Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOSEROLOGI

PEMERIKSAAN TPHA
(Treponema pallidum Haemaglutination Assay)

Disusun Oleh:

Intan Dara Puspita

Putri Rizky Gabrilla


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum w.r w.b


            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa
pula shalawat dan salam tekirim atas junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai
teladan bagi seluruh umat manusia.
            Penulisan makalah “PEMERIKSAAN TPHA” diharapkan dapat memberi
infomasi kepada pembaca sehingga mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
Pemeriksaan TPHA yang mana merupakan tugas mata pelajaran Analis
Kesehatan di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan
di masa yang akan datang.
            Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami sebagai
penyusun makalah serta sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Wassalamualaikum w.r w.b

Pasuruan, 4 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan TPHA.................................................................................2
 Tujuan, Metode, Prinsip, Dasar Teori....................................................2
 Alat Dan Bahan.....................................................................................6
 Cara Kerja.............................................................................................7
 Interpretasi Hasil Kualitatif....................................................................8
 Interpretasi Hasil Semi Kuantitatif.........................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran....................................................................................................10
C. Daftar Pustaka......................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan
suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis. Untuk skirining penyakit sipilis
biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil
reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai
konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat
apakah adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam tubuh
terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan menjadi negatif
setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang lain selain
keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif. 
Manfaat Pemeriksaan TPHA ini adalah sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon serologis spesifik
untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis. (Prodia,tt)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemeriksaan TPHA?
2. Apa tujuan, metode, prinsip dan dasar teori pemeriksaan TPHA?
3. Bagaimana cara kerja dan interpretasi hasil pemeriksaan TPHA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaan TPHA.
2. Untuk mengetahui patogenesis tujuan, metode, prinsip dan dasar teori
pemeriksaan TPHA.
3. Untuk mengetahui cara kerja dan interpretasi hasil pemeriksaan
TPHA.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMERIKSAAN TPHA (Treponema pallidum Hemagglutination Assay)

I. TUJUAN
Untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap Treponema
pallidum dalam serum/plasma pasien secara kualitatif dan semi kuantitatif.

II. METODE
Metode yang digunakan adalah Hemaglutinasi

III. PRINSIP
Reaksi Hemaglutinasi secara imunologis antara eritrosit avian
yang dilapisi oleh antigen Treponema pallidum (Nichols strain) pada
reagen dengan antibodi spesifik terhadap Treponema pallidum pada
sampel serum/plasma pasien.

IV. DASAR TEORI


SIFILIS
Sifilis atau yang disebut dengan ”Raja Singa”, adalah penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang berbentuk
spiral atau spirochete yang dikenal dengan Treponema pallidum. Bakteri
yang berasal dari famili Spirochaetaceae ini, memiliki ukuran sangat kecil
dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab
sifilis ini dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan
genito – genital (kelamin – kelamin) maupun oro – genital (seks oral).
Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama
masa kehamilan.
Spirochaeta memperoleh akses melalui kontak langsung dari lesi
bawah terinfeksi dengan setiap kerusakan walaupun mikroskopik, di kulit,
atau mukosa pejamu. Sifilis dapat disembuhkan pada tahap – tahap
infeksi, tetapi bila dibiarkan, penyakit ini dapat menjadi sistemik dan
kronik.
Pada tahun 1905, penyebab sifilis ditemukan oleh Schauddin dan
Hoffman yaitu Treponema pallidum, yang berordo Spirochaetales, familia
Sprirochaetaceae, dan genus Treponema. Bakteri ini merupakan basil
gram negatif yang panjang, tipis, bergulung secara heliks, berbentuk
spiral, atau seperti pembuka tutup botol, panjangnya antara 6 – 15 µm,
lebar 0,15 µm, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan.
Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi
selama tiga puluh jam (Marwali, 1990).
Pembentukkan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar tubuh.
Di luar tubuh, kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk
tranfusi dapat hidup selama tujuh puluh dua jam (Marwali, 1990).
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder,
laten dan tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit
yang berbeda – beda dan menyerang organ tubuh.
1. Stadium Dini ( Primer )
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya
Treponema pallidum. Terjadi afek primer berupa penonjolan –
penonjolan kecil yang erosif, berukuran 1-2 cm, berbentuk bulat,
dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila
diraba ada pengerasan. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah
menjadi ulkus berdinding tegak lurus ( Anonim, tt ).
2. Stadium Sekunder
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul stadium I
sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8
minggu. Kadang – kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih
ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala
konstitusi seperti nyeri kepala, demam, demam, anoreksia, nyeri
pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang – kadang
bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul
berupa bercak – bercak atau tonjolan – tonjolan kecil. Sifilis stadium II
seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin
Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan
kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput
lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh ( Anonim, tt ).
3. Stadium Laten
Lesi yang khas adalah gumma yang dapat terjadi 3-7 tahun
setelah infeksi. Gumma umumnya satu, dapat multipel. Gumma
dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan
pada hidung dan dasar mulut. Gumma juga dapat ditemukan
padaorgan dalam seperti lambung, hati, limpa, paru – paru, testis dan
sebagainya. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan
dan nyeri ( Anonim, tt ).
4. Stadium Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis ( pada jaringan saraf ). Umumnya
timbul 10 – 20 tahun setelah infeksi primer ( Anonim, tt ).
Diagnosa Laboratorium
a. Uji treponemal
Uji treponemal merupakan uji yang spesifik terhadap sifilis,
karena mendeteksi langsung Antibodi terhadap Antigen Treponema
pallidum. Pada uji treponemal, sebagai antigen digunakan bakteri
treponemal atau ekstraknya, misalnya Treponema Pallidum
Hemagglutination Assay (TPHA),Treponema Pallidum Particle Assay
(TPPA), dan Treponema Pallidum Immunobilization (TPI). Walaupun
pengobatan secara dini diberikan, namun uji treponemal dapat
memberi hasil positif seumur hidup. (Aprianinaim,2011)
b. Uji non-treponemal
Uji non-treponemal adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG
dan IgM terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel
rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like antigen)
Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi
terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini
bersifat non-spesifik. Uji non-treponemal meliputi VDRL (Venereal
disease research laboratory), USR (unheated serum reagin), RPR
(rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine red unheated serum
test). (Aprianinaim,2011)
Pemeriksaan TPHA (Treponema pallidum Hemagglutination Assay)
Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan
suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis. Untuk skirining penyakit sipilis
biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil
reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai
konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat
apakah adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam tubuh
terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan menjadi negatif
setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang lain selain
keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif. 
Manfaat Pemeriksaan TPHA ini adalah sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon serologis spesifik
untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis. (Prodia,tt)
 Kelemahan pemeriksaan TPHA :
1. Kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap
awal/primer) sipilis.
2. Pada saat pengerjaan diperlukan ketrampilan dan ketelitian
yang tinggi.
3. Tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi, karena tetap
reaktif dalam waktu yang lama.
 Kelebihan pemeriksaan TPHA :
1. Teknis dan pembacaan hasilnya mudah
2. Memiliki spesifisitas tinggi untuk mendeteksi adanya antibodi
treponemal dan sensitivitas yang tinggi dimana kadar minimum
antibodi treponemal yang dapat dideteksi adalah 0,05 IU/ml.
3. Hasil reaktif/positif dapat diperoleh lebih dini.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Semua komponen harus disuhu ruangkan terlebih dahulu
sebelum digunakan.
2. Selalu perhatikan e.d reagen.
3. Suhu penyimpanan reagen adalah 2-80C dan tidak boleh
dibekukan.
4. Sampel yang digunakan adalah sampel serum/plasma yang
bebas dari sel darah, kontaminasi mikroba, tidak hemolisis dan
tidak lipemik/ikterik.
5. Selalu menyertakan control positif dan control negative.
6. Proses penghomogenan harus dilakukan dengan tepat.
7. Ketepatan volume pemipetan sampel dan reagen perlu
diperhatikan untuk memperoleh pengenceran yang sesuai.
8. Control cell harus selalu menunjukkan hasil negative pada
proses pemeriksaan baik kualitatif maupun semi kuantitatif.
9. Waktu inkubasi tidak boleh lebih dari 60 menit dan bebas dari
getaran.

V. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Mikroplate 96 sumur (Format sumur U)
2. Mikropipet 10 µL , 25 µL , 75 µL , 90 µL , 100 µL
3. White tip dan yellow tip

B. BAHAN
1. Sampel serum/plasma pasien
2. Plasmatec TPHA Test Kit ( suhu penyimpanan : 2-80 C), terdiri dari :
 Reagen Diluent
 Reagen Test Cell
 Reagen Control Cell
 Positif Control
 Negatif Control
VI. CARA KERJA
Metode Kualitatif
A. Pengenceran Sampel (1:20)
1. Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan dikondisikan pada
suhu ruang
2. Mikroplate diletakkan pada meja yang datar dan kering
3. Reagen Diluent dimasukkan sebanyak 190 µL dengan mikropipet
ke dalam satu sumur mikroplate.
4. Sampel serum/plasma ditambahkan sebanyak 10 µL dengan
mikropipet ke dalam sumur tersebut.
5. Campuran dihomogenkan
NB : Kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap
digunakan tanpa memerlukan pengenceran

