Anda di halaman 1dari 12

Identifikasi Bakteri Patogen Yersinia Sp.

Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio L)


di Daerah Aliran Sungai Tondano Gorontalo

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Toksikologi dan Hygiene


Dosen: Dr. Ir. Dwi Setijawati, M. Kes

Oleh:
Ryanti Widya Putri
Muhammad Khusa Nur L
Tegar Wicaksono

135080301111103
135080301111107
135080301111111

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan,
rahmat dan hidayahnyalah, yang memberi kekuatan serta kemudahan kepada kami

untuk menyelesaikan makalah yang berjudulIdentifikasi Bakteri Patogen


Yersinia Sp. Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio L) di Daerah Aliran Sungai Tondano
Gorontalo tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa petunjuk, moral maupun material. Atas segala
bantuan tersebut maka pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
kepada dosen pengajar, rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik berupa pikiran maupun tenaganya dalam penyelesaian
makalah yang kami buat.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini tidak luput dari
kekeliruan dan kekurangan, baik dari segi sistematikanya maupun dari segi
penalaran materinya. kekurangan tersebut tidak lain dikarenakan keterbatasan
kemampuan kami dalam mengungkapkannya, untuk itu segala kritikan dan
pendapat sangat di perlukan untuk penyempurnaan dari Identifikasi Bakteri
Patogen Yersinia Sp. Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio L) di Daerah Aliran Sungai
Tondano Gorontalo yang kami buat ini.

Malang, Juni 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ikan mengandung protein yang cukup tinggi dan komposisi asam


aminonya tidak sama dengan hewan-hewan darat. Ikan mas (Cyrinus carpio, L)
merupakan salah satu hasil perairan yang memiliki kandungan gizi tinggi dan
bernilai ekonomis penting, sehingga sepantasnya mendapat penanganan yang
cukup serius. Penerapan teknik penanganan yang baik dapat mempertahankan
mutu ikan. Kemunduran mutu ikan setelah mati disebabkan diantaranya oleh
aktifitas mikrobiologis yang sudah ada secara alami pada tubuh ikan ketika hidup.
Keberadaan mikroba pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan air, spesies ikan, habitat, cuaca dan cara penangkapan. Kepadatan
bakteri pada insang berkisar 103-105 Cfu/g, usus berkisar 103-107 Cfu/g dan pada
kulit berkisar 102-106 Cfu/g. Perbedaan kepadatan bakteri pada insang, dalam
organ tubuh, permukaan tubuh, ataupun dalam perairan bervariasi tergantung dari
jenis flora normal yang dominan dalam tubuh ikan dan faktor lingkungan.
Menurut Khairina dan Khotimah (2006), beberapa genus Enterobacteriaceae
penting bagi kesehatan masyarakat karena menimbulkan wabah keracunan pangan
dan penyakit infeksi yang ditularkan melalui bahan pangan segar.
Yersinia

adalah

salah

satu

genus

Entero

bacteriaceae

yang

mengkontaminasi bahan pangan yang hidup di perairan dan dapat menimbulkan


infeksi pada manusia. Menurut Mair (1973), Y.enterocolitica menyebabkan infeksi
pada usus manusia dan hewan (mengganggu sistem pencernaan); Y. pestis
merupakan galur yang ditakuti sejak dahulu karena menyebabkan penyakit pes; Y.
pseudotuberculosis menginfeksi limfa pada hewan dan menyebabkan penyakit
seperti tuberculosis, penularannya ke manusia kemungkinan dari daging yang
terinfeksi dan kurang dimasak. Dilaporkan bahwa terdapat satu spesies dari genus
ini yang merupakan bakteri patogen atau penyebab penyakit Enteric Red Mouth
(ERM) dan exophtalamia pada ikan yaitu Yersinia ruckeri. Spesies ini dapat
menimbulkan penyakit pada ikan-ikan jenis salmonid dan non-salmonid (EFSA,
2008). Terbatasnya informasi tentang perkembangan Yersinia dalam kaitannya
dengan hasil perairan khususnya ikan mas menjadi alasan dilakukannya penelitian
ini. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan jumlah kepadatan bakteri serta
mengidentifikasi bakteri Yersinia pada ikan mas (Cyprinus carpio, L).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pembuatan makalah ini mencari jumlah kepadatam bakteri,
mengidentifikasi dan mengkarakteristik bakteri Yersinia pada ikan mas (Cyprinus
carpio, L) melalui serangkaian analisis. Yang diperoleh dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) Tondano.
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui jumlah kepadatan
bakteri, mengidentifikasi dan mengkarakterisasi bakteri Yersinia pada ikan mas
(Cyprinus carpio, L) melalui serangkaian analisis. Yang diperoleh dari Daerah
Aliran Sungai (DAS) Tondano.

BAB 2
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan yaitu autoclave, inkubator, water bath,


erlenmeyer, cawan petri, oven, blender, pipet volumetri dan pipet tetes,
timbangan analitik, vorteks, gelas ukur, magnetik stirer, mikroskop dan
kaca objek, jarum ose, pH meter, tabung Hach, tabung Durham, rak
tabung, spatula, L-glass (Conrads rod), termometer air raksa, korek api,
kompor, panci, lampu spritus, pinset, talenan, pisau, gunting, alat tulis
menulis dan kamera digital. Bahan yang digunakan meliputi sampel ikan
mas, aquades, NaCl (0,9%), alkohol 95%, NaOH, HCl, media Nutrien
Agar (NA), Mac-Conkey Agar, Nutrien Broth (NB), Mac-Conkey Broth,
minyak imersi, larutan kristal violet, alkohol 70%, larutan safranin, larutan
lugol, larutan H2O2, kaldu karbohidrat (glukosa, maltosa, laktosa dan
sukrosa), Motility Test Medium, Simmon Citrate Agar, Reagen MR-VP,
Reagen Tetramethyl, dan Reagen Kovacs.
2.2 Pengambilan Sampel dan Pengamatan
Sampel yang digunakan diperoleh dari karamba di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Tondano dalam keadaan hidup dan dimasukkan ke dalam
wadah untuk dibawa ke laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak 3 (tiga) kali dengan setiap kali pengambilan sebanyak 2 ekor
sampel yang masing-masing memiliki berat berkisar 300-400 g. Waktu
antara pengambilan pertama dan pengambilan berikutnya berkisar selama
seminggu. Tahapan pengujian dilakukan pada masing-masing pengambilan
sampel serta terhadap bagian tubuh ikan (lendir, insang dan isi perut) dan
sampel air yang digunakan.
Pengamatan dilakukan terhadap bahan baku yaitu analisis total
bakteri, total Yersinia dan tahap enrichment. Selanjutnya dilakukan
perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada media NA dan Mac-Conkey
Agar (dimodifikasi dari Fardiaz 1993). Enrichment yang menunjukkan
hasil positif pada Mac-Conkey Broth diinokulasi pada Mac-Conkey Agar,
kemudian diinokulasi pada NA miring untuk dijadikan sebagai kultur
sediaan

(stok).

Selanjutnya

dilakukan

serangkaian

uji

fisiologis,

morfologis dan biokimia mengacu pada metode Cappucino dan Sherman

(1992) dan diidentifikasi berpedoman pada Bergeys Determinative


Bacteriology (Holt et al. 1994).

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Yersinia spp.

Yersinia merupakan bakteri yang terisolasi atau hidup di tanah, air


hewan udara dan berbagai makanan dan mampu hidup dpada suhu rendah.
Bentuknya gram negatif batang, koloninya berwarna kuning, motil methil
red dikarenakan sel dari bakteri tersebut menyerap pewarna safranin.
Yersinia sp. Positif terhadap uji nitrat, urease dan glukosa namun
negatif pada uji oksidase. Bakteri Yersinia sp. positif terhadap uji urease
dikarenakan
mampu

bakteri Yersinia sp. Memiliki enzim fosfotase sehingga

mendegradasi urease dan juga positif terhadap uji lysin

dikarenakan bakteri Yersinia sp. memilki enzim protease sehingga bakteri


Yersinia sp. Dimasukan kedalam Filum Proteobacteria (Garrity et
al.,2006).
Yersinia enterocoiica adalah penyebab gastroenteritis akut,
binatang pembawanya terutama adalah babi hutan, namun binatang
peliharaan atau binatang buas yang lainnya kadangkala menjadi pembawa
patogen ini. Keterlibatan air dengan patogen ini masih belum jelas, namun
ada sebuah contoh yang disebutkan oleh Schiemen, 1990, bahwa air dapat
menyebarkan gastroenteritis. Organisme psychotrophic berkembang biak
dan subur hingga suhu terendah 4oC.
Bakteri yang termasuk dalam Genus Yersinia terdiri dari
11spesiesdiantaranya yaitu Y.aldovae, Y.bercovieri, Y.frederriksenii,
Y.intermedia, Y.kristensenii, Y.mollaretii, Y.pestis. Y.pseudotuberculosis,
Y.rohdei dan Y.ruckeri. Berdasarkan hasil identifikasi secara biokimia
isolat bakteri Yersinia sp. menunjukan bahwa bakteri Yersinia sp.dapat
mendegradisi urease. Pada Genus Yersinia spesies bakteri yang dapat
mendegradasi urease yaitu dari spesies Y.enterocolitica dan Y.Aldovae
(Garrity et al.,2006).

3.2 Efek Terhadap Kesehatan


Jumlah bakteri maksimum ikan segar yang dipersyaratkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2729-1992) sebesar 5X105 koloni/g
(Badan Standardisasi Nasional 1992).

Yersinia sp. termasuk bakteri patogen yang dapat menginfeksis


korbannya melalui pangan yang dikonsusmsi dalam hal ini penyebab
sakitnya seseorang adalah akibat dari masuknya bakteri patogen dalam
tubuh melalui pangan yang telah tercemar bakteri.
Gejala mulai timbul 1-11 hari setelah mengkonsumsi pangan
terkontaminasi, berupa demam tinggi, nyeri perut, disertai diare dan
terkadang muntah, yang dapat berlangsung hingga 3 minggu.
3.3 Mekanisme Kesehatan
Suatu patogen pertama kali harus mencapai jaringan inang dan
memperanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak kasus, hal yang
dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit,

membrane mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal


bertindak sebagai barrier mikroorganisme. Melintasi kult masuk ke lapisan
subkutan hampir selalu terjadi melalui luka, jarang dilakukan patogen
menembus melewati kulityang utuh.
Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang
tersusun

dari

beberapa

senyawa

karbohidrat.

Lapisan

ini

merupakan barrier pertama yang dilalui oleh patogen ketika


memasuki inang. Beberapa organisme memiliki kemampuan untuk
menguraikan

mukus

dengan

menggunakan

enzim

yang

dikeluarkannya. Faktor lain yang membantu penembusan lapisan


mukosa adalah
motilitas

dalam

motilitas

atau

kolonisasi

pergerakan.
Vibrio

Sebagai

cholerae.

contoh

Motilitas

meningkatkan serbuan S a l m o n e l l a dan penembusan sel epitel,


meskipun tidak sangat diperlukan. Walaupun demikian, patogen
lain yang menembus permukaan mukosa dan berinteraksi secara baik
dengan sel epitel mukosa adalah non motil "tidak bergerak. Beberapa
contoh, termasuk spesies Shigella d a n Yersiniae (pada temperatur
37 o C).
3.4 Cara Mereduksi Cemaran

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya


keracunan pangan akibat bakteri patogen adalah:
A. Mencuci tangan sebelum dan setelah menangani atau mengolah
pangan.
B. Mencuci tangan setelah menggunakan toilet.
C. Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan makan
sebelum dan setelah digunakan.
D. Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan hewan
lainnya.
E. Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan
pangan mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
F. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaluarsa atau pangan dalam
kaleng yang kalengnya telah rusak atau menggembung.
G. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak enak.
H. Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun
untuk mencegah terjadinya keracunan akibat toksin dari bakteri
Clostridium botulinum.
I. Mengkonsumsi air yang telah dididihkan.
J. Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar bakteri
dapat terbunuh. Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di
bagian pusat pangan mencapai suhu aman (>700C) selama minimal 20
menit.
K. Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari
Pendingin (sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 50C).
L. Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam,
karena mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang.
M. Mempertahankan suhu pangan matang lebih dari 600C sebelum
disajikan. Dengan menjaga suhu di bawah 50C atau di atas 600C,
pertumbuhan mikroba akan lebih lambat atau terhenti.
N. Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin, seperti susu
pasteurisasi, keju, sosis, dan sari buah dalam lemari pendingin.
O. Menyimpan produk pangan olahan beku, seperti nugget, es krim, ayam

goreng tepung beku, dll dalam freezer.


P. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingin.
Q. Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.
R. Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum
digunakan, terutama yang dikonsumsi mentah.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kepadatan bakteri pada ikan mas hidup di aliran sungai Tondano


Gorontalo berkisar 1,4x105 sampai 2,1x105 Cfu/g, sedangkan rataan nilai total
Yersinia 1,3x104 Tvc/g pada insang, 1,6x104 pada lendir dan 1,8x104 pada isi
perut erat kaitannya dengan kondisi perairan atau buruknya sanitasi lingkungan.
Tiga belas galur teridentifikasi terdiri dari Y. enterocolitica, Y. frederiksenii, Y.
intermedia dan Y. rohdei.

DAFTAR PUSTAKA
Cappucino JG dan Sherman. 1992. Microbiology, A Laboratory Manual.
The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. New York.

EFSA (European Food Safety Authority). 2008. Food safety considerations of


animal welfare aspects of husbandry systems for farmed fish. J. EFSA
867: 1-24
Fardiaz S. 1993. Mikrobiologi Pangan. Penuntun praktek laboratorium. Teknologi
Pangan dan Gizi IPB. Bogor
Holt JG, Krieg NR, Sreath PHA, Staley JT, William CT. 1994. Bergeys Manual
of Determinative Bacteriology. Ninth Edition.
Khairina R, Khotimah IK. 2006. Studi komposisi asam amino dan mikroflora
Pada ikan Betok. J.Teknologi Pertanian 7(2): 120-126.
Mair NS. 1973. Yersiniosis in wildlife and its public health implications. J of
Wildlife Disease 9: 1-8
Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI: 01-0729-1992. Ikan Segar. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai