Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH LENGKAP


PEMERIKSAAN SERUM IRON, FERRITIN, TIBC, DAN TRANSFERIN

Di susun oleh:

Riski Harumi Asti

NIM : 1811304026

Kelas A

Intruktur:

Tri Dyah Astuti, S.ST.,M.Kes

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa shalawat serta salam
selalu tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah
menjunjung kita dari jaman jahiliyah hingga terang benderang seperti saat ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Selama proses penulisan dan penyelesaian makalah ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dorongan yang tiada henti itu rasanya sulit
bagi penulis untuk menyelesaikannya. Untuk itu dalam sebuah karya yang
sederhana ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
2. Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga penulis yang senantiasa mendoakan,
memberi semangat dan dukungan setiap waktu.
3. Bapak/Ibu selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Teori Pemeriksaan
Laboratorium Darah Lengkap.
4. Teman-teman seperjuangan Teknologi Laboratorium Medis angkatan 2019
yang selalu mendorong dan memotivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir penulisan ini berharap semoga dapat menjadi bahan referensi bagi
pembaca dalam membutuhkan teori atau materi yang dikupas dalam makalah.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi menyempurnakan
makalah ini. Semoga menjadi acuan dalam laporan berikutnya.

Yogyakarta, 09 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ...............................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN ...............................................................................................4

I. Latar Belakang .......................................................................................4


II. Tujuan.....................................................................................................4
III. Manfaat...................................................................................................4
IV. Ruang Lingkup .......................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN..................................................................................................6

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Zat besi atau Fe adalah nutrisi penting untuk tubuh manusia.
Kebutuhan zat besi pada tubuh pria dewasa ialah 40 - 50 mg zat besi/kg
berat badan. Bagi tubuh wanita dewasa adalah 35- 50 mg/kg berat badan.
Zat besi mengambil peran penting dalam proses distribusi oksigen dalam
darah tubuh manusia. Zat besi juga berfungsi dalam proses produksi
haemoglobin. Zat besi juga berperan penting dalam fungsi kekebalan
tubuh. Kekurangan zat besi akan semakin memperbesar potensi tubuh
mudah terserang penyakit. Zat besi adalah salah satu unsur yang
diperlukan dalam proses pembentukan sel darah merah. Sel darah merah
ini mengandung senyawa kimia bernama hemoglobin, yang berfungsi
membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat
menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai
penyakit kurang darah.

II. Tujuan
a. Mengetahui pengertian zat besi
b. Mengetahui pemeriksaan zat besi dalam tubuh
c. Mengetahui metode dan prosedur yang dipakai untuk pemeriksaan zat
besi

III. Manfaat
a. Sebagai acuan dalam mengetahui pengertian zat besi.
b. Sebagai acuan dalam mengetahui pemeriksaan zat besi dalam tubuh.
c. Sebagai acuan dalam mengetahui metode dan prosedur yang dipakai
untuk pemeriksaan zat besi.

4
IV. Ruang Lingkup
Pada makalah ini membahas beberapa hal mengenai definisi dari zat
besi, lalu cara mengetahui pemeriksaan zat besi dalam tubuh, serta dapat
mengetahui metode dan prosedur yang dilakukan untuk melakukan
pemeriksaan zat besi

