Oleh:
Leli Nur Rina Hidayat (1711C1015)
Riyan Indriyan (1711C1024)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Iis kurniati, M.Si selaku dosen mata kuliah
Manajemen Laboratorium yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Makalah
mengenai Treponema pallidum, Haemophilus ducreyi, dan Chlamydia trachomatis ini dapat disusun
dengan baik sebagaimana mestinya, Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan saran dan bantuannya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami dan menyadrai bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
III.A Kesimpulan ..................................................................................................................... 19
III.B Saran ................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman ini telah timbul banyak penyakit baru, bahkan tidak jarang yang mematikan. Salah
satunya adalah Penyakit Menular Seksual (PMS). Sesuai namanya, penyakit menular seksual menyebar
melalui hubungan intim, baik secara vaginal, anal, maupun oral. Tidak hanya hubungan intim,
penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan berbagi jarum suntik dengan penderita. Infeksi
juga dapat ditularkan dari ibu hamil ke janin, baik selama kehamilan atau saat persalinan.
Salah satu yang menjadi penyebab penyakit seksual ini adalah akibat infeksi bakteri. Beberapa
bakteri yang menyebabkan penyakit menular seksual akan dibahas pada makalah ini. Beberapa contoh
bakterinya adalah Treponema pallidum penyebab penyakit sifilis, Haemophilus ducreyi penyebab
penyakit chancroid atau ulkus mole, dan Chlamydia trachomatis sebagai agen penyebab penyakit
Chlamydia.
1
I.C Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi dan sifat Treponema pallidum, Haemophilus ducreyi, dan
Chlamydia trachomatis
2. Untuk mengetahui patogenitas dari Treponema pallidum, Haemophilus ducreyi, dan
Chlamydia trachomatis
3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit yang diakibatkan oleh Treponema pallidum,
Haemophilus ducreyi, dan Chlamydia trachomatis
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh Treponema pallidum,
Haemophilus ducreyi, dan Chlamydia trachomatis
5. Untuk mengetahui diagnosis dan analisis laboratorium Treponema pallidum, Haemophilus
ducreyi, dan Chlamydia trachomatis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 2.1 Treponema pallidum
Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri yang patogen terhadap manusia
(parasit obligat intraselular) dan sampai saat ini tidak dapat dikultur secara invitro. Bakteri ini
dapat mati jika terpapar dengan oksigen, antiseptik, sabun, pemanasan, pengeringan sinar
matahari dan penyimpanan di refrigerator. Bakteri ini berkembang biak dengan pembelahan
melintang dan menjadi sangat invasif, patogen persisten dengan aktivitas toksigenik yang kecil
dan tidak mampu bertahan hidup diluar tubuh host mamalia. Treponema pallidum akan mati
dalam 4 jam bila terpapar oksigen dengan tekanan atmosfer 21%. Keadaan sensitivitas tersebut
dikarenakan bakteri ini kekurangan superoksida dismutase, katalase, dan oxygen radical
4
scavengers. Superoksida dismutase yang mengkatalisis perubahan anion superoksida menjadi
hidrogen peroksida dan air, tidak ditemukan pada kuman ini. Treponema pallidum tidak dapat
menular melalui benda mati seperti bangku, tempat duduk toilet, handuk, gelas, atau benda-
benda lain yang bekas digunakan/dipakai oleh pengindap, karena pengaruh suhu dan rentang
pH. Suhu yang cocok untuk organisme ini adalah 30-370C dan rentang pH adalah 7,2-7,4.
5
Gambar 2.3 Chanchre pada lidah
Pada tahap awal ini akan timbul papula merah kecil soliter, kemudian dalam satu
sampai beberapa minggu, papula ini berkembang menjadi ulkus. Lesi klasik dari sifilis
primer disebut dengan chancre, ulkus yang keras dengan dasar yang bersih, tunggal, tidak
nyeri, merah, berbatas tegas, dipenuhi oleh spirochaeta dan berlokasi pada sisi Treponema
pallidum pertama kali masuk. Chancre dapat ditemukan dimana saja tetapi paling sering di
penis, serviks, dinding vagina, rektum dan anus. Dasar chancre banyak mengandung
spirochaeta yang dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap.
b. Sifilis Sekunder
Gejala sifilis sekunder akan mulai timbul dalam 2 sampai 6 bulan setelah pajanan, 2
sampai 8 minggu setelah chancre muncul. Sistem yang paling sering terkena adalah kulit,
limfe, saluran cerna, tulang, ginjal, mata, dan susunan saraf pusat. Tanda tersering pada
sifilis sekunder adalah ruam kulit makulopapula. Lesi biasanya simetrik, tidak gatal dan
mungkin meluas.
