Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-
paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah. Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan
yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan
salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi
khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari
jaringan ke paru-paru.
a. Metode makrohematokrit
b. Metode mikrohematokrit
Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai
eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel
darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak
sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida
dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu
kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah bereaksi dengan
banyak sekali karbon dioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari
jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion bikarbonakt (HCO3-).
Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan dapar asam-basa
(seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah bertanggung
jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah. Sel darah merah
normal, berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kirakira 7,8
mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5
mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-
rata sel darah merah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah
merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler.
Sesungguhnya, sel darah merah merupakan suatu “kantung” yang dapat
diubah menjadi berbagai bentuk. Selanjutnya, karena sel normal mempunyai
membran yang sangat kuat untuk menampung banyak bahan material di
dalamnya, maka perubahan bentuk tadi tidak akan meregangkan membran
secara hebat, dan sebagai akibatnya, tidak akan memecahkan sel, seperti yang
akan terjadi pada sel lainnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa
fungsi terpenting sel darah merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-
paru dan jaringan. Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan
peranan penting pada kedua proses tersebut.
Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan
elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat
menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin,
hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi
anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia.
(Riswanto, 2009)
Masalah klinis :
1) Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB),
malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel
sabit, hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi.
2) Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa;
penyakit hati kronis; hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat
(defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik)
b. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
MCH merupakan jumlah rata - rata hemoglobin dalam
eritrosit. Eritosit yang besar (makrositik) biasanya memiliki MCH yang
lebih tinggi. Begiti sebaliknya pada eritrosit kecil (mikrositik) akan
memiliki nilai MCH yang lebih rendah.
MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit
c. Pemeriksaan hematocrit
Metode Hasil
Sampel
pemeriksaan Pemeriksaan
Darah Mikrohematokrit 42%
d. Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit
Metode Hasil
Sampel
pemeriksaan Pemeriksaan
2.000.000 sel/mm3
Darah Apusan darah tepi
darah
2. Analisa data
a. Mean Corpuscular Volume (MCV)
MCV = Hematokrit x 10
Jumlah Eritrosit
= 42% x 10
2
= 210 FL
b. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
MCH = Hemoglobin x 10
Jumlah Eritrosit
= 8,2 x 10
2
= 41 PG
c. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC = (Hb : Hematokrit) x 100%
= (8,2 : 40) x 40%
= 20,5%
3. Gambar
Gambar Keterangan
Proses pembentukan asam hematin
oleh HCl 0,1 N terhadap sampel
darah pada pemeriksaan Hb metode
sahli
4. Prinsip
a. Pemeriksaan Hemoglobin metode sahli
Hemoglobin dengan penambahan HCL 0.1N akan dirubah menjadi
hematin asam ( hemin ) yang berwarna tengguli ( coklat ). Warna yang
terjadi diencerkan dengan aquadest sampai menyamai warna standar
b. Pemeriksaan Hemoglobin metode sianmethemoglobin
G. Pembahasan
Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isis hemoglobin
eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks korpuskuler. Indeks
eritrosit terdiri dari MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular
Hemoglobin), MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concertation). Indeks
eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasikan anemia atau sebagai
penunjang dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam
mengklasifikasi serta membedakan berbagai macam anemia.
Praktikum indeks eritrosit bertujuan untuk memperkirakan ukuran
eritrosit rata-rata dan banyaknya hemoglobin tiap eritrosit. Pada pemeriksaaan
MCV didapatkan hasil lebih dari batas normal sehingga disebut makrositik.
Peningkatan nilai MCV disebabkan karena adanya beberapa faktor, yaitu : anemia
makrositik, aplastic, hemolitik, pernisiosa, penyakit hati kronis, hipotirodisme
(miksedema), pengaruh obat (defisiensi vitamin B12, antikonfulsan,
antimetabolik). MCH mengindikasikan bobot hemoglobin didalam eritrosit tanpa
memperhatikan ukurannya, sedangkan MCHC mengindikasikan konsentrasi
hemoglobin per unit eritrosit.
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia
atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Indeks
eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu manual dan elektronik
(automatic) menggunakan hematology analyzer
Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data
pemeriksaan hemoglobin, hematocrit atau PCV, dan hitung eritrosit
Prinsip pemeriksaan indeks eritrosit yaitu berdasarkan ahsil perhitungan
dari kadar hemoglobin, kadar hematocrit, dan hitung jumlah eritrosit akan
menghasilkan nilai eritrosit rata-rata yang memberi keterangan mengenai
banyaknya hemoglobin per eritrosit.
Hemoglobin merupakan salah satu bentuk protein yang kaya akan zat
besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen yang
tinggi.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan penting
dalam diagnose suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein
khusus yang ada didalam sel darah merah. Kegunaan dari pemeriksaan
hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada
pasien
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan hemoglobin dengan dua
metode yaitu metode sahli dan metode sianmeth. Prinsip pemeriksaan hemoglobin
metode sahli yaitu hemoglobin diubah menjadi asam hematin kemudian warna
yang terjadi dibandingkan secara visual sedangkan prinsip metode
sianmethemoglobin adalah hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin
dalam larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianidayang akan
diukur absorbansi menggunakan panjang gelombang 546 NM .
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat bahwa kadar hemoglobin
dalam sampel darah yang dianalisa menggunakan metode sahli yaitu 8 s/dl
sedangkan untuk metode cyanmethemoglobin adalah 8,2 g/% . terdapat selisih 0,2
antara hasil yang diperoleh menggunakan metode sahli dengan metode cyanmeth.
Adapun ahsil pemeriksaan hemoglobin yang digunakan untuk perhitungan MCH
dan MCHC dari dua metode ini ialah hasil dari metode cyanmeth karena hasilnya
lebih akurat dibandingkan dengan metode sahli
Nilai hematocrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100
ml dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai hematocrit atau PCV dapat ditetapkan
dengan hematology analyzer atau secara manual. Adapun metode pemeriksaan
hematocrit secara manual ada dua yaitu makrohematokrit dan microhematokrit.
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah mrtode
mikrohematokrit. Adapun prinsip kerjanya adalah bila darah dicentrifuge akan
terjadi pemadatan dari sel-sel darah merah, ketebalan atau tinggi kolom sel darah
diukur dan dinyatakan sebagai presentasi terhadap seluruh darah
Adapun hasil pemeriksaan hematocrit metode mikrohematokrit adalah
42% dan nilai tersebut tergolong dalam ambang batas normal
Parameter pemeriksaan terakhir yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
indeks eritrosit ialah pemeriksaan hitung jumlah eritrosit. Untuk mengetahui
jumlah eritrosit dalam darah maka dapat dilakukan perhitungan jumlah eritrosit
menggunakan metode kamar hitung atau metode apusan darah. Adapun metode
yang digunakan dalam pemeriksaan eritrosit kali ini yaitu menggunakan metode
apusan darah. Adapun tujuannya yaitu agar dapat melihat morfologi dari sel
eritrosit sehingga apabila ada kelainan yang terjadi pada morfologi sel eritrosit
baik itu bentuk, warna, dan ukurannya.
Adapun jumlah eritrosit yang diperoleh yaitu sebanyak 400 sel per
lapang pandang sehingga terdapat 2000 sel eritrosit dalam 5 lapang pandang
sehingga jumlah keseluruhan dari sel eritrosit diperoleh ialah sebesar 2.000.000
sel/mm3 darah
Pada perhitungan MCV, diperoleh ahsil sebesar 210 FL. Adapun hasil
yang diperoleh berada diatas amabng batas nilai normal, sehingga kemungkinan
terjadi peningkatan nilai MCV dapat menggambarkan masalah klinis anemia
makrositik pada pasien karena pada saat dilakukan pemeriksaan jumlah eritrosit
pada sediaan ADT, sel eritrosit yang teramati memiliki ukuran yang lebih besar
dari normalnya.
Pada perhitungan MCH, hasil yang diperoleh yaitu sebesar 41 PG.
Adapun hasil yang diperoleh berada diatas nilai normal. Adapun nilai MCH yang
tinggi bisa menandakan adanya ukuran sel darah merah yang besar yang dapat
terjadi akibat kerusakan hati, defisiensi vitamin B12 dan juga kekurangan asam
folat
Pada perhitungan MCHC, hasil yang diperoleh ialah 20,5%. Adapun
hasil yang diperoleh berada dibawah normal dan adapun penurunan nilai MCHC
dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta talasemia.
H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini diperoleh hasil MCV sebesar 210 FL yang
keberadaannya diatas nilai normal, nilai MCH yaitu 41 PG yang keberadaannnya
diatas nilai normal, sedangkan nilai MCHC yang diperoleh ialah sebesar 20,5%
yang keberadaannya dibawah nilai normal.
I. Daftar pustaka
Chairlain & Estu Lestari 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan, EGC, Jakarta.