5
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Zat Besi
Besi merupakan unsur penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
untuk pembentukan hemoglobin, dan merupakan komponen penting pada
sistem enzim pernafasan. Pada metabolisme besi perlu diketahui
komposisi dan distribusi besi dalam tubuh, cadangan besi tubuh, siklus
besi, absorbsi besi dan transportasi besi. Besi adalah suatu zat dalam tubuh
manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan.
Dalam tubuh manusia zat besi memiliki fungsi yang sangat penting
yaitu untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan
mengangkut elektron di dalam proses pembentukan energi di dalam sel.
Untuk mengangkut oksigen, zat besi harus bergabung dengan protein
membentuk hemoglobin di dalam sel darah merah dan myoglobin di
dalam serabut otot. Bila bergabung dengan protein di dalam sel zat besi
membentuk enzim yang berperan di dalam pembentukan energi di
dalam sel. Laki-laki dewasa (berat badan 75 kg) mengandung ± 4000 mg
zat besi, sementara wanita dewasa (berat badan 55 kg) mengandung ±
2100 mg zat besi. Laki-laki memiliki cadangan zat besi di
dalam limpa dan sumsum tulang sebanyak 500-1500 mg, itulah sebabnya
kekurangan darah (anemia) jarang dijumpai pada laki-laki, sebaliknya,
wanita hanya mempunyai cadangan zat besi 0 – 300 mg sehingga rentan
terhadap anemia, apalagi pada usia subur wanita mengalami menstruasi.
Kebutuhan zat besi tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Kecukupan yang dianjurkan untuk anak 2-6 tahun 4,7 mg/hari, usia 6-12
tahun 7,8 mg/hari, laki-laki 12-16 tahun 12,1 mg/hari, gadis 12-16 tahun
21,4 mg/hari, laki-laki dewasa 8,5 mg/hari, wanita dewasa usia subur 18,9
mg/hari, menopause 6,7 mg/hari, dan menyusui 8,7 mg/hari. Angka
kecukupan ini dihitung berdasarkan ketersediaan hayati (bioavailability)
sebesar 15%. Zat besi dalam makanan dapat berasal dari sumber
nabati dengan ketersediaan hayati 2-3% dan sumber hewani dengan
ketersediaan hayati 20-23%. Untuk meningkatkan ketersediaan hayati, zat

6
besi yag berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat ditambahkan dengan vitamin
C dan asam organik lainnya.
Zat besi mempunyai peranan atau manfaat yang penting dalam
pengangkutan oksigen dari paru-paru ke tisu. Zat besi bergabung dengan
oksigen di dalam paru-paru dan melepaskan oksigen dalam tisu-tisu yang
memerlukan..

Manfaat zat besi bagi tubuh :


1. Digunakan dalam pembuatan hemoglobin dan mioglobin.
2. Dapat mencegah anemia
3. Menormalkan imunitas
4. Meningkatkan kekebalan tubuh
5. Dapat menyembuhkan kerontokan

Zat besi (Fe) terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-


kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Pemenuhan Fe oleh tubuh
memang sering dialami sebab rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam
tubuh, terutama dari sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%.
Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat mencapai 10-20%. Fe
bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe nabati
(non heme). Sumber terbaik zat besi berasaska makanan ialah hati, tiram,
kerang, buah pinggang, daging tanpa lemak, ayam/itik dan ikan. Kacang
dan sayur yang dikeringkan adalah sumber iron yang baik daripada
tumbuhan.

Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu:


a. Zat besi dalam hemoglobin.
b. Zat besi dalam depot (cadangan) sebagai feritin dan hemosiderin
c. Zat besi yang ditranspor dalam transferin.
d. Zat besi parenkhim atau zat besi dalam jaringan seperti mioglobin dan
beberapa enzim antara lain sitokrom, katalase, dan peroksidase.

7
Diagnosis anemia defisiensi ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis untuk mencari faktor predisposisi dan etiologi, antara lain: bayi
berat lahir rendah (BBLR), bayi kurang bulan, bayi yang baru lahir dari ibu
anemia, bayi yang mendapat susu sapi sebelum usia 1 tahun, dan lain-lain
sebagainya.
2. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya gejala pucat menahun tanpa
disertai adanya organomegali, seperti hepatomegaly dan splenomegaly.
3. Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah rutin seperti Hb, PCV
(Packed Cell Volume), leukosit, trombosit ditambah pemeriksaan indeks
eritrosit, retikulosit, saturasi morfologi darah tepi dan pemeriksaan status besi
(Fe serum, TIBC, transferrin, Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP),
ferritin).

Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan kadar besi dalam serum meliputi pemeriksaan serum iron(SI),
Total Iron Binding Capacity (TIBC, ferritin serum, dan hemosiderin dari hapusan
sumsum tulang.
1. Standar yang digunakan
Mengunakan Standar dari ICSH (International Council for
Standardization in Haematology)
2. Metode yang banyak digunakan
 Pemeriksaan serum iron (SI) banyak menggunakan metode
Colorimetric-Ferrozine
 Pemeriksaan Total Iron Binding Capacity (TIBC) banyak
menggunakan metode Saturasi
 Pemeriksaan Ferritin serum banyak menggunakan metode Elisa
Double Sandwich dan IRMA (Immunoradiometric Assay)
 Hemosiderin banyak menggunakan metode Prussian Blue.

8
Prinsip Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Serum Iron
 Menurut ICSH (International Council for Standardization in Haematology)
Besi dilepaskan dari ikatannya dengan transferrin, direduksi dari
bentuk Fe3+ menjadi Fe2+ dan serum protein dipresipitasi dengan
menggunakan reagen asam campuran (mixed acid reagent). Besi ferro
dalam supernatan direaksikan dengan larutan kromogenakan membentuk
komplek warna (pink solution)dan dibaca dengan fotometer pada panjang
gelombang 562 nm.
 Dengan metode Colorimetric-Ferrozine
Ikatan antara ferri (Fe3+) dan transferin dilepaskan oleh guanidine
dalam suasana pH 4,8. Selanjutnya asam askorbat akan mereduksi ion
ferri (Fe3+) menjadi ferro (Fe2+), kemudian Fe2+ akan bereaksi dengan
ferrozine membentuk komplek berwarna.

2. Total Iron Binding Capacity (TIBC)


 Menurut ICSH (International Council for Standardization in Haematology)
Pada serum ditambahkan besi yang berlebih (ferri klorid). Besi yang
tidak terikat transferin akan diabsorbsi oleh magnesium carbonate,
kemudian kadar besi serum diukur.
 Metode Saturasi
TIBC dievaluasi setelah saturasi transferin oleh larutan besi, dan
kelebihan besi akan diabsorbsi oleh magnesium hydroxide carbonate.
Setelah disentrifus, konsentrasi besi dalam supernatan diukur.

3. Ferritin Serum
 Metoda Elisa Double Sandwich
Pemeriksaan feritin serum memakai metode ELISA dengan cara
double sandwich. Antibodi dengan high affinity terhadap feritin (antiferitin
Ig G) akan berikatan dengan feritin serum dan selanjutnya dilabel dengan
enzim horseradish peroxidase dan dibaca absorbannya pada panjang
gelombang 492 nm

9
 Metode IRMA (Immunoradiometric Assay)
Antibodi yang dilabel dengan radioaktif yang berlebih direaksikan
dengan ferritin. Ferritin yang tidak berikatan dengan antibodi akan
dihilangkan dengan immunoadsorbent.

Bahan Pemeriksaan
1. Utama
Bahan utama pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan besi adalah
serum.
2. Pilihan
Selain menggunakan bahan pemeriksaan serum, dapat juga menggunakan
bahan pemeriksaan berupa plasma heparin dan plasma EDTA.

Cara Pemeriksaan
a. Reagen
1. Reagen pemeriksaan Serum Iron
a. Menurut ICSH (International Council for Standardization in
Haematology)
- Protein precipitant
100 g/L trichloracetic acid (0,61 M) dan 30 ml/L
thioglycollic acid dalam 1 mol/L HCl. Larutan ini stabil selama 2
bulan dalam gelap.Karena pertimbangan masalah kesehatan dan
keamanan pada penggunaan thioglycollic acid, maka ascorbic
acid digunakan sebagai alternatif agen reduktor, meskipun
mungkin lebih dipengaruhi oleh adanya copper.
Dalam 45 ml HCl 1mol/L ditambahkan 5 ml larutan
trichloracetic acid 6,1 mol/L, kemudian ditambahkan lagi dengan
200 mg ascorbic acid kemudian dicampur.
- Larutan kromogen
25mg ferrozine dilarutkan dalam 100 ml sodium acetate 1,5
mol/L. Larutan ini dapat stabil hingga 4 minggu bila disimpan
dalam gelap.

