I. Dasar Teori Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur- struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. Penderita RA selalu menunjukkan simtoma ritme sirkadia dari sistem kekebalan neuroindokrin. RA umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu : 1. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari 2. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan 3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan 4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan adanya nodul-nodul rheumatoid, konsentrasi rheumatoid factor (RF) yang abnormal dan perubahan radiografi yang meliputi erosi tulang. Faktor reumatoid (rheumatoid factor, RF) adalah immunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG. Karena penderita juga mengandung IgG dalam serum, maka RF termasuk autoantibodi. Faktor penyebab timbulnya RF ini belum diketahui pasti, walaupun aktivasi komplemen akibat adanya interaksi RF dengan IgG memegang peranan yang penting pada rematik artritis (rheumatoid arthritis, RA) dan penyakit-penyakit lain dengan RF positif. Sebagian besar RF adalah IgM, tetapi dapat juga berupa IgG atau IgA. Faktor rematoid dalam darah diukur dengan n2 cara yaitu: 1. Tes Aglutinasi Suatu metode aglutinasi ,dimana darah dicampurkan dengan partikel lateks yang dilapisi oleh antibody IgG manusia.jika darah tersebut mengandung factor rematoid ,larutan lateks tersebut akan membentuk gumpalan atau aglutinasi.metode ini baik digunakan sebagai tes pertama atau penyaring.jenis tes aglutinasi lain yaitu dengan menggunakan reagen dari darah domba yang di lapisi oleh antibody kelinci.jika sample mengandung RF,maka akan terbentuk aglutinasi.metode ini biasanya digunakan untuk tes konfirmasi. 2. Tes Nephelometry Pada metode ini ,darah ang btelah di tes dicampur dengan antibody reagen.saat sinar laser melalui cuvet yang mengandung campuran tersebut,akan terukur berapa banyak cahaya yang dapat di halangi oleh sampel dalam cuvet.makin tinggi kadar Rf,makin banyak gumpalan yang terbentuk,sehingga sampel menjadi keruh,sehingga lebih sedikit cahaya yang dapat melalui cuvet.gejala klinik dari RA antara lain nyeri sendi,pembengkakan sendi,pergerakan terbatas,kekakuan sendi,dan cepat lelah.diagnosa RA dapat ditegakkan jika memenuhi 4 dari 6 criteria dibawah ini:1) nyeri sendi pada pagi hari,2) artristis pada 3 sendi atau lebih,3) artritis pada sendi tangan,4) artritis yang bersifat simetris,5)serum RF positif,6) perubahan radiologo pada sendi.indikasi tes RF terutama digunakan untuk membantu mendiagnosis arthritis rematoid.walaupun Rf tidak sensitive ataupun spesifik untuk RA,tetapi 80% pasien arthritis rheumatoid memiliki RF yang positif.
II. Prinsip -Reaksi Ag-Ab yang ditandai dengan adanyya aglutinasi,dimana adanya Agberbentuk partikel /lateks bereaksi Ab spesifik membentuk reaksi aglutinasi(gumpalan) -Test slide aglutinasi lateks untuk menentukan RF dalam serum yang tidak di encerkan secara kualitatif dan semi-kualitatif ditandai dengan adanya aglutinasi.
III. Metode -Metode Aglutinasii lateks -Test Humatex RF berdasarkan atas reaksi aglutinasi antara RF pada serum kontrol atau pasien dengan IgG manusia yang diletakan pada partikel lateks polystyrene
IV. Alat & Bahan a. Mikropipet 40 mikro liter b. Pipet tetes/pasteur c. Slide d. Reagen isi Kit LR 40 atau 100 ml Reagen Lateks RF (tutup putih) Suspensi partikel lateks Polistirene putih yang diikatklan pada IgG manusia 1.0% PC 0.5 ml atau 1,0 ml serum kontrol positif (tutup merah). Serum kontrol dari domba, siap pakai, menghasilkan aglutinasi anti-human IgG yang jelas NC 1,0 ml Serum kontrol negatif (tutup hijau) Siap pakai, Tidak reaktif terhadap LR GBS 100 ml Glicyne-NaCl Buffer pH 8,2 0,2 Glisine 100 mmol/l NaCl 1 g/l Slide dengan 6 petak LR, PC, NC & GBS mengandung 0,095% Na.Azide e. Spesimen : Serum, Stabil 24 jam suhu 2-8oC, 4 minggu suhu -20 oC
V. Prosedur A. Kualitatif (tes Penyaring) 1. Bawa Lateks Reagen, Positif Control, Negatif Control & GBS dan sampel serum kesuhu ruangan, campur Lateks Reagen dengan hati-hati 2. Pipet kedalam petak-petak pada slide : - Sampel serum 40 ul - Positif Control 1 tetes - Negatif control C 1 tetes 3. Tambahkan Lateks Reagen , Keatas sampel dan kontrol masing-masing 1 tetes 4. Campur dengan batang pengaduk dan lebarkan cairan keseluruh area dari petakan 5. Miringkan slide pulang balik selama 2 menit atau di rotator 100 rpm 6. Setelah 2 menit baca hasil dibawah sinar terang Interpretasi Hasil : Aglutinasi yang tampak menunjukkan RF yang terkandung lebih dari 20 IU/ml dalam serum spesimen yang tidak diencerkan. Cat : 1 tetes = 40 ul
B. Tes Semikuantitatif 1. Encerkan spesimen dengan GBS : Dilution Nilai RF(IU/ml) 1+1 1:2 24 1+3 1:4 48 1+7 1:8 96 1+15 1:16 192 1+31 1:32 384 2. Bawa Lateks Reagen, Positif Control, Negatif Control & GBS dan sampel serum kesuhu ruangan, campur Lateks Reagen dengan hati-hati 3. Pipet kedalam petak-petak pada slide : - Sampel serum 40 ul - Positif Control 1 tetes - Negatif control C 1 tetes 4. Tambahkan Lateks Reagen , Keatas sampel dan kontrol masing-masing 1 tetes 5. Campur dengan batang pengaduk dan lebarkan cairan keseluruh area dari petakan 6. Miringkan slide pulang balik selama 2 menit atau di rotator 100 rpm 7. Setelah 2 menit baca hasil dibawah sinar terang Interpretasi Hasil : Pengenceran terakhir yang masih positif aglutinasi dikalikann dengan factor konversi 12. Mis : titer 1:16 = 16 x 12 (IU/ml) = 192 (IU/ml). Nilai RF serum pasien secara kuantitatif. Cat: Sensitivitas Produk ini adalah 12 IU/ml ketika sampel diencerkan.