Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URINE

Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik I dari Dosen
Pengampu Dr. Ani Riyani, M. Kes.

Disusun Oleh :

Muhammad Ihsan Nurhadi

P17334120449

Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis – 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2021
A. Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 11 Agustus 2020
B. Jenis Pemeriksaan : Pemeriksaan Makroskopis Urine
C. Metode :
a. Pemeriksaan volume urine
b. Pemeriksaan warna urine
c. Pemeriksaan kejernihan urine
d. Pemeriksaan bau urine
e. Pemeriksaan pH urine menggunakan indikator universal
f. Pemeriksaan berat jenis menggunakan urinometer
g. Pemeriksaan busa urine
D. Tujuan
Untuk mengetahui volume urine, warna urine, kejernihan urine, bau urine, pH
urine, BJ urine, dan busa urine agar bisa membantu mendiagnosis berbagai penyakit
yang berhubungan dengan ginjal dan saluran urine dan juga membantu memeriksa
berbagai organ lain seperti hati, saluran empedu, pankreas, corteks adrenal dan lain-
lain.

E. Prinsip
1. Volume urine : Volume urine diukur menggunakan beaker glass
setinggi miniskus bawah
2. Warna urine : Diuji pada penebalan 7-10 cm dengan cahaya terang,
sikap serong, dan latar belakang putih.
3. Bau urine : Urine dibau menggunakan indra penciuman
4. Kejernihan urine : Diuji pada keseluruhan tabung dengan cahaya pantul
tanpa latar belakang putih dan sikap serong
5. pH urine : Perubahan warna pada pH strip dan dibandingkan
secara visual pada standar warna pH strip
6. Berat Jenis Urine : Berat jenis urine dilihat pada tungkai urinometer dan
dibaca pada miniskus bawah.
7. Busa urine : Berdasarkan perubahan warna pada busa. Urine
dikocok selama 5 menit, jika:
 Busa berwarna putih tidak hilangt berarti kemungkinan preotein.
 Busa berwarna kuning tidak hilang berarti kemungkinan bilirubin.
 Busa berwarna putih / kuning hilang berarti protein dan bilirubin negatif.
F. Dasar Teori
Urine atau air kemih adalah suatu cairan berwarna kuning yang dikeluarkan
ginjal melalui saluran uretra. Ginjal menyaring limbah dari darah, membantu
mengatur jumlah air dalam tubuh, dan menjaga protein, elektrolit, dan senyawa lain
yang dapat digunakan kembali oleh tubuh. Namun, setiap kali seseorang buang air
kecil, warna, jumlah, konsentrasi, dan kandungan urine akan sedikit berbeda karena
kandungan yang berbeda-beda. Banyak kelainan yang dapat dideteksi pada tahap awal
dengan mengidentifikasi zat yang biasanya tidak ada dalam urin dan/atau dengan
mengukur kadar zat tertentu yang tidak normal. Hal yang tidak normal tersebut dapat
terjadi karena beberapa hal diantaranya:

 Ada peningkatan kadar zat dalam darah dan tubuh merespons dengan mencoba
menghilangkan kelebihan dalam urine.
 Penyakit ginjal hadir.
 Ada infeksi saluran kemih , seperti pada kasus bakteri dan sel darah putih.
Urinalisis (pemeriksaan urine rutin) adalah sekelompok tes fisik
(makroskopis), kimia, dan mikroskopis. Berbagai tes tersebut mendeteksi dan/atau
mengukur beberapa zat dalam urine, seperti produk sampingan dari metabolisme
normal dan abnormal, sel, fragmen seluler, dan bakteri. Salah satunya adalah
pemeriksaan makroskopis meliputi pemeriksaan atas volume, warna, kekeruhan,
keasaman (pH), dan berat jenis (BJ).
Cara menampung sampel urine adalah menggunakan wadah atau plastik
transparan yang bertutup ulir dan bermulut besar atau lebar, bersih dan kering, steril,
dan dispossable (sekali pakai). Sampel urine harus diperiksa < 2 jam setelah diambil.
Jika sampel urine yang akan diperiksa mengalami keterlambatan atau akan diperiksa
nanti, agar sampel urine tidak rusak maka harus menggunakan pengawet atau
dimasukan ke dalam refregerator.
G. Alat dan Bahan

Alat
1. Gelas beaker
2. Gelas ukur
3. Tabung reaksi
4. Pinset
5. pH strip
6. Urinometer
7. Termometer
8. Penyumbat tabung

Bahan

1. Sampel (urine)

H. Cara Kerja
1. Volume urine
- Masukkan urine ke dalam gelas ukur secara perlahan agar tidak berbusa
- Baca volume urine setinggi miniskus bawah
2. Warna urine
- Masukkan urine ¾ tabung penuh ke dalam tabung reaksi
- Miringkan tabung reaksi hingga membentuk sudut 60
- Warna urine diuji pada penebalan 7-10 cm dengan cahaya terang dan latar
belakang belakang putih
3. Bau urine
- Masukkan sampel urine kedalam beaker gelas
- Dekatkan ke hidung dan kibaskan tangan ke arah hidung

4. Kejernihan urine
- Masukan urine ¾ tabung ke dalam tabung reaksi
- Miringkan tabung reaksi hingga membentuk sudut 60
- Kejernihan urine diuji pada keseluruhan tabung dengan cahaya pantul tanpa latar
belakang putih pada sikap serong
5. pH urine
- Masukkan sampel urine kedalam gelas beaker
- Ambil pH strip dengan pinset
- Celupkan pada sampel urine selama 30 detik, tiriskan
- Bandingkan perubahan warna dengan standar warna pH strip
6. Berat Jenis urine
- Masukkan urine ke dalam gelas ukur sebanyak ± 40 – 50 ml
- Masukkan urinometer, kemudian dilepas sambil diputar supaya bebas terapung
dan tidak menempel pada dinding gelas ukur
- Baca hasil pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah
7. Busa urine
- Masukkan 5 mL sampel urine ke dalam tabung reaksi, tutup dengan penyumbat
tabung
- Kocok kuat-kuat
- Buka penyumbat tabung, baca hasil dalam waktu 5 menit

I. Pembacaan atau Interpretasi Hasil


A. Volume urine :
 Urine 24 jam dan Urine dewasa : 800-1300 mL.
 Anak usia 6-12 tahun : setengah volume urine orang dewasa.
 Anak usia 0-6 tahun : seperempat volume urine orang dewasa.
B. Warna urine :
 Tidak berwarna atau transparan → konsumsi air terlalu banyak.
 Kuning sangat pucat → normal
 Kuning transparan → normal
 Kuning gelap → dehidrasi awal
 Warna madu → kekurangan cairan/dehidrasi sedang
 Coklat → dehidrasi berat
 Merah muda dan kemerahan → ada kandungan darah dalam urine

Jingga → adanya disfungsi hati


C. Bau urine : Tidak berbau menusuk dan tajam
D. Kejernihan urine : Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh
E. pH urine : Urine sewaktu (4,6 -8) dan urine 24 jam (6,2)
F. Berat jenis urine :
 Urine sewaktu (1003-1030)
 Urine 24 jam (1016-1022)
 Urine pagi (1015-1025)
G. Busa urine :

 Busa berwarna putih tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
protein.
 Busa berwarna kuning tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
bilirubin.
 Busa berwarna putih / kuning hilang dalam waktu 5 menit berarti protein dan
bilirubin negatif.

J. Pembahasan
Pada pemeriksaan makroskopis yang meliputi volume, warna, bau, kejernihan,
pH, berat jenis, dan busa pada urine dapat diketahui nilai untuk menjadi salah satu
hasil penentuan apakah ada gangguan pada ginjal atau saluran kemih seorang pasien.
1. Volume urine
Volume urine normal berkisar 800-1600 mL/24 jam dan biasanya digunakan
untuk mendapatkan gambaran metabolisme suatu zat tertentu selama 24 jam. Faktor
volume urine dipengaruhi oleh kuantitas air yang dikonsumsi dan keadaan suhu.
Semakin banyak mengonsumsi air dan keadaan suhu udara yang dingin
(menyebabkan pembentukan urine meningkat) maka akan semakin banyak
mengeluarkan urine.
Kelainan pada volume urine yaitu oliguria yang dapat terjadi jika eksresi urine
menurun atau lebih sedikit dari normal (<500 mL), poliura terjadi apabila urine yang
dikeluarkan meningkat (>2000 mL), dan anuria, yaitu urine yang dibantuk sangat
sedikit atau tidak ada sama sekali (< 30 mL).
2. Warna Urine
Urine yang normal memiliki warna kuning muda. Warna kuning pada urine
merupakan campuran pigmen-pigmen seperti uroetrin, urokron, dan porfirin.
Biasanya dipengaruhi oleh pigmen, pengaruh obat-obatan, adanya metabolit, jenis
makanan, dan lain-lain. Selain itu, urine normalnya berwarna jernih.
3. PH urine
Pemeriksaan pH urine segar dapat memberi petunjuk bahwa seorang pasien
mengalami infeksi saluran kemih. pH urine normal berkisar antara 4,7-7,5 dan
hendaknya segera dilakukan pemeriksaan. pH urine yang terlalu asam dapat
disebabkan oleh kelaparan, diet tinggi protein, dan adanya bakteri yang memproduksi
asam. Sedangkan urine yang terlalu basa dapat disebabkan oleh alkalosis, amonia,
obat-obat yang digunakan untuk mencegah pembentukan asam urat dan oksalat, dan
bakteri.
4. Berat jenis urine
Semakin pekat urine maka semakin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian
dengan faal pemekat ginjal. Berat jenis urine normal memiliki rentang nilai antara
1003-1030. Berat jenis urine yang kurang normal menandakan terjadinya gangguan
fungsi reabsorpsi tubulus. BJ rendah dapat disebabkan oleh banyak minum, udara
dingin, dan diabsetes insipidus, sedangkan BJ tinggi dapat disebabkan oleh diabetes
mellitus, proteinuria, dan dehidrasi.
5. Bau Urine
Urine yang normal tidak memiliki bau yang menyengat. Bau urine dapat
disebabkan karena faktor fisiologis maupun patologis. Penyebab patologis berupa
adanya penyakit ataupun kerusakan pada saluran kemih, dan faktor fisiologis
dipengaruhi oleh makanan, vitamin, dan konsumsi obat-obatan.
6. Busa urine
Perubahan warna pada busa, maka bila urine dikocok :
• Busa berwarna putih tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
protein.
• Busa berwarna kuning tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
bilirubin.
• Busa berwarna putih / kuning hilang dalam waktu 5 menit berarti protein dan
bilirubin negatif.
7. Kejernihan Urine
Kejernihan urine mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, dan
darah di urine (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh.
Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi
agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan itu disebabkan oleh
nubekula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun
mengendap.
K. Kesimpulan
Kesimpulan bahwa pemeriksaan secara makroskopis yang meliputi volume, warna,
kekeruhan, keasaman (pH), dan berat jenis (BJ) bisa membantu mendiagnosis
berbagai penyakit yang berhubungan dengan ginjal dan saluran urine dan juga
membantu memeriksa berbagai organ lain seperti hati, saluran empedu, pankreas,
corteks adrenal dan lain-lain dengan batas normal dan visual tertentu.

Praktikan

(Muhammad Ihsan Nurhadi)

Anda mungkin juga menyukai