10
- Larutan standar besi (80 μmol/l)
o Tambahkan 200 μL HCl 2 mol/L dalam 22,1 ml deionized
water, dan campur.
o Tambahkan 100 μL larutan standar besi (1000 μg Fe/mL dalam
1 % HCl) dan campur.
o Stabil hingga 2 bulan pada suhu ruangan

b. Metode Colorimetric-Ferrozine
- Reagen 1 : R1
Acetate buffer, pH 4,8 100 mmol/L
Guanidine hydrochloride 5 mol/L
Thiourea 52,5 mmol/L

- Reagen 2 : R2
Ascorbic acid
- Reagen 3 : R3
Ferrozine 41 mmol/L
- Standar : Std
Iron 100 μg/dL
1mg/L
17,9 μmol/L

2 Reagen pemeriksaan TIBC


a. Direkomendasikan ICSH
- Basic magnesium carbonate
- Saturating solution (100 μmol Fe/L).
o Tambahkan 17,7 ml deionized water, 100 μL HCl 1mol/L, 100
μL larutan standar.(Saturating iron solution mengandung 5,6 μg
Fe/mL)Campur
o Stabil dalam 2 bulan pada suhu ruangan.

11
b. Metode Saturasi
- Reagen 1 : R1
Iron saturating solution 500 μg/dL
5 mg/L
89,5 μmol/L
- Reagen 2 : R2
Magnesium hydroxide carbonate(1 sendok takar = 100 mg)

3. Reagen pemeriksaan Ferritin Serum


Metode ELISA Double Sandwich
- Preparat antiferitin Ig G yang dikonjugasi dengan horseradish
peroxidase
- Larutan standar feritin.
Dibuat dengan cara :
o Encerkan human ferritin 200 µg/ml ke dalam air. Encerkan larutan
feritin 200 µg/ml ke dalam 10 µl/ml dalam 0,05 mol/l larutan
sodium barbitone (yang terdiri dari 0,1 mol/l NaCl, 0,02% NaN dan
BSA 5 gr/dl), pH disesuaikan sampai pH 8 dengan menambah HCl
5 mol/l.
o Bagi dalam 200 tabung kecil, masing-masing berisi 200 µl, tutup
rapat dan tahan sampai 1 tahun pada suhu 4 0 C
o Jika akan dipakai, encerkan dengan buffer B sampai 1000 µg/l dan
siapkan larutan dalam range 0,2 – 25 µg/l (bandingkan dengan
standar WHO untuk uji serum ferritin 94/572)
- Buffer A : Phosphate-buffered saline pH 7,2
- Buffer B : 5 gram BSA (Bovine Serum Albumin) dalam 1 liter buffer A
- Buffer C: Carbonate buffer pH 9,6
- Buffer D : Citrate phosphate buffer pH 5.
- Larutan substrat

12
Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Serum Iron
a) Menurut ICSH (International Council for Standardization in
Haematology)
1. Masukkan ke dalam tabung, masing-masing 0,5 ml serum, 0,5 ml
larutan kerja standar besi, dan 0,5 ml iron-free water sebagai blanko.
2. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 0,5 ml protein
precipitant, kemudian campur, selanjutnya diamkan selama 5 menit
3. Sentrifugasi tabung yang berisi serum dengan microfuge pada
13.000 rpm selama 4 menit. untukmengendapkan protein dan
mendapatkan supernatan.Ambil 0,5 ml supernatan dan 0,5 ml
campuran pada tabung lainnya. Kemudian pada masing-masing
tabung ditambahkan 0,5 ml larutan kromogen dan campur dengan
baik.
4. Tunggu selama 10 menit
5. Ukur absorbans pada panjang gelombang 562 nm.
6. Penghitungan :
Serum iron = Atest-Ablanko x 80
Astandar-A blanko

2. Pemeriksaan TIBC
a) Direkomendasikan oleh ICSH
1. Masukkan 0,5 ml serum ke dalam tabung
2. Kemudian tambahkan 0,5 ml saturating iron solution, campur
dengan hati-hati, dan diamkan selama 15 menit pada suhu ruangan.
3. Tambahkan 100 mg light magnesium carbonate, tutup tabung dan
bolak-balik tabung, diamkan selama 30 menit dengan sekali-kali
diaduk
4. Sentrifugasi tabung yang berisi serum dengan microfuge pada
13.000 rpm selama 4 menit. untuk mengendapkan protein dan
mendapatkan supernatan.

13
5. Periksa supernatan, jika masih sisa magnesium carbonate harus
disentrifus ulang.
6. Ambil supernatannya sebanyak 0,5 ml dan perlakukan seperti pada
pemeriksaan serum iron.
7. Hasil akhir dikalikan 2. Jika tak ada microfuge, gunakan volume
dobel untuk reagen dan serum dalam tabung 3 ml dan sentrifus pada
1500 g selama 15 menit
b) Metode Saturasi
1. Sampel 0,5 ml dicampurkan dengan 1 ml reagen R1,
diinkubasi selama 5 menit
2. Kemudian tambahkan 1 sendok takar ( kira-kira 100
mg) reagen R2, dan diinkubasi selama 20 menit,
dengan sekali-kali dikocok.
3. Sentrifus selama 10 menit dengan 3000 rpm
4. Ambil supernatannya.
5. Periksa supernatan seperti pada penentuan SI.
Dengan 1 bagian supernatan : 3 bagian reagen R1
(pada SI).

3. Pemeriksaan Ferritin Serum


a. Metode ELISA Double Sandwich
1. Lapisi microtitreplate, dengan cara :
- Preparat antiferitin Ig G diencerkan dengan 2 µg/ml buffer C,
tambahkan 200 µl ke dalam tiap-tiap sumuran.
- Tutup dan inkubasi semalam pada suhu 4 0 C. Kosongkan sumuran
dengan cara dibalik dan di-tapping pada handuk kering.
- Tambahkan 200 µl 0,05% BSA dalam buffer C, diamkan 30 menit
dalam suhu ruangan.
- Cuci tiap sumuran dengan buffer A sampai 3x. plate dapat disimpan
sampai 1 minggu pada tempat kering dan suhu 4 0 C
2. Encerkan 50 µl serum pasien dengan 1 ml buffer B.

14
3. Tambahkan 200 µl larutan standard dan serum pasien ke dalam tiap
sumuran dalam waktu 20 menit.
4. Tutup dan diamkan selama 20 menit pada suhu kamar dan jauhkan
dari sinar matahari
5. Kosongkan sumuran dan cuci 3x dengan buffer A.
6. Tambahkan 200 µl preparat konjugasi antiferitin Ig G dengan
horseradish peroxidase yang sudah diencerkan, tutup dan diamkan
selama 2 jam pada suhu kamar.
7. Cuci 3x dengan buffer A
8. Tambahkan 200 µl larutan substrat pada tiap-tiap sumuran, inkubasi
selama 30 menit.
9. Tambahkan 50 µl asam sulfur 4M pada tiap-tiap sumuran untuk
menghentikan reaksi
10. Tunggu 30 menit dan baca absorbannya pada 492 nm dengan
microtitre plate reader, atau ambil 200 µl larutan dari tiap sumuran
dan masukkan dalam 800 µl air, baca dengan fotometer.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Gejala anemia adalah fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut
nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih
berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal
jantung, angina, aritmia dan atau infark miokard). Terdapat 3 tahap terjadinya
anemia defisiensi besi, yaitu:
1. Penurunan serum ferritin (<10-12µg/L) sedangkan pemeriksaan Hb dan zat
besi masih normal.
2. Kadar besi didalam serum akan menurun dan kadar hemoglobin masih
normal.
3. Penurunan kadar Hb, MCV, MCH, MCHC pada keadaan berat, Ht dan
peningkatan kadar free erythrocyte protoporphyrin (FEP).

Anemia defisiensi besi adalah keaadan berkurangnya zat besi dalam tubuh
untuk sintesis hemoglobin. Untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi dapat
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan
anemia defisiensi besi adalah pemberian zat besi secara oral, pemberin zat besi
secara intramuskular, dan tranfusi darah.

16
DAFTAR PUSTAKA
[1][1] A. Amalia and A. Tjiptaningrum, “Diagnosis dan Tatalaksana Anemia
Defisiensi Besi Diagnosis and Management of Iron Deficiency Anemia,”
Majority, vol. 5, pp. 1–4, 2016.
[2] E. Satria, A. Amir, and V. Vaulinne, “Hubungan Kadar Serum
Erithropoietin Dengan Transferin Pada Ibu Hamil Anemia Dan Ibu Hamil
Normal,” J. Kesehat. Andalas, vol. 8, no. 2, p. 220, 2019.
[3] “266424869-Makalah-Pemeriksaan-Zat-Besi.” .

17

Anda mungkin juga menyukai