Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HEMATOLOGI IV

“EOSINOFIL”

Disusun oleh :
VIA ANJALINIA TBN
NIM:51117029

Dosen bimbing : Denny Juraijin M.si

SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN 
TEKKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS 
TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................      


DAFTAR ISI...................................................................................................... .................
BAB 1 PENDAHULUAN  
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................      
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eosinofil........................................................................................................      
2.2 fungsi eosinofil...............................................................................................................      
2.3 Hematopoesis Eosinofil...................................................................................................      
2.4 Ciri Eosinofil ……………………………………….........................................................      
2.5 Kelainan Eosinofil ………………………………………..................................................      
BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................      
3.2 Saran..............................................................................................................................      
BAB IV PENUTUP
4.1 Daftar pustaka................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka
sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman
penyakit yang masuk melalui luka itu. Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit
untuk bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat fagositosis (memangsa atau memakan).
Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa
akan terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka
itu merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan cairan
tubuh. Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya
berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari
infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya
dari sel darah merah, Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan
perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu–9
ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah
putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang menderita
penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3. Kondisi sel darah putih
yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan
obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka
orang tersebut dapat meninggal dunia.
Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20
ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal
disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar
limfe. Sel darah putih terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya
tidak bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler.
1.2 Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian dari eosinofil ?
2. Apa fungsi eosinofil di dalam tubuh ?
3. Bagaimana hematopoesis eosinofil?
4. Bagaimana ciri eosinofil ?
5. Apa saja kelainan dari eosinofil ?
1.3 Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui pengertian eosinofil!
2. Untuk mengetahui Fungsi eosinofil di dalam tubuh!
3. Untuk mengetahui bagaimana hematopoesis eosinofil!
4. Untuk mengetahui ciri eosinofil!
5. Untuk mengetahui apa saja kelainan eosinofil!
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Eosinofil.


Sel eosinofil adalah sel leukosit polimorfonuklear dengan ukuran 1217μm dengan
nucleus yang pada umumnya berlobusganda. Sitoplasma sel eosinofil mengandung granula
yang tampak berwarna orange merah pada sediaan apus darah tepi (Safari dan Riandini,
dalam jatmiko 2015).
Eosinofil terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit seperti infestasi cacing, alergi,
kerusakan jaringan, dan imunitas terhadap tumor. Hal ini terjadi karena eosinofil mempunyai
beberapa pattern recognition receptor (PRR). Diantara PRR yang ada pada sel eosinofil
adalahToll like receptors (TLRs), nucleotidebinding oligomerization domain (NOD)like
receptors (NLRs), RIGIlike receptors (RLRs), Ctype lectin receptors (CLRs) dan receptor for
advanced glycation end products (RAGE) (Kvarnhammar dan Cardell, dalam jatmiko 2015).
PRR yang ada mampu mengenali Pathogen Associated Molecular Pattern (PAMP) dari
berbagai patogen. Selain itu, PRR juga bisa mengenali molekul berbahaya (Alarmin) yang
dihasilkan oleh tubuh sendiri. Ikatan antara PRR dengan PAMP dan Alarmin memicu
serangkaian proses respon imun (Safari dan Riandini,dalam jatmiko 2015).
Telah diketahui bahwa sel eosinofil mempunyai kemampuan fagositosis seperti halnya
makrofag dan sel dendritik. Fagositosis terjadi setelah sel eosinofil mengenali dan mengikat
patogen (Lin et al, dalam jatmiko 2015).
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama
sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi. Sel ini serupa dengan
neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena
mengandung protein basa) dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil
dapat dikenali tetapi stadium sebelumnya tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil.
Waktu perjalanan dalam darah untuk eosinofil lebih lama daripada untuk neutropil. Eosinofil
memasuki eksudat peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi,
pada pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin yang terbentuk selama
peradangan. 
Jumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan
peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal selama stress maupun yang
diberikan per oral atau injeksi, jumlah eosinofil mengalami penurunan. Jumlah eosinofil pada
kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk. Peningkatan jumlah eosinofil
(disebur eosinofilia) dapat dijumpai pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium,
testis, otak), feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal.

2.2 Fungsi Eosinofil.


Eosinofil memiliki fungsi yang di jalankan dalam peran yang berbeda, yaitu dalam
peran efektor dan peran kolaboratif. Eosinofil memiliki kemampuan melakukan fagositosis
dan eliminasi bakteri dan mikroorganisme lainnya. Eosinofil menghasilkan dua mediator
lipid yang terlibat dalam penyakit alergi (termasuk asma) yaitu leukotrien C4 dan Platelet-
Activating Factor (PAF). Mediator tersebut menyebabkan kontraksi otot polos saluran napas,
meningkatkan produksi mukus, meningkatkan permeabilitas vaskular, dan membantu
infiltrasi eosinofil dan neutrofil. Eosinofil diyakini memiliki kemampuan untuk bekerja sama
dengan limfosit dan sel imun serta mesenkimal lain yang berperan dalam kesehatan dan
penyakit, seperti kemampuan berperan sebagai antigen presenting cell (APC).
eosinophil juga berfungsi sebagai salah satu anti bodi untuk melawan elergi dan bibit 
parasit di dalam tubuh. Sel eosinofil (eosinophil) paling banyak jumlahnya selama dalam
keadaan alergi. Sel darah ini membantu tubuh mengatasi berbagai zat beracun di dalam usus.
Sel ini akan banyak terdapat di dalam aliran darah orang-orang yang menderita trichinosis
atau penyakit oleh cacing rambut, yakni suatu infeksi yang sering terjadi sesudah makan
daging babi yang tidak dimasak dengan baik, dan juga dalam schistosomiasis, yakni suatu
infeksi parasit di daerah tropis.
2.3 Hematopoesis
       
Keterangan:
1. Mieloblas
Bentuk sel yang paling tidak matang pada granulopoiesis, Bentuk sel    tidak seragam, inti
sering berbentuk oval dan sedikit berlekuk pada satu sisi.
2. Promielosit
Bentuk sel yang baru matang pada granulopoiesis setelah mieloblas.Ukurannya bertambah
besardibandingkan mieloblas.Inti berbentuk oval, agak bulat.
3. Mielosit
Pemunculan granulasi spesifik, pengecilan lebih lanjut diameter sel dan ukuran inti.
4. Metamielosit
Prekrusor  antara mielosit
5. Sel band
merupakan eosinofil muda,inti sel berubah bentuk menjadi bentuk kacang atau ginjal yang
khas.
6. Eosinofil
Eosinofil matang.
2.4 Morfologi dan ciri Eosinofil
 Besarnya sel : 10 – 15 mikron
 Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
 Bentuk inti : Bersegmen (2 – 3 lobi)
 Warna inti : Kebiru-biruan (agak pucat)
 Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar/lebih lebar.
 Warna sitoplasma : Oxyphil / Eosinophil / kemerahan.
 Granula dalam sitoplasma : Banyak, sama besar , bulat, warna orange kemerahan kuning-
kuning mengkilap (bronze)
 Granula : Mengandung enzim yang menghambat mediator inflamasi dan histaminasi.
 Fungsi : Berhubungan dengan Inflamasi akibat respon Imunologik. Eosinophil mampu
melakukan fagositosis tetapi tidak mampu membunuh kuman.
 Sel eosinofil dalam sitoplasmanya terdapat granula-granula yang berisi dan mempunyai
bahan-bahan :
1. Peroksidase (untuk deaminasi oksidatif histamin)
2. Aryl Sulfatase B (yang merusak SRS dari reaksi anafilaktik)
3. Histaminase ( untuk deaminasi oksidatif histamin)
4. Fosfolipase D (yang menginaktifkan platelet anaphylaxis factor)
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari benda asing juga berfungsi mengakhiri
reaksi alergi. Sel ini juga banyak dijumpai pada infeksi parasit.
2.5 Kelainan Eosinofil.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah.
Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan
pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil.
Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis,
dan ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal
ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat,
juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang
jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil,
eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung
jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Sel eosinofil adalah sel leukosit polimorfonuklear dengan ukuran 1217μm dengan
nucleus yang pada umumnya berlobusganda. Sitoplasma sel eosinofil mengandung granula
yang tampak berwarna orange merah pada sediaan apus darah tepi (Safari dan Riandini,
dalam jatmiko 2015).
Hematopoesis eosinophil meliputi: Meiloid steam cell, meiloblast, promeilosit, meilosit,
metameilosit, cell bend, eosinophil. Kelainan eosinophil yaitu, Eosinofilia atau kenaikan
jumlah osinofil dan Eosinopenia atau penurunan jumlah eosinofil.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin diajukan pada penulisan makalah ini adalah agar kita senantiasa
selalu menjaga kesehatan dan pola hidup.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Daftar pustaka


Jatmiko.W.S, 2015”Eosinofil sebagai sel penyaji antigen Eosinophil As antigen Presenting
Cell”Bioksperimen Volume 1 No.1,(Maret 2015)
Nico.M.D, dkk 2013”gambaran jumlah eosinofl darah tepi penderita asma bronkiai di
bangsai paru RSUP Dr.M.Djamil Padang”Jurnal kesehatan andalas, 2013;2(3)
Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta,
2007. Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, Tuntunan Praktikum Hematologi,
Bagian Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
R. Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung, 1992.
Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi
Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
Daniela Tagliasacchi and Giorgio Carboni, Let's Observe The Blood Cells, 1997 on Fun

Anda mungkin juga menyukai