Anda di halaman 1dari 23

A.

Tanggal / waktu praktikum : Kamis, 30 Maret 2017


B. Nama Percobaan : Pemeriksaan Indeks Eritrosit
(MCV,MCH,MCHC)
C. Landasan Teori :
1. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-
paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah. Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan
yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan
salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi
khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari
jaringan ke paru-paru.

Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui


ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan
hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam
keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin
untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan
mempengaruhi pada faktor lingkungan.

Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi


akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis.
Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin
memegang peranan penting dalam diagnosa suatu penyakit seperti
anemia. Mengetahui pentingnya kadar hemoglobin dalam darah terhadap
pencegahan atau penanganan terhadap suatu penyakit terutama yang berkaitan
dengan darah. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukannya praktikum
tentang pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) darah dengan menggunakan
metode sahli, hal ini di karenakan metode sahli ini merupakan metode yang
paling sederhana dan mudah untk di lakukan selain itu juga untuk metode sahli
ini tidak membutuhkan biaya yang besar untuk melakukan pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ini.

Hemoglobin adalah protein majemuk yang tersusun atas protein


sederhana yaitu globin dan radikal prostetik yang berwarna, yang disebut
heme. Protein ini terdapat dalam butir-butir darah merah dan dapat dipisahkan
daripadanya dengan cara pemusingan. Berat molekulnya yang ditentukan
dengan ultrasentrifuge sebesar 68.000. Ini adalah protein pertama yang
diperoleh dalam bentuk hablur. Hemoglobin merupakan protein pembawa
oksigen dalam darah. Tiap liter darah mengandung kira-kira 150 gr
hemoglobin (Damin Sumardjo, 1990). Kadar hemoglobin adalah jumlah K3Fe
(CN)6 akan diubah menjadi methemoglobin yang kemudian diubah menjadi
hemoglobin sianida (HiCN) oleh KCN dengan batas ambang berat bila Hb <
8 gr/dl, anemia ringan jika Hb > 8 – 11 gr/dl dan normal pada ibu hamil Hb >
11 gr/dl (Prawirohardjo, 2000). Kadar hemoglobin pada darah dikatakan
anemia apabila kadar Hb dasar pada pria <13 gr/%, wanita < 12 gr/% dan pada
ibu hamil < 11 gr/% (Agus, 2012)

Hemoglobin merupakan suatu senyawa kompleks globlin yang


dibentuk 4 sub unit, masing-masing mengandung suatu gugusan hem yang
dikonjugasi ke suatu polipeptida. Hem adalah turunan porofirin yang
mengandung zat besi (Fe). Hemoglobin menjadi satu dengan oksigen udara
yang terdapat di dalam paru-paru hingga terbentuk yaitu oksihemoglobin,
yang nantinya melepaskan oksigen menuju sel-sel jaringan tubuh. Proses
oksihemoglobin memerlukan besi dalam bentuk ferro di dalam molekul
hemoglobin. Oksigen yang terikat jumlahnya sama dengan jumlah atom besi.
Tiap gram hemoglobin akan mengangkut sekitar 1,34 ml oksigen. (Frandson,
1993). Maka dari itu besi penting dalam pembentukan hemoglobin,
mioglobin, dan substansi lainnya seperti sitokrom, sitokrom oksidase,
peroksidase, dan katalase (Sawali, 2013).

Menurut Guyton (1997), sintesis hemoglobin diawali dari dalam


proeritoblast kemudian dilanjutkan dalam fase retikulosit dalam sumsum
tulang. Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin yaitu suksini KoA
yang dibentuk dalam siklus Krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk
senyawa pirol yang menyatu membentuk senyawa protoporfirin. Kemudian
senyawa tersebut berikatan dengan besi menggunakan bantuan enzim
ferokelatase membentuk molekul heme. Setiap molekul heme bergabung
dengan rantai polipeptida panjang (globin) membentuk suatu subunit
hemoglobin. Menurut Campbell (1995) menyatakan bahwa padaberbagai
jenis unggas yang normal, hemoglobin menempati sepertiga dari volume sel
darah merah (Sawali, 2013).