Lesi di telapak tangan dan kaki merupakan gambaran yang paling khas terjadi pada
pasien. Pada genitalia sering dijumpai adanya papul atau plak yang datar dan basah yang
disebut kondilomata. Kelainan rambut berupa kerontokan rambut setempat disebut
alopesia. Kelainan kuku berupa onikia sifilitaka, kuku rapuh berwarna putih, suram ataupun
terjadi peradangan (paronikia sifilitaka). Pada kasus yang jarang bisa ditemukan sifilis
sekunder disertai dengan kelainan lambung, ginjal dan hepatitis.
c. Sifilis Laten
6
Sifilis laten adalah periode hilangnya gejala klinis sifilis sekunder sampai diberikan
terapi atau gejala klinik tersier muncul. Tahap laten dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu
sifilis laten dini dan lanjut. Sifilis laten dini terjadi kurang satu tahun setelah infeksi sifilis
sekunder, 25% diantaranya mengalami relaps sifilis sekunder yang menular, sedangkan
sifilis laten lanjut muncul setelah satu tahun. Relaps ini dapat terus timbul sampai 5 tahun.
Pasien dengan sifilis laten dini dianggap lebih menular dari sifilis laten lanjut.
d. Sifilis Tersier
Sifilis tersier dapat muncul sekitar 3-15 tahun setelah infeksi awal dan dapat dibagi
ke dalam tiga bentuk yang berbeda, yaitu:
Sifilis Gummatous atau sifilis akhir bening yang biasanya terjadi 1-46 tahun setelah
infeksi awal, dengan rata-rata 15 tahun. Fase ini ditandai dengan adanya pembentukkan
gumma kronik yang lembut, mirip peradangan bola tumor yang bisa bermacam-macam,
dan sangat signifikan. Bentuk gumma umumnya memengaruhi kulit, liver, dan tulang,
tetapi bisa terjadi dimana pun.
Neurosifilis merupakan infeksi yang melibatkan sistem saraf sentral, dapat muncul
lebih awal, tanpa gejala, atau dalam bentuk meningitis sifilistik yang berhubungan
dengan keseimbangan yang lemah dan nyeri kilat pada ekstrimitas lebih rendah. Akhir
neurosifilis umumnya terjadi 4-25 tahun setelah infeksi awal.
Sifilis kardiovaskuler yang biasa terjadi 10-30 tahun setelah infeksi awal. Kompilasi
yang paling umum adalah syphilitic aortitis yang dapat mengakibatkan pembentukan
aneurisme.
E. Cara Penularan
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membran mukosa vagina dan
uretra),
Kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi.
7
Dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
Janin yang terinfeksi bakteri penyebab sifilis pun akan rentan mengalami kematian
sebelum lahir.
Berbagi Jarum Suntik dengan Pengidap Sifilis. Darah merupakan salah satu cairan tubuh
yang mampu menghantarkan bakteri penyebab sifilis dari satu tubuh ke tubuh lainnya.
Pengguna narkoba suntik, maupun penyuka seni merajah tubuh, seperti tato dan tindik,
merupakan orang-orang yang berpotensi besar tertular sifilis.
F. Cara Pencegahan
1. Berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama.
2. Selalu menggunakan kondom bila harus berhubungan seksual.
3. Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual.
4. Membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit kelamin yang dialami bersama
pasangan.
5. Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang.
6. Pemberian informasi kepada kelompok yang memiliki resiko tinggi untuk tertular sifilis
dengan memberikan leaflet,brosur, dan stiker.
7. Untuk pengobatannya bisa diberi antibiotik penicilin.
G. Analisis Laboratorium
Biakan Pemeriksaan
Pada testis Kelinci
Mikroskopis Serologi
Sampel: Lesi Sampel: Serum
8
Spesimen yang digunakan dapat berasal dari cairan jaringan yang diambil dari lesi
superfisial dini untuk memperlihatkan adanya bakteri spirochaeta, sedangkan serum digunakan
untuk uji serologik. Kadang dapat diperlihatkan adanya spirochaeta dari bahan biopsi.
Diagnosis laboratorium pada umumnya dilakukan melalui pemeriksaan mikroskopik langsung
maupun pemeriksaan serologik.
a. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap.
Pada pemeriksaan sifilis pemeriksaan mikroskop lapangan gelap merupakan
pemeriksaan metode paling cepat dan langsung untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan transudat serosa lesi lembab atau basah, karena lesi dapat menunjukkan
jumlah Treponema yang paling banyak. Lokasi pengambilan harus dibersihkan dengan
larutan garam faal dan dilakukan abrasi dengan kasa secara hati-hati pada sehingga
tidak timbul perdarahan yang nyata. Kemudian eksudat serosanya diperiksa dengan
miroskop lapangan gelap atau kontras fase dengan memakai kaca objek yang ditutup
dengan deck glass (dapat ditambahkan setetes garam faal nonbakterisidik bila sediaan
terlalu tebal) untuk mencari spirochaeta motil yang khas. Treponema pallidum akan
tampak seperti pembuka tutup botol (corkscrew), dan akan bergerak seperti spiral,
dengan undulasi yang khas pada titik tengahnya.
9
b. Pemeriksaan serologis dibagi dalam dua kategori yaitu uji nontreponemal untuk skrining
dan uji treponemal untuk konfirmasi.
Non Treponemal Test
Uji nontreponemal yang paling sering dilakukan adalah uji VDRL (Venereal
Disease Research Laboratory) dan RPR (Rapid Plasma Reagin). Tes ini mendeteksi
antibodi yang tidak secara spesifik terkait dengan bakteri Treponema pallidum.
Disebut tidak spesifik, karena antibodi yang dideteksi bisa dihasilkan oleh tubuh
saat terinfeksi T. pallidum, atau bisa juga dihasilkan pada kondisi lain. Tes ini
sensitif untuk melihat ada atau tidaknya infeksi sifilis, namun karena sifatnya yang
tidak spesifik, hasil positif belum berarti sedang menderita sifilis.
Treponemal Test
Pada Tes digunakan antigen yang berasal dari bakteri Treponemal yang masih
hidup maupun yang sudah dimatikan atau salah satu fraksi dari bakteri treponema
sehingga diperoleh hasil tes yang spesifik. Yang termasuk dalam tes ini adalah Tes
Fluoresensi Antibodi Treponema (FTA Abs), TPHA (Treponemal pallidum
Passive Hemagglutination Assay), Tes Imobilisasi Treponema pallidum (TPI) dan
Tes Pengikatan Komplemen Treponema pallidum atau RPCF (Reiter Protein
Complement Fixation Test). Tes treponema mendeteksi antibodi yang secara
spesifik terkait dengan bakteri penyebab sifilis. Meski lebih spesifik, tes treponema
harus tetap dikombinasi dengan tes nontreponema. Hal tersebut untuk
membedakan apakah infeksi pada pasien adalah infeksi yang aktif, atau infeksi
yang terjadi di masa lalu namun sudah berhasil disembuhkan.
c. Biakan
Treponema pallidum yang patogen tidak dapat dibiakkan pada media buatan atau pada
perbenihan jaringan ataupun embryonated egg walaupun diinkubasikan pada suasana
anaerob. Treponema pallidum yang patogen hanya dapat dibiakkan pada testis kelinci
dengan waktu pembelahan (generation time) sekitar 30 jam.
10
Ordo : Pasteurellales
Familia : Pasteurellaceae
Genus : Haemophilus
Spesies : H. Ducreyi
11
Gambar 2.8 Haemophilus ducreyi
12
dapat berdarah atau menghasilkan cairan menular yang dapat menyebarkan bakteri selama
hubungan seksual oral, anal, atau vaginal. Kankroid juga dapat menyebar dari kontak kulit ke
kulit dengan orang yang terinfeksi.
E. Cara Penularan
Penularan penyakit ini melalui hubungan seksual. Entah itu lewat penetrasi penis ke
dalam vagina, seks anal, maupun seks oral. Penyakit ulkus mole juga bisa ditularkan melalui
kontak fisik antara orang yang mengidap penyakit ini dengan orang yang sehat. Pasalnya,
bakteri Haemophilus ducreyi tinggal dalam darah atau cairan yang ada dalam luka dan bintil
kecil pengidapnya.
F. Cara Pencegahan
Menghindari atau tidak melakukan hubungan seksual (heteroseksual)
secara sembarangan.
Menerapkan seks yang aman dengan satu pasangan
Menghindari aktivitas berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan terkena kankroid atau
infeksi menular seksual lainnya
Menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
Sampel ulkus
Biakan Identifkasi
Media GC
Pemeriksaan Identifkasi dengan
sediaan hapus sistem semi-otomatis
atau otomatis
Dapat dengan pewarnaan
Gram, Unna-Pappenhein, sistem
Wright, atau Giemsa. RapIDANA
13
diperoleh dengan mengambil sampel cairan dari luka. Namun, sayangnya media untuk kultur
ini tidak tersedia secara luas.
Pengambilan sampel
Sampel ideal adalah ulkus, karena di situlah mikroorganisme yang layak paling sering
ditemukan. Karena sampel biasanya memiliki jumlah Haemophilus yang rendah dan pada
gilirannya tidak bertahan lama di luar organisme, disarankan untuk segera menanamnya
langsung di media kultur.
Pemeriksaan sediaan hapus
Bahan pemeriksaan dari tepi ulkus, dibuat hapusan pada gelas objek, kemudian dibuat
pewarnaan Gram, Unna-Pappenhein, Wright, atau Giemsa. Hanya pada 30-50% kasus
ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai.
Media Kultur
Untuk budidaya Haemophilus pada umumnya membutuhkan media kultur bergizi dengan
karakteristik khusus, karena genus ini sangat menuntut dari sudut pandang gizi..
Haemophilus ducreyi itu tidak luput dari itu. Untuk isolasi H.ducreyi media yang terdiri
dari agar-agar GC dengan 1 hingga 2% hemoglobin, 5% serum janin janin, 1% pengayaan
IsoVitalex dan vankomisin (3μg / mL) telah berhasil digunakan. Media lain yang
bermanfaat adalah persiapan dengan Agar Müeller Hinton dengan 5% darah kuda yang
dipanaskan (coklat), 1% pengayaan IsoVitalex dan vankomisin (3μg / mL). Media
diinkubasi pada 35 ° C dalam 3 sampai 5% CO2 (mikrofilia), dengan kelembaban tinggi,
mengamati lempeng setiap hari selama 10 hari. Yang umum adalah koloni berkembang
antara 2 hingga 4 hari.
Pengobatan antibiotik sering kali membersihkan lesi dengan cepat dan bekas luka yang
sangat sedikit. Berikut adalah beberapa pengobatan yang biasa digunakan untuk ulkus mole.
14
Obat-obatan. Dokter dapat meresepkan antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab
luka. Antibiotik dapat membantu mengurangi kemungkinan jaringan parut seiring
sembuhnya ulkus. Beberapa antibiotik termasuk ceftriaxone dan azithromycin.
Operasi: Dokter dapat mengeluarkan cairan dari abses besar dan menyakitkan di kelenjar
betah bening dengan jarum atau melalui operasi. Ini mengurangi pembengkakan dan nyeri
karena ulkus sembuh tetapi dapat menyebabkan sedikit luka parut di tempat tersebut.
15
Chlamydia trachomatis adalah bakteri yang menyebabkan infeksi yang sangat mirip
dengan gonore dalam cara yang tersebar dan gejala yang dihasilkan. Chlamydia trachomatis
hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut badan inklusi.
Chlamydia trachomatis membelah secara binary fission dalam badan intrasitoplasma.
16
d. Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar.
e. Baik pada pria maupun wanita, apabila chlamydia menginfeksi dubur, akan timbul rasa
sakit yang dapat disertai keluarnya cairan atau darah dari dubur.
E. Cara Penularan
Infeksi klamidia dapat terjadi akibat terpapar hasil sekresi yang ketika melakukan
kontak seksual dengan penderita. Chlamydia trachomatis biasanya menginfeksi membrane
mukosa, misalnya leher rahim, rectum, urethra, tenggorokan , dan konjungtiva. Infeksi ini juga
dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayinya selama proses persalinan.
F. Cara Pencegahan
Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini sebaiknya menjalani perilaku
seksual yang aman (tidak berganti – ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).
Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak akan menunjukkan gejala sehingga mereka tanpa
sadar dapat menularkan infeksi tersebut kepada orang lain melalui hubungan seksual. Untuk
mengurangi risiko tertular upaya yang dapat dilakukan adalah tidak melakukan hubungan
seksual (abstain), menggunakan kondom sesuai aturan, dan menerapkan praktik monogami.
Hindari oral seks dengan pasangan yang positif chlamydia karena infeksi ini dapat ditularkan
melalui rongga mulut. Sebaikknya anal seks juga tidak dilakukan
Sampel
(uretra, serviks, serum atau urine)
Menggunakan Mc Coy/
Mikroskopis Deteksi Antigen BHK sebagai sel inang
Pemeriksaan
Pewarnaan Pewarnaan ELISA
Giemsa Imunofluoresen
17
Tes dapat diambil dengan mencolek uretra, serviks, serum atau urine dengan cotton bud.
1. Pemeriksaan mikroskopis
Pada pemeriksaan menggunakan pengecatan Giemsa. Namun pemeriksaan mikroskopis
memiliki sensitivitas yang rendah jika dibandingkan dengan cara kultur jaringan serta tidak
dianjurkan pada penderita asimptomatis dan subakut. Biasanya pemeriksaan mikroskopis
dilakukan untuk mendeteksi infeksi pada mata.
2. Kultur jaringan
Sel hidup dibiakkan dalam gelas kaca yang disebut biakan monolayer seperti Mc Coy dan
BHK sebagai sel inang bagi Chlamydia trachomatis. Hasil pertumbuhan dapat dilihat pada
hari ketiga.
Jika ibu hamil tetap berisiko terkena chlamydia, akan dilakukan pemeriksaan ulang
pada trimester ketiga kehamilan. Bila hasilnya kembali positif, ibu hamil akan diobati lagi. Jika
ibu hamil masih menderita chlamydia saat mendekati waktu persalinan, maka dokter akan
menyarankan persalinan dengan operasi caesar. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko
penularan chlamydia pada bayi yang dilahirkan.
18
BAB III
PENUTUP
III.A Kesimpulan
Treponema pallidum merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk spiral, ramping dengan lebar
kira-kira 0,2 µm dan panjang 5-15 µm, setiap lekukan gelombang berjarak 1 mikron dan rata-
rata setiap bakteri terdiri dari 8-14 gelombang dan bergerak secara aktif, dan bersifat
mikroaerofilik. Haemophilus ducreyi merupakan sejenis bakteri yang berbentuk batang
kecil, tidak bergerak, termasuk golongan bakteri Gram negative, dan bersifat
parasit. Chlamydia trachomatis merupakan bakteri obligat intraselular yang hanya dapat
berkembang biak di dalam sel eukariot yang hidup. Pada siklus hidupnya Chlamydia
trachomatis membentuk badan elementer yang berukuran 300 nm dan badan retikulat yang
lebih besar dengan ukuran 1 μm.
Treponema pallidum dapat menyebabkan penyakit sifilis, Haemophilus ducreyi dapat
menyebabkan chancroid, dan Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan infesi Chlamydia.
Untuk ketiga bakteri ini, Treponema pallidum, Haemophilus ducreyi, dan Chlamydia
trachomatis penularannya penyakit sama-sama dapat melalui kontak hubungan seksual.
Untuk cara pencegahan pada tiga penyakit yang diakibatkan oleh Treponema pallidum,
Haemophilus ducreyi, dan Chlamydia Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini
sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman seperti misalnya tidak berganti – ganti
pasangan seksual atau menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Diagnosis dan analisis laboratorium Treponema pallidum, Haemophilus ducreyi, dan
Chlamydia trachomatis berbeda-beda. Beberapa dapat dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik, kultur pada media, dan uji serologi.
III.B Saran
Pencarian referensi sangat penting dalam menyusun makalah, maka pemanfaatan teknologi
juga harus dilibatkan seperti media internet. Selain dari internet, referensi juga bisa dicari di buku-buku
yang memuat materi terkait. Sehingga makalah yang dibuat lebih jelas dan terinci.
Mungkin akan lebih baik lagi jika adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi penyempurnaan makalah ini, namun sebagai manusia biasa penulis hanya bisa berharap
semoga bisa bermanfaat dan mudah-mudahan memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. Setelah
membaca pembahasan tadi, diharapkan pembaca mendapat pengetahuan baru mengenai Bakteri
Treponema pallidum, Haemophilus ducreyi, dan Chlamydia trachomatis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Marco, Julius. 2012. Haemophilus ducreyi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Setiyawan, Donny. 2018. Morfologi, Patogenitas Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Urogenital
Trponema pallidum. Banjarbaru: Yayasan Borneo Lestari Akademi Analis Kesehatan Borneo
Lestari.
Adhanty, Shania dkk. 2017. Sexual-transmitted Disease (HIV, Chlamydia, Treponema pallidum,
Neisseria gonorrhoea, HPV). Jakarta: Universitas Indonesia.
Nona Lince, Maria Theresia. 2015. Makalah Kesehatan Reproduksi Chlamydia. Kupang: Poltekes
Kemenkes Kupang Jurusan Kebidanan.
Tim Halodoc. 2018. 3 Cara Penularan Penyakit Sifilis Selain Hubungan Intim. [Internet]
https://www.halodoc.com/3-penyebab-penyakit-sifilis-selain-hubungan-intim. Diakses 19
November 2019.
Widyawinata, Rena dan Savitri, Tania. 2018. Chancroid (Ulkus Mole): Penyebab, Gejala, dan
Pengobatan. [Internet] https://hellosehat.com/penyakit/chancroid-ulkus-mole/. Diakses 20
November 2019.
20