suhu ruangan.
Spesific Gravity (Berat jenis)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat
terlarut) mengukur kepadatan urin serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengencerkan urin. BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan
fungsi reabsorbsi tubulus. Untuk mengukur berat jenis urine dapat menggunakan urometer,
refraktometer dan carik celup. Pemeriksaan berat jenis dalam urine berdasarkan pada perubahan
pKa (konstanta disosiasi) dari polielektrolit (methylvinyl ether/maleic anhydride). Polielektrolit
terdapat pada carik celup akan mengalami ionisasi, menghasilkan ion hydrogen (H +). Ion
H+ yang dihasilkan tergantung pada jumlah ion yang terdapat dalam urine. Pada urine dengan
berat jenis yang rendah, ion H + yang dihasilkan sedikit sehingga pH lebih ke arah alkalis.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh spesific gravity pada laki-laki sebesar 1,005 dan pada
perempuan sebesar 1,01.

Bila dibandingkan dengan berat jenis urin normal yaitu antara 1,003-1,030, maka sampel urin
masih dalam batas normal. Hal ini menandakan tidak terjadi gangguan fungsi reabsorpsi tubulus.
Selain itu, Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah
berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis
bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih,
menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan
demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake
cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun. Berat jenis
yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat
jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus.
pH
pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH hendaknya segera
dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis
(karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan
: kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup. Pemeriksaan pH urine
segar dapat memberi petunjuk kearah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya
menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi
amoniak menyebabkan urine menjadi basa. Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan
oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun,
tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi
sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun
dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urin pagi hari (bangun tidur) adalah yang
lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat
mempengaruhi pH urin. Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urin :
a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus
atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis
tubulus ginjal, spesimen basi.
b. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik
(kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolik memicu pengasaman
urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Pemeriksaan pH urine berdasarkan adanya indicator ganda (methyl red dan bromthymol blue),
dimana akan terjadi perubahan warna sesuai pH yang berkisar dari jingga hingga kuning
kehijauan dan hijau kebiruan. Rentang pemeriksaan pH meliputi pH 5,0 sampai 8,5.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pH pada laki-laki yaitu 8 dan pH pada perempuan yaitu 7.
Untuk sampel urin laki-laki dapat dikatakan normal, namun untuk sampel perempuan sedikit
terlalu basa.
Leukosit
Pemeriksaan ini berdasarkan adanya reaksi esterase yang merupakan enzim pada granula
azurofil atau granula primer dari granulosit dan monosit. Esterase akan menghidrolisis derivate
ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam diazonium akan menyebabkan
perubahan warna dari coklat muda menjadi warna ungu. Banyaknya esterase menggambarkan
secara tidak langsung jumlah leukosit di dalam urine. Leukosit neutrofil mensekresi esterase
yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran

sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki
memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan
hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup. Temuan laboratorium
negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urin tinggi (>500mg/dl), protein urin tinggi
(>300mg/dl), berat jenis urin tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urin mengandung cephaloxin,
cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid.
Apabila urine tidak segar, pH urine menjadi alkalis, neutrofil mudah lisis sehingga jumlah
neutrofil yang dijumpai dalam sedimen urine berkurang dibandingkan dengan derajat positifitas
pemeriksaan esterase leukosit. jika terdapat glukosa dan protein dalam konsentrasi tinggi atau
pad urine dengan berat jenis tinggi, dapat terjadi hasil negative palsu, karena leukosit mengkerut
dan menghalangi penglepasan esterase. Kehadiran esterase leukosit di urin merupakan pertanda
peradangan, yang umumnya disebabkan oleh infeksi saluran kemih.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan hasil 1+ pada urine laki-laki dan perempuan. Hasil
ini bukan berarti terjadi infeksi saluran kemih. Hasil ini masih menunjukkan nilai normal
meskipun hasilnya positif, karena hanya menunjukkan angka 1
Nitrogen
Test nitrit urine adalah test yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuri.
Test ini berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar bakteri penyebab infeksi saluran kemih
dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Di dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil
metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam
urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim
reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urin telah berada dalam
kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negatif bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab
tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urin memang tidak mengandung nitrat,
atau urin berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu,
enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi
nitrogen. Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urin pagi dan diperiksa dalam
keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di
luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit. Faktor yang dapat mempengaruhi
temuan laboratorium :
a. Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri invitro apabila pemeriksaan tertunda, urin
merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
b. Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup
banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organisme penginfeksi mungkin tidak
mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam,
atau berat jenis urin tinggi.
Hasilnya dilaporkan sebagai positif bila pita dalam 40 detik menjadi merah atau kemerahan
yang berarti air kemih dianggap mengandung lebih dari 10 5kuman per ml. negative bila tidak
terdapat nitrit maka warna tidak berubah. Warna yang terbentuk tidaklah sebanding dengan
jumlah bakteri yang ada. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 0,075 mg/dl nitrit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pada laki-laki dan perempuan keduanya positif mengandung
nitrogen, yang berarti terdapat kandungan nitrit dalam urine. Hasil ini mengindikasi terdapat

bakteri yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, atau sampel urine yang diambil telah berada
di kandung kemih selama 4 jam atau lebih.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh
tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak
(random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen
(dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin.
Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis.
Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan
proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria.
Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Proteinuria biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal akibat kerusakan glomerulus dan atau
gangguan reabsorbsi tubulus ginjal. Pemeriksaan protein dalam urin berdasarkan pada prinsip
kesalahan penetapan ph oleh adanya protein. Sebagai indikator digunakan tetrabromphenol blue
yang dalam suatu sistem buffer akan menyebabkan ph tetap konstan. Akibat kesalahan penetapan
oleh adanya protein, urin yang mengandung albumin akan bereaksi dengan indikator
menyebabkan perubahan warna hijau muda sampai hijau. Indikator tersebut sangat spesifik dan
sensitif terhadap albumin. Perubahan warna terjadi dalam waktu 60 detik. Hasilnya dilaporkan
sebagai negatif, +1 (30 mg/dl), +2(100 mg/dl), +3(300 mg/dl), +4(2000 mg/dl). Adapun nilai
rujukan adalah urin acak : negatif (15 mg/dl).
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang memiliki
risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang sehat. Proteinuria
yang persistent (tetap +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya menunjukkan adanya kerusakan
ginjal. Proteinuria persistent juga akan memberi hasil +1 yang terdeteksi baik pada spesimen
urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan
pertanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler,
diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul
rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan
menggunakan sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan
sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari
500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras,
tolbutamid (Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.
Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau
kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan kimia), myeloma
multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut, preeklampsia. Proteinuria tinggi (lebih dari
4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut atau kronis,
nefritis lupus, penyakit amiloid.
Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus
polivinilpirolidon (pengganti darah), obat, pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner
(pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8). Hasil negatif palsu dapat
disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3).

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan perubahan warna pada kotak uji protein pada sampel
urin wanita adalah kunig terang yang jika dibandingkan dengan skala warna di atas, maka
hasilnya adalah negatif. Hal ini juga serupa dengan sampel urin pria. Artinya sampel urin pria
maupun wanita dinyatakan tidak mengandung protein(tidak proteinuria).
Glukosa
Reagent strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase
(POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika
teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika
teroksidasi.
Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase yang akan menguraikan
glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini
dengan adanya peroksidase akan mengkatalisis reaksi antara kalium iodida dengan hidrogen
proksidase menghasilkan H2O dan On (O nascens). O nascens akan mengoksidasi zat warna
kalium iodida dalam waktu 10 detik membentuk warna biru muda, hijau sampai coklat.
Pada uji dengan strip hasil yang diperoleh berupa: negatif, trace(100 mg/dl), +1(250 mg/dl),
+2(500 mg/dl), +3(1000 mg/dl), +4(<2000 mg/dl). Hasil negatif palsu pada pemeriksaan ini
dapat disebabkan oleh bahan reduktor dalam urin seperti vitamin C (>40 mg/dl), asam
homogentisat, aspirin serta bahan yang mengganggu reaksi enzimatik seperti levodova,
gluthation dan obat-obatan seperti dyhyrone., berat jenis urin>1,020 dan terutama bila disertai
dengan ph urin yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan,
infeksi bakteri. Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh bahan pengoksidasi (hidrogen
peroksida, hipoklorit atau klorin) dalam wadah sampel urin atau urin yang sangat asam(pH di
bawah 4). Adapun uji glukosa normal adalah negatif (<50 mg/dl).
Berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada kotak uji(pads) reagent strip, yaitu terbentuk
warna kuning pada kedua sampel urin pria dan wanita, maka dapat disimpulkan bahwa sampel
urin kedua-duanya tidak mengandung glukosa dengan membandingkan warna pada pads dengan
skala warna di atas.
Keton
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam -hidroksibutirat,
yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton
diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan
oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (misalnya diabetes mellitus yang tidak terkontrol),
kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan
mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan
cadangan basa (misalnya bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada
ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl. Keton
memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya
pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin)
terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam
asetoasetat.

Uji ketonuria dengan strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest) lebih sensitif terhadap
asam asetoasetat daripada aseton. Berdasarkan reaksi antara asam asetoasetat dengan senyawa
nitroprusida. Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila tidak terjadi reaksi, dan warna ungu
untuk hasil yang positif.
Hasil yang diperoleh berupa negatif, trace(5 mg/dl), +1(15 mg/dl), +2(40 mg/dl), +3(80 mg/dl),
+4(160 mg/dl). Hasil positif palsu dapat terjadi apabila urin banyak mengandung pigmen atau
metabolit levodopa serta fenilketon. Urin yang mempunyai berat jenis tinggi, ph yang rendah
dapat memberikan reaksi hingga terbaca hasil yang sangat sedikit (5 mg/dl). Untuk dewasa dan
anak : uji keton negatif (kurang dari15 mg/dl).
Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetic (ketoasidosis), kelaparan atau
malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang berat, pingsan akibat panas, kematian
janin. Pengaruh obat : asam askorbat, senyawa levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida,
piridium, zat warna yang digunakan untuk berbagai uji (bromsulfoftalein dan fenosulfonftalein).
Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu. Urin yang
disimpan pada suhu ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu
serta adanya dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat. Anak penderita
diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada penderita dewasa.
Pada percobaan kali dengan uji keton pada sampel urin dengan menggunakan reagent strip,
diperoleh perubahan warna pads pada strip uji keton yaitu menjadi berwarna kuning pucat. Jika
warna yang terbentuk pada pads dibandingkan dengan skala warna di atas, maka warna pada
pads masuk kategori negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel urin pria dan wanita
tidak ditemukan adanya keton.
Urobilinogen
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum,
tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen
berkurang di feses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen
diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam
urin.
Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar puncak
antara jam 14.00 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jamjam tersebut. Adapun nilai rujukan adalah sebagai berikut:
a. Urin acak : negatif (kurang dari 2mg/dl>
b. Urin 2 jam : 0.3 1.0 unit Erlich
c. Urin 24 jam : 0.5 4.0 unit Erlich/24jam, atau 0,09 4,23 mol/24 jam (satuan SI)
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau
terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan
hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin
berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim
hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung
dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.
Hasil positif dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan
atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Urobilinogen
urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah

(jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare
yang berat.
Pemeriksaan urobilinogen dalam urin berdasarkan reaksi antara urobilinogen dengan reagen
Ehrlich (paradimethylaminobenzaldehiyde serta buffer asam). Intensitas warna yang terjadi dari
jingga hingga merah tua, dibaca dalam waktu 60 detik. Warna yang timbul sesuai dengan
peningkatan kadar urobilinogen dalam urin. Urin yang terlalu alkalis menunjukkan kadar
urobilinogen yang lebih tinggi, sedangkan urin yang terlalu asam menunjukkan kadar
urobilinogen yang lebih rendah dari seharusnya. Kadar nitrit yang tinggi juga menyebabkan hasil
negatif palsu.
Perubahan warna terjadi pada uribilinogen untuk urin pria dan wanita. Keduanya setelah dilihat
pada skala warna menunjukkan nilai normal. Hal tersebut berarti tidak ada indikasi gangguan
hati/hepatitis.
Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam
proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal
dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air;
bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam
plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya
dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim
glukoroniltransferase.
Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu
dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan
dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat
dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena
itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat
albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat
bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.
Jadi bila dalam urine ditemukan adanya peningkatan kadar bilirubin yang berlebih, dapat
diduga pasien tersebut menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran
empedu (batu atau tumor).
Eritrosit
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubiknya darah pada seorang
laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang perempuan
dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah. Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul
hemoglobin.
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan
limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang
memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa,
selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit
yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.
Oleh karena itu, bila di dalam urine terdapat kandungan erytrosit adalah wajar, karena memang
tubuh membuang sel-sel darah merah yang sudah mati keluar dari tubuh salah satunya melalui

urine. Namun, bila jumlahnya sangat banyak diatas batas normal maka bisa saja pasien memiliki
kerusakan pada bagian glomerulus di ginjal yang berfungi untuk menyaring zat-zat penting dari
dalam darah.
Hemoglobin
Hemoglobin(Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin.
Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh
jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan
oksigen.
2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin)
Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2
Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah.
Karena Hb merupakan bagian dari erytrosit, maka bila ditemukan jumlah Hb dalam urine diatas
batas normal, maka bisa saja pasien mengalami kerusakan ginjal tepatnya pada bagian
glomerulus.
VIII. Kesimpulan
1. Evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara urinanalisis menggunakan
carik uji atau reagent strip.
2. Dari hasil pemerikasaan disimpulkan bahwa pada sampel urin baik laki laki maupun
perempuan, semua parameter (protein, glukosa, eritrosit, leukosit, nitrit, keton, urobilinogen,
bilirubin, bobot jenis, dan pH) menunjukkan nilai normal.

DAFTAR

PUSTAKA

Budiyanto.
2013.
Proses
Pembentukan
Urin
Pada
Ginjal.
Tersedia
di:
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-pada-ginjal/
[Akses tanggal 6 April 2013].
Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up): Bagaimana
Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Medika.
2012.
Pemeriksaan
Urin.
Tersedia
di:
http://www.biomedika.
co.id/services/laboratorium/31/pemeriksaan-urin.html [Akses tanggal 6 April 2013].
Ningsih,
Suti.
2012.
Proses
Pembentukan
Urin.
Tersedia
di:
http://sutiningsih2/2012/12/proses_pembentukan_urin_15.html. [Akses tanggal 6 April 2013].
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika. Jakarta.

Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB Press. Bandung.


Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/das.html#ixzz3DujJYZ7Y
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/das.html

V. PEMBAHASAN
Percobaan Urin
1. Sifat-sifat urin
Pada percobaan sifat-sifat urin, volume urin yang dikumpulkan selama waktu 24 jam sebanyak
1500 ml. Volume yang dapat dikumpulkan atau yang diekskresikan tergantung dari beberapa
faktor seperti suhu, intake cairan, kerja fisik, dan faktor patologi seperti penyakit ginjal atau
diabetes mellitus. Pada orang dewasa normal volume urin adalah sekitar 600-2500 ml/ 24 jam.
Berarti
volume
urin
tersebut
masih
tergolong
normal.
Bau yang tercium pada urin adalah sedikit bau toluen, karena digunakan pengawet toluen. Warna
dari urin tersebut adalah kuning tua. Warna urin dapat berubah karena faktor makanan atau faktor
patologik. Warna dari urin ini disebabkan oleh adanya zat warna urin yaitu urokrom yang terdiri
dari uroflavin dan laktoflavin atau riboflavin dan uropterin. Warna urin dapat berubah karena
pengaruh obat-obatan, misalnya karena meminum antibiotik atau dapat juga karena adanya
penyakit hati. Bau urin yang pesing karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin.
Dalam menguji pH urin, digunakan indikator universal. Urin sampel memilki pH 6 (pH asam),
dan dapat dikatakan normal karena umumnya pH urin dalam manusia bervariasi dari 4,5-8,0
(urin dapat bersifat asam, netral, atau basa). Ekskresi urin yang pada pH berbeda dari cairan
tubuh, mempunyai dampak yang penting bagi elektrolit tubuh dan penghematan asam-basa.
Setelah dilakukan pengujian terhadap berat jenis urin, didapatkan angka 1,0058. Berat jenis urin
yang normal berkisar antara 1,003-1,030 g/cm3, maka dapat disimpulkan bahwa urin yang diuji
memiliki berat jenis yang termasuk dalam range yang normal. Berat jenis suatu larutan
tergantung pada sifat maupun jumlah partikel terlarut yang ada di dalamnya. Berat jenis kadangkadang masih diukur sebagai suatu indeks konsentrasi urin, disamping osmolalitas.
2. Jumlah zat padat total
Jumlah zat padat total normal dalam urin 24 jam kira-kira 150.8 g/l urin 24 jam. Sampel urin
mengandung jumlah zat padat total 36,4 g/l urin. Jadi hasil ini dapat dikatakan menyimpang dari
kisaran normal. Berat jenis suatu larutan tergantung pada sifat maupun jumlah partikel terlarut
yang ada di dalamnya, karena itu berat jenis dapat digunakan untuk menentukan jumlah zat padat
yang dikandung urin. Mungkin hasil yang menyimpang ini terjadi karena faktor asupan makanan
yang masuk ke tubuh atau karena faktor kelainan pada tubuh. Hasil yang didapatkan memang
tidak akurat karena hanya menghitung secara kasar saja jumlah zat padat total dalam urin.

3. Garam-garam ammonium
Pada percobaan adanya garam-garam ammonium, urin dibasakan terlebih dahulu menggunakan
NaOH dan kemudian dipanaskan. Bau yang timbul akibat pemanasan adalah bau amoniak yang
menandakan bahwa ammonium yang terkandung di dalam urin terlepas ke udara atau telah
menguap.
Berarti
urin
sampel
mengandung
garam
amonium.
Reaksi utama pada tubuh yang menghasilkan NH4+ terjadi di dalam sel, yaitu perubahan
glutamin menjadi glutamat yang dikatalisis oleh enzim glutaminase yang terdapat di dalam sel
tubulus renalis. Glutamat dehidrogenase mengkatalisis perubahan glutamat menjadi ketoglutarat.
Glutamin

Glutamate -ketoglutarat + NH4+

glutamat

NH4+

Di dalam cairan interstisial dan urin tubulus, NH3 bergabung dengan H+ membentuk NH4+
yang menyingkirkan NH3 dan mempertahankan perbedaan konsentrasi yang memudahkan difusi
NH3 keluar sel. Bila pH urin7,0 maka rasio NH3 : NH4+ = 1 : 100. Bila urin lebih asam, maka
keseimbangan
berubah
lebih
lanjut
ke
NH4+.
Proses NH3 disekresikan disebut difusi non-ionik. Salisilat dan sejumlah obat lain yang
merupakan basa lemah atau asam lemah juga disekresi oleh difusi non ionik. Ion ammonium
berasal
dari
makanan,
obat-obatan
dan
hasil
hidrolisa
urea.
Mekanisme dari tubulus renalis dalam memproduksi ammonia sangat penting untuk mengatur
keseimbangan asam basa dan penghematan kation, meningkat dengan nyata pada asidosis
metabolik tetapi sebagian besar akan diekskresikan dalam bentuk urea yaitu komponen utama
urin. Ammonia secara konstan diproduksi dalam jaringan tapi hanya ditemukan dalam jumlah
kecil pada darah tepi yang dengan cepat dikeluarkan dari dalam darah oleh hati dan diubah
menjadi
glutamat,
glutamin,
ataupun
urea
(urin).
Dengan pereaksi nessler memberikan hasil negatif karena apabila dengan pereaksi nessler maka
warna yang dihasilkan adalah warna merah.
4. Belerang dalam urin

Belerang
anorganik
Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasal
terutama dari metabolisme protein. Pada percobaan ini, urin 24 jam direaksikan dengan HCl
encer dan BaCl2. Maka akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya belerang
anorganik,
reaksi
yang
terjadi
adalah
:
BaCl2 + SO42- BaSO4 + 2 Cl
Belerang
etereal
Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik. Sulfat etereal di
dalam urin merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang dibentuk di dalam hati dari fenol
endogen dan eksogen, yang mencakup indol, kresol, esterogen, steroid lain, dan obat-obatan.
Zat-zat organik tersebut berasal dari metabolisme protein atau pembusukan protein dalam lumen
usus. Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam. Jumlahnya 5-15 % dari belerang total

urin. Dari percobaan tersebut, terbentuk endapan putih karena adanya endapan BaSO4 dari
belerang etereal yang memiliki senyawa sulfat akan bereaksi dengan BaCl2.

Belerang
yang
tak
teroksidasi
Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus SH, -S, -SCN, misalnya
asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb. Jumlahnya adalah 5-25
% dari belerang total urin. Pada percobaan ini, kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat
menjadi berwarna hitam (hasil reaksi positif). Hal itu terjadi karena adanya gas hidrogen sulfida
yang dilepaskan yang dapat diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas
saring yang telah dibasahi larutan timbal asetat. Reaksi yang terjadi adalah :
S2+
2
H+

H2S

H2S + Pb2+ PbS


5. Asam urat
Pada percobaan ini, digunakan tes mureksida yaitu dengan memanaskan sampai kering urin yang
yang telah ditambah HNO3 pekat. Asam urat akan dioksidasi oleh HNO3 pekat membentuk
asam dialurat dan aloksan. Setelah dingin, ditambahkan satu tetes ammonia encer (1 : 100), maka
asam dialurat dan aloksan berkondensasi dengan amonia membentuk mureksida (ammonia
purpurat) yang berwarna ungu kemerahan. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah:
Bila urin setelah ditambahkan ammonia encer tetap berwarna merah, maka hal itu menyatakan
adanya
asam
urat.
Pada percobaan, setelah ditambahkan HNO3 pekat dan dipanaskan hingga kering, urin
membentuk warna kuning muda. Hal ini berarti bahwa pada urin yang diuji, tidak terdapat asam
urat. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan blanko berupa kristal asam urat. Setelah
ditambahjann HNO3 pekat dan dipanaskan hingga kering, terbentuk warna kuning jingga.
Seharusnya warna yang tebentuk adalah warna ungu kemerahan, tetapi warna yang terbentuk
adalah kuning jingga, hal itu mungkin disebabkan karena kekurangketelitian praktikan dalam
melakukan percobaan.
6. Kreatinin
Pada percobaan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urin, dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi
Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin
direaksikan dengan larutan pikrat alkalis.
Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila larutan diasamkan. Dari hasil percobaan,
dipeoleh warna merah kecoklatan (jernih) dari penambahan urin dengan asam pikrat jenuh dan
NaOH 10 %. Warna larutan pada salah satu tabung berubah menjadi kuning setelah ditambah
HCl (tabung yang lain tidak ditambahkan HCl dan larutan tetap berwarna merah kecoklatan). Hal
ini menunjukkan bahwa di dalam urin yang diuji, terdapat kreatinin.
7. Glukosa

Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula
yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan
terbentuknya kuprooksida berwarna merah. Reaksi :
Pada uji adanya glukosa dalam urin dilakukan tes Benedict, yaitu dengan mereaksikan urin
dengan pereaksi Benedict yang telah dipanaskan dengan glukosa 0,3 %; 1 %; 2 %; 5 % dan urin
tanpa penambahan apapun. Ternyata dari hasil pengujian diperoleh urin blanko tetap berwarna
biru setelah ditambahkan larutan Benedict, untuk urin dengan penambahan glukosa 0,3 % akan
memberi warna kuning kehijauan dengan endapan merah, untuk urin dengan penambahan
glukosa 1 % akan memberi warna kuning kehijauan dengan adanya endapan merah yang lebih
banyak dari yang 0,3 %, untuk urin dengan penambahan glukosa 2 % akan memberi warna
jingga dengan endapan merah dari yang ditambahkan glukosa 1 % dan untuk urin dengan
penambahan glukosa 5 % akan memberi warna jingga kemerahan dengan endapan merah yang
lebih
banyak.
Terbentuknya warna-warna tersebut, sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam larutan. Makin
besar kadar glukosa, makin banyak endapan oranye yang terbentuk. Tidak tebentuknya endapan
oranye pada larutan glukosa konsentrasi rendah disebabkan karena baru sedikit glukosa yang
mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya dengan reagen Benedict yang berwarna
biru. Tampak bahwa glukosa dengan kadar 5% baru memberikan endapan oranye paling banyak.
Dari uji tersebut memberikan hasil bahwa urin yang diperiksa oleh praktikan tidak mengandung
glukosa karena tidak memberi hasil positif terhadap tes Benedict. Berarti urin tersebut adalah
urin yang normal.
Percobaan Urin Kuantitatif
1. Penetapan Kadar Kreatinin Urin (Folin)
Rs
Ru = 0, 375 nm
Kadar
kreatinin
= 0,996 g/24jam

0,
=

0,249/0,375

249
X

1500/1

nm
X

1/1000

Kreatinin disintesis di dalam hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka kreatinin
difosforilasi untuk membentuk fosforilkreatin yang merupakan simpanan tenaga penting bagi
sintesis ATP. ATP yang terbentuk oleh glikolisis dan fosforilasi oksidatif bereaksi dengan kreatin
untuk
membentuk
ADP
dan
banyak
fosforilkreatin.
Urin Pria dewasa mengandung keratin 25mg/kg BB, berarti pada urin sample terdapat kreatinin
sebanyak : 25 mg x 60 = 1500 mg (1,375g). Kreatinin dari hasil percobaan didapat kadar
kreatinin sebanyak 0,996 g. jumlah kreatinin sampel masih dibawah kadar normal.
Kreatinin meninggi pada insufisiensi ginjal yang akut atau kronis, obstruksi traktus urinarius dan
gangguan faal ginjal yang ditimbulkan oleh beberapa jenis obat. Bahan-bahan yang bukan
kreatinin dapat bereaksi sehingga memberi hasil positif dengan metode alkalis pikrat (reaksi
jaffe). Bahan-bahan tersebut adalah asetoasetat, aseton, -Hidroksibutirat, -ketoglutarat, piruvat,
glukosa
bilirubin,
hemoglobin,
urea
dan
asam
urat.

Perbedaan hasil dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti : usia, suku bangsa, jenis kelamin,
lingkungan, sikap tubuh, makanan yang dimakan, obat-obatan dan kadar aktivitas.
2. Penetapan Kadar Klorida Urin (Schales dan Schales)
Dalam penetapan kadar Klorida dalam urin, digunakan cara Schales dan Schales. Urin dititrasi
dengan merkuri nitrat dalam suasana asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri membentuk Hg
Cl2 yang tidak terionisasi. Bila terdapat merkuri nitrat yang berlebihy, ion-ion merkuri ini akan
bereaski dengan indicator difenilkarbazon membentuk warna ungu (Urin ditambahkan
difenilkarbazon 0,1% lalu dititrasi dengan merkuri nitrat sampai berwarna ungu).
Dari percobaan terhadap urin 24 jam, diperoleh data sebagai berikut :
A = ml (jumlah merkuri nitrat untuk titrasi 5 ml larutan standard NaCl)
Sampel
urin
merkuri
nitrat
I
=
15,50
ml
Sampel
urin
merkuri
nitrat
II
=
15,55
ml
Kadar Klorida urin (meq/liter) = ml merkuri nitrat yang dipakai x 100/A
A = Jumlah ml merkuri nitrat untuk titrasi 5ml larutan standard NaCl.
Maka :
i.
Kadar
Klorida
urin
=
364,706
Kadar
NaCl
urin
=
=
21335,301
mg/liter
ii.
Kadar
Klorida
urin
=
364,705
Kadar
NaCl
urin
=
= 21335,242 mg/litrer = 21,34 g/liter

15,5

364,706
=
=

15,5
364,705

x
21,34
x
x

100/4,25
meq/liter
58,5
g/liter
100/4,25
meq/liter
58,5

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan urin ini, volume urin yang diperoleh adalam 1500 ml yang beraati volume ini
masih dalam batas normal, urin tersebut memiliki bau amoniak, berwarna kuning tua, jernih, ber
pH 6 memiliki BJ sebesar 1,0058 dan kandungan zat padat dalam urin 150.8 g / l.
Pada urin dormal terkandung garam-garam amonium , belerang anorganik, belerang yang tak
teroksidasi, klorida dan kreatinin. Pada urin yang diuji oleh praktikan tidak terdapat asam urat
maupun glukosa menandakan bahwa urin tersebut dalam keadaan normal. Pada percobaan
kuantitatif diperoleh kadar kreatinin urin sebesar 0,996 g / 24 jam dan kadar NaCl rata-rata
sebesar 21,34 g/liter.
DAFTAR PUSTAKA
Azizahwati, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia Jurusan Farmasi FMIPA UI,
1994,
Hal
36-44.
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa oleh
dr.
Petrus
Andrianto.
Murray, K. Robert, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W.R, Biokimia Harper edisi 22,
Penerbit bku kedokteran, EGC.

http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/urin/

Anda mungkin juga menyukai