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-


butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal
adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut
“100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang
sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku
bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal
berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke


seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel
ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai
reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-
sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin
(Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun fungsi dari hemoglobin darah antara lain
sebagai berikut (Sopny, 2010) :

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-


jaringan tubuh.
b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia.
2. Hematokrit
Hematokrit adalah nilai yang menunjukan presentase zat padat dalam
darah terhadap cairan darah, dengan demikian bisa terjadi perembesan cairan
darah keluar dari pembuluh darah. Sementara bagian padatnya tetap dalam
pembuluh darah, akan membuat persentase zat padat darah terhadap cairannya
naik sehingga kadar hematokritnya juga meningkat ( yashid, 2012).
Hematokrit (Ht atau HCT) atau volume sel dikemas (PCV) atau fraksi
volume eritrosit (EVF) adalah proporsi darah volume yang ditempati oleh sel
darah merah . Hal ini biasanya sekitar 48% untuk pria dan 38% untuk
perempuan. Hal ini dianggap sebagai bagian integral dari seseorang hitung
darah lengkap hasil, bersama dengan kadar hemoglobin, sel darah putih jumlah,
dan platelet count. Pada mamalia , hematokrit tidak bergantung pada ukuran
tubuh.
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah
khusus yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu
diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD),
anemia, polisitemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara
makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan
pada cara mikro digunakan pipet kapiler (Wirawan, dkk, 1996).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan
antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga
sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum
kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil
pemeriksaan hematokrit (Gandasoebrata, 2008).

Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain


yang menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah
penderita (sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan
dengan benar karena akan sangat menentukan hasil pemeriksaan (Purwanto,
1996). Pemeriksaan hematokrit dapat diukur dengan menggunakan darah vena
atau darah kapiler (Gandasoebrata, 2008). Darah kapiler digunakan bila jumlah
darah yang dibutuhkan hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang
dibutuhkan lebih dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena (Kiswari dan
Agung, 2005).

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell


volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang
dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu
tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi
eritrosit dalam darah. Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya,
pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya,
yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes
penyaring sederhana terhadap anemia.

Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung


jari atau cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang
dewasa pada dasarnya semua vena superfisial dapat dipakai namun yang sering
digunakan ialah vena mediana cibiti karena mempunyai fiksasi yang lebih
sehingga memudahkan pada saat sampling (Gandasoebrata, 2008).

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell


volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang
dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu
tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi
eritrosit dalam darah.

Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini


paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar
hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring
sederhana terhadap anemia.

Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik


menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran
hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu :

a. Metode makrohematokrit

Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA


atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran
panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm.
Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000
rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan
dalam %.

b. Metode mikrohematokrit

Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA,


darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam
tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter
1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi
heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan
yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.

3. Hitung jumlah eritrosit


Sel darah merah atau lebih dikenal sebagai eritrosit memiliki fungsi
utama untuk mengangkut hemoglobin, dan seterusnya membawa oksigen dari
paru-paru menuju jaringan. Jika hemoglobin ini bebas dalam plasma, kurang
lebih 3 persennya bocor melalui membran kapiler masuk ke dalam ruang
jaringan atau melalui membran glomerolus pada ginjal terus masuk dalam
saringan glomerolus setiap kali darah melewati kapiler. Oleh karena itu, agar
hemoglobin tetap berada dalam aliran darah, maka ia harus tetap berada dalam
sel darah merah.

Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio, sel-sel darah


merah primitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac. Selama pertengahan
trimester masa gestasi, hepar dianggap sebagai organ utama untuk
memproduksi eritrosit, walaupun terdapat juga eritrosit dalam jumlah cukup
banyak dalam limpa dan limfonodus. Lalu selama bulan terakhir kehamilan
dan sesudah lahir, sel-sel darah merah hanya diproduksi sumsum tulang.
Pada sumsum tulang terdapat sel-sel yang disebut sel stem hemopoietik
pluripoten, yang merupakan asal dari seluruh sel-sel dalam darah sirkulasi. Sel
pertama yang dapat dikenali dari rangkaian sel darah merah adalah
proeritroblas. Kemudian setelah membelah beberapa kali, sel ini menjadi
basofilik eritroblas pada saat ini sel mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin.
Pada tahap selanjutnya hemoglobin menekan nukleus sehingga menjadi kecil,
tetapi masih memiliki sedikit bahan basofilik, disebut retikulosit. Kemudian
setelah bahan basofilik ini benar-benar hilang, maka terbentuklah eritrosit
matur (Guyton&Hall Fisiologi Kedokteran Edisi9:529).
Hemoglobin terdiri dari 4 rantai polpeptida globin yang berikatan
secara non-kovalen, yang masing-masing mengandung sebuah grup heme
(molekul yang mengandung Fe) dan sebuah “oxygen binding site”. Dua
pasang rantai globin yg berbeda membtk struktur tetramerik dengan sebuah
“heme moiety” di pusat (center). Molekul heme penting bagi RBC untuk
menangkap O2 diparu-paru dan membawanya keseluruh tubuh. Protein Hb
lengkap dapat membawa 4 molekul O2 sekaligus. O2 yang berikatan dengan
Hb memberi warna darah merah cerah.
Konsentrasi sel-sel darah merah dalam darah pada pria normal 4,6-6,2
juta/mm3, pada perempuan 4,2-5,4 juta/mm3, pada anak-anak 4,5-5,1
juta/mm3. Dan konsentrasi hemoglobin pada pria normal 13-18 g/dL, pada
perempuan 12-16 g/dL, pada anak-anak 11,2-16,5 g/dL (Kamus Kedokteran
Dorland, edisi 29).

Dalam keadaan normal, sel darah merah atau eritrosit mempunyai


waktu hidup 120 hari didalam sirkulasi darah, Jika menjadi tua, sel darah
merah akan mudah sekali hancur atau robek sewaktu sel ini melalui kapiler
terutama sewaktu melalui limpa. penghancuran sel darah merah bisa
dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti :genetik, kelainan membran,
glikolisis, enzim, dan hemoglobinopati, sedangkan faktot ekstrinsik :
gangguan sistem imun, keracunan obat, infeksi seperti akibat plasmodium.
Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya
(hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat
pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal.
Jika penghancuran sel darah merah I melebihpembentukannya, maka akan
terjadi anemia hemolitik.(Guyton&Hall Fisiologi Kedokteran Edisi 9 :61).

Fungsi utama eritrosit adalah untuk pertukaran gas yang membawa


oksigen dari paru menuju ke jaringan tubuh dan membawa karbondioksida
(CO₂) dari jaringan tubuh ke paru. Eritrosit tidak mempunyai inti sel tetapi
mengandung beberapa organel dalam sitoplasma. Sitoplasma dalam eritrosit
berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat
oksigen.

Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai
eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel
darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak
sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida
dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu
kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah bereaksi dengan
banyak sekali karbon dioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari
jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion bikarbonakt (HCO3-).
Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan dapar asam-basa
(seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah bertanggung
jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah. Sel darah merah
normal, berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kirakira 7,8
mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5
mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-
rata sel darah merah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah
merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler.
Sesungguhnya, sel darah merah merupakan suatu “kantung” yang dapat
diubah menjadi berbagai bentuk. Selanjutnya, karena sel normal mempunyai
membran yang sangat kuat untuk menampung banyak bahan material di
dalamnya, maka perubahan bentuk tadi tidak akan meregangkan membran
secara hebat, dan sebagai akibatnya, tidak akan memecahkan sel, seperti yang
akan terjadi pada sel lainnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa
fungsi terpenting sel darah merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-
paru dan jaringan. Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan
peranan penting pada kedua proses tersebut.

Eritrosit berbentuk bikonkaf dan berdiameter 7-8 mikron. Bentuk


bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat
melewatipembuluh darah yang sangat kecil dengan baik. Bentuk eritrosit pada
mikroskop biasanya tampak bulat berwarna merah dan dibagian tengahnya
tampak lebih pucat, atau disebut (central pallor) diameter 1/3 dari keseluruhan
diameter eritrosit.

Menghitung jumlah eritrosit dapat di lakukan dengan dua cara


metode, yaitu manual atau elektronik (outomatic). Cara manual di lakukan
dengan cara hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung dan mikroskop.
Namun, hitung eritorist lebih sukar daripada hiutng lekosit. Orang telah
perpengalaman saja memiliki kesalahan yang cukup besar dlam menghitunmg
eritrosit, yaitu 11-30% (rata-rata sekitar 20%), apalagi orang yang belum
berpengalaman atau kerjanya kurang teliti. menghitung jumlah eritrosit secara
manual sangat jarang di lakukan karena ketelitianya rendah. Metode
penghitungan eritrosit secara akurat memerlukan alat penghitung otomatis.
Namun alat ini seringnya tidak ada di laboratorium-laboratorium perifer.

Hitung eritrosit menggunakan alat penghitung otomatis adalah


seperti yang di gunakan untuk hitung leukosit dan hitung tromposit.
Penghitungan dengan alat otomatis dapat memberikan hasil yang dapat
diandalakan dan reproduceble. Intrumen-intrumen ini di program untuk dapat
memberikan hasil secara cepat dan akurat. Hasil hitung eritrosit dengan
intrumen elektronik di tampilkan pada lembar hasil sebagai RBC (red blood
cell). Metode lebih lanjut mengenai hitung eritrosit secara otomatis tidak
dijelaskan dalam buku ini.
4. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Indeks Eritrosit terdiri atas : isi / volume atau ukuran eritrosit (MCV :
Mean Corpuscular Volume atau Volume eritrosit rata – rata), berat eritrosit
(MCH : Mean Corpuscular Hemogblobin atau Hemoglobin Eritrosit rata –
rata), Konsentrasi eritrosit (MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata – rata), dan perbedaan
ukuran (RDW : RBC Distribution Width atau luas distrubusi eritrosit). Indeks
Eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai
penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Indeks eritrosit dapat
ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik)
menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit
secara manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit / PCV dan
hitung eritrosit.

Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin


eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks
eritrosit terdiri atas : isi/volume atau ukuran eritrosit (MCV : mean
corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata), berat (MCH : mean
corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi
(MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau kadar
hemoglobin eritrosit rata-rata), dan perbedaan ukuran (RDW : RBC
distribution width atau luas distribusi eritrosit). Indeks eritrosit dipergunakan
secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam
membedakan berbagai macam anemia.

Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan
elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat
menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin,
hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi
anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia.
(Riswanto, 2009)

a. Mean Corpuscular Volume (MCV)


MCV merupakan suatu ukuran volume rata - rata eritrosit.
MCV menjadi tinggi jika eritrosit lebih besar dari biasanya (makrositik),
contohnya pada anemia defisiensi vitamin B12. MCV rendah apabila
ukuran eritrosit lebih kecil dari biasanya (mikrositik), contohnya pada
anemia defisiensi Fe. Eritrosit makrositik biasanya ditemukan pada
anemia defisiensi Fe, thalasemia, karacunan Timah. Sedangkan eritrosit
mikrositik biasanya ditemukan pada anemia Pernisiosa, defisiensi Asam
Folat, peminum alkohol, terapi Zidovudine, Abacavi, Stavudin.
MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran
kecil), normositik (ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai
MCV diperoleh dengan mengalikan hematokrit 10 kali lalu membaginya
dengan hitung eritrosit.

MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit

Masalah klinis :
1) Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB),
malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel
sabit, hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi.
2) Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa;
penyakit hati kronis; hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat
(defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik)
b. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
MCH merupakan jumlah rata - rata hemoglobin dalam
eritrosit. Eritosit yang besar (makrositik) biasanya memiliki MCH yang
lebih tinggi. Begiti sebaliknya pada eritrosit kecil (mikrositik) akan
memiliki nilai MCH yang lebih rendah.
MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit

MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-


normokromik atau sferositosis, dan menurun pada anemia mikrositik-
normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik.
c. Mean Corpuscular Hemaglobin Concentration (MCHC)
MCHC yaitu perhitungan rata - rata konsentrasi hemoglobin
di dalam eritrosit. MCHC yang rendah (hipokromia) akan dijumpai pada
keadaan yang mana hemoglobin abnormal yang dicairkan di dalam
eritrosit, misalnya pada anemia defisiensi Fe dalam thalasemia.
Peningkatan MCHC (hiperkromia) terdapat pada keadaan hemoglobin
yang abnormal terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka
bakar dan sferositosis bawah. (Anonim, 2014)
MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb : Hmt ) x 100 %

D. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan yaitu :
 Haemocytometer
 Haemometer sahli
 Spektrofotometer
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Mikropipet
 Tip putih dan kuning
 Mikroskop
 Objek glass
 Pipet tetes
 Bak pewarna
 Stopwatch
 Centrifuge mikrohematokrit
 Pipet kapiler
 Dempul (clay)
 Skala
2. Bahan yang digunakan yaitu :
 Darah EDTA/tanpa EDTA
 Aquadest
 Giemsa
 Methanol absolute
 Oil emersi
 Reagen drabkin
 HCl 0,1 N
E. Cara Kerja
1. Pemeriksaan hemoglobin metode sahli
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dimasukan HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer Hb sampai pada tanda
batas 2
c. Dihisap sampel darah menggunakan pipet Hb sampai pada tanda batas 20 ul
d. Dihapus kelebihan darah yang melekat pada bagian luar pipet menggunakan
kertas tissue
e. Setelah itu, segera dialirkan darah dari pipet Hb kedasar tabung Hb, hati-hati
jangan sampai terjadi gelembung udara
f. Dibilas sisa darah yang ada pada pipet Hb dengan cara menghisap HCl 2-3
kali
g. Dibiarkan beberapa menit hingga terbentuknya asam hematin yang ditandai
dengan warna coklat tua
h. Ditambahkan aquadest setetes demi tetes dan diaduk tiap kali menggunakan
batang pengaduk
i. Dibandingkan warna larutan secara visual pada standar warna Hb
j. Dibaca kadar Hb dalam satuan g/dl atau g/%
2. Pemeriksaan hemoglobin metode sianmethemoglobin
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dipipet 5 ul sampel darah kedalam tabung reaksi
c. Dipipet sebanyak 1250 ul larutan drabkin kedalam tabung reaksi yang berisi
sampel
d. Diinkubasi pada suhu ruangan selama 10-15 menit
e. Dibaca dengan fotometer dengan panjang gelombang 540 NM, sebagai
blanko digunakan larutan drabkin
f. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan
absorbansi standar sianmethemoglobin atau dibaca dari kurva standar
dengan satuan g/%
3. Pemeriksaan hematocrit metode mikrohematokrit
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Diisi pipet kapiler dengan sampel darah
c. Disumbat kedua ujung pipet kapiler dengan dempul
d. Pipet kapiler dicentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm
e. Hematocrit dibaca dengan memakai alat skala pembacaan yang telah
tersedia
f. Dibaca kadar atau jumlah hematocrit dalam satuan persen
4. Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit metode ADT
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dibersihkan objek glass yang akan digunakan, setelah itu ditetesi 1 tetes
darah pada bagian tepi objek glass
c. Dibuat apusan darah tipis, setelah itu dikeringkan
d. Difiksasi sediaan apusan darah tipis menggunakan ethanol absolute
e. Diwarnai apusan darah tipis menggunakan larutan giemsa selama 45 menit
f. Dibilas menggunakan aquadest mengalir
g. Dikeringkan sediaan apusan darah tepi
h. Dihitung jumlah eritrosit dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 x
menggunakan oil emersi dalam lima lapang pandang
F. Data Pengamatan
1. Tabel pengamatan
a. Pemeriksaan hemoglobin metode sahli
Metode Hasil
Sampel
pemeriksaan Pemeriksaan
Darah Sahli 8,0 g/dl

b. Pemeriksaan hemoglobin metode sianmethemoglobin


Metode Hasil
Sampel
pemeriksaan Pemeriksaan
Darah sianmethemoglobin 8,2g/%

c. Pemeriksaan hematocrit
Metode Hasil
Sampel
pemeriksaan Pemeriksaan
Darah Mikrohematokrit 42%
d. Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit
Metode Hasil
Sampel
pemeriksaan Pemeriksaan
2.000.000 sel/mm3
Darah Apusan darah tepi
darah

2. Analisa data
a. Mean Corpuscular Volume (MCV)
MCV = Hematokrit x 10
Jumlah Eritrosit
= 42% x 10
2
= 210 FL
b. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
MCH = Hemoglobin x 10
Jumlah Eritrosit
= 8,2 x 10
2
= 41 PG
c. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC = (Hb : Hematokrit) x 100%
= (8,2 : 40) x 40%
= 20,5%
3. Gambar
Gambar Keterangan
Proses pembentukan asam hematin
oleh HCl 0,1 N terhadap sampel
darah pada pemeriksaan Hb metode
sahli

Proses pembacaan hasil


pemeriksaan hemoglobin metode
sahli

Proses centrifuge pipet kapiler yang


berisi sampel darah menggunakan
centrifuge mikrohematokrit pada
peemriksaan hematokrit

Proses pembacaan hasil hematokrit


Proses pengukuran absorbansi
sampel menggunakan alat fotometer
dengan panjang gelombang 546 NM

Proses pembacaan hasil konsentrasi


hemoglobin metode cyanmet oleh
alat yang hasilnya akan ditampilkan
pada layar

4. Prinsip
a. Pemeriksaan Hemoglobin metode sahli
Hemoglobin dengan penambahan HCL 0.1N akan dirubah menjadi
hematin asam ( hemin ) yang berwarna tengguli ( coklat ). Warna yang
terjadi diencerkan dengan aquadest sampai menyamai warna standar
b. Pemeriksaan Hemoglobin metode sianmethemoglobin

Hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan


yang berisi larutan kalium ferfisi anida dan kalium sianida. Absorbansi
larutan diukur pada panjang gelombang nm atau filter hijau. Larutan
drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah menjadi
mcyanmethemoglobin (L. Gandasebrata, 1984).
c. Pemeriksaan hematocrit metode mikrohematokrit
Darah dengan antikoagulant isotonic dalam tabung mikrokapiler
disentrifuge selama 2,5 menit dengan kecepatan 3000 rpm, eritrosit
dipadatkan di bagian bawah tabung. Tinggi eritrosit sama dengan nilai
hematokrit dalam satuan %.
d. Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit

Pengguanan dua zat warna yang berbeda Azur B (trimetil trionin)


yang bersifat basa dan eosin Y (tetra bromo fluoroscein) yang bersifat asam
akan mewarnai seperti kromatin DNA dan RNA, sedangkan eosin Y akan
mewarnai sel bersifat basa seperti granula eosinofil dan hemoglobin. Ikatan
eosin Y pada azur B yang bergagregasi atau menempel dapat menimbulkan
warna ungu, keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa. Efek
ini terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA. Sehingga
menimbulan kontras antara inti yang berwarna ungu dengan sitoplasma
yang berwarna biru.

G. Pembahasan
Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isis hemoglobin
eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks korpuskuler. Indeks
eritrosit terdiri dari MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular
Hemoglobin), MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concertation). Indeks
eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasikan anemia atau sebagai
penunjang dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam
mengklasifikasi serta membedakan berbagai macam anemia.
Praktikum indeks eritrosit bertujuan untuk memperkirakan ukuran
eritrosit rata-rata dan banyaknya hemoglobin tiap eritrosit. Pada pemeriksaaan
MCV didapatkan hasil lebih dari batas normal sehingga disebut makrositik.
Peningkatan nilai MCV disebabkan karena adanya beberapa faktor, yaitu : anemia
makrositik, aplastic, hemolitik, pernisiosa, penyakit hati kronis, hipotirodisme
(miksedema), pengaruh obat (defisiensi vitamin B12, antikonfulsan,
antimetabolik). MCH mengindikasikan bobot hemoglobin didalam eritrosit tanpa
memperhatikan ukurannya, sedangkan MCHC mengindikasikan konsentrasi
hemoglobin per unit eritrosit.
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia
atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Indeks
eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu manual dan elektronik
(automatic) menggunakan hematology analyzer
Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data
pemeriksaan hemoglobin, hematocrit atau PCV, dan hitung eritrosit
Prinsip pemeriksaan indeks eritrosit yaitu berdasarkan ahsil perhitungan
dari kadar hemoglobin, kadar hematocrit, dan hitung jumlah eritrosit akan
menghasilkan nilai eritrosit rata-rata yang memberi keterangan mengenai
banyaknya hemoglobin per eritrosit.
Hemoglobin merupakan salah satu bentuk protein yang kaya akan zat
besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen yang
tinggi.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan penting
dalam diagnose suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein
khusus yang ada didalam sel darah merah. Kegunaan dari pemeriksaan
hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada
pasien
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan hemoglobin dengan dua
metode yaitu metode sahli dan metode sianmeth. Prinsip pemeriksaan hemoglobin
metode sahli yaitu hemoglobin diubah menjadi asam hematin kemudian warna
yang terjadi dibandingkan secara visual sedangkan prinsip metode
sianmethemoglobin adalah hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin
dalam larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianidayang akan
diukur absorbansi menggunakan panjang gelombang 546 NM .
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat bahwa kadar hemoglobin
dalam sampel darah yang dianalisa menggunakan metode sahli yaitu 8 s/dl
sedangkan untuk metode cyanmethemoglobin adalah 8,2 g/% . terdapat selisih 0,2
antara hasil yang diperoleh menggunakan metode sahli dengan metode cyanmeth.
Adapun ahsil pemeriksaan hemoglobin yang digunakan untuk perhitungan MCH
dan MCHC dari dua metode ini ialah hasil dari metode cyanmeth karena hasilnya
lebih akurat dibandingkan dengan metode sahli
Nilai hematocrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100
ml dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai hematocrit atau PCV dapat ditetapkan
dengan hematology analyzer atau secara manual. Adapun metode pemeriksaan
hematocrit secara manual ada dua yaitu makrohematokrit dan microhematokrit.
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah mrtode
mikrohematokrit. Adapun prinsip kerjanya adalah bila darah dicentrifuge akan
terjadi pemadatan dari sel-sel darah merah, ketebalan atau tinggi kolom sel darah
diukur dan dinyatakan sebagai presentasi terhadap seluruh darah
Adapun hasil pemeriksaan hematocrit metode mikrohematokrit adalah
42% dan nilai tersebut tergolong dalam ambang batas normal
Parameter pemeriksaan terakhir yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
indeks eritrosit ialah pemeriksaan hitung jumlah eritrosit. Untuk mengetahui
jumlah eritrosit dalam darah maka dapat dilakukan perhitungan jumlah eritrosit
menggunakan metode kamar hitung atau metode apusan darah. Adapun metode
yang digunakan dalam pemeriksaan eritrosit kali ini yaitu menggunakan metode
apusan darah. Adapun tujuannya yaitu agar dapat melihat morfologi dari sel
eritrosit sehingga apabila ada kelainan yang terjadi pada morfologi sel eritrosit
baik itu bentuk, warna, dan ukurannya.
Adapun jumlah eritrosit yang diperoleh yaitu sebanyak 400 sel per
lapang pandang sehingga terdapat 2000 sel eritrosit dalam 5 lapang pandang
sehingga jumlah keseluruhan dari sel eritrosit diperoleh ialah sebesar 2.000.000
sel/mm3 darah
Pada perhitungan MCV, diperoleh ahsil sebesar 210 FL. Adapun hasil
yang diperoleh berada diatas amabng batas nilai normal, sehingga kemungkinan
terjadi peningkatan nilai MCV dapat menggambarkan masalah klinis anemia
makrositik pada pasien karena pada saat dilakukan pemeriksaan jumlah eritrosit
pada sediaan ADT, sel eritrosit yang teramati memiliki ukuran yang lebih besar
dari normalnya.
Pada perhitungan MCH, hasil yang diperoleh yaitu sebesar 41 PG.
Adapun hasil yang diperoleh berada diatas nilai normal. Adapun nilai MCH yang
tinggi bisa menandakan adanya ukuran sel darah merah yang besar yang dapat
terjadi akibat kerusakan hati, defisiensi vitamin B12 dan juga kekurangan asam
folat
Pada perhitungan MCHC, hasil yang diperoleh ialah 20,5%. Adapun
hasil yang diperoleh berada dibawah normal dan adapun penurunan nilai MCHC
dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta talasemia.
H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini diperoleh hasil MCV sebesar 210 FL yang
keberadaannya diatas nilai normal, nilai MCH yaitu 41 PG yang keberadaannnya
diatas nilai normal, sedangkan nilai MCHC yang diperoleh ialah sebesar 20,5%
yang keberadaannya dibawah nilai normal.
I. Daftar pustaka

Arikunto, Suharsimi 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka


Cipta, Jakarta.

Bakta, Imade 2012, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, Jakarta.

Chairlain & Estu Lestari 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan, EGC, Jakarta.

Sacher,R,A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil pemeriksaan Laboratotium. Buku


Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai