Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH IMUNOSEROLOGI

PEMERIKSAAN TPHA

(Treponema pallidum Haemaglutination Assay)

Disusun Oleh:

ELFIN SALU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum w.r w.b


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yg Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulisan makalah “PEMERIKSAAN TPHA” diharapkan dapat
memberi infomasi kepada pembaca sehingga mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan Pemeriksaan TPHA.
saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan penyusunan di masa yang akan datang, semoga makalah
ini dapat memberi manfaat bagi saya sebagai penyusun makalah serta
sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain.

jayapura, 28 Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................i


Kata Pengantar ......................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan TPHA ....................................................................... 2
 Tujuan, Metode, Prinsip, Dasar Teori .......................................... 2
 Alat Dan Bahan ........................................................................... 6
 Cara Kerja ................................................................................... 7
 Interpretasi Hasil Kualitatif ........................................................... 8
 Interpretasi Hasil Semi Kuantitatif ............................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................... 10
C. Daftar Pustaka ............................................................................. 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA)
merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis. Untuk skirining
penyakit sipilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau
RPR apabila hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk
melihat apakah adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam
tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan
menjadi negatif setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-
bakteri yang lain selain keluarga treponema tidak dapat membuat
hasil tes ini menjadi positif.
Manfaat Pemeriksaan TPHA ini adalah sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon serologis
spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis.
(Prodia,tt)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemeriksaan TPHA?
2. Apa tujuan, metode, prinsip dan dasar teori pemeriksaan
TPHA?
3. Bagaimana cara kerja dan interpretasi hasil pemeriksaan
TPHA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaan TPHA.
2. Untuk mengetahui patogenesis tujuan, metode,
prinsip,interpretasi hasil dan dasar teori pemeriksaan TPHA
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMERIKSAAN TPHA (Treponema pallidum Hemagglutination


Assay)

I. TUJUAN
Untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap Treponema
pallidum dalam serum/plasma pasien secara kualitatif dan semi
kuantitatif.

II. METODE
Metode yang digunakan adalah Hemaglutinasi

III. PRINSIP
Reaksi Hemaglutinasi secara imunologis antara eritrosit
avian yang dilapisi oleh antigen Treponema pallidum (Nichols
strain) pada reagen dengan antibodi spesifik terhadap Treponema
pallidum pada sampel serum/plasma pasien.

IV. DASAR TEORI


SIFILIS
Sifilis atau yang disebut dengan ”Raja Singa”, adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh sejenis bakteri
yang berbentuk spiral atau spirochete yang dikenal dengan
Treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili
Spirochaetaceae ini, memiliki ukuran sangat kecil dan dapat hidup
hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis ini
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan
genito – genital (kelamin – kelamin) maupun oro – genital (seks
oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada
bayinya selama masa kehamilan.
Spirochaeta memperoleh akses melalui kontak langsung dari
lesi bawah terinfeksi dengan setiap kerusakan walaupun
mikroskopik, di kulit, atau mukosa pejamu. Sifilis dapat
disembuhkan pada tahap – tahap infeksi, tetapi bila dibiarkan,
penyakit ini dapat menjadi sistemik dan kronik.
Pada tahun 1905, penyebab sifilis ditemukan oleh Schauddin
dan Hoffman yaitu Treponema pallidum, yang berordo
Spirochaetales, familia Sprirochaetaceae, dan genus Treponema.
Bakteri ini merupakan basil gram negatif yang panjang, tipis,
bergulung secara heliks, berbentuk spiral, atau seperti pembuka
tutup botol, panjangnya antara 6 – 15 µm, lebar 0,15 µm, terdiri
atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Membiak secara
pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi selama tiga puluh
jam (Marwali, 1990).
Pembentukkan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar
tubuh. Di luar tubuh, kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam
darah untuk tranfusi dapat hidup selama tujuh puluh dua jam
(Marwali, 1990).
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer,
sekunder, laten dan tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki
gejala penyakit yang berbeda – beda dan menyerang organ tubuh.
1. Stadium Dini ( Primer )
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat
masuknya Treponema pallidum. Terjadi afek primer berupa
penonjolan – penonjolan kecil yang erosif, berukuran 1-2 cm,
berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya
tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Dalam
beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding
tegak lurus ( Anonim, tt ).
2. Stadium Sekunder
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul stadium I
sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-
8 minggu. Kadang – kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I
masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal.
Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam, demam,
anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului,
kadang – kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit.
Kelainan kulit yang timbul berupa bercak – bercak atau tonjolan
– tonjolan kecil. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The
Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya
menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada kulit,
stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar
getah bening di seluruh tubuh ( Anonim, tt ).
3. Stadium Laten
Lesi yang khas adalah gumma yang dapat terjadi 3-7 tahun
setelah infeksi. Gumma umumnya satu, dapat multipel. Gumma
dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang
rawan pada hidung dan dasar mulut. Gumma juga dapat
ditemukan padaorgan dalam seperti lambung, hati, limpa, paru
– paru, testis dan sebagainya. Kelainan lain berupa nodus di
bawah kulit, kemerahan dan nyeri ( Anonim, tt ).
4. Stadium Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis ( pada jaringan saraf ).
Umumnya timbul 10 – 20 tahun setelah infeksi primer ( Anonim,
tt ).
Uji Serologik
Tes serologik untuk sifilis yg klasik umumnya masih negatif
pada lesi primer,dan menjadi positif,dan menjadi positif setelah
1-4 minggu. TSS(tes serologik sifilis) di bagi dua, yaitu
treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS
non spesifik di gunakan ekstrak jaringan ,misalnya VDRL,RPR
dan ikatan komlemen wasserman/kolmer. TSS nonspesifik
akan menjadi negative dalam 3-8 bulan setelah pengobatan
berhasil sehingga dapat di gunakan untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan
treponema atau ekstraknya,misalnya Treponema pallidum
hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Pengobatan
dilakukan dengan memberikan Antibiotika seperti penisilin atau
turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan
I,II,VI,dan XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun
kedua. Selain itu, kepada penderita perlu diberikan penjelasan
yg jelas dan menyeluruh tentang penyakitnya dan kemungkinan
penularan sehingga turut mencegah transmisi penyakit lebih
lanjut.

Diagnosa Laboratorium
a. Uji treponemal
Uji treponemal merupakan uji yang spesifik terhadap
sifilis, karena mendeteksi langsung Antibodi terhadap Antigen
Treponema pallidum. Pada uji treponemal, sebagai antigen
digunakan bakteri treponemal atau ekstraknya, misalnya
Treponema Pallidum Hemagglutination Assay
(TPHA),Treponema Pallidum Particle Assay (TPPA), dan
Treponema Pallidum Immunobilization (TPI). Walaupun
pengobatan secara dini diberikan, namun uji treponemal dapat
memberi hasil positif seumur hidup. (Aprianinaim,2011)
b. Uji non-treponemal
Uji non-treponemal adalah uji yang mendeteksi antibodi
IgG dan IgM terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari
sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like
antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung
mendeteksi terhadap keberadaan Treponema pallidum itu
sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji non-treponemal
meliputi VDRL (Venereal disease research laboratory), USR
(unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan
TRUST (toluidine red unheated serum test). (Aprianinaim,2011)

Pemeriksaan TPHA (Treponema pallidum Hemagglutination


Assay)
Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA)
merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis. Untuk skirining
penyakit sipilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau
RPR apabila hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk
melihat apakah adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam
tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan
menjadi negatif setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-
bakteri yang lain selain keluarga treponema tidak dapat membuat
hasil tes ini menjadi positif.
Manfaat Pemeriksaan TPHA ini adalah sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon serologis
spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis.
(Prodia,tt)
 Kelemahan pemeriksaan TPHA :
1. Kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap
awal/primer) sipilis.
2. Pada saat pengerjaan diperlukan ketrampilan dan
ketelitian yang tinggi.
3. Tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi, karena
tetap reaktif dalam waktu yang lama.
 Kelebihan pemeriksaan TPHA :
1. Teknis dan pembacaan hasilnya mudah
2. Memiliki spesifisitas tinggi untuk mendeteksi adanya
antibodi treponemal dan sensitivitas yang tinggi dimana
kadar minimum antibodi treponemal yang dapat dideteksi
adalah 0,05 IU/ml.
3. Hasil reaktif/positif dapat diperoleh lebih dini.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Semua komponen harus disuhu ruangkan terlebih dahulu
sebelum digunakan.
2. Selalu perhatikan e.d reagen.
3. Suhu penyimpanan reagen adalah 2-80C dan tidak boleh
dibekukan.
4. Sampel yang digunakan adalah sampel serum/plasma
yang bebas dari sel darah, kontaminasi mikroba, tidak
hemolisis dan tidak lipemik/ikterik.
5. Selalu menyertakan control positif dan control negative.
6. Proses penghomogenan harus dilakukan dengan tepat.
7. Ketepatan volume pemipetan sampel dan reagen perlu
diperhatikan untuk memperoleh pengenceran yang
sesuai.
8. Control cell harus selalu menunjukkan hasil negative
pada proses pemeriksaan baik kualitatif maupun semi
kuantitatif.
9. Waktu inkubasi tidak boleh lebih dari 60 menit dan bebas
dari getaran.

V. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Mikroplate 96 sumur (Format sumur U)
2. Mikropipet 10 µL , 25 µL , 75 µL , 90 µL , 100 µL
3. White tip dan yellow tip

B. BAHAN
1. Sampel serum/plasma pasien
2. Plasmatec TPHA Test Kit ( suhu penyimpanan : 2-80 C), terdiri
dari :
 Reagen Diluent
 Reagen Test Cell
 Reagen Control Cell
 Positif Control
 Negatif Control

VI. CARA KERJA

Metode Kualitatif
A. Pengenceran Sampel (1:20)
1. Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan dikondisikan
pada suhu ruang
2. Mikroplate diletakkan pada meja yang datar dan kering
3. Reagen Diluent dimasukkan sebanyak 190 µL dengan
mikropipet ke dalam satu sumur mikroplate.
4. Sampel serum/plasma ditambahkan sebanyak 10 µL dengan
mikropipet ke dalam sumur tersebut.
5. Campuran dihomogenkan
NB : Kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap
digunakan tanpa memerlukan pengenceran

B. Test
1. Mikroplate (6 buah sumur uji) disiapkan
2. Pada sumur 1 dan 2 masing-masing ditambahkan 25 µL
sampel yang telah diencerkan (1:20)
3. Pada sumur 3 dan 4 ditambahkan 25 µL control positif dan
pada sumur 5 dan 6 ditambahkan 25 µL control negative.
4. Pada sumur 1,3 dan 5 ditambahkan 75 µL reagen Test Cell
dan pada sumur 2,4 dan 6 ditambahkan 75 µL reagen
Control Cell serta dihomogenkan. Campuran ini disebut
pengenceran 1:80.
5. Kemudian diinkubasi pada suhu 15-300 C selama 45-60
menit tanpa adanya getaran.
6. Hasil/reaksi yang terjadi diamati dan diinterpretasikan
7. Apabila hasil yang diperoleh positif maka dilanjutkan pada
metode semi kuantitatif.

C. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kualitatif


 Reaksi positif ditunjukkan dengan hemaglutinasi sel
 Reaksi negatif ditunjukkan dengan adanya pengendapan sel
pada dasar sumur seperti titik.

- ++
Metode Semi Kuantitatif
D. Pengenceran Sampel (1:20)
1. Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan dikondisikan
pada suhu ruang.
2. Mikroplate diletakkan pada meja yang datar dan kering
3. Reagen Diluent dimasukkan sebanyak 190 µL dengan
mikropipet ke dalam satu sumur mikroplate
4. Sampel serum/plasma ditambahkan sebanyak 10 µL dengan
mikropipet ke dalam sumur tersebut
5. Campuran dihomogenkan
NB : Kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap
digunakan tanpa memerlukan pengenceran

E. Titrasi
1. Mikroplate (8 buah sumur uji) disiapkan
2. Sumur 1 dan 2 dibiarkan kosong.
3. Dari sumur 3 sampai sumur 8 dimasukkan sebanyak masing-
masing 25 µL reagen Diluent
4. Sebanyak 25 µL sampel yang telah diencerkan (1:20)
ditambahkan ke dalam sumur 1, 2 dan 3 kemudian
dihomogenkan
5. Dari sumur 3 dipipet sebanyak 25 µL dan dipindahkan ke
sumur 4 kemudian dihomogenkan dan diulangi sampai
sumur ke-8. Dari sumur 8 dipipet 25 µL dan dibuang
F. Test
1. Control cell dimasukkan sebanyak 75 µL kedalam sumur uji
1.
2. Reagen Test Cell Sebanyak 75 µL dimasukkan ke dalam
masing-masing sumur yaitu dari sumur 2-8 (Campuran ini
memiliki range pengenceran dari 1/80 – 1/5120).
3. Kemudian dihomogenkan
4. Mikroplate diinkubasi pada suhu 15-300 C selama 45 - 60
menit pada permukaan yang bebas dari getaran
5. Hasil / reaksi yang terjadi diamati dan dicatat titernya
sebagai pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan
hemaglutinasi

G. Interpretasi Hasil Semi Kuantitatif


 Reaksi positif ditunjukkan dengan hemaglutinasi sel
 Reaksi negatif ditunjukkan dengan adanya pengendapan sel
pada dasar sumur seperti titik.
 Gambar hasil yang masih menunjukkan hasil positif :

 Gambar hasil yang menunjukan hasil +/-

 Berikut ini ilustrasi dari hasil semi kuantitatif:

- + + + + + + -
/
-

C 1 1: 1: 1: 1: 1: 1:
: 1 3 6 1 2 5
C 2 4 2 5 1
6
Titer : pengenceran terakhir yang 0
masih 0
menunjukkan 8 6 2
8 0
0 0 0
hemaglutinasi. 0
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA)


merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis. Untuk skirining
penyakit sipilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau
RPR apabila hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk
melihat apakah adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam
tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan
menjadi negatif setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-
bakteri yang lain selain keluarga treponema tidak dapat membuat
hasil tes ini menjadi positif.
Manfaat Pemeriksaan TPHA ini adalah sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon serologis
spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis.
(Prodia,tt)

B. Saran

Saya sadar bahwa makalah yang saya susun masih banyak


terdapat kesalahan. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan
makalah saya berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.
C. Daftar Pustaka

 Aprianinanim.2012.UjiTPHA.http://nillaaprianinaim.wordpress.co
m/2011/09/28/uji-tpha-uji-treponemal/.
 Anonim. tt. Gejala Sifilis. http://gejalasifilis.com/.
 Aji,dkk. 2011. Laporan Resmi Praktikum Imunoserologi II.
http://id.scribd.com/doc/46539199/Laporan-Resmi-Imun-II .
 Muchtar,Rustam. 1989.Sinopsis Obstetri.jakarta :EGC
 Prodia.Tt. TPHA. http://prodia.co.id/imuno-serologi/tpha.
 Wikipedia 2017. Treponema pallidum particle agglutination assay
.Diakses tanggal 02 maret 2017. Link ;
https/en.wiki/Treponema_pallidum_particle_agglutination_assay

Anda mungkin juga menyukai