Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PAPER

DASAR - DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK


“PENYAKIT BAKTERI YANG MENYERANG CRUSTACEA”

Disusun oleh :

GUmpita Windy Distiyanti

(185080501111039 )

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
PENYAKIT BAKTERI YANG MENYERANG CRUSTACEA

Bakteri Leucothrix sp.

A. Deskripsi

Bakteri Leucothrix sp. adalah salah satu bakteri dalam genus besar yang termasuk
ke dalam famili Leucothricaceae tetapi juga telah diklasifikasikan ke dalam famili
Thiotrichaceae (Gammaproteobacteria). Leucothrix sp. termasuk bakteri besar yang
membentuk filamen dengan lebar antara 2-3 µm dan panjang hingga 0,5 cm. Mereka
biasanya ditemukan sebagai epiphytes , penghuni air tawar, air laut, yang mengandung
sisa-sisa zat organic yang berasal dari ganggang, tetapi juga tumbuh melekat pada
permukaan lain seperti cangkang crustacea. Seperti genus Thiothrix, sel-sel individu
bakteri Leucothrix sp. dapat dilepaskan dari filamen, membentuk "gonidia", yang dapat
menyebar dan mengkolonisasi permukaan baru. Pada permukaan baru, sel-sel gonidial
bersatu, menghasilkan holdfast, dan berkembang menjadi roset filamen baru. Filamen
bakteri Leucothrix sp. kadang-kadang bisa tumbuh menjadi berbentuk simpul ketika
dibudidayakan di laboratorium dalam kondisi tertentu. Secara fisiologis, Leucothrix sp.
adalah chemoheterotrophic, sifat tersebut membedakan mereka dari bakteri Thiothrix,
yang mampu menggunakan oksidasi sulfur sebagai sumber energi. Bakteri Leucothrix sp.
termasuk ke dalam bakteri kelompok khusus yang bebas sulfur, membentuk trikoma
(bulu).

Klasifikasi bakteri Leucothrix adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Thiotrochales
Family : Thiotrichaceae
Genus : Leucothrix
Species : L. mucor
L. pacifica
B. Struktur

Filament dari bakteri Leucothrix adalah multiselular, dan dengan individu. Selnya
berbentuk perseg dipisahkan dengan dinding berpotongan yang jelas. Membran dan
vesikula penyimpanan jelas dalam sel-
sel filamen dan ginidia. Dinding selnya
menunjukkan fitur struktural dari
karakteristik bakteri gram negatif yang
memiliki amplop pelindung. Tidak ada
selubug yang terlihat pada susunan
selnya. Dalam pembentukan konidia
sel-sel vegetatif pada filamen menjadi
bulat tanpa perubahan struktural, internal yang jelas dan memisahkan diri dari satu sama
lainnya. Gonidia yang dilepaskan dapat menempel secara tunggal ke permukaan melalui
pengaruh kuat atau keseluruhannya ke dalam busur-busur yang rumit dan pada ujung sel
yang teragregasi.

C. Sifat patogen

Bakteri Leucothrix sp. adalah akteri patogen yang menyerang organisme budidaya
dan akuarium. Bakteri ini dapat tumbuh sangat cepat dan luas pada crustacea benthic,
invertebrata, dan telur ikan (telur ikan koi). Leucothrix sp. tersebut sering terdapat pada
insang, permukaan badan dan kaki-kaki renang udang. Sel-sel benang dari bakteri
Leucotrix sp. tersebut membentuk anyaman, menempel pada permukaan insang dan
bagian-bagian badan lain. Bakteri tersebut tidak merusak jaringan tubuh, tetapi merupakan
tempat menempelnya lumut-lumut di air. Insang yang ditumbuhi bakteri Leucothrix sp.
warnanya menjadi coklat pucat atau kehijauan, dan semakin penuh dengan kotoran dan
jasad penempel, sehingga mengganggu proses pernafasan. Bakteri ini sering tumbuh dari
sisa-sisa makanan, membentuk lapisan putih di atas endapan partikel organik di dasar bak
hatchery. Pada infeksi berat mengakibatkan kematian udang terutama terjadi saat berganti
kulit atau segera setelah berganti kulit.
D. Faktor Penyebab Adanya Serangan Penyakit Oleh Bakteri

Penyebab timbulnya penyakit pada crustacea atau biota budidaya adalah padatnya
pertumbuhan plankton dan ganggang pirang, kotoran dan sisa pakan yang terlalu banyak,
serta masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam lingkungan budidaya. Habitat perairan
pantai merupakan daerah yang mengandung populasi bakteri jauh lebih banyak daripada
perairan tawar, daerah lepas pantai dan laut dalam. Hal ini disebabkan karena daerah
perairan pantai banyak mendapat masukan nutrien dari darat. Sebagian besar populasi
bakteri tersebut adalah bakteri heterotrofik. Timbulnya penyakit dapat disebabkan karena
kondisi perairan yang kurang baik, kualitas pakan yang kurang, maupun kualitas induk
yang kurang baik. Selain itu, penggunaan teknik budidaya yang kurang tepat dan
kontaminasi dari alat-alat budidaya maupun pekerjanya juga dapat menyebabkan
timbulnya penyakit. Namun yang paling berpengaruh dalam faktor yang mengakibtakan
serangan oleh bakteri Leucithrix sp. adalah, teknik budidaya serta kebersihan lingkungan
budidaya.

E. Gejala Klinis

Gejala klinis yang ditunjukkan oleh crustacea yang terserang bakteri Leucothrix
sp. ini adalah sebagai berikut :

1. Perubahan warna organ dari warna aslinya menjadi kuning, kemerahan, pucat atau
gelap meskipun bentuknya tetap.
2. Tidak merusak tubuh crustacea tapi menempati tubuhnya seperti jamur-jamur.
3. Insang menjadi coklat pucat atau kehijauan, dan semakin penuh dengan kotoran dan
jasad penempel, sehingga mengganggu proses pernafasan
4. Perubahan konsistensi menjadi keras atau lunak dan rapuh namun tidak terlalu
terlihat.
5. Terjadi lekatan antara organ yang satu dengan yang lainnya tanpa ada perusakan
organ.

F. Penanggulangan Penyakit Bakterial Pada Budidaya crustacea

1. Penanggulangan Penyakit Bakterial secara Kimia

Bahan-bahan kimia yang sering digunakan untuk penanggulangan penyakit


bakterial adalah antibiotik, yaitu melalui pengrusakan membran sel, sehingga sel menjadi
lisis. Penggunaan antibiotik ini dapat dilakukan pada stadium larva maupun dewasa.
Namun hasil yang diperoleh kurang memuaskan dan menimbulkan efek samping yang
merugikan lingkungan, diantaranya terjadinya keracunan bahkan dapat menimbulkan
kematian terhadap biota lain yang menguntungkan. Sedangkan biota target dapat
mengalami resistensi terhadap bahan kimia tersebut.namun pada Leucothrix sp. belum ada
data yang spesifik mengenai penggunaan antibiotik. Pada bakteri ini dapat digunakan
penicilin (0.1 mg/l), streptomycin (5,0 mg/l), dan cloromycetin (0,7-0,9 mg/l) yang dapat
menghambat pertumbuhan bakterinya.

Selain menggunakan antibiotik, terdapat pula cara lain yang lebih efektif, yaitu
menggunakan bahan-bahan kimia yang merupakan ekstrak aktif biota alami laut. Dewasa
ini mulai dikembangkan penelitian mengenai kemungkinan penggunaan bioaktif untuk
menekan perkembangan bakteri patogen. Salah satu yang digunakan adalah ekstrak spons.
Ekstrak spons tersebut digunakan untuk merendam larva yang telah terinfeksi oleh bakteri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spons tersebut mampu menekan perkembangan
populasi dan menekan patogenitas bakteri yang menyerang crustacea sehingga
meningkatkan sintasan crustacea. Dosis yang efektif untuk digunakan berkisar antara 200
dan 300 ppm.

Tumbuhan mangrove juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyerang


crustacea. Zat antibakteri yang dikandung mangrove cukup tinggi, sehingga mempunyai
potensi untuk dikembangkan dalam penanganan penyakit udang di tambak. Tumbuhan
mangrove yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri antara lain Rhizophora apiculata,
Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia alba dan Nypa fruticans.

2. Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Fisika

Teknik secara fisika merupakan cara lain di samping penggunaan teknik secara
kimia. Secara garis besar, teknik ini ialah dengan pengaturan kondisi lingkungan
pemeliharaan crustacea, di antaranya meliputi pengaturan suhu, salinitas, pH, maupun
teknis pemberian pakan. Keberadaan bakteri patogen dapat ditanggulangi dengan
mengatur salinitas air laut yang digunakan sebagai media pemeliharaan pada kisaran 28
‰, suhu 30°C dan penggunaan diet semi murni,selain nauplii Artemia untuk pemeliharaan
larva rajungan. Sebagai antisipasi terdapatnya bakteri patogen pada air pemeliharaan,
dilakukan pola penyaringan secara terus menerus atau resirkulasi.
3. Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Biologis Alternatif

Teknik yang paling efektif untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya


kontaminasi pada budidaya crustacea adalah secara biologis. Cara ini dilakukan dengan
pemberian vaksinasi, baik melalui oral maupun penyuntikan, penggunaan musuh alami
atau kompetitor bagi bakteri patogen. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan
penambahan bakteri ke dalam pakan mikro.

Teknik lain secara biologis adalah menggunakan musuh alami atau kompetitor bakteri
patogen. Teknik ini menggunakan bakteri maupun organisme lain yang dapat berperan
sebagai musuh alami maupun kompetitor bagi bakteri patogen.

Secara sederhana, teknik penanggulangan penyakit bakterial di Indonesia dapat dilihat


pada bagan berikut ini:

Bagan tersebut merupakan hasil ringkasan teknik penanggulangan penyakit bakterial pada
budidaya crustacea di Indonesia. Pemilihan teknik penanggulangan penyakit tersebut
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, teknik pemeliharaan, dan kemampuan finansial
yang ada. Pemilihan teknik penanggulangan penyakit bakterial yang tepat dapat
meningkatkan hasil. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan mengenai teknik
penanggulangan penyakit bakterial.

Anda mungkin juga menyukai