B. Test
1. Mikroplate (6 buah sumur uji) disiapkan
2. Pada sumur 1 dan 2 masing-masing ditambahkan 25 µL sampel
yang telah diencerkan (1:20)
3. Pada sumur 3 dan 4 ditambahkan 25 µL control positif dan pada
sumur 5 dan 6 ditambahkan 25 µL control negative.
4. Pada sumur 1,3 dan 5 ditambahkan 75 µL reagen Test Cell dan
pada sumur 2,4 dan 6 ditambahkan 75 µL reagen Control Cell
serta dihomogenkan. Campuran ini disebut pengenceran 1:80.
5. Kemudian diinkubasi pada suhu 15-300 C selama 45-60 menit
tanpa adanya getaran.
6. Hasil/reaksi yang terjadi diamati dan diinterpretasikan
7. Apabila hasil yang diperoleh positif maka dilanjutkan pada metode
semi kuantitatif.
C. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kualitatif
 Reaksi positif ditunjukkan dengan hemaglutinasi sel
 Reaksi negatif ditunjukkan dengan adanya pengendapan sel pada
dasar sumur seperti titik.

- +

Metode Semi Kuantitatif


D. Pengenceran Sampel (1:20)
1. Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan dikondisikan pada
suhu ruang.
2. Mikroplate diletakkan pada meja yang datar dan kering
3. Reagen Diluent dimasukkan sebanyak 190 µL dengan mikropipet
ke dalam satu sumur mikroplate
4. Sampel serum/plasma ditambahkan sebanyak 10 µL dengan
mikropipet ke dalam sumur tersebut
5. Campuran dihomogenkan
NB : Kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap digunakan
tanpa memerlukan pengenceran

E. Titrasi
1. Mikroplate (8 buah sumur uji) disiapkan
2. Sumur 1 dan 2 dibiarkan kosong.
3. Dari sumur 3 sampai sumur 8 dimasukkan sebanyak masing-
masing 25 µL reagen Diluent
4. Sebanyak 25 µL sampel yang telah diencerkan (1:20)
ditambahkan ke dalam sumur 1, 2 dan 3 kemudian dihomogenkan
5. Dari sumur 3 dipipet sebanyak 25 µL dan dipindahkan ke sumur 4
kemudian dihomogenkan dan diulangi sampai sumur ke-8. Dari
sumur 8 dipipet 25 µL dan dibuang
F. Test
1. Control cell dimasukkan sebanyak 75 µL kedalam sumur uji 1.
2. Reagen Test Cell Sebanyak 75 µL dimasukkan ke dalam masing-
masing sumur yaitu dari sumur 2-8 (Campuran ini memiliki range
pengenceran dari 1/80 – 1/5120).
3. Kemudian dihomogenkan
4. Mikroplate diinkubasi pada suhu 15-300 C selama 45 - 60 menit
pada permukaan yang bebas dari getaran
5. Hasil / reaksi yang terjadi diamati dan dicatat titernya sebagai
pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan hemaglutinasi

G. Interpretasi Hasil Semi Kuantitatif


 Reaksi positif ditunjukkan dengan hemaglutinasi sel
 Reaksi negatif ditunjukkan dengan adanya pengendapan sel pada
dasar sumur seperti titik.
 Gambar hasil yang masih menunjukkan hasil positif :

 Gambar hasil yang menunjukan hasil +/-

 Berikut ini ilustrasi dari hasil semi kuantitatif:

- + + + + + + -
/
-

CC 1 : 80 1 : 160 1 : 320 1 : 640 1:


1: 2560 1:
1 5
Titer : pengenceran terakhir yang masih menunjukkan hemaglutinasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan


suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis. Untuk skirining penyakit sipilis
biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil
reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai
konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat
apakah adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam tubuh
terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan menjadi negatif
setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang lain selain
keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif. 
Manfaat Pemeriksaan TPHA ini adalah sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon serologis spesifik
untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis. (Prodia,tt)

B. Saran

         Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak
terdapat kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah
kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.

C. Daftar Pustaka
 Aprianinanim.2012.UjiTPHA.http://nillaaprianinaim.wordpress.com/
2011/09/28/uji-tpha-uji-treponemal/.
 Anonim. tt. Gejala Sifilis. http://gejalasifilis.com/.
 Prodia.Tt. TPHA. http://prodia.co.id/imuno-serologi/tpha.
 Aji,dkk. 2011. Laporan Resmi Praktikum Imunoserologi II.
http://id.scribd.com/doc/46539199/Laporan-Resmi-Imun-II .

Anda mungkin juga menyukai